Share

3. Perjanjian

Saat pagi menjelang, Shafa segera membantu pelayan untuk menyiapkan makanan. Sebelumnya ia berusaha membantu Dewa, namun suaminya justru malah mengusirnya dari kamar dan tidak mau menerima semua bantuan yang Shafa berikan.

Tak lama Dewa sudah tiba di ruang makan. Shafa cukup kagum, karena merasa Dewa sangat mandiri meskipun dirinya buta.

Dewa berdehem, membuat para pelayan merasa kebingungan.

“Dimana Rania?”

Shafa sendiri sejak pagi tidak melihat kehadiran istri pertama suaminya itu, sehingga dia hanya bisa diam dan tidak menjawab pertanyaan Dewa.

“Maaf Tuan, Saya tidak tahu. Saya belum melihat Nyonya sejak pagi tadi." Terdengar nada gugup di suara pelayan yang menjawab Dewa. Raut wajah Dewa semakin berubah menjadi dingin setelah mendengar jawaban itu.

Dewa mengambil ponselnya dari saku dan menekan sebuah tombol panggilan cepat.

"Mas Dewa," sahut orang di sebrang telepon. Napas Rania terengah-engah, seperti baru menyelesaikan lari marathon 10 km.

"Kamu dimana, Ran?" tanya Dewa pada istri pertamanya.

"Aku lagi olahraga pagi, Mas. Mas Dewa lagi apa? Udah sarapan? Monyet peliharaan kamu udah bangun, dia enggak ngapa-ngapain kamu kan?"

Salah satu tangan Dewa mengepal kuat, mendengar napas Rania di sebrang telepon membuat kepalanya panas. Dia bukan tidak tahu, hanya saja, berusaha menutupi itu.

"Ya udah, Mas. A-aku tutup dulu ya, mau ke kamar mandi dulu, sakit perut. Bye, muach!" Rania langsung menutup telepon dengan buru-buru.

Dewa menggertakan giginya mendengar hal itu.

Di sisi lain Rania, kembali melanjutkan aktifitasnya setelah menutup telepon.

"Keterlaluan kamu, Rania. Kamu memberikan playing kiss pada pria lain saat sedang berhubungan denganku?" Seorang pria dengan tubuh tegap menatap kesal Rania.

"Sayang," sahut Rania dengan susah payah, dia berusaha mendorong dada Manendra tapi tenaga pria di atas tubuhnya benar-benar sangat kuat. "Ah-aku, melakukan itu karenah, aku enggak mau dia curigah, Babe."

"Oh, enggak mau curiga," sarkas Manendra. "Oke, kamu memang minta dihukum, Rania."

Dengan gerakan cepat Manendra membalik tubuh seksi istri kakaknya sendiri. Pria itu sama sekali tidak segan menghujam wanita yang seharusnya tidak dia sentuh.

Bukan malu atau merasa bersalah, Rania pun terlihat sangat menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Olaraga pagi yang dia katakan pada suaminya tidak lain adalah mengadu peluh bersama dengan adik iparnya sendiri.

Keduanya melepaskan longlongan seperti serigala setelah ledakan yang kesekian kali terjadi. Bukan hanya pagi, mereka sudah melakukannya sejak malam, tapi selalu merasa tidak puas dan menginginkan lagi dan lagi.

"Eumm, kamu memang yang terbaik, Ndra."

"Hebat mana aku sama suami kamu, Sayang?" tanya Manendra setelah membaringkan tubuhnya di samping Rania.

“Jelas kamu,” jawab Rania dengan nada penuh menggoda.

** ** **

"Ah, panas." Shafa meringis saat bubur yang ditumpahkan suaminya mengenai sedikit punggung tangannya.

Mata perempuan itu mulai berkaca-kaca. Entah apa yang mengganggu pikiran Dewa, tepat setelah dia selesai menelpon, Dewa tiba-tiba mengamuk.

Dewa terdiam, kesal, marah, semuanya bercampur menjadi satu. Kebaikan Shafana, bukan membuat dia lebih tenang malah menjadi bensin yang disiramkan ke bara api.

“Saya bilang jangan sentuh saya!” seru Dewa.

"Nggih, Mas," sahut Shafana lirih. Dewa begitu memperhatikan istri pertamanya tapi memperlakukan Shafa seperti manusia yang terjangkit penyakit menular.

"Kamu harus sadar diri, Shafa. Kamu cuma istri simpanan," batin Shafana melihat Dewa yang kini sudah menjauh dan kembali ke kamarnya.

Dewa menggeram kesal. Lima tahun menikah dengan Rania, awalnya dia pikir Rania tulus mencintainya. Wanita itu benar-benar terlihat baik. Namun, siapa sangka jika ternyata Rania dengan berani berselingkuh di belakangnya.

Dewa tersenyum sinis begitu ingatannya kembali pada empat bulan yang lalu, hari pertama dimana Dewa menangkap basah perselingkuhan Rania dan Manendra, adik seayahnya.

Dewa yang terbangun subuh hari, mendapati Rania istrinya tidak berada di sampingnya. Dirinya meraih kursi roda dan mencoba mencari keberadaan Rania.

Siapa sangka Dewa justru malah mendengar suara desahan Rania.

"Oh, Nendra lebih cepet!"

Di atas tubuh Rania ada seorang pria, mereka berdua sama-sama full naked. Di atas sofa di ruang karoke dengan pintu terbuka, mereka terlihat begitu intim.

"Tahan sebentar, kita keluarkan bersama."

Hati Dewa mencelos, bajingan dan jalang yang ada di depannya ternyata adik dan istrinya. Rania, wanita itu mengkhianatinya bahkan saat beberapa minggu lagi mereka akan merayakan ulang tahun pernikahan.

Dewa yang tidak terima dikhianati, mulai merencanakan untuk membalas dendam pada keduanya dengan perlahan dan dengan cara yang paling menyakitkan dan memalukan.

"Rania!" panggil Dewa.

Kedua manusia yang hampir mencapai puncaknya itu terdiam, mereka mematung melihat Dewa yang ada di ruangan tersebut. Namun, hanya untuk beberapa detik karena detik berikutnya Manendra kembali menghujam kakak iparnya.

Mereka yakin bahwa Dewa tidak dapat melihat mereka.

"Babe," bisik Rania, dia menggeleng, meminta Manendra untuk tidak bergerak.

"Kepalang tanggung, Sayang."

"Rania, kamu di sini?" tanya Dewa pura-pura tidak melihatnya. Setelah kecelakaan yang menimpanya, Dewa memutuskan untuk pura-pura buta. Dia ingin menjebak dan mencari tahu pelaku yang melakukan hal itu. Siapa sangka, Dewa justru juga mendapati perselingkuhan istrinya sendiri.

Dewa meraba apapun yang ada di dekatnya dan dengan sengaja memecahkan sebuah asbak tebal. Keadaan di kamar kedua yang temaram menjadi semakin gelap di mata Dewa.

"Bagaimana ini?" kesal Rania.

"Jawab aja! Aku selesai," kata Manendra lega setelah mendapatkan pelepasan.

"Bajingan, " kesal Rania sambil mendorong Manendra. Pria itu tersenyum kemudian mencuri ciuman kekasihnya itu.

Rania kemudian menghampiri Dewa dengan suara parau, bertingkah seolah baru bangun tidur padahal sedang mengenakan pakaian.

"Mas Dewa, kenapa ke sini?" tanya Rania mendekati suaminya. Dia menyentuh punggung tangan Dewa tapi suaminya itu menghindar secara halus.

"Aku mau tidur, bereskan pecahan kacanya!" titah Dewa.

Rania tertohok, dia tersenyum miris seraya melihat punggung Dewananda yang sudah mulai menjauh. "Awas saja kamu Dewa. Tunggu sampai Nendra menggantikanmu menjadi CEO!" gumam Rania sambil mengepalkan kedua tangannya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Evi Erviani
klw begini mah aku dukung bgd si istri kedua itu
goodnovel comment avatar
Evi Erviani
ya ampun jijik bgd sama si Rania ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status