Hari pertandingan basket yang Saga lakukan pun tiba, remaja dengan nomor punggung delapan dengan baju persatuan tim basket berwarna hitam. Saga berjalan masuk ke dalam ruangan bersama para rekannya yang lain untuk membuat strategi singkat sebelum pertandingan antar sekolah dilakukan.Di luar itu ada Varka dan Rania serta beberapa anak remaja lain yang datang untuk menonton pertandingan. Tim cheerleader sekolah menampilkan pertunjukan mereka dengan sangat baik untuk pembukaan acara."Di sekolah kita ada beberapa kelas ekstrakurikuler. Kamu gak minat buat ikutan salah satunya?" tanya Varka sambil duduk di salah satu kursi bersebelahan dengan Rania.Kedua remaja itu membawa camilan saat menonton agar tidak garing kalau bosan."Sekolah kita gak mewajibkan untuk ikut kelas tambahan kan?" Rania bertanya balik.Varka menggeleng, "Gak juga sih, cuman ya nanya aja, mungkin kamu tertarik sama kelas tambahan. Di sekolah kita itu ada kelas budaya, kelas seni, kelas renang, bulutangkis, basket sama
Masih dalam kondisi kaget Kezine berlari mendekat membawa handuk yang tadi tak jadi ia berikan pada Saga."Astaga kak, pake ini buat keringin rambut kamu." Kenzie menyerahkan handuknya pada Varka, tapi cowok itu justru membantu Rania untuk mengeringkan rambut Rania yang sempat terkena air."Kamu aja yang pake, aku gak basah banget kok." tolak Rania, gadis itu meraih handuk di tangan Varka untuk membantu cowok itu mengeringkan rambut.Mereka mendongak, sekilas melihat Lizzy yang langsung menghindar."Ah sialan, kok Varka muncul di waktu yang gak pas. Kacau semua, yang kesiram bukannya tuh cewek malah Varka." gerutu Lizzy dengan perasaan cemas kalau sewaktu waktu Varka bakalan marah padanya."Aku ambil handuk lain, di dalam masih banyak." Kenzie berlari lagi, sekarang Varka menarik Rania ke arah lain agar gadis itu membantunya lebih mudah mengeringkan rambut.Untungnya Varka pake baju dua lapis, baju luarnya ia lepaskan, baju kaosnya juga basah meski gak terlalu parah. Namun sekarang Ra
Kebiasaan rutin yang yang Varka dan Rania lakukan adalah belajar, kadang Kevin juga heran apa gak ada aktivitas lain yang bisa mereka lakukan selain belajar setiap kali bertemu? Menang itu hal yang bagus, tapi agak heran aja gitu anak remaja kayak mereka yang mana teman lain asik main, mereka malah menghadap buku."Anak-anak, tidurnya yang terlalu larut. Besok kalian masih harus sekolah." Kevin meletakkan potongan buah melon di depan Rania dan Varka."Makasih, Om."Kevin tersenyum, ia mengusap kepala Rania dengan sayang, "Bilang ya kalau Varka nakal sama kamu, nanti biar Om hukum dia.""Oke, Om! Nanti aku aduin kalau Varka nakal." jawab Rania sambil tertawa pelan.Varka berdecih, cowok itu menyantap buah yang Kevin bawakan. "Kamu pake ilmu apa sih kok papi aku sayang banget sama kamu.""Aku juga gak tau." Rania mengedikkan bahu.Keduanya menyantap buah dengan santai, tapi mendadak aja Varka teringat dengan kejadian tadi siang saat Rania di siram oleh Lizzy, gak mungkin Lizzy nyiram Ra
Varka dan Saga tidur terlalu larut malam setelah bermain game sampai jam dua belas malam. Begitu pagi tiba, Varka bangun lebih awal, sementara Saga justru meraih bantal guling dan melanjutkan tidurnya.Pukul lima pagi lewat tiga puluh menit, suara tangis Zaline terdengar sampai kamar Varka. Cowok itu pun menghampiri kamar orang tuanya, di sana Kevin sedang menggendong Zaline sambil berusaha menenangkan putrinya.Tapi Zaline menolak dot susu yang Kevin berikan."Adek kenapa, Pi? Mami mana?""Mami kamu lagi di toilet, baru aja masuk kamar mandi, adekmu nangis."Varka mengusap kelopak matanya, "Sini aku aja yang gendong Zaline.""Serius kamu?"Varka mengangguk, padahal saat ini Zaline tengah menangis. Perlahan Kevin pun memberikan Zaline pada Varka, dengan hati-hati cowok itu menerima adiknya."Sayangnya kakak, Zaline jangan nakal ya. Tunggu mami keluar dari toilet dulu." Varka meminta dot susu yang Kevin pegang lalu duduk di sofa sambil memangku Zaline.Uniknya Zaline menerima susu yang
Hujan masih betah, Varka dan Saga nongkrong sambil makan lolipop karena mereka memang tidak merokok. Cukup lama sampai jam satu siang hujan tidak kunjung reda, Varka menoleh ke arah Saga."Lu udah pergantian posisi?""Belum. Pertengahan semester baru pergantian posisi, Lu sendiri kapan pertandingan lagi?" tanya Saga balik.Varka menggeleng, "Tahun ini kayaknya gak ada, tapi tunggu aja deh informasinya nanti kapan dilakukan lomba renang lagi. Denger-denger sih ada pembukaan turnamen renang antar provinsi, cuman waktunya masih belum pasti kapan.""Basket yok bareng anak-anak lain." Saga turun dari posisinya duduk, tentunya Varka juga ikut kemana Saga pergi, di lapangan indoor terisi oleh anak cheerleader yang sedang latihan karena hari ini memang ada beberapa kelas kosong karena para guru tengah melakukan rapat."Masih dikuasai anak-anak cewek. Balik kelas aja yok, mabar kita disana." Saga merangkul Varka menuju kelas, saat perjalanan melewati koridor, mereka berpapasan dengan Rania yan
"Woy, jalan yuk!"Rania menoleh, cewek itu meletakkan ponsel saat menghampiri Varka, "Kemana?""Udah gak usah banyak tanya, kamu ganti baju aja, siap-siap aku tunggu di bawah." Varka berbalik, tapi langkah cowok itu berhenti ketika Rania berucap."Kamu bisa pinjamkan aku jaket gak, abis hujan tadi sore pasti di luar dingin."Varka mengangguk, "Kebetulan tuh aku punya jaket kekecilan, aku ambilkan bentar."Rani tersenyum, gadis itu segera bersiap ala kadarnya, hanya menyisir rambutnya yang berantakan dan mengikatnya sebelum meraih tas dan ponsel turun ke lantai bawah, di sana Varka sudah menunggu."Kalian mau kemana?" tanya Kevin."Aku mau jalan-jalan, capek belajar.""Dih, tumben amat punya rasa bosan belajar." cibir Kevin.Varka gak menyahut, cowok itu cuman memberikan jaketnya untuk Rania dan mereka keluar bersama mengendarai motor. Sekarang pukul tujuh malam, Rania juga gak tau kemana Varka akan membawanya pergi, tapi asal bareng Varka, Rania pasti senang.Motor terus melaju, udara
Kevin berdiri melipat tangan di depan perut melihat Rania dan Varka baru pulang, "Kenapa kalian pulang malam banget, ini udah hampir jam sebelas malam.""Tadi kita cuman nonton kok, tapi karena filmnya kemalaman jadi kita sempat kekunci di mall." Varka mengkode Rania untuk masuk ke kamar lebih dulu.Varka melepaskan jaketnya sambil menatap Kevin, "Aku gak bohong loh, Pi.""Kamu tau kan jam malam yang Papi kasih ke kamu.""Iya tau kok, kan tadi aku juga udah bilang sempat kekunci di mall, jadi mau gak mau lewat jalur darurat. Lagian ini belum jam sebelas kok, masih kurang lima belas menit lagi."Kevin menghembuskan nafas, "Kita itu di percaya sama orang tuanya Rania, kamu jangan bikin anaknya om Gim dalam masalah, jangan bikin malu Papi.""Astaga, harus berapa kali sih Varka bilang, kita cuman nonton, Pi. Kalau gak percya tanya aja deh sama Rania.""Ya udah, kamu cepat sana masuk kamar, jangan begadang. Besok Papi mau ajak kamu ke suatu tempat."Varka mengangguk patuh meski gak tau mau
"Lama gak ketemu, apa kabar." Rania yang awalnya kaget perlahan menyunggingkan senyum, "Kamu beneran Ghazi anaknya tante Sunny, kan?""Mentang-mentang setahun gak ketemu masa udah lupa aja kamu."Tanpa Varka duga, Rania melemparkan stik golfnya begitu saja lalu menghampiri Ghazi, bahkan memeluk cowok itu dengan akrab. Jauh di lubuk hati Varka semakin tidak suka, ia kira teman Rania cuman ia dan Saga, ternyata masih ada satu cowok lain yang juga ... lumayan ganteng."Kangen aku," Rania melepaskan pelukan, "kamu kapan pulang dari Aussie?""Kemarin lusa, belum lama ini kok. Di sini juga gak lama, selesai libur aku bakalan balik lagi ke Aussie, oh ya ini siapa?" Ghazi melihat Varka."Oh iya lupa, kenalin ini Varka. Anaknya om Kevin, aku kesini bareng sama keluarganya."Ghazi mengulurkan tangan dengan senyum ramah, "Aku Ghazi, teman kecilnya Rania."Dengan canggung Varka menjabat tangan Ghazi tanpa senyum di bibirnya, hanya dalam hitungan detik saja Varka di abaikan oleh Rania yang sibuk
Proses prewedding sebisa mungkin selesai satu hari karena akan ada proses calon pengantin dilarang keluar rumah selama satu minggu sebelum hari pernikahan, dan sehari setelah prewedding, Varka bersama Rania menyelesaikan dokumen pernikahan secepat yang mampu mereka lakukan dalam waktu satu hari dan itu berhasil.Selesai dua hal itu di persiapkan, kini Varka dan Rania juga memilih dekorasi seperti apa yang akan mereka gunakan untuk pesta resepsi, dan beruntungnya WO yang bekerja sama adalah kenalan dekat keluarga, pemilihan juga tidak membutuhkan waktu lama, setidaknya hanya butuh waktu kurang dari dua jam.Mengenai pemilihan gedung, itu sudah diurus oleh para orang tua karena harus memesan beberapa bulan sebelumnya sementara Varka dan Rania saat itu masih di negara orang.Dan voila, dalam waktu lima hari yang bisa dimanfaatkan Varka dan Rania untuk pesta pernikahan sudah lengkap, selebihnya di urus oleh orang tua mereka diawal. Lalu hari ini, hari dimana Varka dan Rania dilarang bertem
Lima tahun berlalu.Tepat hari ini usia Rania berusia dua puluh enam tahun dan menjadi Dosen muda di negara Singapura di bidang Artificial Intelligence yang mulai ditekuni sejak lulus pendidikan S2 di Sydney. Pembawaan saat mengajarkan materi di kelas banyak dipuji oleh mahasiswa. dan semua ini sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir.Rania melihat jam tangannya saat keluar dari kelas, beberapa mahasiswa menyapanya dengan ramah dan dibalas tak kalah ramah juga oleh Rania.Sekarang sudah pukul tiga sore dan tunangannya mengatakan akan mendarat di bandara Soetta pada pukul empat sore. Ini adalah pertemuan pertama sejak mereka berpisah lima tahun lalu.Rania merindukan Varka, lelaki itu juga pasti demikian. Ada perasaan gak sabar untuk bertemu calon suaminya karena kedatangan Varka ke Indonesia adalah untuk membahas pernikahan yang akan dilakukan dalam waktu dekat.Sayangnya Rania belum bisa bertemu dengan Varka hari ini di Indonesia karena posisinya masih di negara lain, ia baru men
Dari Bandung ke Jakarta setidaknya memakan waktu beberapa jam, dan Varka bersama Rania duduk sebelahan. Sebenarnya perjalanan mereka baru besok sore, sengaja berangkat sekarang karena ingin menghabiskan waktu berdua sebelum menjalani hubungan jarak jauh yang tidak sebentar."Kamu jangan lupa buat hubungin aku ya, setidaknya itu sekali setiap hari, tapi kalau kamu sibuk banget, hubungi aku seminggu sekali juga gak apa-apa." ucap Rania.Varka menoleh, meraih tangan Rania dan menggenggamnya, "Pasti, aku bakalan sempatkan kirim pesan atau menghubungi kamu. Saling jaga diri baik-baik ya sampai kita dipertemukan kembali suatu hari nanti."Rania mengangguk, ia menyandarkan kepalanya ke lengan Varka menantikan kereta tiba di stasiun tujuan.Beberapa jam berlalu dengan cepat, mereka tiba saat jam makan siang. Sebelum melanjutkan perjalanan ke penginapan, keduanya memilih makan lebih dulu dan Varka memperhatikan setiap kali makan bakso, Rania selalu menyisihkan daun bawang ke pinggirnya."Gak s
Hari yang ditunggu akhirnya tiba di mana pertunangan Varka dan Rania dilakukan hari ini. Dihadiri oleh beberapa kerabat dekat untuk memeriahkan acara tersebut dengan baik. Pesta keluarga itu berlangsung dengan bahagia, terlebih ketika Rania memamerkan cincin pertunangannya yang tampak cantik di jari manisnya.Cincin tersebut sebagai lambang kalau ia telah memiliki calon pasangan hidup, saling memegang teguh komitmen hingga pernikahan itu tiba."Kalian cocok banget," puji Airin yang berdiri bersama Liora melihat anak-anak mereka dengan bangga."Jadi harapan kita buat satuin mereka gak cuman omong kosong belaka, kan." sahut Gim.Kedua wanita di depannya menoleh, Airin dan Liora terkekeh, mereka ingat kalau orang yang paling bersemangat untuk menjodohkan Rania dan Varka adalah Gim, sekarang terlihat wajah puas melihat anaknya dan Varka sudah membuat perjanjian awal pernikahan.Kevin mendadak datang merangkul Gim dengan akrab, "Semoga dilancarkan sampai hari pernikahan ya, calon besan." k
Dua hari setelahnya, kini keluarga Varka dan Rania berkumpul bersama sambil menikmati makan malam sekaligus membahas mengenai acara pertunangan yang akan dilakukan dalam waktu dekat, di kedua keluarga sudah sepakat jika pesta dilakukan sederhana karena Varka dan Rania akan melanjutkan pendidikan kembali."Jadi kesimpulannya, baik Varka maupun Rania udah sepakat untuk pertunangan dilakukan dalam waktu dekat kan?" tanya Gim.Rania dan Varka mengangguk."Baguslah, kalau begitu ini berlangsung dengan lancar. Besok kita mulai penyusunan acaranya, pesta dilakukan dalam tiga hari lagi karena jadwal cuti kalian yang sangat sedikit." tambah Kevin.Rania menoleh sekilas ke arah Varka sebelum ke ayahnya, "Sebaiknya acaranya gak perlu mewah, ini cuman pertunangan.""Aku juga setuju, nanti aja pas acara nikahan baru dibuat mewah gak apa-apa." tambah Varka.Kevin dan Gim tertawa pelan, "Ternyata anakmu gak sabar juga buat segera bikin acara nikahan." canda Gim.Rania sendiri tersenyum malu-malu mes
Keesokan harinya, Varka turun ke ruang meja makan dimana orang tua dan adiknya ada di sana. Dengan santai Varka menarik kursi di sebelah Zaline, bahkan Varka mengusap sekilas rambut adiknya."Ka, kita bahas yang semalam. Kamu beneran serius mengenai pertunangan kamu sama Rania?" tanya Kevin.Varka menoleh, "Iya.""Gak coba kamu pikirkan lagi?" tanya Liora.Varka menggeleng, "Gak, Mam. Aku udah bilang setuju sama Rania, masa aku tarik lagi ucapan itu. Memang kalian mau bahas lebih lanjut lagi mengenai kapan acaranya ke keluarga Rania?""Kalau kalian berdua udah setuju, pertunangan secepatnya dilakukan, baik itu kamu sama Rania bakalan balik untuk melanjutkan pendidikan, waktu kalian terbatas." ucap Kevin."Terserah papi aja deh." Varka meraih roti bakar dan mengolesnya dengan selai coklat.Selesai sarapan, Varka menghampiri motor hitamnya, membersihkan dari debu yang sekiranya menempel. Bagaimanapun motor ini yang menemani masa remajanya, jadi tidak akan Varka jual."Bro!"Varka menol
Mobil putih yang Varka kendarai tiba di depan rumah Rania, "Makasih ya udah bela-belain anterin sampai rumah." ucapnya.Varka mengangguk, "Lebih aman kalau aku yang anterin kamu pulang, udah sana masuk biar aku cepet balik."Rania terkekeh, "Oke, hati-hati." lalu Rania turun dari mobil Varka sebelum kendaraan itu mulai melaju pergi, dengan senyum manis terukir di bibir Rania, gadis itu berjalan masuk ke dalam rumahnya pada pukul sebelas malam.Ternyata kedua orang tuanya sudah menantikan kedatangan Rania pulang, mereka duduk di sofa ruang tamu melihat ke arah Rania dengan sorot mata yang sulit dijelaskan."Ada apa?" tanya Rania heran.Gim menarik pelan tangan putrinya untuk duduk, "Kamu udah bicara sama Varka, jawaban dia gimana?" ucapnya tanpa basa basi.Rania tiba-tiba memeluk Gim dengan erat, "Rania seneng banget, Pa. Varka setuju buat pertunangan dilakukan dalam waktu dekat." katanya antusias."Yang bener?" sahut Airin."Iya, Varka sendiri yang ngomong." jawab Rania serius."Jadi
Rania tercengang, lebih ke arah gak percaya kalau Varka bakalan ngomong kayak barusan. Seperti mendapatkan kebahagiaan melejit tinggi, Rania berbalik ke arah Varka tanpa ragu memeluknya dengan erat.Gak ada pembicaraan, Rania buru-buru melepaskan pelukan karena mereka sedang ada di tempat umum sekarang, beberapa orang bahkan melihatnya dengan pandangan aneh barusan, tapi Rania gak peduli."Kamu serius?""Iya, aku serius. Tapi seperti yang kamu tau, perasaan aku udah gak sama lagi kayak dulu, jadi kamu harus bantu untuk perbarui." jawab Varka.Rania terkekeh, "Kamu bikin orang salah paham gampang banget ya." ujarnya."Sebenarnya kamu lebih jago bikin orang salah paham," Varka meraih tangan Rania, "jadi kita sepakat untuk terima pertunangan itu kan?"Rania mengangguk, "Tapi aku masih kuliah di Aussie, aku cuman punya libur dua belas hari.""Aku juga sama, cuti cuman dua minggu sebelum balik ke Denmark. Jadi, sementara ini kita fokus dengan dengan tujuan awal, kamu jadi dosen dan aku jad
Keluarga Rania dan keluarga Varka sudah ada di tempat yang sama, beberapa tahun tidak bertemu tapi Rania masih saja mengagumi sosok Varka sampai sekarang, justru wajah cowok itu makin dewasa dan punya tubuh lebih kekar.Namun perbedaan yang sangat terasa adalah sorot matanya yang berbeda, mungkin karena terlalu lama gak ketemu, jadi Rania merasa gak nyaman dengan tatapan Varka. Padahal saat usianya dua puluh tahun dan orang tuanya mengatakan kalau cowok yang dipasangkan untuk Rania adalah Varka, gadis itu kelihatan senang sekali.Tapi sekarang ... rasanya ada yang salah."Tadinya, tahun kemarin kita kasih tau ke kamu soal perjodohan ini, tapi kamu masih ada di Eropa dan gak punya izin cuti, dan sekarang kamu ada di sini untuk mengetahui calon istri kamu di masa depan. Hubungan kalian udah cukup baik, jadi kita para orang tua sepakat untuk mengadakan pertunangan dalam waktu dekat sebelum Varka kembali ke Eropa." ucap Kevin.Sementara sekarang ini Varka menatap Rania, gadis itu punya ra