Pagi hari Liora bangun karena Kevin mual tidak karuan di dalam kamar mandi, momen seperti ini seolah kebalikan dari kehamilan Liora yang pertama, Liora mendekati Kevin, mengusap punggung suaminya agar perasaannya lebih baik.
Sarapan pagi sudah dihidangkan, sebelum sarapan Kevin minum obat dan itu berhasil meredakan mualnya sehingga ia bisa sarapan dengan tenang tanpa takut mual lagi, Kevin makan dengan lahap sementara Liora sibuk mengupas kulit kentang rebus karena itu makanan yang bisa masuk ke perutnya beberapa hari ini.
"Karin sama Altar lagi dimana sekarang, beberapa hari ini mereka gak pernah kelihatan datang ke rumah." ucap Liora.
"Karin sama Altar lagi di Bogor, mereka ada kegiatan di sana gak tau kapan pulang." jawab Kevin.
Setelah sarapan, Kevin lanjut makan buah.
"Kamu gak ke kantor hari ini?" tanya Liora.
Kevin menggeleng, "Aku pantau dari rumah sementara waktu, kalau di kantor bawaannya pusing terus, sekalian kalau aku di rumah kan bisa jagain kamu. Dokter bilang kandungan kamu gak begitu kuat, jadi aku harus waspada jangan sampai terjadi sesuatu buat calon anak kedua kita."
Vitamin dan segala kebutuhan Liora sudah Kevin siapkan, setelah tujuh belas tahun berlalu sekarang dia diberi kesempatan untuk memiliki anak kembali, Jadi baik Kevin maupun Liora harus sangat berhati-hati sampai bayi itu lahir sehat.
Penantian untuk memberikan adik Varka tidaklah mudah, meski harus melewati mual tidak karuan selama trimester pertama, Kevin harus bisa tahan meski tubuhnya kerap tidak bertenaga.
Selesai makan, rasanya masih belum puas Kevin rasakan.
"Mbak!" panggilnya pada asisten rumah tangga.
Tidak lama seorang wanita berlari mendekat, "Iya, Tuan."
"Mbak, tolong buatin sambel rujak dong, nanti kalau sudah bawa ke belakang ya. Aku tunggu, tapi jangan pedes buatinnya." pesen Kevin.
"Iya, Tuan."
Liora mengernyitkan kening, "Buat apaan, ini masih jam delapan pagi loh. Kamu juga baru makan banyak masa mau langsung makan mangga."
"Lidahku pait gak makan mangga."
"Loh, harusnya makan manis-manis, masa ini makan yang asam." sahut Liora.
"Namanya juga ngidam, sayang. Kamu selesain aja makan kamu ya, aku mau ke belakang petik mangga yang udah pas buat ngerujak." Kevin melangkah menuju halaman belakang.
Dua pohon mangga yang sudah Kevin tanam tumbuh subur dan berbuah banyak, kalau seperti ini kan enak gak perlu jauh-jauh keliling buat nyari mangga muda, Kevin memetik beberapa buah lalu membawa ke gazebo yang tak jauh dari pohon mangga itu.
"Mbak, sambel rujaknya udah jadi belum!" panggil Kevin.
"Bentar, Tuan! Ini saya bawain!" asisten rumah tangga Kevin sampai harus berlari lari untuk membawakan sambel rujaknya.
"Makasih mbak, mbak gak mau ikut makan rujak bareng saya?" tanya Kevin menawarkan.
Asisten rumah tangganya menggeleng, "Masih terlalu pagi buat ngerujak, Tuan. Nanti kalau saya pengen bakalan petik dan bikin sendiri kok."
"Oh ya udah, jangan sungkan mau petik mangga di sini, buahnya banyak banget soalnya musim sekarang." kata Kevin, asisten rumah tangganya pun pergi sementara Kevin sibuk mengupas kulit mangga dengan hati-hati.
Mencocolkan potongan mangga ke dalam sambelnya, sangking nikmatnya, Kevin sampai memejamkan mata. Ternyata seperti ini rasanya ketika kemauan dituruti, rasanya sangat nikmat.
Kevin anteng duduk sambil makan rujak mangga, Varka dari balkon kamarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, "Gak sekalian sama buah nanasnya!" seru remaja itu.
Kevin melihat Varka, "Gak ada buah nanas, Ka. Adanya cuman mangga!" sahut Kevin.
Varka berbalik masuk ke dalam kamar, tak lama remaja itu muncul dari pintu belakang menghampiri Kevin, duduk di gazebo sambil mencoba mangga dan sambel rujaknya karena penasaran ketika melihat Kevin makan dengan lahap.
Satu gigitan, Varka langsung menyipitkan matanya merasa keasaman, "Ini mah papi metiknya yang terlalu muda, metik itu yang agak tua biar asamnya gak ada." Varka menghampiri pohon mangga dan memilih mana yang menurutnya sudah tua baru dia petik.
Tak perlu memanjat karena pohonnya pendek, dua buah Varka bawa, remaja itu mengupas mangga lalu menyantapnya tanpa harus mengernyit merasakan asamnya mangga muda.
"Nah ini enak gak asam kayak punya papi."
"Namanya juga lidahnya orang ngidam, Ka. Jelas beda lah rasanya, papi kalau normal juga gak suka yang kayak gini."
Varka menikmati rujakan mangga dengan Kevin, "Menurut papi kayak gitu enak?" tanyanya penasaran.
"Oh ya jelas, bahkan yang kamu bilang asam tadi gak terasa tuh di lidah papi."
"Oh emang dasar orang ngidam itu lidahnya mati rasa kali ya?" celetuknya, remaja itu berhasil mendapatkan jitakan dari Kevin.
"Aw, sakit loh."
Kevin menatap putranya, "Nanti kalau kamu udah nikah terus istri kamu hamil dan yang ngalamin morning sicknessnya adalah kamu, nah di situ baru tau rasa kamu."
Dengan tenang Varka makan mangga, lalu bersandar di salah satu tiang gazebo, "Aku aja masih tujuh belas tahun loh, kalau mikirin nikah terus punya anak itu mah masih lama, emang papi mau kalau Varka nikah muda, apa jangan-jangan papi ngebet banget ya pengen punya cucu?"
"Emang kamu udah punya pacar?" Kevin bertanya balik.
Varka menggeleng.
"Dih, jomblo aja udah pengen nikah." canda Kevin.
"Lah papi yang mancing kok, lagian yang bilang aku pengen nikah siapa. Bukannya doain anaknya biar punya pacar malah diledekin, gimana sih." gerutu Varka sampai membuat Kevin tertawa geli.
Kedua lelaki itu asik memakan mangga sampai Liora mendekat, "Astaga bapak sama anak jam segini udah sepaket makan mangga, Varka nanti kamu sakit perut belum makan nasi tapi udah makan rujak." protes Liora.
"Varka udah sarapan kok, Mam. Tadi makan roti, belum selera makan nasi soalnya."
"Kok bisa sih yang hamil maminya tapi yang ngidam anak sama bapaknya." ucap Liora terheran heran melihat putra dan suaminya makan mangga selahap itu.
Mereka menoleh melihat kedatangan Saga, "Selamat pagi tante cantik dan paman Kevin ku yang paling ganteng!" seru Saga sambil menenteng sesuatu.
Remaja itu mendekat sambil meletakkan barang bawaannya di gazebo dekat Varka duduk, "Ini oleh-oleh dari mama, katanya tante Liora suka sama nanas Bogor." ucap Saga.
Mendengar bawaan Saga, Kevin langsung menarik buah nanas yang remaja itu maksud, ternyata benar kalau di dalam tas yang Saga bawa berisi nanas.
"Saga, tante kamu gak boleh makan nanas, orang hamil itu bahaya loh makan nanas." ucap Kevin waspada.
"Loh, aku gak tau paman, emang mama belum tahu ya kalau tante Liora hamil?"
Kevin menggeleng karena memang kehamilan Liora baru diketahui belum lama ini, Karin dan Altar juga sibuk kerja sana sini dan tak sempat untuk Kevin beritahu.
"Astaga maaf, Tante. Aku gak tau kalau orang hamil itu dilarang makan nanas."
Liora mengusap kepala Saga, "Udah gak apa-apa, tante juga belum sempet makan kok. Oh ya, Saga udah sarapan belum?"
"Udah tante, tenang. Tadi Saga mampir beli bubur ayam di depan." jawabnya.
Saga menoleh melihat Kevin dan Varka sangat menikmati rujak yang mereka makan, mendadak air liur Saga banjir di dalam mulutnya setiap kali melihat suapan demi suapan yang Kevin dan Varka lakukan.
"Gak mau nyoba kamu?" Varka menawarkan, tapi Saga langsung menggeleng.
"Takut sakit perut, aku kan gak bisa makan pedes." jawabnya, saga sampai meringis melihat Kevin dan Varka makan mangga, melihat mereka yang makan namun Saga ikut merasakan keasaman mangga tersebut.
"Mama sama papa kamu dimana sekarang?" tanya Kevin.
Saga mencoba mengingat, "Tadi kalau gak salah mama itu mau pergi ke butik, kalau papa lagi jagain adek di rumah. Nanti papa mau ke sini kok, tapi lagi ngurusin adek yang lagi demam abis pulang dari Bogor."
Liora meraih pisau dan mangga yang Varka pegang, tidak baik makan rujak di pagi hari sebelum makan nasi lebih dulu karena itu menaikkan kadar asam dalam tubuh.
"Udah dulu, Ka. Nanti perut kamu sakit kalau makan banyak mangga, lanjut nanti lagi, itu buah mangga juga gak bakalan habis dalam sehari kok."
"Gak seru, Mam. Ini mumpung lagi enak-enaknya makan tau, saingan sama papi." sahut Varka.
Tiba-tiba Saga tertawa, "Ikut ngidam kamu, Ka." ledeknya.
"Kalau gak diem aku lempar mangga tau rasa kamu." ancam Varka.
"Lihat nih, Ka. Rania ternyata masih SMP, bentar lagi dia jadi anak SMA, kita-kira bakalan sekolah dimana ya.""Palingan juga lanjut di sekolah internasional lagi, tuh cewek kan anak kesayangan Oma." jawab Varka.Saga menggeser layar ponselnya melihat foto Rania di media sosial, "Cantik anaknya, sayangnya masih lima belas tahun, nanti dia pas SMA kita udah masuk kuliah."Varka menoleh melihat foto Rania di ponsel Saga, cewek cantik itu banyak menghabiskan waktunya di luar negeri karena cucu kesayangan Oma yang berstatus sebagai salah satu orang terkaya se-Bandung raya."Di kelasku juga ada kok cewek cantik." ucap Varka.Tentunya Saga yang juga satu sekolah dengan Varka menoleh, "Yang mana?""Yang bukan cowok pastinya," Varka lalu tertawa dan berhasil mendapat pukulan dari Saga."Dih, orang lagi serius juga. Eh tapi pas acara ulang tahun Rania kemarin aku denger katanya tuh cewek udah dijodohin, tiap ingat itu aku sakit hati." Saga menjatuhkan tubuhnya berbaring di kursi kayu tempat me
"Anaknya Airin cantik ya, menurutmu gimana kalau kita setuju sama kesepakatan keluarga Pak Gimartin?" tanya Kevin sambil bermanja manja memeluk istrinya."Kesepakatan kayak apa?"Kevin menunjuk sisi wajah Liora dengan jari telunjuknya, "Ya itu loh, dulu kan Pak Gimartin pernah ngomong kalau anaknya dia lahir perempuan bakalan di jodohin sama Varka, bahkan sebelum mereka menikah juga niat memang mau jodohin Varka sama anak mereka."Kepala Liora menggeleng sambil tangannya mengusap rambut suaminya, "Memang Varka mau kalau di jodohin sama Rania, terus Rania juga apa setuju soal itu? Mereka aja loh masih belasan tahun, kalian para bapak-bapak ini ngebet banget buat jodohin anak-anak, biarin mereka aja yang nentuin jodohnya nanti siapa.""Keluarga Rania itu baik-baik, gak akan salah kalau kita jodohin mereka, Varka juga ganteng, Rania cantik, mereka itu pas banget kalau jadi pasangan."Liora terkekeh menepuk nepuk wajah Kevin, "Kamu ini ya paling cepet banget buat nentuin calon mantu, tapi
"Senang bisa bertemu Anda, Pak." ucap Kevin menjabat tangan Gimartin atau pria yang kerap disebut Om Gim oleh Varka."Kayak sama siapa aja kamu manggil pake embel-embel, Pak. Lagian ini bukan pertemuan resmi juga, santai ajalah." ucap Gim.Kevin terkekeh sembari mempersilahkan Gim duduk, "Ini soal anak-anak.""Jadi kamu udah setuju nih kalau mereka dijodohkan?" sahut Gim."Kalau aku setuju aja, mereka juga cocok. Tapi kemarin mami nya Varka kelihatannya ragu kalau perjodohan ini bakalan memberatkan anak-anak."Gim mengangguk, "Sebenarnya Airin juga sama aja, dia gak begitu setuju. Selain itu nanti aku juga harus ngomong sama Oma-nya Rania soal perjodohan ini, kamu tahu sendiri kalau Oma-nya Rania itu ketat banget jagain cucunya, ngalahin aku sebagai bapaknya.""Kalau gitu kita kan udah sepakat ya mau jodohin anak-anak, jaman sekarang udah lebih bebas dari jaman kita dulu, aku khawatir aja nanti Varka salah pergaulan terus bikin masalah sama cewek lain.""Aku juga sama, anakku perempuan
Beberapa minggu berlalu, hari ini para peserta renang sudah bersiap untuk melakukan perlombaan. Kevin dan Liora turut hadir untuk melihat putra kebanggan mereka melakukan pertandingan, tak hanya itu saja, saat Kevin menoleh melihat kedatangan Gim bersama istri dan anaknya."Apa kita terlambat?" tanya Gim."Belum dimulai kok, sini kita nonton." ucap Kevin.Rania duduk di sebelah Liora, "Tante apa kabar, adek bayi sehat kan?" tanya Rania."Sehat kok, kamu kalau akhir pekan main dong ke rumah tante lagi." Rania terkekeh, "Nanti Rania usahakan, soalnya kadang akhir pekan Rania juga ada kegiatan.""Masih muda udah sibuk banget ya kamu, sini kita santai dulu sambil nonton Varka tanding." Rania mengangguk.Di sisi lain lapangan sudah ada enam peserta dengan persiapan yang matang, salah satunya ada Varka di urutan ke empat. Dari yang lainnya, Varka terlihat lebih tinggi karena gen ayahnya juga tinggi.Kulitnya juga lebih putih dari peserta lainnya, tapi apakah kemampuan Varka juga lebih dar
"Nanti kalau Rania udah lulus SMP bakalan lanjut di mana?" tanya Liora.Gim menoleh, "Aku gak maksain pilihan Rania, kalau dia mau di sekolah internasional silahkan, kalau mau di sekolah swasta juga gak masalah, tergantung anaknya mau pilih mana."Kevin menghentikan mobil di depan restoran kemudian turun dari kendaraan, "Varka masih belum aku kasih tau.""Rania juga belum dikasih tau, tapi kemarin pas aku bicara sama Omanya dia gak sengaja dengerin," balas Airin."Jadi Rania tau kalau Varka yang bakalan dijodohkan sama dia?" tanya Liora lagi.Airin menggeleng, "Soal itu masih belum, Rania juga gak marah kalau tahu dia bakalan dijodohkan. Kira-kira nanti reaksinya kayak apa yang kalau tau cowok itu adalah Varka."Para orang tua serempak melihat kedatangan Varka, kedua remaja itu terlihat sangat romantis padahal hanya berboncengan, tapi Varka juga membantu Rania turun dari motor serta melepaskan helm di kepala gadis itu.Kevin tersenyum tipis, putranya sudah besar meski rasanya baru kem
"Beneran Lu!" seru Saga setelah Varka kasih tau kalau akhir pekan besok Rania bakalan ikut liburan. Saga sampai menutup bibirnya sendiri, tapi sedetik kemudian wajah cowok itu terlihat lesu."Lah kenapa loyo, kan udah aku bujuk tuh orang tuanya biar Rania boleh ikut liburan, harusnya kamu seneng, kan?"Saga merebahkan bahunya di sofa, "Seneng sih seneng, Ka. Tapi kan kamu juga tau kalau Rania tuh udah dijodohkan sama orang tuanya ke cowok lain, susah buat aku ngedeketin dia, sekalipun bisa juga gak bakalan jodoh ya sama aja bohong ngabisin waktu sia-sia.""Jadi lu maunya apa!" Varka menimpuk wajah Saga dengan bantal sofa."Gue angkat tangan aja kali ya, temenan sama Rania tanpa berharap lebih juga udah oke, toh aku juga cuman tertarik doang kok, bukan suka karena cinta."Sudut bibir Varka berkedut, "Payah Lu, belum maju udah nyerah. Udahlah kalau gitu aku mau pulang aja, jangan lupa besok Lu yang bawa mobil, aku udah reservasi tempat menginap."Pupil mata Saga melirik Varka yang berja
Masih sangat pagi ketika Kevin melompat dari tempat tidur menuju kamar mandi, segera pria itu langsung mengeluarkan apapun yang keluar dari mulutnya, mendadak badannya terasa dingin dan mulutnya sangat pahit.Momen seperti ini baru pertama kali Kevin rasakan sejak Liora hamil anak kedua, ternyata mengalami kehamilan simpatik itu cukup gak nyaman, buktinya selama sebulan Kevin selalu mengalami mual pagi hari, lalu makanan yang paling enak masuk ke mulutnya hanya mangga."Astaga, badanku jadi lemes banget." Kevin bersandar di dinding, kemudian membasuh wajahnya sebelum keluar menghampiri Liora.Liora duduk bersandar melihat Kevin datang dengan lemas, "Sini aku olesin minyak ke punggung kamu biar mendingan."Kevin mengangguk, Liora lebih dulu mengambil tisu untuk mengeringkan punggung Kevin dari keringat sebelum mengoleskan minyak kayu putih."Masih gak enakan ya?" tanya Liora, tangannya yang kecil itu memijat pelan punggung Kevin."Pait banget mulutku, kayaknya semalam aku kebanyakan mak
Siang harinya ketiga remaja itu bersamaan pergi untuk menunggangi kuda di salah satu daerah wisata dekat penginapan, Varka sengaja memilih satu kuda berukuran lebih besar dari yang lainnya dan juga lebih gagah."Varka, aku boleh gak naik kudanya bareng kamu?" tanya Rania ragu-ragu.Cowok di depannya menoleh, Varka lalu melihat Saga yang sedang berjalan ke arahnya sambil memegang tali kuda, kalau Varka bareng sama Rania terus Saga cemburu gimana?"Kamu gak mau ya?" ucap Rania."Oh gak gitu kok, tapi...," Varka menggaruk dagunya yang tidak gatal, "Saga, Lu yang bawa Rania aja gimana?" seru Varka.Saga menoleh, "Kasian kudanya, Ka. Lu gak liat nih yang gue bawa kuda poni." jawab Saga."Ya udah deh kalau gitu. Sini aku bantu naik, kaki kamu injak ini dulu nanti aku bantu dorong naik." kata Varka, Rania menerima uluran tangan Varka sebelum memberanikan diri naik kuda untuk pertama kalinya.Beberapa kali percobaan Rania gagal, gadis itu tak berhasil naik ke punggung kuda."Susah, Ka.""Angk
Proses prewedding sebisa mungkin selesai satu hari karena akan ada proses calon pengantin dilarang keluar rumah selama satu minggu sebelum hari pernikahan, dan sehari setelah prewedding, Varka bersama Rania menyelesaikan dokumen pernikahan secepat yang mampu mereka lakukan dalam waktu satu hari dan itu berhasil.Selesai dua hal itu di persiapkan, kini Varka dan Rania juga memilih dekorasi seperti apa yang akan mereka gunakan untuk pesta resepsi, dan beruntungnya WO yang bekerja sama adalah kenalan dekat keluarga, pemilihan juga tidak membutuhkan waktu lama, setidaknya hanya butuh waktu kurang dari dua jam.Mengenai pemilihan gedung, itu sudah diurus oleh para orang tua karena harus memesan beberapa bulan sebelumnya sementara Varka dan Rania saat itu masih di negara orang.Dan voila, dalam waktu lima hari yang bisa dimanfaatkan Varka dan Rania untuk pesta pernikahan sudah lengkap, selebihnya di urus oleh orang tua mereka diawal. Lalu hari ini, hari dimana Varka dan Rania dilarang bertem
Lima tahun berlalu.Tepat hari ini usia Rania berusia dua puluh enam tahun dan menjadi Dosen muda di negara Singapura di bidang Artificial Intelligence yang mulai ditekuni sejak lulus pendidikan S2 di Sydney. Pembawaan saat mengajarkan materi di kelas banyak dipuji oleh mahasiswa. dan semua ini sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir.Rania melihat jam tangannya saat keluar dari kelas, beberapa mahasiswa menyapanya dengan ramah dan dibalas tak kalah ramah juga oleh Rania.Sekarang sudah pukul tiga sore dan tunangannya mengatakan akan mendarat di bandara Soetta pada pukul empat sore. Ini adalah pertemuan pertama sejak mereka berpisah lima tahun lalu.Rania merindukan Varka, lelaki itu juga pasti demikian. Ada perasaan gak sabar untuk bertemu calon suaminya karena kedatangan Varka ke Indonesia adalah untuk membahas pernikahan yang akan dilakukan dalam waktu dekat.Sayangnya Rania belum bisa bertemu dengan Varka hari ini di Indonesia karena posisinya masih di negara lain, ia baru men
Dari Bandung ke Jakarta setidaknya memakan waktu beberapa jam, dan Varka bersama Rania duduk sebelahan. Sebenarnya perjalanan mereka baru besok sore, sengaja berangkat sekarang karena ingin menghabiskan waktu berdua sebelum menjalani hubungan jarak jauh yang tidak sebentar."Kamu jangan lupa buat hubungin aku ya, setidaknya itu sekali setiap hari, tapi kalau kamu sibuk banget, hubungi aku seminggu sekali juga gak apa-apa." ucap Rania.Varka menoleh, meraih tangan Rania dan menggenggamnya, "Pasti, aku bakalan sempatkan kirim pesan atau menghubungi kamu. Saling jaga diri baik-baik ya sampai kita dipertemukan kembali suatu hari nanti."Rania mengangguk, ia menyandarkan kepalanya ke lengan Varka menantikan kereta tiba di stasiun tujuan.Beberapa jam berlalu dengan cepat, mereka tiba saat jam makan siang. Sebelum melanjutkan perjalanan ke penginapan, keduanya memilih makan lebih dulu dan Varka memperhatikan setiap kali makan bakso, Rania selalu menyisihkan daun bawang ke pinggirnya."Gak s
Hari yang ditunggu akhirnya tiba di mana pertunangan Varka dan Rania dilakukan hari ini. Dihadiri oleh beberapa kerabat dekat untuk memeriahkan acara tersebut dengan baik. Pesta keluarga itu berlangsung dengan bahagia, terlebih ketika Rania memamerkan cincin pertunangannya yang tampak cantik di jari manisnya.Cincin tersebut sebagai lambang kalau ia telah memiliki calon pasangan hidup, saling memegang teguh komitmen hingga pernikahan itu tiba."Kalian cocok banget," puji Airin yang berdiri bersama Liora melihat anak-anak mereka dengan bangga."Jadi harapan kita buat satuin mereka gak cuman omong kosong belaka, kan." sahut Gim.Kedua wanita di depannya menoleh, Airin dan Liora terkekeh, mereka ingat kalau orang yang paling bersemangat untuk menjodohkan Rania dan Varka adalah Gim, sekarang terlihat wajah puas melihat anaknya dan Varka sudah membuat perjanjian awal pernikahan.Kevin mendadak datang merangkul Gim dengan akrab, "Semoga dilancarkan sampai hari pernikahan ya, calon besan." k
Dua hari setelahnya, kini keluarga Varka dan Rania berkumpul bersama sambil menikmati makan malam sekaligus membahas mengenai acara pertunangan yang akan dilakukan dalam waktu dekat, di kedua keluarga sudah sepakat jika pesta dilakukan sederhana karena Varka dan Rania akan melanjutkan pendidikan kembali."Jadi kesimpulannya, baik Varka maupun Rania udah sepakat untuk pertunangan dilakukan dalam waktu dekat kan?" tanya Gim.Rania dan Varka mengangguk."Baguslah, kalau begitu ini berlangsung dengan lancar. Besok kita mulai penyusunan acaranya, pesta dilakukan dalam tiga hari lagi karena jadwal cuti kalian yang sangat sedikit." tambah Kevin.Rania menoleh sekilas ke arah Varka sebelum ke ayahnya, "Sebaiknya acaranya gak perlu mewah, ini cuman pertunangan.""Aku juga setuju, nanti aja pas acara nikahan baru dibuat mewah gak apa-apa." tambah Varka.Kevin dan Gim tertawa pelan, "Ternyata anakmu gak sabar juga buat segera bikin acara nikahan." canda Gim.Rania sendiri tersenyum malu-malu mes
Keesokan harinya, Varka turun ke ruang meja makan dimana orang tua dan adiknya ada di sana. Dengan santai Varka menarik kursi di sebelah Zaline, bahkan Varka mengusap sekilas rambut adiknya."Ka, kita bahas yang semalam. Kamu beneran serius mengenai pertunangan kamu sama Rania?" tanya Kevin.Varka menoleh, "Iya.""Gak coba kamu pikirkan lagi?" tanya Liora.Varka menggeleng, "Gak, Mam. Aku udah bilang setuju sama Rania, masa aku tarik lagi ucapan itu. Memang kalian mau bahas lebih lanjut lagi mengenai kapan acaranya ke keluarga Rania?""Kalau kalian berdua udah setuju, pertunangan secepatnya dilakukan, baik itu kamu sama Rania bakalan balik untuk melanjutkan pendidikan, waktu kalian terbatas." ucap Kevin."Terserah papi aja deh." Varka meraih roti bakar dan mengolesnya dengan selai coklat.Selesai sarapan, Varka menghampiri motor hitamnya, membersihkan dari debu yang sekiranya menempel. Bagaimanapun motor ini yang menemani masa remajanya, jadi tidak akan Varka jual."Bro!"Varka menol
Mobil putih yang Varka kendarai tiba di depan rumah Rania, "Makasih ya udah bela-belain anterin sampai rumah." ucapnya.Varka mengangguk, "Lebih aman kalau aku yang anterin kamu pulang, udah sana masuk biar aku cepet balik."Rania terkekeh, "Oke, hati-hati." lalu Rania turun dari mobil Varka sebelum kendaraan itu mulai melaju pergi, dengan senyum manis terukir di bibir Rania, gadis itu berjalan masuk ke dalam rumahnya pada pukul sebelas malam.Ternyata kedua orang tuanya sudah menantikan kedatangan Rania pulang, mereka duduk di sofa ruang tamu melihat ke arah Rania dengan sorot mata yang sulit dijelaskan."Ada apa?" tanya Rania heran.Gim menarik pelan tangan putrinya untuk duduk, "Kamu udah bicara sama Varka, jawaban dia gimana?" ucapnya tanpa basa basi.Rania tiba-tiba memeluk Gim dengan erat, "Rania seneng banget, Pa. Varka setuju buat pertunangan dilakukan dalam waktu dekat." katanya antusias."Yang bener?" sahut Airin."Iya, Varka sendiri yang ngomong." jawab Rania serius."Jadi
Rania tercengang, lebih ke arah gak percaya kalau Varka bakalan ngomong kayak barusan. Seperti mendapatkan kebahagiaan melejit tinggi, Rania berbalik ke arah Varka tanpa ragu memeluknya dengan erat.Gak ada pembicaraan, Rania buru-buru melepaskan pelukan karena mereka sedang ada di tempat umum sekarang, beberapa orang bahkan melihatnya dengan pandangan aneh barusan, tapi Rania gak peduli."Kamu serius?""Iya, aku serius. Tapi seperti yang kamu tau, perasaan aku udah gak sama lagi kayak dulu, jadi kamu harus bantu untuk perbarui." jawab Varka.Rania terkekeh, "Kamu bikin orang salah paham gampang banget ya." ujarnya."Sebenarnya kamu lebih jago bikin orang salah paham," Varka meraih tangan Rania, "jadi kita sepakat untuk terima pertunangan itu kan?"Rania mengangguk, "Tapi aku masih kuliah di Aussie, aku cuman punya libur dua belas hari.""Aku juga sama, cuti cuman dua minggu sebelum balik ke Denmark. Jadi, sementara ini kita fokus dengan dengan tujuan awal, kamu jadi dosen dan aku jad
Keluarga Rania dan keluarga Varka sudah ada di tempat yang sama, beberapa tahun tidak bertemu tapi Rania masih saja mengagumi sosok Varka sampai sekarang, justru wajah cowok itu makin dewasa dan punya tubuh lebih kekar.Namun perbedaan yang sangat terasa adalah sorot matanya yang berbeda, mungkin karena terlalu lama gak ketemu, jadi Rania merasa gak nyaman dengan tatapan Varka. Padahal saat usianya dua puluh tahun dan orang tuanya mengatakan kalau cowok yang dipasangkan untuk Rania adalah Varka, gadis itu kelihatan senang sekali.Tapi sekarang ... rasanya ada yang salah."Tadinya, tahun kemarin kita kasih tau ke kamu soal perjodohan ini, tapi kamu masih ada di Eropa dan gak punya izin cuti, dan sekarang kamu ada di sini untuk mengetahui calon istri kamu di masa depan. Hubungan kalian udah cukup baik, jadi kita para orang tua sepakat untuk mengadakan pertunangan dalam waktu dekat sebelum Varka kembali ke Eropa." ucap Kevin.Sementara sekarang ini Varka menatap Rania, gadis itu punya ra