Jangan lupa dukung karya aku yang ini juga ya :P
Siang harinya ketiga remaja itu bersamaan pergi untuk menunggangi kuda di salah satu daerah wisata dekat penginapan, Varka sengaja memilih satu kuda berukuran lebih besar dari yang lainnya dan juga lebih gagah."Varka, aku boleh gak naik kudanya bareng kamu?" tanya Rania ragu-ragu.Cowok di depannya menoleh, Varka lalu melihat Saga yang sedang berjalan ke arahnya sambil memegang tali kuda, kalau Varka bareng sama Rania terus Saga cemburu gimana?"Kamu gak mau ya?" ucap Rania."Oh gak gitu kok, tapi...," Varka menggaruk dagunya yang tidak gatal, "Saga, Lu yang bawa Rania aja gimana?" seru Varka.Saga menoleh, "Kasian kudanya, Ka. Lu gak liat nih yang gue bawa kuda poni." jawab Saga."Ya udah deh kalau gitu. Sini aku bantu naik, kaki kamu injak ini dulu nanti aku bantu dorong naik." kata Varka, Rania menerima uluran tangan Varka sebelum memberanikan diri naik kuda untuk pertama kalinya.Beberapa kali percobaan Rania gagal, gadis itu tak berhasil naik ke punggung kuda."Susah, Ka.""Angk
Pukul tiga sore mereka kembali keluar setelah hujan reda, tujuan kali ini adalah wisata terdekat, berhubung cuaca sedang tidak bagus, Varka mengurungkan niat mencoba paralayang alhasil tujuan sore itu ke kebun binatang meskipun bentar lagi sudah tutup."Saga, temen Lu tuh." ucap Varka sambil menunjuk orang utan."Dih ngatain, berarti elu dong." balas Saga, kedua cowok itu malah asik bercanda sendiri sedangkan Rania masih bingung gimana caranya mengimbangi mereka tanpa membuat keduanya salah paham."Ran, itu kembaranmu." Saga menunjuk harimau sumatera.Alis cewek itu terangkat tinggi, "Memang aku mirip ya sama harimau?""Kalau marahnya cewek sih kadang mirip harimau." jawab Varka, kedua cowok itu kembali tertawa sedangkan Rania masih tidak mengerti cara agar bisa tertawa seperti mereka.Mungkin Rania butuh saling mengenal lebih dekat lagi agar bisa bercanda gurau lebih asik, bukan hanya Varka dan Saga aja yang bisa tertawa bebas kayak gitu.Sebelum jam lima sore mereka berfoto ria deng
Suara bel berbunyi tanda jam istirahat makan siang, Lizzy menghampiri Varka lebih dulu, "Varka, ayok ke kantin."Cowok itu baru saja membereskan bukunya, belum sempat menjawab ketika Saga berbalik, "Dia ada janji sama gue, Lu sama yang lain duluan aja." kata Saga.Lizzy berdecih pelan tapi tak mengatakan apapun kemudian pergi, Saga menatap saudaranya yang diam saja kalau di dekati Lizzy, padahal jelas-jelas cewek itu punya niat tertentu."Lu sebenarnya paham gak sih?""Maksudnya gimana, kalau ngomong yang jelas dong." sahut Varka.Saga menghela nafas, "Lu gak sadar kalau Lizzy itu ngedeketin kamu karena ada niat, mending jauhin aja tuh anak, nih perasaanku ya dia rada gak bener. Kalau kamu terus ladenin tuh bocah, makin ngelunjak dia. Dan satu lagi, kamu kalau gak suka sama orang itu jangan seolah kamu ngasih harapan ke dia, paham kan?""Iya paham kok, jadi harus gue jauhin nih tuh anak?""Ya iyalah, bukannya apa nih ya. Kita udah hampir setahun sekelas sama tuh anak dan selama itu ng
Beberapa bulan berlalu, kandungan Liora sudah memasuki bulan ke tujuh. Perutnya juga sudah membesar, tubuhnya juga bertambah beberapa kilo dengan cepat karena keinginan makannya bertambah lebih banyak."Mami! Varka juara dua umum satu angkatan!" seru Varka dengan bangga menunjukkan lembar penghargaan yang diberikan oleh sekolah."Juara dua aja nih, gak juara satu?" canda Kevin yang datang membawakan susu ibu hamil untuk Liora."Ish kamu ini, sudah bagus Varka dapat juara bagus tahun ini, tahun sebelumnya Varka bahkan gak masuk sepuluh besar, peningkatan yang bagus buat anak mami."Varka mendekat memeluk Liora yang sedang berbaring santai di tempat tidur, Varka naik ke tempat tidur di sebelah Liora, tangannya menyentuh perut Liora dengan hati-hati sampai pergerakan dari dalam bisa Varka rasakan, tatapan remaja itu terlihat berbinar."Wah, adek di dalam aktif banget, Mam."Liora mengusap kepala putranya, beberapa bulan sebelumnya Varka terlihat tak begitu senang mengetahui Liora hamil,
Selesai makan, Rania dan Varka berada di ruang baca untuk belajar bersama, berhubung Varka masuk juara umum terbaik kedua di sekolahnya, itu artinya cowok ini pintar, Rania tidak perlu ragu kalau meminta bantuan dalam hal belajar."Selamat ya, kamu bisa masuk juara umur kedua tahun ini."Varka menoleh, "Iya makasih loh, itu juga nilai olahragaku yang tinggi, kurang satu poin aja aku gak masuk juara dua.""Tapi tetep aja kamu keren," jawab Rania.Cewek itu menuliskan sesuatu ke dalam buku, Varka memperhatikan, tulisan tangan Rania sangat rapi, milik Varka juga rapi, seenggaknya mirip tulisan dokter sepuluh persen."Pas tahu kamu sekolah di tempat yang sama denganku sebenarnya agak bikin kaget loh.""Kaget kenapa?" cewek itu setengah mengibaskan rambut yang menutupi wajah."Kan dari TK udah sekolah internasional, kalau di sekolah swasta kamu turun nilai gimana."Rania menggeleng, cewek itu tersenyum menunjukkan lesung pipi di sisi wajah kiri, "Gak kok, sebelum aku milih sekolah yang sam
Hubungan Varka dan Rania berjalan begitu saja, tanpa mereka sadari kedekatan itu semakin tidak bisa diprediksi, terlebih saat Rania mulai menyadari ketertarikannya dengan Varka, gadis itu juga sadar kalau dia sudah punya calon yang akan menjadi pasangannya di masa depan.Tapi karena sifat Varka yang secara tak sadar memperlakukan Rania lebih baik ketimbang cewek lainnya, tentunya hal itu membuat Rania berpikir apakah Varka juga menaruh perasaan?Namun untuk sementara ini Rania belum ingin berharap lebih, umurnya saja baru akan enam belas tahun. Dan menunggu empat tahun lagi sampai cowok yang sudah keluarganya jodohkan akan dikenalkan padanya."Apa orangnya lagi di luar negeri ya?" gumama Rania.Varka menoleh, "Kamu ngomong apa barusan?"Cewek di sebelahnya langsung menggeleng, "Oh gak kok, bukan kamu. Aku lagi mikir aja orang yang dijodohkan sama aku siapa, kenapa nunggu umurku dua puluh tahun dulu baru kita ketemu.""Mungkin aja orang tua kamu pengen masa remaja ini kamu lewati denga
Tengah malam Varka gak bisa tidur, meski kasurnya lembut dan nyaman tapi tetap saja sulit memejamkan mata, padahal hujan-hujan begini paling enak tarik selimut terus tidur.Tok. Tok.Varka menoleh, cowok itu berdiri melangkah ke arah pintu, terlihat Rania berdiri di depannya sambil memegang buku."Aku ganggu kamu tidur gak?" tanyanya."Gak kok, aku juga gak bisa tidur, kenapa emangnya?"Rania menunjukkan bukunya, ada banyak rumus di sana, "Kamu tahu gak mecahin soal ini, udah aku pake beberapa cara masih belum ketemu hasilnya.""Kamu bawa pulpen sama buku gak?"Rania mengangguk, Varka lalu mempersilahkan cewek itu masuk tanpa menutup pintu, membiarkannya tetap terbuka agar tak ada salah paham. Varka mengambil buku dan juga pulpen."Yang mana gak kamu tau?"Rania menunjuk satu soal di buku, dan mereka pun fokus saling mencari jawaban tanpa sadar kalau sekarang sudah jam sebelas malam. Airin yang haus tengah malam keluar dari kamar, dan karena kamarnya melewati tempat Varka menginap, la
"Kamu gak pulang dulu ambil baju ganti?" tanya Rania sambil menggunakan tas ransel.Varka sendiri menoleh menyerahkan helm, "Aku udah simpan baju ganti di loker, jadi aman. Ayo kesana, Saga juga katanya mau ikut."Kedua remaja itu naik ke motor, Rania juga masih menggunakan cara yang sama untuk naik ke motor Varka, meskipun cukup susah naiknya, tapi Rania memanfaatkan posisi itu untuk bisa beralasan memeluk Varka tanpa ada yang curiga.Begitu tiba di tempat yang dimaksud, ternyata di sana sepi, hanya ada dua sampai tiga orang saja. Mungkin yang lainnya liburan ke tempat lain, Varka meletakkan helm sambil mencari dimana Saga."Saga belum datang kayaknya, aku mau ganti baju dulu, kamu bawa baju renang gak?""Bawa nih." jawab Rania."Ya udah, kamu ganti juga sana. Itu ada tempat khusus cewek ganti." Rania mengangguk, cewek itu menuju ruang ganti dan di sana seorang pun tidak ada. Apa setiap hari minggu memang sepi begini? Rania buru-buru ganti baju renang karena suasana terasa dingin da