Share

Bagian 8

"Nanti kalau Rania udah lulus SMP bakalan lanjut di mana?" tanya Liora.

Gim menoleh, "Aku gak maksain pilihan Rania, kalau dia mau di sekolah internasional silahkan, kalau mau di sekolah swasta juga gak masalah, tergantung anaknya mau pilih mana."

Kevin menghentikan mobil di depan restoran kemudian turun dari kendaraan, "Varka masih belum aku kasih tau."

"Rania juga belum dikasih tau, tapi kemarin pas aku bicara sama Omanya dia gak sengaja dengerin," balas Airin.

"Jadi Rania tau kalau Varka yang bakalan dijodohkan sama dia?" tanya Liora lagi.

Airin menggeleng, "Soal itu masih belum, Rania juga gak marah kalau tahu dia bakalan dijodohkan. Kira-kira nanti reaksinya kayak apa yang kalau tau cowok itu adalah Varka."

Para orang tua serempak melihat kedatangan Varka, kedua remaja itu terlihat sangat romantis padahal hanya berboncengan, tapi Varka juga membantu Rania turun dari motor serta melepaskan helm di kepala gadis itu.

Kevin tersenyum tipis, putranya sudah besar meski rasanya baru kemarin ia menggendong Varka yang masih bayi. Terlihat Rania berjalan lebih dulu sementara Varka dibelakangnya sambil menyugar rambut yang berantakan.

"Aku mau bebek goreng," ucap Varka.

"Tunggu dulu lah, Ka. Kita aja belum masuk ke dalam kok kamu udah pesen makanan di sini, emang papi yang jualan." sahut Kevin.

Yang lain tertawa kecil, mereka berjalan masuk dan memesan meja untuk di satukan agar semuanya cukup saling berhadapan di meja yang sama.

"Saga mana?" tanya Varka.

"Loh iya, coba kamu telpon saudaramu itu." ucap Kevin.

Tidak akan seru kalau gak ada Saga, Varka mencoba menghubungi remaja itu namun kenapa ponselnya gak aktif. Tiga kali panggilan, Saga tetap tidak bisa dihubungi.

"Gak aktif hpnya."

"Ya udahlah, nanti kita makan bareng aja di rumah sama tante kamu juga. Ayo silahkan pilih menunya." kata Kevin.

Rania memegang buku menu, tapi diam-diam gadis itu melihat ke arah Varka yang duduk berseberangan meja sehingga mereka berhadapan, namun tanpa gadis itu sadari kalau Liora juga memperhatikan.

Varka memang tipe cowok yang tidak peka, tapi Rania sudah menunjukkan ketertarikan pada cowok di depannya itu. Liora tersenyum tipis, tampaknya perjodohan ini akan berjalan dengan lancar.

"Lihat mereka," bisik Liora pada Kevin.

Kevin dan Liora pun tersenyum tipis, "Kayaknya yang bakalan maju duluan ceweknya," bisik Kevin sambil terkikik geli sedangkan Gim penasaran apa yang membuat pasangan di depannya ini tertawa.

Liora pun memberikan kode lewat pupil matanya, akhirnya Gim mengerti setelah menoleh dan melihat tatapan putrinya untuk Varka.

"Ehm! Rania, kamu mau pesen apa?" tanya Gim.

Gadis itu terlihat gelagapan karena kaget, "Aku pesen apa aja deh," jawabnya asal, Rania tak begitu memperhatikan buku menu kalau di depannya ada banyak menu untuk ia lihat.

Setelah pesanan di buat, Varka sengaja melihat ke arah Rania tapi gadis itu langsung menunduk menyembunyikan rasa malunya, remaja cowok di depannya pun hanya bisa menaikkan alisnya bingung.

"Kamu kenapa?" tanya Varka.

Rania menggeleng, "Gak kok, cuman agak gimana gitu karena kita pertama kali makan bareng keluarga kayak gini. Oh ya, Ka. Selamat yang buat juara kamu hari ini, tadi itu kamu keren loh."

"Wah jadi malu aku kalau dipuji langsung begitu, tapi makasih loh udah datang. Eh iya, akhir pekan ini biasanya aku sama temen-temen bakalan jalan-jalan ke puncak, kamu mau ikut gak?"

"Gimana caranya aku izin?" Rania balik bertanya.

Varka melihat Gim, "Om, Om!" panggilnya.

Gim menoleh, "Ada apa, Ka?"

"Om, weekend aku ajak rania jalan-jalan sama temen boleh gak. Cuman semalam kok di bandung barat sambil wisata."

Gim malam menatap Kevin, pria itu lalu menatap Varka, "Temen kamu kan cowok semua, masa mau bawa cewek sendirian, bahaya loh."

"Eh iya juga, tapi kan temen cowok itu cuman Saga." jawab Varka.

Para orang malah saling bertatapan seolah sedang memutuskan jawaban apa yang harus mereka berikan, Rania sendiri juga belum pernah jalan-jalan bareng sama teman apalagi sama Varka.

"Kayaknya gak dibolehin deh, soalnya aku gak pernah keluar bareng orang selain keluarga."

"Mereka belum jawab loh, tunggu aja jawaban orang tua kamu. Lagian kamu sendiri bilang pengen temenan sama aku dan Saga, nah aku mah ayo aja sih, kayaknya kamu juga bukan anak yang punya banyak temen gitu." jawab Varka.

Rania mengangguk pelan, ia memang tidak punya banyak teman. Justru yang banyak adalah saingan di sekolah, banyak orang pintar di sekolah internasional, karena itu Rania selalu fokus untuk membuat nilainya bagus.

Tapi itu juga yang membuatnya gak punya temen, padahal usia lima belas tahun paling bagusnya nyari temen biar masa remaja lebih berwarna, namun yang Rania dapatkan malah berita perjodohan.

Cewek itu menghela nafas.

"Kalau cuman kamu sama Saga, Om bolehin kalian pergi bareng, tapi ingat kalian itu harus jagain Rania karena anak Om ini gak pernah pergi sendirian."

Varka menoleh, "Oh aman kalau gitu, Om. Lagian aku sama Saga juga gak bakalan aneh-aneh kok, omong-omong Rania kan anak pindahan di sekolah internasional pasti dia gak punya banyak temen luar."

"Kok kamu ngerti aja sih soal itu." kata Airin.

Varka tersenyum sambil mengusap tengkuknya, "Gak enakan aku orangnya, Tante. Apalagi liat anak yang gak punya temen."

"Ka, kamu udah dikasih kesempatan main sama Rania. Di jagain loh anaknya Om Gim." pesan Kevin.

"Siap, Pi. Nanti aku kasih tau ke Saga biar tambah seru."

Bibir Rania tersenyum, tentu saja ia senang kalau punya waktu lebih banyak bareng Varka. Siapa sih yang gak suka sama cowok berprestasi, ganteng terus modelannya kayak Varka, ketus-ketus gemesin gitu anaknya.

"Rania kayaknya seneng banget bisa jalan sama Varka," goda Airin.

"Ih mama apaan sih, jelas aku senang lah, kan selama ini Rania gak punya temen yang bisa pergi keluar bareng, tiap hari kalau keluar sendiri pasti ada om bodyguard yang jagain."

Airin tersenyum geli, ia tahu kalau anaknya sedang menahan malu karena tatapan Rania untuk Varka terdapat ketertarikan di sana walaupun Varka sendiri masih masa bodoh.

"Varka, menurut kamu putri tante gimana?"

"Maksudnya gimana kayak apa? Aku belum begitu kenal sama anaknya tante, tapi kalau ditanya kepribadiannya sih kayaknya baik." ucap Varka.

Kevin dan Liora tak bisa menahan tawanya, "Varka itu gak peka, mohon dimaklumi ya. Nanti dia juga bakalan paham sendiri kok anaknya." kata Liora.

Varka menaikkan kedua alisnya tinggi, ketika menatap Rania, gadis itu hanya mengedikkan bahu. Beruntung tak lama makanan tiba, Varka sudah sangat lapar sampai tak sabar mencoba bebek goreng andalannya.

Para orang tua masih sibuk saling bercerita, kalau Varka tentu saja fokus pada makanan. Namun Rania sesekali masih curi pandang ke arah Varka, kira-kira cowok itu udah punya pacar apa belum ya.

Sayang banget Rania gak bisa deket sama Varka lebih dari sekedar teman karena keluarganya udah sepakat untuk menjodohkannya dengan cowok yang belum Rania kenal.

Cewek itu menunduk menyantap makanannya, kalau request anaknya kayak Varka boleh gak sih? Tanpa sadar Rania menggeleng, umurnya aja baru lima belas tahun kenapa banyak maunya.

Belum pantas anak lima belas tahun untuk pacaran, Rania mengingatkan dirinya sendiri meskipun sebenarnya ia jengkel tiap kali mengingat keluarganya udah sepakat untuk menjodohkannya saat dewasa nanti.

"Kamu kenapa, makanannya gak enak?" tanya Varka.

"Oh gak kok, masih panas sup nya." dalih Rania.

Varka mengangguk anggukan kepala, setelah itu kembali makan dengan tenang tanpa terganggu kanan kirinya sedang melakukan apa asalkan perutnya kenyang lebih dulu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status