Share

Bagian 2

Malam harinya Varka ada di rumah Saga, kedua orang tua dan adik Saga sedang tidak ada di rumah jadi hanya ada dua remaja cowok di rumah bermain game di layar yang ada dalam kamar Saga, suara mereka memenuhi ruangan itu sampai akhirnya Varka kalah main dari Saga.

Varka melemparkan stik game ke depan, "Lusa jalan yok, bosen nih."

"Ngapain?" sahut Saga.

"Liburan lah bego, lu pikir ngapain? Nyari cewek?" ketus Varka sambil merebahkan tubuhnya.

Saga mematikan PC lalu berdiri membereskan meja belajarnya, "Gak bisa, Ka. Lusa nanti aku mau join sama papa ada acara kantor, Lu ajak aja gitu temen yang lain."

Pupil mata Varka melirik Saga kemudian bibirnya menghembuskan nafas, "Temen mana yang aku percaya, kamu juga tahu kan aku gak punya banyak temen. Paling-paling temen futsal, skate sama temen motoran, mereka juga bukan dari sekolah kita."

"Kalau gitu ya cari aktivitas lain aja."

"Sayangnya mami aku lagi hamil, otomatis papi gak bakalan kasih ijin aku keluar sama mami." Varka tiba-tiba berdiri meraih jaketnya, "dahlah aku balik dulu, kapan tante Karin pulang?"

"Gak tau, besok mungkin."

Varka mengangguk singkat, "Bye, Nyet!"

"Kampret!" sahut Saga.

Varka pun pulang ke rumah, akhir-akhir ini terasa membosankan baginya setelah mendengar kabar Liora hamil, harusnya Varka senang bakalan punya adik, tapi kenapa ia malah lemas tidak berdaya seperti ini.

Beberapa saat perjalanan akhirnya remaja itu tiba di depan rumahnya, kendaraan Kevin ada di parkiran saat Varka tiba di kediaman pribadi orang tuanya.

Langkah remaja itu pun masuk ke dalam rumah yang sepi seperti tidak berpenghuni, rumah besar itu memang tidak dihuni oleh banyak orang, hanya Varka dan kedua orang tuanya serta tiga orang asisten rumah tangga.

Varka langsung membersihkan diri kemudian mencari keberadaan Liora, wanita mungil yang sudah punya anak itu ada di ruang tengah sedang menonton film, tanpa banyak bicara Varka duduk di sebelah Liora dan menjadikan paha sang ibu sebagai bantal.

"Kamu dari mana aja jam segini baru pulang." tanya Liora sembari mengusap rambut putranya.

"Dari rumahnya tante Karin, tadi aku main sama Saga. Oh, Mam. Umur adik di perut mami udah berapa bulan?" 

Liora menunduk menatap putranya, "Baru satu bulan, masih kecil kayak biji jagung."

"Memang sekecil itu bisa besar ya, mam?"

"Bisa dong sayang, dulu kamu juga segitu kok di perut mami, sekarang sudah besar kayak gini, nanti adik kamu juga bakalan besar kalau udah lahir." jawab Liora.

Bibir Varka manyun, "Nanti yang lahir cewek atau cowok."

Liora pun tertawa rendah, "Ya belum kelihatan jenis kelamin adekmu, nanti umur empat bulan baru ketahuan gendernya apa, kok kamu jadi tiba-tiba pengen tahu kayak gitu, ada apa memangnya?"

"Aneh aja gitu di umur Varka yang udah tujuh belas tahun tiba-tiba punya adek lagi."

"Kan rejeki namanya, kalau rejeki gak boleh ditolak. Mungkin karena kamu udah jarang di rumah dan mami kesepian di rumah sendirian, makannya adek kamu muncul di perut mami buat temenin mami kalau lagi kesepian di rumah." jawab Liora lagi.

Putranya terlihat tidak begitu senang kalau ia hamil lagi, mungkin belum terbiasa karena Varka sudah tujuh belas tahun menjadi anak tunggal, kemudian mendadak mendapat berita bakalan menjadi kakak pasti cukup mengejutkan buat putranya ini.

Varka memejamkan mata di pangkuan Liora, putranya sudah remaja dan sangat mirip dengan Kevin. Dari hidung, bibir, semuanya. Tinggi badannya juga setara dengan ayahnya padahal tubuh Varka masih bisa tinggi lagi.

"Bagaimana sekolah kamu, mami denger kamu bakalan ikut pertandingan renang antar kabupaten."

Varka membuka matanya kembali, "Iya, tapi masih lama kok. Awal bulan depan lomba dimulai, bulan ini Varka ada ujian sekolah. Oh ya, Mam. Itu dulu beneran ya kalau Varka di culik?"

 "Kok tanya tiba-tiba begitu."

"Soalnya cerita yang Varka denger tuh gak komplit, ceritain dong mam gimana caranya Varka kok bisa ditemuin sama orang tuanya Rania."

Liora tersenyum, "Dulu kamu itu bikin mama panik tau, tiba-tiba hilang pas lagi ada acara duka di rumah ini, jadi awal mulanya itu begini...," Liora mengatakan dengan jelas seperti apa kejadian yang ia ketahui.

Dulu saat Varka belum lama dilahirkan, tepat di hari duka kematian ibu Kevin, Varka dibawa pergi oleh seseorang, namun Liora tidak mengatakan kalau pelakunya adalah mantan pacar Kevin saat sekolah.

 Lalu entah bagaimana caranya Varka ditemukan oleh orang tua Rania yang kala itu sedang pergi kencan di dalam sebuah kardus di depan ruko tidak terpakai.

Mendengar cerita Liora, Varka hanya bisa terdiam sambil membayangkan bagaimana nasibnya kalau bukan orang tua Rania yang menemukannya waktu itu.

"Jadi mami sama papi kenal keluarganya om Gim karena itu ya?" tanya Varka.

Liora menggeleng, "Kamu belum tahu ya kalau tante Rira itu dulu mantan tunangannya papi kamu."

"Hah, Serius?!"

Liora mengangguk, "Sebelum mami nikah sama papi kamu, tante Rira itu tunangan papi kamu loh, mereka bahkan sudah merencanakan bulan pernikahan, tapi tante Rira gak suka sama papi kamu karena cintanya tante Rira itu sama om Gim."

"Wah berarti secara gak sengaja ini kebetulan luar biasa dong."

"Makannya keluarga kita tuh berhutang budi sama keluarganya om Gim, tanpa mereka pasti kami udah kehilangan kamu. Mami gak bisa bayangin stresnya kaya apa kalau kehilangan kamu."

Varka duduk menghadap Liora, "Mami jangan khawatir, mami gak bakalan kehilangan Varka lagi. Sekarang Varka udah remaja, Varka bisa kok jagain mami."

"Ka! Itu motor kenapa body pada retak!" teriak Kevin.

Varka dan Liora menoleh melihat Kevin datang membawa asinan mangga, ada juga manisan mangga dan juga buah mangga muda entah di dapat dari mana.

"Kamu habis jatuh?" tanya Kevin.

"Enggak kok, Varka baik-baik aja. Emang tadi motor Varka di pinjam sama Saga, terus gak sengaja ada kucing lewat jadi Saga belokin tajam motor ke kiri nabrak tiang listrik, hasilnya motor Varka retak itu body nya."

Liora menatap wajah Varka, "Keadaan Saga gimana?"

"Gak apa-apa kok, cuman keguling doang. Tapi ya itu motor Varka jadi retak gara-gara Saga."

"Papi kira kamu ikut balapan liar, awas aja kalau Papi liat kamu ikutan balapan liar bakalan papi sita itu motor kamu." ancam Kevin.

Varka berdecak sambil melihat makanan yang Kevin bawa semuanya dari mangga, "Kalian mau asinan mangga, atau mangga muda, aku juga tadi beli manisan mangga di luar." kata Kevin menawarkan.

"Gak doyan, mangga belum layak makan kok udah di petik dari pohonnya sih, kasian itu." sahut Varka.

Kalimat putranya barusan berhasil membuat Kevin melirik tajam, andai saja Varka tahu seperti apa susahnya Kevin ketika Liora nyidam mangga tepat di hari pernikahan sampai-sampai Kevin harus manjat pohon mangga sendiri untuk mendapat mangga yang Liora mau.

"Lebih kasihan orang ngidam mangga tapi harus metik di pohonnya langsung," ucap Liora sambil tertawa geli melihat wajah Kevin saat ini, pasti Kevin masih ingat seperti apa pengorbanan yang sudah dia lakukan saat Liora mengandung Varka.

"Varka mau belajar dulu, good night mami." Varka mencium pipi Liora baru kemudian pergi setelah bergidik ngilu melihat Kevin makan mangga muda.

Kevin asik dengan mangga yang sudah dibeli, Liora turun makan manisan mangga yang Kevin bawa pulang. Ternyata suaminya keluar untuk membeli makanan seperti ini, dua minggu belakangan Kevin memang mengalami mual dan juga ngidam, dokter bilang kalau Kevin mengalami kehamilan simpatik.

"Sebanyak ini emang bisa kamu habisi?" tanya Liora sambil menyipitkan mata karena mangga muda yang Kevin beli sangat asam.

"Ini tadi kepepet aku minta penjualnya sekalian buat kupasin, besok aku petik ajalah mangga yang di belakang rumah, itu gak asam-asam banget kalau dirujak."

Liora bergidik, tak mau lagi mencoba mangga yang Kevin beli, di belakang rumah sebenarnya juga ada pohon mangga, saat usia Varka satu tahun Kevin sengaja menanam dua pohon mangga di belakang untuk persediaan seandainya Liora hamil lagi ia tak perlu mencari keliling meminta mangga orang lain di pohonnya.

Tapi sudah empat kali berbuah, Liora tidak kunjung hamil. Lalu sekarang sudah musim ke lima buah mangga di belakang rumah berbuah, baru kabar bahagia Kevin dapatkan mengenai kehamilan istri mungilnya ini.

Kevin membersihkan tangannya sebelum mendekati Liora, memeluk pinggang istri kecilnya sambil mencium perut datar Liora yang akan membesar beberapa bulan lagi.

"Bagaimana kondisimu hari ini?"

"Sangat baik, tapi aku gak mengira loh kalau yang ngalamin morning sickness di kehamilan kedua ini kamu."

Kevin menghela nafas, "Kayaknya ini efek dulu aku ngejek Altar deh." jawabnya, Liora pun terkekeh saat sepintas ingatan masa lalu muncul di kepalanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status