Share

Istri Imutku (Season #2)
Istri Imutku (Season #2)
Penulis: SILAN

Bagian 1

Tujuh belas tahun telah berlalu, dan kabar kehamilan Liora membawa kebahagiaan besar dalam keluarga Kevin. Setelah bertahun-tahun menunggu, akhirnya Varka akan punya adik. Kehamilan itu bagaikan kejutan besar bagi Kevin dan Liora, mengingat perjalanan panjang mereka sebelumnya.

Kevin kini sangat berhati-hati menjaga kesehatan Liora, mengingat pengalaman mereka dulu saat Liora hamil Varka, yang menyebabkan Liora harus dirawat intensif di rumah sakit karena kondisi tubuhnya yang sangat lemah.h.

Namun, anehnya kali ini, justru Kevin yang mengalami ngidam. Ia tak bisa berhenti memakan mangga muda, sementara Liora justru hanya bisa makan kentang rebus sebagai pengganti nasi. Kehamilan ini terasa penuh keanehan, tapi mereka tetap bersyukur menerima anugrah setelah penantian yang panjang.

"Varka, katanya tante Liora hamil ya?" tanya Saga.

Varka hanya mengangguk, tak terlalu antusias.

"Wah akhirnya setelah penantian yang sangat lama kamu bakalan punya adik, selamat ya." ucap Saga.

Varka melihat ke depan sambil memegang cone es krim, "Aku gak pernah bilang pengen punya adik." ucapnya.

Saga menoleh, "Lah barusan kamu ngomong."

"Sialan, itu cuman perumpamaan!" ujar Varka.

Saga tertawa, "Tapi selamat buat tante Liora sama om Kevin, mereka pengen banget punya anak lagi, setelah sekian lama menunggu akhirnya keturutan juga, tujuh belas tahun gak sebentar loh, Ka."

"Cih," Varka berdecih karena ia tidak menginginkan kehadiran seorang adik, itu artinya ia punya saingan, apalagi kalau adiknya laki-laki, sekarang saja Varka sedang bersaing dengan ayahnya sendiri untuk bisa berduaan dengan Liora, lalu jika ada kehadiran adik kecil, Varka akan lebih susah lagi memiliki keromantisan bersama Liora.

"Moga aja adik aku bukan cowok," gumam Varka.

"Kan bagus itu, nanti bisa kamu ajak main basket bareng." sahut Saga.

"Idih, ogah. Lu tau sendiri kan mami aku tuh cantik awet muda banget kayak anak remaja, ntar aku ada saingan dong." ujar Varka tak senang.

Saga mendelik, kemudian menertawai kekonyolan Varka, "Tante Liora keburu tua kali, sekarang aja umurnya udah empat puluh tahun kan, ntar kalau adikmu remaja juga pasti kamu udah ada cewek, atau mungkin malah udah menikah, terhitung usia kalian juga sangat jauh."

Kedua remaja itu duduk sambil makan es krim melihat anak-anak lain sedang olahraga, lalu Saga menyadari seorang gadis turun dari mobil.

"Ka, itu bukannya Rania ya?" Saga menyiku pelan lengan Varka.

Remaja itu menoleh lalu menyipit melihat ke arah Rania berada, "Rania siapa?" tanya Varka.

"Idih bego, otak Lu ini ketinggalan di motor atau gimana sih. Rania tuh anaknya om Gim, masa elu lupa sih, ulang tahunnya aja baru beberapa hari lalu pas kamu salah ngasih kado itu."

Varka dengan enteng ber oh ria.

"Cantik ya anaknya, deketin ah." Saga segera menghabiskan cone es krim miliknya sebelum merapikan penampilan baru mendekati Rania yang sedang dijaga oleh seorang bodyguard.

Varka masih duduk di posisinya ketika melihat Saga mulai mendekati Rania, gadis itu dijaga seperti seorang tuan putri, tapi memang Rania anak tunggal dari salah satu keluarga konglomerat, jadi tidak heran lagi.

Setelah cukup lama, Saga kembali menghampiri Varka dengan wajah loyo.

"Kenapa Lu?"

"Kagak bisa bahasa indo anaknya." jawab Saga.

"Ah yang bener aja Lu, dia aja anaknya orang indo masa gak bisa bahasa lokal orang tuanya sih."

"Sumpah, tuh cewek gak bisa bahasa indo." Saga sampai mengacungkan kedua jarinya, padahal Saga juga tidak bodoh-bodoh banget soal bahasa inggris.

Varka diam beberapa detik, "Kan Lu bisa bahasa inggris, masa kudu aku ajarin lagi." cibirnya.

Namun, saat itu suara lembut datang dari belakang mereka. "Aku bisa bahasa indo kok,"

Varka menoleh bersamaan dengan Saga ke arah Rania, cewek itu menyerahkan dua gantungan kunci unik untuk kedua cowok di depannya, "Tadi ada bodyguard aku, gak nyaman kalau setiap kemana-mana dijagain terus, oh ya, kalian suka gak sama gantungan kunci ini, aku buat sendiri."

"Apa ini buat tutup mulut?" celetuk Varka.

Saga langsung menyiku saudaranya kemudian menerima gantungan kunci yang Rania berikan, "Makasih ya, tadi aku pikir kamu beneran gak bisa bahasa indo karena aksen bicara kamu itu udah inggris banget."

Rania tertawa rendah, dalam hati Saga memuji kecantikan cewek di depannya ini, tapi Varka masih biasa saja, otaknya masih kepikiran kalau sebentar lagi bakalan punya adik, baginya adik adalah saingan sementara saingannya itu akan datang beberapa bulan lagi.

"Sekarang kamu sekolah dimana?" tanya Saga sambil mempersilahkan Rania duduk.

Gadis itu merapikan roknya kemudian duduk di sebelah Varka, "Sekolah internasional yang deket dari sini itu, kalian sekolah dimana?" tanyanya balik.

"Kalau kami sekolah di SMA tuh yang deket deket sini, bukan internasional, cuman sekolah swasta." jawab Saga.

"Kayaknya seru ya sekolah swasta,"

"Seru banget, emang kamu gak mau nyoba sekolah kayak kita-kita ini, kali aja kan setelah sekolah dari luar negeri tiba-tiba pengen di sekolah umum." ucap Varka.

Saga memincingkan matanya, kenapa saudaranya ini mendadak jadi ketus begini, apa karena akan punya adik? Saga tertawa konyol. "Maafin sodara aku ya, agak sableng otaknya hari ini."

"Iya gak apa-apa, tapi aku pernah kok bilang mau belajar di sekolah swasta kayak kalian, kelihatannya seru setelah pulang sekolah bisa main. Terus di sekolahnya juga ada kegiatan tahunan, tapi Oma gak bolehin."

Kedua alis Saga terangkat naik, "Memang di sekolah internasional gak ada?"

"Ada, tapi beda sama sekolah kalian. Kebanyakan kami punya kelas tambahan, jadi kadang pulang sampai malam."

"Itu sekolah atau kerja paksa?" celetuk Varka, "kalau mau ngerasain masa remaja tuh join aja di SMA swasta kayak kita, ntar aku ajarin jadi anak bandel."

Pletak!

Saga menjitak kepala Varka, bisa-bisanya anak sepolos Rania dipengaruhi dengan kepribadian Varka yang nakal.

"Apaan sih Lu, main jitak kepala orang aja."

"Rania gak sama kayak kita, Lu jangan pengaruhin dia. Masa anak baik-baik mau Lu ajarin jadi sesad." sahut Saga, Varka pun berdecak sambil mengusap bagian sentilan tangan Saga barusan.

"Padahal aku cuman kasih saran doang kok, dia kan pengen jadi anak SMA kayak kita," Varka lalu menoleh ke arah Rania, "Ya kan?" ucapnya meminta dukungan.

Rania mengangguk, ia menahan kekehan geli melihat kelucuan dua remaja cowok di depannya ini.

"Kalian lucu, aku boleh temenan sama kalian gak?"

Saga mengangguk, "Boleh dong, kamu juga boleh masukin nomor ponsel di hape aku." tanpa menunggu waktu lama Saga menyodorkan ponselnya, melihat itu Varka hanya menggelengkan kepala.

"Aku minta nomer hape kalian juga dong." Rania menunjukkan ponselnya, mereka pun saling menyimpan nomor ponsel.

Tanpa sepengetahuan Varka, ponselnya juga di ambil oleh Saga untuk menyimpan nomor Rania.

"Lain kali kita ketemu lagi ya, bye!" gadis itu melambaikan tangan ketika Bodyguardnya memberikan kode agar Rania segera kembali.

Saga turut melambaikan tangannya melihat Rania pergi, kemudian remaja itu menggeplak bahu Varka cukup kuat sampai mengaduh kesakitan.

"Lu apa-apaan sih! Orang lagi galau juga main geplak aja." protes Varka, tubuhnya bisa remuk kalau Saga sering memukulnya tiba-tiba. 

"Bisa-bisanya ya gadis secakep Rania kamu anggurin. Udah cantik, pinter, ramah, anak orang kaya lagi."

Varka berkacak pinggang, "Terus aku kudu gimana? Teriak bahagia karena ada cewek luar biasa versi kamu, atau ketawa kayak orang gila bisa kenalan sama anaknya om Gim? Hadeh, aku tuh lagi gak semangat jangan diajak bercanda, lagi gak mood."

"Bangke, Lu. Ya udah, Rania buat aku aja kalau gitu."

"Idih, emang dia mau?" sahut Varka.

"Gak ada salahnya dicoba kan, aku juga gak jelek-jelek banget kok. Ganteng lah ya, kan bapak sama emak gue cakep." jawab Saga dengan pedenya, Varka meringis memperhatikan Saga sebelum kakinya terayun menendang paha remaja itu.

"Pergi sono, jijik gue lihat muka Lu!" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status