"Kamu gak pulang dulu ambil baju ganti?" tanya Rania sambil menggunakan tas ransel.Varka sendiri menoleh menyerahkan helm, "Aku udah simpan baju ganti di loker, jadi aman. Ayo kesana, Saga juga katanya mau ikut."Kedua remaja itu naik ke motor, Rania juga masih menggunakan cara yang sama untuk naik ke motor Varka, meskipun cukup susah naiknya, tapi Rania memanfaatkan posisi itu untuk bisa beralasan memeluk Varka tanpa ada yang curiga.Begitu tiba di tempat yang dimaksud, ternyata di sana sepi, hanya ada dua sampai tiga orang saja. Mungkin yang lainnya liburan ke tempat lain, Varka meletakkan helm sambil mencari dimana Saga."Saga belum datang kayaknya, aku mau ganti baju dulu, kamu bawa baju renang gak?""Bawa nih." jawab Rania."Ya udah, kamu ganti juga sana. Itu ada tempat khusus cewek ganti." Rania mengangguk, cewek itu menuju ruang ganti dan di sana seorang pun tidak ada. Apa setiap hari minggu memang sepi begini? Rania buru-buru ganti baju renang karena suasana terasa dingin da
Satu bulan berlalu, penantian panjang yang Kevin dan Liora tunggu akhirnya tiba. Kelahiran anak kedua ini Liora tidak bisa melahirkan dengan normal, mau tak mau ia harus berakhir di meja operasi dan proses melahirkan lebih cepat dari yang dokter perkirakan karena kandungan Liora kekurangan cairan.Tapi Kevin tak masalah, lahir normal maupun tidak selama ibu dan anaknya sehat, ia akan menerima lapang dada. Hari ini, Kevin sudah mengenakan pakaian steril untuk ikut masuk ke dalam ruangan.Di luar ada Varka dan Karin yang menantikan kabar bayinya, Liora berbaring di brankar bersiap untuk proses operasi. Varka menyentuh dadanya sendiri karena gugup."Mami harus semangat ya biar adek lahir selamat." ucapnya.Liora mengangguk pelan, para perawat dan Dokter masuk ke dalam ruangan, Kevin juga ikut masuk dan proses itu pun berlangsung di dalam sana. Karin menatap wajah Varka yang panik, wajahnya sampai pucat, Karin tak bisa menahan tawa, "Kamu kenapa pucet gitu.""Aku takut tante.""Gak apa-a
Liora sepenuhnya sudah sadar, dan karena itu bius untuk mengurangi rasa sakit setelah operasi kini kini mulai menghilang dan rasa sakitnya tentunya harus ditahan. Sementara putrinya tengah menangis minta asi darinya, mau tak mau dengan perlahan Liora duduk sambil memangku Zaline.Putrinya sudah lahir, perasaan lega dan bahagia yang Liora rasakan sampai membuatnya tak bisa berpaling pada wajah mungil yang ia pangku sekarang. Di sebelah Liora ada Kevin, tangan pria itu mengusap lembut kepala Liora."Kamu udah siapin semua yang dibutuhkan adek kan, kita masih menunggu sampai dokter kasih izin aku buat pulang." ucap Liora."Aman, aku udah siapkan semuanya. Selimut, pampers, baju dan minyak bayi juga sudah aku siapkan, kamu gak usah khawatir, cukup kasih asi buat Zaline, sisanya aku yang jagain." Kevin mencium bagian pelipis Liora sebelum menatap putrinya yang sedang menyusu."Yang cewek mirip kamu ya, pesek." celetuk Kevin, tentunya kalimat tersebut di barengi dengan tangan Liora yang men
"Ciee yang udah jadi kakak, selamat ya." goda Saga sambil merangkul Varka dari samping menuju kelas mereka berada.Candaan Saga barusan tidak begitu Varka tanggapi, namun dari arah depan mereka berpapasan dengan Lizzy, tapi perempuan itu lewat begitu saja tanpa menyapa."Tuh anak gak ganggu kamu lagi kan?" tanya Saga."Maksudmu Lizzy, sejauh ini tuh anak gak pernah lagi tuh nyapa. Kayaknya udah dapat pacar, kalau begitu baguslah jadi aku gak perlu susah payah buat jauhin dia."Saga menepuk pundak Varka, ternyata Lizzy anak yang mendengar juga sejak terakhir kali Saga peringati untuk tidak mendekati Varka lagi. Tapi kok aneh aja gitu anak kayak Lizzy nurut sama yang Saga omongin, gak mungkin tuh anak mempan diancam gitu doang."Lu hati-hati aja ya sama Lizzy, perasaan gue gak enak tiap kali lihat tuh anak.""Sensitif banget sih Lu.""Ye.., bukannya gitu bro. Ini perasaanku tuh kayaknya peka banget kalau bakalan ada yang terjadi, tapi gak tau apa, pokoknya Lu hati-hati aja." jawab Saga,
"Zaline!" Varka langsung meletakkan tas untuk mendekati adiknya, tapi Kevin langsung mendorong kepala putranya sampai Varka mundur, "aku mau ketemu adek.""Kamu itu dari sekolah, dari mana-mana. Banyak kuman sama bakteri nempel di badan kamu, jangan deketin Zaline kalau belum steril." jawab Kevin.Varka memanyunkan bibir, alhasil ia melihat adiknya dari jarak dua meter. "Mami sama Zaline kapan pulang?""Besok udah boleh pulang kok, tunggu hasil operasinya agak kering baru dibolehin." jawab Liora."Cuci tangan aja boleh gak, Pi?" tanya Varka.Kevin tetap menggeleng karena Varka sendiri masih berseragam sekolah, keringat disertai bakteri pasti nempel di badan cowok itu. Kevin gak mau ambil resiko dan membuat anaknya yang berusia dua hari nanti malah sakit."Mending kamu tunggu aja di rumah, nanti kalau mami sama Zaline pulang bisa kamu lihat sendiri kok.""Gak sabar tau, sejam aja gak liat Zaline udah kangen."Liora tersenyum tipis, ia bergerak untuk duduk dan Kevin sigap membantu. "Kam
"Udah gak pernah di jagain sama bodyguard lagi?" tanya Varka."Gak, kan ada kamu yang gantiin." jawab Rania sambil tertawa kecil."Bisa aja jawabnya. Lagian sejak kapan aku jadi bodyguard."Rania tersenyum geli. "Bercanda doang kok." ucapnya, kedua remaja itu menoleh melihat Kevin datang menghampiri."Mbak, aku juga mau bawain bubur kacang ijo untuk Liora, dibungkus ya.""Iya, Tuan. Mau di banyakin apa gak?""Kasih pas aja, soalnya saya sudah makan di rumah." jawab Kevin, ia menatap Varka dan Rania, mereka juga baru selesai makan bubur. "Ka, nanti kamu anterin Rania pulang. Ini udah malam, gak baik anak gadis pulang terlalu malam."Varka mengangguk, "Aman kok, Pi. Ini masih proses menurunkan makanan ke lambung dulu baru anterin anak kesayangan papi ini pulang." kata cowok itu dengan nada setengah menggerutu."Kalau anak Papi berarti adek kamu dong.""Ya kan papi perlakuin Rania udah kayak anak sendiri, aku aja berasa di anak tirikan gini kok." sahut cowok itu gak mau kalah.Kevin mena
Keesokan paginya, Varka menepati janji kalau akan berangkat bareng Rania. Cowok dengan motor hitam itu berhenti di depan rumah Rania, tidak begitu lama gadis yang ditunggu datang sambil mengenakan helm."Ayo.""Semangat banget, Neng?" kata Varka.Rania tertawa geli, "Buruan ih," ucapnya.Sedangkan kini di depan gerbang sekolah Saga juga baru sampai di parkiran saat melihat saudaranya datang untuk pertama kalinya membonceng perempuan, dengan senyum penuh arti Saga menunggu sampai Varka memarkirkan kendaraan.Kelihatannya dalam waktu beberapa bulan ini membuat hubungan mereka semakin dekat, tapi Varka udah peka dengan perasaan Rania apa belum ya? Kalau belum sih emang kudu dikasih tau.Saga melihat Rania turun dari motor Varka, cewek itu langsung menyadari keberadaan Saga."Udah dari tadi kamu?""Belum, baru sekitar tiga menit. Tapi tumben banget kalian berangkat bareng, rumah kamu sama Varka kan beda jalur."Varka melepaskan helm, remaja itu mengacak rambutnya sekilas, "Tuan putri mint
Hari pertandingan basket yang Saga lakukan pun tiba, remaja dengan nomor punggung delapan dengan baju persatuan tim basket berwarna hitam. Saga berjalan masuk ke dalam ruangan bersama para rekannya yang lain untuk membuat strategi singkat sebelum pertandingan antar sekolah dilakukan.Di luar itu ada Varka dan Rania serta beberapa anak remaja lain yang datang untuk menonton pertandingan. Tim cheerleader sekolah menampilkan pertunjukan mereka dengan sangat baik untuk pembukaan acara."Di sekolah kita ada beberapa kelas ekstrakurikuler. Kamu gak minat buat ikutan salah satunya?" tanya Varka sambil duduk di salah satu kursi bersebelahan dengan Rania.Kedua remaja itu membawa camilan saat menonton agar tidak garing kalau bosan."Sekolah kita gak mewajibkan untuk ikut kelas tambahan kan?" Rania bertanya balik.Varka menggeleng, "Gak juga sih, cuman ya nanya aja, mungkin kamu tertarik sama kelas tambahan. Di sekolah kita itu ada kelas budaya, kelas seni, kelas renang, bulutangkis, basket sama
Proses prewedding sebisa mungkin selesai satu hari karena akan ada proses calon pengantin dilarang keluar rumah selama satu minggu sebelum hari pernikahan, dan sehari setelah prewedding, Varka bersama Rania menyelesaikan dokumen pernikahan secepat yang mampu mereka lakukan dalam waktu satu hari dan itu berhasil.Selesai dua hal itu di persiapkan, kini Varka dan Rania juga memilih dekorasi seperti apa yang akan mereka gunakan untuk pesta resepsi, dan beruntungnya WO yang bekerja sama adalah kenalan dekat keluarga, pemilihan juga tidak membutuhkan waktu lama, setidaknya hanya butuh waktu kurang dari dua jam.Mengenai pemilihan gedung, itu sudah diurus oleh para orang tua karena harus memesan beberapa bulan sebelumnya sementara Varka dan Rania saat itu masih di negara orang.Dan voila, dalam waktu lima hari yang bisa dimanfaatkan Varka dan Rania untuk pesta pernikahan sudah lengkap, selebihnya di urus oleh orang tua mereka diawal. Lalu hari ini, hari dimana Varka dan Rania dilarang bertem
Lima tahun berlalu.Tepat hari ini usia Rania berusia dua puluh enam tahun dan menjadi Dosen muda di negara Singapura di bidang Artificial Intelligence yang mulai ditekuni sejak lulus pendidikan S2 di Sydney. Pembawaan saat mengajarkan materi di kelas banyak dipuji oleh mahasiswa. dan semua ini sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir.Rania melihat jam tangannya saat keluar dari kelas, beberapa mahasiswa menyapanya dengan ramah dan dibalas tak kalah ramah juga oleh Rania.Sekarang sudah pukul tiga sore dan tunangannya mengatakan akan mendarat di bandara Soetta pada pukul empat sore. Ini adalah pertemuan pertama sejak mereka berpisah lima tahun lalu.Rania merindukan Varka, lelaki itu juga pasti demikian. Ada perasaan gak sabar untuk bertemu calon suaminya karena kedatangan Varka ke Indonesia adalah untuk membahas pernikahan yang akan dilakukan dalam waktu dekat.Sayangnya Rania belum bisa bertemu dengan Varka hari ini di Indonesia karena posisinya masih di negara lain, ia baru men
Dari Bandung ke Jakarta setidaknya memakan waktu beberapa jam, dan Varka bersama Rania duduk sebelahan. Sebenarnya perjalanan mereka baru besok sore, sengaja berangkat sekarang karena ingin menghabiskan waktu berdua sebelum menjalani hubungan jarak jauh yang tidak sebentar."Kamu jangan lupa buat hubungin aku ya, setidaknya itu sekali setiap hari, tapi kalau kamu sibuk banget, hubungi aku seminggu sekali juga gak apa-apa." ucap Rania.Varka menoleh, meraih tangan Rania dan menggenggamnya, "Pasti, aku bakalan sempatkan kirim pesan atau menghubungi kamu. Saling jaga diri baik-baik ya sampai kita dipertemukan kembali suatu hari nanti."Rania mengangguk, ia menyandarkan kepalanya ke lengan Varka menantikan kereta tiba di stasiun tujuan.Beberapa jam berlalu dengan cepat, mereka tiba saat jam makan siang. Sebelum melanjutkan perjalanan ke penginapan, keduanya memilih makan lebih dulu dan Varka memperhatikan setiap kali makan bakso, Rania selalu menyisihkan daun bawang ke pinggirnya."Gak s
Hari yang ditunggu akhirnya tiba di mana pertunangan Varka dan Rania dilakukan hari ini. Dihadiri oleh beberapa kerabat dekat untuk memeriahkan acara tersebut dengan baik. Pesta keluarga itu berlangsung dengan bahagia, terlebih ketika Rania memamerkan cincin pertunangannya yang tampak cantik di jari manisnya.Cincin tersebut sebagai lambang kalau ia telah memiliki calon pasangan hidup, saling memegang teguh komitmen hingga pernikahan itu tiba."Kalian cocok banget," puji Airin yang berdiri bersama Liora melihat anak-anak mereka dengan bangga."Jadi harapan kita buat satuin mereka gak cuman omong kosong belaka, kan." sahut Gim.Kedua wanita di depannya menoleh, Airin dan Liora terkekeh, mereka ingat kalau orang yang paling bersemangat untuk menjodohkan Rania dan Varka adalah Gim, sekarang terlihat wajah puas melihat anaknya dan Varka sudah membuat perjanjian awal pernikahan.Kevin mendadak datang merangkul Gim dengan akrab, "Semoga dilancarkan sampai hari pernikahan ya, calon besan." k
Dua hari setelahnya, kini keluarga Varka dan Rania berkumpul bersama sambil menikmati makan malam sekaligus membahas mengenai acara pertunangan yang akan dilakukan dalam waktu dekat, di kedua keluarga sudah sepakat jika pesta dilakukan sederhana karena Varka dan Rania akan melanjutkan pendidikan kembali."Jadi kesimpulannya, baik Varka maupun Rania udah sepakat untuk pertunangan dilakukan dalam waktu dekat kan?" tanya Gim.Rania dan Varka mengangguk."Baguslah, kalau begitu ini berlangsung dengan lancar. Besok kita mulai penyusunan acaranya, pesta dilakukan dalam tiga hari lagi karena jadwal cuti kalian yang sangat sedikit." tambah Kevin.Rania menoleh sekilas ke arah Varka sebelum ke ayahnya, "Sebaiknya acaranya gak perlu mewah, ini cuman pertunangan.""Aku juga setuju, nanti aja pas acara nikahan baru dibuat mewah gak apa-apa." tambah Varka.Kevin dan Gim tertawa pelan, "Ternyata anakmu gak sabar juga buat segera bikin acara nikahan." canda Gim.Rania sendiri tersenyum malu-malu mes
Keesokan harinya, Varka turun ke ruang meja makan dimana orang tua dan adiknya ada di sana. Dengan santai Varka menarik kursi di sebelah Zaline, bahkan Varka mengusap sekilas rambut adiknya."Ka, kita bahas yang semalam. Kamu beneran serius mengenai pertunangan kamu sama Rania?" tanya Kevin.Varka menoleh, "Iya.""Gak coba kamu pikirkan lagi?" tanya Liora.Varka menggeleng, "Gak, Mam. Aku udah bilang setuju sama Rania, masa aku tarik lagi ucapan itu. Memang kalian mau bahas lebih lanjut lagi mengenai kapan acaranya ke keluarga Rania?""Kalau kalian berdua udah setuju, pertunangan secepatnya dilakukan, baik itu kamu sama Rania bakalan balik untuk melanjutkan pendidikan, waktu kalian terbatas." ucap Kevin."Terserah papi aja deh." Varka meraih roti bakar dan mengolesnya dengan selai coklat.Selesai sarapan, Varka menghampiri motor hitamnya, membersihkan dari debu yang sekiranya menempel. Bagaimanapun motor ini yang menemani masa remajanya, jadi tidak akan Varka jual."Bro!"Varka menol
Mobil putih yang Varka kendarai tiba di depan rumah Rania, "Makasih ya udah bela-belain anterin sampai rumah." ucapnya.Varka mengangguk, "Lebih aman kalau aku yang anterin kamu pulang, udah sana masuk biar aku cepet balik."Rania terkekeh, "Oke, hati-hati." lalu Rania turun dari mobil Varka sebelum kendaraan itu mulai melaju pergi, dengan senyum manis terukir di bibir Rania, gadis itu berjalan masuk ke dalam rumahnya pada pukul sebelas malam.Ternyata kedua orang tuanya sudah menantikan kedatangan Rania pulang, mereka duduk di sofa ruang tamu melihat ke arah Rania dengan sorot mata yang sulit dijelaskan."Ada apa?" tanya Rania heran.Gim menarik pelan tangan putrinya untuk duduk, "Kamu udah bicara sama Varka, jawaban dia gimana?" ucapnya tanpa basa basi.Rania tiba-tiba memeluk Gim dengan erat, "Rania seneng banget, Pa. Varka setuju buat pertunangan dilakukan dalam waktu dekat." katanya antusias."Yang bener?" sahut Airin."Iya, Varka sendiri yang ngomong." jawab Rania serius."Jadi
Rania tercengang, lebih ke arah gak percaya kalau Varka bakalan ngomong kayak barusan. Seperti mendapatkan kebahagiaan melejit tinggi, Rania berbalik ke arah Varka tanpa ragu memeluknya dengan erat.Gak ada pembicaraan, Rania buru-buru melepaskan pelukan karena mereka sedang ada di tempat umum sekarang, beberapa orang bahkan melihatnya dengan pandangan aneh barusan, tapi Rania gak peduli."Kamu serius?""Iya, aku serius. Tapi seperti yang kamu tau, perasaan aku udah gak sama lagi kayak dulu, jadi kamu harus bantu untuk perbarui." jawab Varka.Rania terkekeh, "Kamu bikin orang salah paham gampang banget ya." ujarnya."Sebenarnya kamu lebih jago bikin orang salah paham," Varka meraih tangan Rania, "jadi kita sepakat untuk terima pertunangan itu kan?"Rania mengangguk, "Tapi aku masih kuliah di Aussie, aku cuman punya libur dua belas hari.""Aku juga sama, cuti cuman dua minggu sebelum balik ke Denmark. Jadi, sementara ini kita fokus dengan dengan tujuan awal, kamu jadi dosen dan aku jad
Keluarga Rania dan keluarga Varka sudah ada di tempat yang sama, beberapa tahun tidak bertemu tapi Rania masih saja mengagumi sosok Varka sampai sekarang, justru wajah cowok itu makin dewasa dan punya tubuh lebih kekar.Namun perbedaan yang sangat terasa adalah sorot matanya yang berbeda, mungkin karena terlalu lama gak ketemu, jadi Rania merasa gak nyaman dengan tatapan Varka. Padahal saat usianya dua puluh tahun dan orang tuanya mengatakan kalau cowok yang dipasangkan untuk Rania adalah Varka, gadis itu kelihatan senang sekali.Tapi sekarang ... rasanya ada yang salah."Tadinya, tahun kemarin kita kasih tau ke kamu soal perjodohan ini, tapi kamu masih ada di Eropa dan gak punya izin cuti, dan sekarang kamu ada di sini untuk mengetahui calon istri kamu di masa depan. Hubungan kalian udah cukup baik, jadi kita para orang tua sepakat untuk mengadakan pertunangan dalam waktu dekat sebelum Varka kembali ke Eropa." ucap Kevin.Sementara sekarang ini Varka menatap Rania, gadis itu punya ra