"Senang bisa bertemu Anda, Pak." ucap Kevin menjabat tangan Gimartin atau pria yang kerap disebut Om Gim oleh Varka.
"Kayak sama siapa aja kamu manggil pake embel-embel, Pak. Lagian ini bukan pertemuan resmi juga, santai ajalah." ucap Gim.
Kevin terkekeh sembari mempersilahkan Gim duduk, "Ini soal anak-anak."
"Jadi kamu udah setuju nih kalau mereka dijodohkan?" sahut Gim.
"Kalau aku setuju aja, mereka juga cocok. Tapi kemarin mami nya Varka kelihatannya ragu kalau perjodohan ini bakalan memberatkan anak-anak."
Gim mengangguk, "Sebenarnya Airin juga sama aja, dia gak begitu setuju. Selain itu nanti aku juga harus ngomong sama Oma-nya Rania soal perjodohan ini, kamu tahu sendiri kalau Oma-nya Rania itu ketat banget jagain cucunya, ngalahin aku sebagai bapaknya."
"Kalau gitu kita kan udah sepakat ya mau jodohin anak-anak, jaman sekarang udah lebih bebas dari jaman kita dulu, aku khawatir aja nanti Varka salah pergaulan terus bikin masalah sama cewek lain."
"Aku juga sama, anakku perempuan gimana aku gak khawatir terjadi sesuatu. Bentar lagi Rania masuk SMA, dia pengen masuk SMA swasta ketimbang internasional, tapi Oma-nya gak setuju. Menurut kamu sebaiknya harus gimana?"
Kevin berpikir, "Itu urusan keluarga kalian sih, kan Rania juga masih harus melanjutkan pendidikan, mau SMA swasta atau SMA internasional gak masalah selama sistem pendidikannya bagus."
"Nanti aku diskusikan sama keluarga soal perjodohan Rania sama Varka, kalau beneran mereka cocok nanti kita bakalan jadi besan." Gim lalu tertawa.
"Tunggulah anak-anak sampai dewasa, umur Varka baru tujuh belas tahun dua bulan lalu."
"Aman, kalau umur gak masalah, yang penting sudah ada ikatan resmi kalau mereka udah ada pasangan. Nanti kalau mereka dewasa kita tinggal nikahin aja." jawab Gim terlihat senang.
Dulu ketika menemukan Varka, Gim sudah tertarik dengan bayi tampan itu. Siapa sangka kalau orang tua Varka adalah mantan tunangan istri Gim sekarang, tapi itu bukan masalah karena Gim merasa cocok kalau Varka yang akan menjadi pasangan Rania.
"Kamu udah kasih tau Varka kalau di dijodohkan sama Rania?"
Kevin menggeleng, pria itu meneguk minuman yang sudah di pesan kemudian menghela nafas, "Anak-anak pasti bakalan gak setuju kalau tahu, jadi aku sarankan kita resmikan aja dulu perjodohan ini baru mereka dikasih tau."
Gim mengangguk setuju, "Kita ketemu lagi kalau dua belah pihak udah setuju, setelah resmi buat dijodohkan, nanti kita baru kasih tahu anak-anak." jawabnya.
Kedua bapak-bapak itu tampak lebih semangat untuk menyatukan kedua anak mereka, selain itu Gim menyukai Varka dan Kevin juga menyukai Rania, keduanya berasal dari keluarga baik dan pastinya tak ada yang perlu untuk diragukan lagi jika saling menjalin hubungan kekeluargaan.
"Anak aku bakalan aku didik lebih baik." kata Kevin.
Gim terkekeh, "Selama mereka berdua belum menikah, kita pastikan anak-anak pantas menjalin hubungan lebih serius."
"Mantap kalau gitu, jadi target nikah mereka kapan?" sahut Kevin.
___
"Hachuu!" Varka menggosok hidungnya yang terasa mendadak gatal, cowok itu menoleh melihat Saga menyodorkan tisu.
"Tisu dari mana nih, awas aja tisu toilet Lu kasih ke gue."
"Nggak lah bego, itu tadi aku nyomot punya Lizzy, nanti kalau anaknya balik aku bilang kalau tisunya aku ambil barusan." jawab Saga.
Varka mengusap hidungnya, "Gatel banget, apa mau kena flu ya?"
"Lah elu aja mainnya kayak ikan di dalem air terus sih." sahut Ardian.
Varka cuman melirik teman sekelasnya itu, gimana gak di dalam air kalau les tambahan yang Varka ikuti adalah renang. Setiap pulang sekolah atau setiap ada waktu pasti akan Varka manfaatkan untuk berenang, apalagi sebentar lagi ia akan melakukan pertandingan, pasti pelatih akan memanggilnya untuk latihan lebih sering.
"Laper nih, makan yuk." ajak Saga.
"Lu yang traktir aku selama dua bulan." sahut Varka.
Saga mendelik, "Idih, makan Lu kan banyak, tekor gue kalau sampai dua bulan."
Varka menarik Saga dari duduknya kemudian merangkul saudaranya, "Ya udah deh gak usah, tapi Lu ganti pembayaran servis motor gue enam juta, gimana?"
"Traktir dua bulan, deal." jawab Saga tanpa negosiasi lagi ketimbang harus membayar denda enam juta dengan Varka.
Varka dan Saga pun pergi ke kantin, anak-anak sudah sangat ramai mengantri membeli makanan, Saga juga memilih beberapa menu makanan yang ada dari deretan panjang ibu kantin.
"Masa mahal banget sih ganti body motor doang."
"Kalau murah, paling cuman dapat ban belakangnya doang, itu pun ban belakangnya hampir sejuta. Lagian Lu kok bisa sih, padahal itu kan jalanan sepi tapi malah nabrak tiang listrik, untung aja gak kesetrum." Varka mengambil pesanannya, begitu juga Saga, kedua cowok itu celingukan mencari tempat kosong baru duduk di sana.
Saga nyengir, "Namanya juga kecelakan, kita mah mana tahu bakalan kejadian kayak gitu. Lagian ya, aku udah hati-hati kok tapi ya orang apes mau gimana lagi."
"Makannya kalau pergi tuh baca doa." cibir Varka.
Kedua cowok itu melihat Bianca meletakkan makanannya di meja yang sama dengan Varka dan Saga, "Gabung ya, meja lain penuh."
"Gabung aja, ini tempat umum kok." Saga menyuapkan makanan, "eh ya, kamu anak pindahan dari Malang, kok mau pindah ke sini?"
Bianca menyuapkan gorengan ke mulutnya, sebelum menjawab gadis itu meneguk jus jeruk. "Mama aku pindah kerja di sini, dia pindah tugas di universitas Bandung."
"Mama kamu Dosen?" tanya Varka, Bianca mengangguk.
"Wih keren," celetuk Saga.
Ketiganya makan dengan tenang, lalu dari pintu masuk Lizzy melihat keberadaan Varka dan Saga duduk bersama anak baru, tiba-tiba cewek dari samping Lizzy ngomong.
"Anak baru mulai ngedeketin gebetan mu, Liz. Berani banget dia ngedeketin cowok kebanggan sekolah ini."
Lizzy menoleh ke arah temannya, "Kita kasih paham anak itu," Lizzy berjalan lebih dulu menghampiri meja dimana Varka dan yang lain duduk bersama menikmati makanan, mendadak Lizzy datang duduk di sebelah Varka.
"Join ya," katanya.
"Lizzy, tadi aku ambil tisu di mejamu." ucap Saga.
"Gak apa-apa, ambil aja kalau butuh." Lizy menatap Varka, "Ka, nanti senggang gak, temenin aku keluar dong." ucapnya dengan manja.
Bianca sampai menaikkan alisnya melihat sikap Lizzy, ternyata dia punya temen kecentilan di kelas.
"Motorku rusak, aku berangkat sama Saga. Lagian kenapa Lu mintanya ke aku sih, kan ada temen yang lain, atau pesen ojek online gitu."
"Dih sombongnya, kalau gitu kapan kamu dapat cewek," cibir Lizzy.
Varka dengan santai masih menyantap makanan, "Intinya motorku lagi rusak, meskipun motorku juga baik-baik aja gak bakalan aku anterin kamu kesana kemari. Lu kira aku ojek apa?"
"Ojek premium, bayar pake cinta." celetuk Saga sambil tertawa.
"Dih, ngomong apa sih." sahut Varka.
Kedua cowok itu berdebat ringan mengabaikan Lizzy sementara Bianca tidak menanggapi apapun selain menikmati makanannya.
"Eh anak baru, kenalin, Lizzy." gadis itu mengulurkan tangan.
Bianca menjabat tangan Lizzy singkat, "Bianca,"
"Oh ya mau ngasih tau, jangan deketin Varka ya, dia tuh gebetan gue."
Alis Bianca terangkat tinggi, yang dia lihat Varka mengabaikannya lalu apa ini yang disebut cinta sepihak? Tanpa sadar Bianca menyeringai, "Terserah Lu aja dah, gak ikutan aku."
"Ngomong apa kamu barusan, gebetan? Emang Varka mau sama kamu?" sahut Saga yang tak sengaja dengar kalimat Lizzy.
Cewek itu menoleh, tanpa ragu memeluk lengan Varka, "Iya, emang kenapa, Lu iri?" sambil menjulurkan lidah.
Varka juga tidak mendorong Lizzy menjauh, ia tidak berpikir kalau ucapan cewek di sebelahnya ini serius karena sudah setahun mereka di kelas yang sama, jadi Varka hanya menganggap kedekatannya dengan Lizzy sekedar teman kelas.
Bagi Varka teman ya teman, gak ada yang lain, terlebih lagi pikiran Varka juga belum benar-benar ingin menjalin hubungan pacaran, menurut Varka pacaran hanya buang-buang waktu dan tenaga sia-sia.
"Ka, Kamu mau pacaran sama Lizzy?" tanya Saga.
Cowok itu menoleh, mulutnya penuh makanan.
"Habisan dah ini, habisin." Saga meringis sementara Lizzy kembali menjulurkan lidahnya mengejek, lalu tatapannya ke arah Bianca yang juga melihatnya.
Dengan senyum kemenangan Lizzy menunjukkan kalau dia bisa dekat dengan Varka, tapi Bianca tidak begitu peduli, pemandangan cewek centil macam Lizzy sudah sering ia lihat di sekolah lamanya, sialnya di sekolah baru di hari pertama sudah dihadapkan dengan orang seperti itu.
Ketemu lagi sama Liora - Kevin, cuman ini bukan kisah yang sama kayak sebelumnya ya. Disini juga minim konflik, jadi yang gak suka konflik berat cocok nih baca ini aja wkwk
Beberapa minggu berlalu, hari ini para peserta renang sudah bersiap untuk melakukan perlombaan. Kevin dan Liora turut hadir untuk melihat putra kebanggan mereka melakukan pertandingan, tak hanya itu saja, saat Kevin menoleh melihat kedatangan Gim bersama istri dan anaknya."Apa kita terlambat?" tanya Gim."Belum dimulai kok, sini kita nonton." ucap Kevin.Rania duduk di sebelah Liora, "Tante apa kabar, adek bayi sehat kan?" tanya Rania."Sehat kok, kamu kalau akhir pekan main dong ke rumah tante lagi." Rania terkekeh, "Nanti Rania usahakan, soalnya kadang akhir pekan Rania juga ada kegiatan.""Masih muda udah sibuk banget ya kamu, sini kita santai dulu sambil nonton Varka tanding." Rania mengangguk.Di sisi lain lapangan sudah ada enam peserta dengan persiapan yang matang, salah satunya ada Varka di urutan ke empat. Dari yang lainnya, Varka terlihat lebih tinggi karena gen ayahnya juga tinggi.Kulitnya juga lebih putih dari peserta lainnya, tapi apakah kemampuan Varka juga lebih dar
"Nanti kalau Rania udah lulus SMP bakalan lanjut di mana?" tanya Liora.Gim menoleh, "Aku gak maksain pilihan Rania, kalau dia mau di sekolah internasional silahkan, kalau mau di sekolah swasta juga gak masalah, tergantung anaknya mau pilih mana."Kevin menghentikan mobil di depan restoran kemudian turun dari kendaraan, "Varka masih belum aku kasih tau.""Rania juga belum dikasih tau, tapi kemarin pas aku bicara sama Omanya dia gak sengaja dengerin," balas Airin."Jadi Rania tau kalau Varka yang bakalan dijodohkan sama dia?" tanya Liora lagi.Airin menggeleng, "Soal itu masih belum, Rania juga gak marah kalau tahu dia bakalan dijodohkan. Kira-kira nanti reaksinya kayak apa yang kalau tau cowok itu adalah Varka."Para orang tua serempak melihat kedatangan Varka, kedua remaja itu terlihat sangat romantis padahal hanya berboncengan, tapi Varka juga membantu Rania turun dari motor serta melepaskan helm di kepala gadis itu.Kevin tersenyum tipis, putranya sudah besar meski rasanya baru kem
"Beneran Lu!" seru Saga setelah Varka kasih tau kalau akhir pekan besok Rania bakalan ikut liburan. Saga sampai menutup bibirnya sendiri, tapi sedetik kemudian wajah cowok itu terlihat lesu."Lah kenapa loyo, kan udah aku bujuk tuh orang tuanya biar Rania boleh ikut liburan, harusnya kamu seneng, kan?"Saga merebahkan bahunya di sofa, "Seneng sih seneng, Ka. Tapi kan kamu juga tau kalau Rania tuh udah dijodohkan sama orang tuanya ke cowok lain, susah buat aku ngedeketin dia, sekalipun bisa juga gak bakalan jodoh ya sama aja bohong ngabisin waktu sia-sia.""Jadi lu maunya apa!" Varka menimpuk wajah Saga dengan bantal sofa."Gue angkat tangan aja kali ya, temenan sama Rania tanpa berharap lebih juga udah oke, toh aku juga cuman tertarik doang kok, bukan suka karena cinta."Sudut bibir Varka berkedut, "Payah Lu, belum maju udah nyerah. Udahlah kalau gitu aku mau pulang aja, jangan lupa besok Lu yang bawa mobil, aku udah reservasi tempat menginap."Pupil mata Saga melirik Varka yang berja
Masih sangat pagi ketika Kevin melompat dari tempat tidur menuju kamar mandi, segera pria itu langsung mengeluarkan apapun yang keluar dari mulutnya, mendadak badannya terasa dingin dan mulutnya sangat pahit.Momen seperti ini baru pertama kali Kevin rasakan sejak Liora hamil anak kedua, ternyata mengalami kehamilan simpatik itu cukup gak nyaman, buktinya selama sebulan Kevin selalu mengalami mual pagi hari, lalu makanan yang paling enak masuk ke mulutnya hanya mangga."Astaga, badanku jadi lemes banget." Kevin bersandar di dinding, kemudian membasuh wajahnya sebelum keluar menghampiri Liora.Liora duduk bersandar melihat Kevin datang dengan lemas, "Sini aku olesin minyak ke punggung kamu biar mendingan."Kevin mengangguk, Liora lebih dulu mengambil tisu untuk mengeringkan punggung Kevin dari keringat sebelum mengoleskan minyak kayu putih."Masih gak enakan ya?" tanya Liora, tangannya yang kecil itu memijat pelan punggung Kevin."Pait banget mulutku, kayaknya semalam aku kebanyakan mak
Siang harinya ketiga remaja itu bersamaan pergi untuk menunggangi kuda di salah satu daerah wisata dekat penginapan, Varka sengaja memilih satu kuda berukuran lebih besar dari yang lainnya dan juga lebih gagah."Varka, aku boleh gak naik kudanya bareng kamu?" tanya Rania ragu-ragu.Cowok di depannya menoleh, Varka lalu melihat Saga yang sedang berjalan ke arahnya sambil memegang tali kuda, kalau Varka bareng sama Rania terus Saga cemburu gimana?"Kamu gak mau ya?" ucap Rania."Oh gak gitu kok, tapi...," Varka menggaruk dagunya yang tidak gatal, "Saga, Lu yang bawa Rania aja gimana?" seru Varka.Saga menoleh, "Kasian kudanya, Ka. Lu gak liat nih yang gue bawa kuda poni." jawab Saga."Ya udah deh kalau gitu. Sini aku bantu naik, kaki kamu injak ini dulu nanti aku bantu dorong naik." kata Varka, Rania menerima uluran tangan Varka sebelum memberanikan diri naik kuda untuk pertama kalinya.Beberapa kali percobaan Rania gagal, gadis itu tak berhasil naik ke punggung kuda."Susah, Ka.""Angk
Pukul tiga sore mereka kembali keluar setelah hujan reda, tujuan kali ini adalah wisata terdekat, berhubung cuaca sedang tidak bagus, Varka mengurungkan niat mencoba paralayang alhasil tujuan sore itu ke kebun binatang meskipun bentar lagi sudah tutup."Saga, temen Lu tuh." ucap Varka sambil menunjuk orang utan."Dih ngatain, berarti elu dong." balas Saga, kedua cowok itu malah asik bercanda sendiri sedangkan Rania masih bingung gimana caranya mengimbangi mereka tanpa membuat keduanya salah paham."Ran, itu kembaranmu." Saga menunjuk harimau sumatera.Alis cewek itu terangkat tinggi, "Memang aku mirip ya sama harimau?""Kalau marahnya cewek sih kadang mirip harimau." jawab Varka, kedua cowok itu kembali tertawa sedangkan Rania masih tidak mengerti cara agar bisa tertawa seperti mereka.Mungkin Rania butuh saling mengenal lebih dekat lagi agar bisa bercanda gurau lebih asik, bukan hanya Varka dan Saga aja yang bisa tertawa bebas kayak gitu.Sebelum jam lima sore mereka berfoto ria deng
Suara bel berbunyi tanda jam istirahat makan siang, Lizzy menghampiri Varka lebih dulu, "Varka, ayok ke kantin."Cowok itu baru saja membereskan bukunya, belum sempat menjawab ketika Saga berbalik, "Dia ada janji sama gue, Lu sama yang lain duluan aja." kata Saga.Lizzy berdecih pelan tapi tak mengatakan apapun kemudian pergi, Saga menatap saudaranya yang diam saja kalau di dekati Lizzy, padahal jelas-jelas cewek itu punya niat tertentu."Lu sebenarnya paham gak sih?""Maksudnya gimana, kalau ngomong yang jelas dong." sahut Varka.Saga menghela nafas, "Lu gak sadar kalau Lizzy itu ngedeketin kamu karena ada niat, mending jauhin aja tuh anak, nih perasaanku ya dia rada gak bener. Kalau kamu terus ladenin tuh bocah, makin ngelunjak dia. Dan satu lagi, kamu kalau gak suka sama orang itu jangan seolah kamu ngasih harapan ke dia, paham kan?""Iya paham kok, jadi harus gue jauhin nih tuh anak?""Ya iyalah, bukannya apa nih ya. Kita udah hampir setahun sekelas sama tuh anak dan selama itu ng
Beberapa bulan berlalu, kandungan Liora sudah memasuki bulan ke tujuh. Perutnya juga sudah membesar, tubuhnya juga bertambah beberapa kilo dengan cepat karena keinginan makannya bertambah lebih banyak."Mami! Varka juara dua umum satu angkatan!" seru Varka dengan bangga menunjukkan lembar penghargaan yang diberikan oleh sekolah."Juara dua aja nih, gak juara satu?" canda Kevin yang datang membawakan susu ibu hamil untuk Liora."Ish kamu ini, sudah bagus Varka dapat juara bagus tahun ini, tahun sebelumnya Varka bahkan gak masuk sepuluh besar, peningkatan yang bagus buat anak mami."Varka mendekat memeluk Liora yang sedang berbaring santai di tempat tidur, Varka naik ke tempat tidur di sebelah Liora, tangannya menyentuh perut Liora dengan hati-hati sampai pergerakan dari dalam bisa Varka rasakan, tatapan remaja itu terlihat berbinar."Wah, adek di dalam aktif banget, Mam."Liora mengusap kepala putranya, beberapa bulan sebelumnya Varka terlihat tak begitu senang mengetahui Liora hamil,
Proses prewedding sebisa mungkin selesai satu hari karena akan ada proses calon pengantin dilarang keluar rumah selama satu minggu sebelum hari pernikahan, dan sehari setelah prewedding, Varka bersama Rania menyelesaikan dokumen pernikahan secepat yang mampu mereka lakukan dalam waktu satu hari dan itu berhasil.Selesai dua hal itu di persiapkan, kini Varka dan Rania juga memilih dekorasi seperti apa yang akan mereka gunakan untuk pesta resepsi, dan beruntungnya WO yang bekerja sama adalah kenalan dekat keluarga, pemilihan juga tidak membutuhkan waktu lama, setidaknya hanya butuh waktu kurang dari dua jam.Mengenai pemilihan gedung, itu sudah diurus oleh para orang tua karena harus memesan beberapa bulan sebelumnya sementara Varka dan Rania saat itu masih di negara orang.Dan voila, dalam waktu lima hari yang bisa dimanfaatkan Varka dan Rania untuk pesta pernikahan sudah lengkap, selebihnya di urus oleh orang tua mereka diawal. Lalu hari ini, hari dimana Varka dan Rania dilarang bertem
Lima tahun berlalu.Tepat hari ini usia Rania berusia dua puluh enam tahun dan menjadi Dosen muda di negara Singapura di bidang Artificial Intelligence yang mulai ditekuni sejak lulus pendidikan S2 di Sydney. Pembawaan saat mengajarkan materi di kelas banyak dipuji oleh mahasiswa. dan semua ini sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir.Rania melihat jam tangannya saat keluar dari kelas, beberapa mahasiswa menyapanya dengan ramah dan dibalas tak kalah ramah juga oleh Rania.Sekarang sudah pukul tiga sore dan tunangannya mengatakan akan mendarat di bandara Soetta pada pukul empat sore. Ini adalah pertemuan pertama sejak mereka berpisah lima tahun lalu.Rania merindukan Varka, lelaki itu juga pasti demikian. Ada perasaan gak sabar untuk bertemu calon suaminya karena kedatangan Varka ke Indonesia adalah untuk membahas pernikahan yang akan dilakukan dalam waktu dekat.Sayangnya Rania belum bisa bertemu dengan Varka hari ini di Indonesia karena posisinya masih di negara lain, ia baru men
Dari Bandung ke Jakarta setidaknya memakan waktu beberapa jam, dan Varka bersama Rania duduk sebelahan. Sebenarnya perjalanan mereka baru besok sore, sengaja berangkat sekarang karena ingin menghabiskan waktu berdua sebelum menjalani hubungan jarak jauh yang tidak sebentar."Kamu jangan lupa buat hubungin aku ya, setidaknya itu sekali setiap hari, tapi kalau kamu sibuk banget, hubungi aku seminggu sekali juga gak apa-apa." ucap Rania.Varka menoleh, meraih tangan Rania dan menggenggamnya, "Pasti, aku bakalan sempatkan kirim pesan atau menghubungi kamu. Saling jaga diri baik-baik ya sampai kita dipertemukan kembali suatu hari nanti."Rania mengangguk, ia menyandarkan kepalanya ke lengan Varka menantikan kereta tiba di stasiun tujuan.Beberapa jam berlalu dengan cepat, mereka tiba saat jam makan siang. Sebelum melanjutkan perjalanan ke penginapan, keduanya memilih makan lebih dulu dan Varka memperhatikan setiap kali makan bakso, Rania selalu menyisihkan daun bawang ke pinggirnya."Gak s
Hari yang ditunggu akhirnya tiba di mana pertunangan Varka dan Rania dilakukan hari ini. Dihadiri oleh beberapa kerabat dekat untuk memeriahkan acara tersebut dengan baik. Pesta keluarga itu berlangsung dengan bahagia, terlebih ketika Rania memamerkan cincin pertunangannya yang tampak cantik di jari manisnya.Cincin tersebut sebagai lambang kalau ia telah memiliki calon pasangan hidup, saling memegang teguh komitmen hingga pernikahan itu tiba."Kalian cocok banget," puji Airin yang berdiri bersama Liora melihat anak-anak mereka dengan bangga."Jadi harapan kita buat satuin mereka gak cuman omong kosong belaka, kan." sahut Gim.Kedua wanita di depannya menoleh, Airin dan Liora terkekeh, mereka ingat kalau orang yang paling bersemangat untuk menjodohkan Rania dan Varka adalah Gim, sekarang terlihat wajah puas melihat anaknya dan Varka sudah membuat perjanjian awal pernikahan.Kevin mendadak datang merangkul Gim dengan akrab, "Semoga dilancarkan sampai hari pernikahan ya, calon besan." k
Dua hari setelahnya, kini keluarga Varka dan Rania berkumpul bersama sambil menikmati makan malam sekaligus membahas mengenai acara pertunangan yang akan dilakukan dalam waktu dekat, di kedua keluarga sudah sepakat jika pesta dilakukan sederhana karena Varka dan Rania akan melanjutkan pendidikan kembali."Jadi kesimpulannya, baik Varka maupun Rania udah sepakat untuk pertunangan dilakukan dalam waktu dekat kan?" tanya Gim.Rania dan Varka mengangguk."Baguslah, kalau begitu ini berlangsung dengan lancar. Besok kita mulai penyusunan acaranya, pesta dilakukan dalam tiga hari lagi karena jadwal cuti kalian yang sangat sedikit." tambah Kevin.Rania menoleh sekilas ke arah Varka sebelum ke ayahnya, "Sebaiknya acaranya gak perlu mewah, ini cuman pertunangan.""Aku juga setuju, nanti aja pas acara nikahan baru dibuat mewah gak apa-apa." tambah Varka.Kevin dan Gim tertawa pelan, "Ternyata anakmu gak sabar juga buat segera bikin acara nikahan." canda Gim.Rania sendiri tersenyum malu-malu mes
Keesokan harinya, Varka turun ke ruang meja makan dimana orang tua dan adiknya ada di sana. Dengan santai Varka menarik kursi di sebelah Zaline, bahkan Varka mengusap sekilas rambut adiknya."Ka, kita bahas yang semalam. Kamu beneran serius mengenai pertunangan kamu sama Rania?" tanya Kevin.Varka menoleh, "Iya.""Gak coba kamu pikirkan lagi?" tanya Liora.Varka menggeleng, "Gak, Mam. Aku udah bilang setuju sama Rania, masa aku tarik lagi ucapan itu. Memang kalian mau bahas lebih lanjut lagi mengenai kapan acaranya ke keluarga Rania?""Kalau kalian berdua udah setuju, pertunangan secepatnya dilakukan, baik itu kamu sama Rania bakalan balik untuk melanjutkan pendidikan, waktu kalian terbatas." ucap Kevin."Terserah papi aja deh." Varka meraih roti bakar dan mengolesnya dengan selai coklat.Selesai sarapan, Varka menghampiri motor hitamnya, membersihkan dari debu yang sekiranya menempel. Bagaimanapun motor ini yang menemani masa remajanya, jadi tidak akan Varka jual."Bro!"Varka menol
Mobil putih yang Varka kendarai tiba di depan rumah Rania, "Makasih ya udah bela-belain anterin sampai rumah." ucapnya.Varka mengangguk, "Lebih aman kalau aku yang anterin kamu pulang, udah sana masuk biar aku cepet balik."Rania terkekeh, "Oke, hati-hati." lalu Rania turun dari mobil Varka sebelum kendaraan itu mulai melaju pergi, dengan senyum manis terukir di bibir Rania, gadis itu berjalan masuk ke dalam rumahnya pada pukul sebelas malam.Ternyata kedua orang tuanya sudah menantikan kedatangan Rania pulang, mereka duduk di sofa ruang tamu melihat ke arah Rania dengan sorot mata yang sulit dijelaskan."Ada apa?" tanya Rania heran.Gim menarik pelan tangan putrinya untuk duduk, "Kamu udah bicara sama Varka, jawaban dia gimana?" ucapnya tanpa basa basi.Rania tiba-tiba memeluk Gim dengan erat, "Rania seneng banget, Pa. Varka setuju buat pertunangan dilakukan dalam waktu dekat." katanya antusias."Yang bener?" sahut Airin."Iya, Varka sendiri yang ngomong." jawab Rania serius."Jadi
Rania tercengang, lebih ke arah gak percaya kalau Varka bakalan ngomong kayak barusan. Seperti mendapatkan kebahagiaan melejit tinggi, Rania berbalik ke arah Varka tanpa ragu memeluknya dengan erat.Gak ada pembicaraan, Rania buru-buru melepaskan pelukan karena mereka sedang ada di tempat umum sekarang, beberapa orang bahkan melihatnya dengan pandangan aneh barusan, tapi Rania gak peduli."Kamu serius?""Iya, aku serius. Tapi seperti yang kamu tau, perasaan aku udah gak sama lagi kayak dulu, jadi kamu harus bantu untuk perbarui." jawab Varka.Rania terkekeh, "Kamu bikin orang salah paham gampang banget ya." ujarnya."Sebenarnya kamu lebih jago bikin orang salah paham," Varka meraih tangan Rania, "jadi kita sepakat untuk terima pertunangan itu kan?"Rania mengangguk, "Tapi aku masih kuliah di Aussie, aku cuman punya libur dua belas hari.""Aku juga sama, cuti cuman dua minggu sebelum balik ke Denmark. Jadi, sementara ini kita fokus dengan dengan tujuan awal, kamu jadi dosen dan aku jad
Keluarga Rania dan keluarga Varka sudah ada di tempat yang sama, beberapa tahun tidak bertemu tapi Rania masih saja mengagumi sosok Varka sampai sekarang, justru wajah cowok itu makin dewasa dan punya tubuh lebih kekar.Namun perbedaan yang sangat terasa adalah sorot matanya yang berbeda, mungkin karena terlalu lama gak ketemu, jadi Rania merasa gak nyaman dengan tatapan Varka. Padahal saat usianya dua puluh tahun dan orang tuanya mengatakan kalau cowok yang dipasangkan untuk Rania adalah Varka, gadis itu kelihatan senang sekali.Tapi sekarang ... rasanya ada yang salah."Tadinya, tahun kemarin kita kasih tau ke kamu soal perjodohan ini, tapi kamu masih ada di Eropa dan gak punya izin cuti, dan sekarang kamu ada di sini untuk mengetahui calon istri kamu di masa depan. Hubungan kalian udah cukup baik, jadi kita para orang tua sepakat untuk mengadakan pertunangan dalam waktu dekat sebelum Varka kembali ke Eropa." ucap Kevin.Sementara sekarang ini Varka menatap Rania, gadis itu punya ra