"Lihat nih, Ka. Rania ternyata masih SMP, bentar lagi dia jadi anak SMA, kita-kira bakalan sekolah dimana ya."
"Palingan juga lanjut di sekolah internasional lagi, tuh cewek kan anak kesayangan Oma." jawab Varka.
Saga menggeser layar ponselnya melihat foto Rania di media sosial, "Cantik anaknya, sayangnya masih lima belas tahun, nanti dia pas SMA kita udah masuk kuliah."
Varka menoleh melihat foto Rania di ponsel Saga, cewek cantik itu banyak menghabiskan waktunya di luar negeri karena cucu kesayangan Oma yang berstatus sebagai salah satu orang terkaya se-Bandung raya.
"Di kelasku juga ada kok cewek cantik." ucap Varka.
Tentunya Saga yang juga satu sekolah dengan Varka menoleh, "Yang mana?"
"Yang bukan cowok pastinya," Varka lalu tertawa dan berhasil mendapat pukulan dari Saga.
"Dih, orang lagi serius juga. Eh tapi pas acara ulang tahun Rania kemarin aku denger katanya tuh cewek udah dijodohin, tiap ingat itu aku sakit hati." Saga menjatuhkan tubuhnya berbaring di kursi kayu tempat mereka nongkrong sore hari.
Saga melihat langit berawan sambil membayangkan gimana caranya bisa deketin Rania, tapi kalau dipikir lagi sudah pasti sulit, sebab keluarga Rania berasa dari keluarga terpandang sementara Saga tidak merasa demikian walaupun ibunya adalah pemilik butik dan juga toko berlian dan ayahnya seorang pekerja dibidang keamanan software.
Dari segi harta mungkin perbandingannya tidak begitu jauh, tapi harta kan yang punya orang tua sementara Saga anak SMA yang masih petakilan, cowok di sebelahnya ini adalah rekan dari balita yang selalu Saga temani.
"Lu ada gambaran bakalan pacaran sama siapa gak, Ka?" tanya Saga.
"Kalau ada sih yang mirip sama Mami."
"Idih, spek tante cantik mah langka." sahut Saga.
Varka menoleh, "Justru itu, yang langka itu menarik makannya aku mau cari yang kayak mami, ntar kalau anak-anak aku remaja dia punya temen karena maminya awet muda."
"Halah, itu mah kamu nyari saingain diri sendiri namanya. Kamu sama Paman Kevin aja sering rebutan tante Liora kalau mau jalan, terus kalau kamu nemu spek kayak mami kamu artinya momen keluarga kalian terulang kembali dong."
"Iya juga ya." gumam Varka, remaja itu mendengar suara kemudian berlari sambil mengulurkan tangan, "Mang, cilok mang!" panggilnya.
Penjual cilok gerobakan mendekat, "Yang agak pedes, Mang."
"Siap, Den. Mau berapa ribu?"
"Dua puluh ribu aja bagi dua, satu gak pedes." jawab Varka sambil mengeluarkan uang dua puluh ribuan, "Makasih mang." Varka meraih dua bungkus cilok kemudian menyerahkan satu untuk Saga, "Nih, gak pedes."
Saga kembali duduk menerima cilok dari Varka, keduanya termenung menikmati cilok dengan santai, "Gimana Rania mau deket sama gue ya, dia makan steak lah kita kita makan cilok." Saga pun lalu menertawai dirinya sendiri.
"Lu bilang Rania udah di jodohkan, cari cewek lain ajalah, nih aku kasih tau ya kalau populasi perempuan di dunia ini tuh lebih banyak dari cowok, jadi jangan ragu nyari cewek lain.”
"Sok ngajarin, Lu aja sampai tujuh belas tahun masih jomblo." ledek Saga, "Dari jutaan populasi perempuan di dunia ini, satu aja Lu gak dapat." tambahnya.
"Idih ngeledek, Lu aja juga masih jomblo." sahut Varka, mereka pun tertawa karena di kondisi yang sama tidak punya pacar.
"Kalau dipikir kita ini gak jelek loh ya, tapi jomblonya kok betah amat."
Varka dengan santai menyantap ciloknya sambil menatap ke depan, "Mereka minder ngedeketin kita, soalnya spek muka kita itu spek pangeran." jawabnya, mereka kembali tertawa sampai Saga tersedak ciloknya.
Tangan Varka menggeplak bahu Saga sampai cilok yang tidak sengaja tertelan sebelum dikunyah melompat dari mulut remaja itu.
"Lu masih punya gigi, kenapa gak dikunyah dulu sih sebelum ditelan." ujar Varka.
"Yaelah, namanya juga kecelakaan."
"Kayaknya aku tau deh kenapa gak ada cewek yang mau sama kita." gumam Varka.
Saga pun menoleh, "Emang apa?"
"Karena kita dua somplak." jawabnya, kembali mereka tertawa meskipun tenggorokan Saga terasa perih akibat tersedak cilok barusan, untungnya Varka tidak memesan yang pedas.
Keduanya asik bercanda sampai ada seorang perempuan lewat di sebelah mereka, rambutnya pirang dan menggunakan rok pendek, kakinya putih dan bajunya ketat.
"Cewek, Ka." canda Saga sambil berbisik.
Varka menoleh, perempuan yang mereka lihat pun di hampiri oleh seorang ojek online sehingga ketika menoleh, wajahnya terlihat jelas. Varka dan Saga kembali tertawa sampai air mata mereka merembes sedikit.
"Kirain cewek beneran, gak taunya cewek jadi-jadian, dahlah pulang aja, yuk. Sakit perutku ketawa terus sejak tadi." Varka mengenakan helmnya.
"Lu gak mau join sama anak-anak latihan balapan?"
"Gak dulu deh, lagi gak mood. Ntar aku juga mau fokus latihan buat pertandingan renang awal bulan depan, jadi wanti-wanti aja ngejauhin masalah. Duluan ya, bentar lagi mau hujan nih." jawab Varka, Saga hanya melambaikan tangannya.
Motor hitam berbelok arah ke tukang servis kendaraan, Varka lupa kalau body motornya pada retak, "Bang, servis body kayak gini berapaan?" tanya Varka.
"Liat dulu, Bro. Parahnya kayak apa." tukang jasa servis menghampiri, melihat bagian mana yang perlu untuk diperbaiki, "lumayan parah nih retaknya, aku sarankan ganti full body aja, aku kasih tujuh juta semua sampai beres."
"Mahal amat, kurang lagi dong." ucap remaja itu.
"Ya udah enam juta deh, ini sudah harga langganan makannya dikurangi harganya, jadi mentok gak bisa ditawar lagi."
Varka melihat body motornya kembali, "Mahal juga ya, mana tadi lupa buat minta tuh pelaku utama ganti rugi." ucap Varka, melihat kendaraannya retak sana sini gara-gara Saga nabrak tiang listrik.
"Yaudah deh bang, kapan nih selesainya."
"Kerjain aja belum, tapi dua atau tiga hari selesai, ngantri dulu nih sama yang lain baru kerjain." jawab pemilik usaha servis.
Varka mengangguk, "Oke deh, bayarnya kalau udah beres aja ya."
"Oke, Bro. Aman itu mah."
Varka memesan ojek online, tahu begini tadi harusnya ia pulang saja dengan Saga biar di bonceng sama tuh anak.
"Varka!"
Cowok itu menoleh kesana kemari mencari suara, terlihat Rania dari dalam mobil melambaikan tangan, "Loh, dari mana?" tanya Varka, tapi Rania memberikan kode agar Varka masuk ke dalam mobilnya.
Tepat setelah Varka di dalam mobil bersama Rania, gerimis pun turun.
"Aku dari belanja kebutuhan sekolah, oh ya sore ini aku mau ke rumah kamu."
Alis Varka terangkat naik, "Kamu memang tau rumah aku dimana?"
"Kan aku udah tanya ke Om Kevin tadi, dia kirim alamat ke aku, nih buktinya." Rania menunjukkan pesan dari Kevin mengenai alamat rumahnya, batin Varka sejak kapan Rania deket sama Kevin.
Tapi kalau tahu begini harusnya Saga ikut, tuh anak kan suka sama Rania. Namun niat Varka mau mengirim pesan ke Saga tidak jadi, kalau Rania udah dijodohin mending Saga jangan deket-deket sama cewek inilah, yang ada itu anak nanti sakit hati.
"Tumben amat mau ke rumah, tapi kamu kok tau aku ada di tukang servis motor." tanyanya.
"Oh, tadi aku gak sengaja lihat kamu, jadi aku minta supir menepi terus panggil kamu deh, kebetulan juga kan aku mau ke rumah kamu." jawab Rania.
Varka mengernyitkan kening, emang nih cewek ramah begini ya orangnya? Mobil melaju ke rumah Kevin, gerbang tinggi terbuka mempersilahkan kendaraan itu masuk.
"Wah, rumah kamu besar juga ya."
"Bukan rumahku, ini rumah orang tuaku, ayo masuk." ajak Varka.
Rania mengambil sesuatu dari dalam mobil kemudian mengikuti Varka dari belakang, di dalam rumah Kevin datang dari halaman belakang membawa piring, pasti habis ngerujak lagi.
Menyadari kedatangan tamu di rumahnya, Kevin segera meletakkan piring habis ngerujaknya ke meja lalu menghampiri Rania sambil tersenyum merekah, dalam hati 'Calon mantuku datang'
"Rania, apa kabar!"
"Baik, Om. Tante Liora mana?"
"Ada di ruang tengah, Varka bakalan kasih tau kamu, om mau cuci tangan dulu ya."
Rania mengangguk, Varka menunjukkan jalan agar Rania bertemu dengan Liora, terlihat seorang perempuan cantik berbadan mungil sedang membuat karya seni dari benang rajutan.
"Selamat sore tante."
Liora menoleh, "Wah siapa ini cantik banget, sini nak duduk sini." Liora menepuk tempat di sebelahnya sembari meletakkan alat rajut ke kotak, Rania mendekat memberikan hadiah.
"Ini tante, aku tadi sempat beli sesuatu buat tante, semoga suka."
"Malah repot-repot, kamu datang sendirian ya. Ini pertama kalinya loh kamu datang ke sini, dulu kamu kesini pas masih umur dua tahun. Duh cantiknya, kamu udah makan belum, tante siapin makanan ya."
Rania menggeleng, "Gak usah tante, Rania masih kenyang, tante buat apaan itu?" tanya Rania penasaran, Liora pun menunjukkan kalau dia sedang membuat baju rajutan, Rania tampaknya tertarik dengan hobi Liora satu ini.
Sementara di belakang mereka Varka melihat dua wanita di depannya sambil melipat tangan, kenapa Varka baru tahu kalau orang tuanya memperlakukan Rania seperti anak kandungnya sendiri, kalau begini kan saingan Varka jadi bertambah dong.
"Anaknya Airin cantik ya, menurutmu gimana kalau kita setuju sama kesepakatan keluarga Pak Gimartin?" tanya Kevin sambil bermanja manja memeluk istrinya."Kesepakatan kayak apa?"Kevin menunjuk sisi wajah Liora dengan jari telunjuknya, "Ya itu loh, dulu kan Pak Gimartin pernah ngomong kalau anaknya dia lahir perempuan bakalan di jodohin sama Varka, bahkan sebelum mereka menikah juga niat memang mau jodohin Varka sama anak mereka."Kepala Liora menggeleng sambil tangannya mengusap rambut suaminya, "Memang Varka mau kalau di jodohin sama Rania, terus Rania juga apa setuju soal itu? Mereka aja loh masih belasan tahun, kalian para bapak-bapak ini ngebet banget buat jodohin anak-anak, biarin mereka aja yang nentuin jodohnya nanti siapa.""Keluarga Rania itu baik-baik, gak akan salah kalau kita jodohin mereka, Varka juga ganteng, Rania cantik, mereka itu pas banget kalau jadi pasangan."Liora terkekeh menepuk nepuk wajah Kevin, "Kamu ini ya paling cepet banget buat nentuin calon mantu, tapi
"Senang bisa bertemu Anda, Pak." ucap Kevin menjabat tangan Gimartin atau pria yang kerap disebut Om Gim oleh Varka."Kayak sama siapa aja kamu manggil pake embel-embel, Pak. Lagian ini bukan pertemuan resmi juga, santai ajalah." ucap Gim.Kevin terkekeh sembari mempersilahkan Gim duduk, "Ini soal anak-anak.""Jadi kamu udah setuju nih kalau mereka dijodohkan?" sahut Gim."Kalau aku setuju aja, mereka juga cocok. Tapi kemarin mami nya Varka kelihatannya ragu kalau perjodohan ini bakalan memberatkan anak-anak."Gim mengangguk, "Sebenarnya Airin juga sama aja, dia gak begitu setuju. Selain itu nanti aku juga harus ngomong sama Oma-nya Rania soal perjodohan ini, kamu tahu sendiri kalau Oma-nya Rania itu ketat banget jagain cucunya, ngalahin aku sebagai bapaknya.""Kalau gitu kita kan udah sepakat ya mau jodohin anak-anak, jaman sekarang udah lebih bebas dari jaman kita dulu, aku khawatir aja nanti Varka salah pergaulan terus bikin masalah sama cewek lain.""Aku juga sama, anakku perempuan
Beberapa minggu berlalu, hari ini para peserta renang sudah bersiap untuk melakukan perlombaan. Kevin dan Liora turut hadir untuk melihat putra kebanggan mereka melakukan pertandingan, tak hanya itu saja, saat Kevin menoleh melihat kedatangan Gim bersama istri dan anaknya."Apa kita terlambat?" tanya Gim."Belum dimulai kok, sini kita nonton." ucap Kevin.Rania duduk di sebelah Liora, "Tante apa kabar, adek bayi sehat kan?" tanya Rania."Sehat kok, kamu kalau akhir pekan main dong ke rumah tante lagi." Rania terkekeh, "Nanti Rania usahakan, soalnya kadang akhir pekan Rania juga ada kegiatan.""Masih muda udah sibuk banget ya kamu, sini kita santai dulu sambil nonton Varka tanding." Rania mengangguk.Di sisi lain lapangan sudah ada enam peserta dengan persiapan yang matang, salah satunya ada Varka di urutan ke empat. Dari yang lainnya, Varka terlihat lebih tinggi karena gen ayahnya juga tinggi.Kulitnya juga lebih putih dari peserta lainnya, tapi apakah kemampuan Varka juga lebih dar
"Nanti kalau Rania udah lulus SMP bakalan lanjut di mana?" tanya Liora.Gim menoleh, "Aku gak maksain pilihan Rania, kalau dia mau di sekolah internasional silahkan, kalau mau di sekolah swasta juga gak masalah, tergantung anaknya mau pilih mana."Kevin menghentikan mobil di depan restoran kemudian turun dari kendaraan, "Varka masih belum aku kasih tau.""Rania juga belum dikasih tau, tapi kemarin pas aku bicara sama Omanya dia gak sengaja dengerin," balas Airin."Jadi Rania tau kalau Varka yang bakalan dijodohkan sama dia?" tanya Liora lagi.Airin menggeleng, "Soal itu masih belum, Rania juga gak marah kalau tahu dia bakalan dijodohkan. Kira-kira nanti reaksinya kayak apa yang kalau tau cowok itu adalah Varka."Para orang tua serempak melihat kedatangan Varka, kedua remaja itu terlihat sangat romantis padahal hanya berboncengan, tapi Varka juga membantu Rania turun dari motor serta melepaskan helm di kepala gadis itu.Kevin tersenyum tipis, putranya sudah besar meski rasanya baru kem
"Beneran Lu!" seru Saga setelah Varka kasih tau kalau akhir pekan besok Rania bakalan ikut liburan. Saga sampai menutup bibirnya sendiri, tapi sedetik kemudian wajah cowok itu terlihat lesu."Lah kenapa loyo, kan udah aku bujuk tuh orang tuanya biar Rania boleh ikut liburan, harusnya kamu seneng, kan?"Saga merebahkan bahunya di sofa, "Seneng sih seneng, Ka. Tapi kan kamu juga tau kalau Rania tuh udah dijodohkan sama orang tuanya ke cowok lain, susah buat aku ngedeketin dia, sekalipun bisa juga gak bakalan jodoh ya sama aja bohong ngabisin waktu sia-sia.""Jadi lu maunya apa!" Varka menimpuk wajah Saga dengan bantal sofa."Gue angkat tangan aja kali ya, temenan sama Rania tanpa berharap lebih juga udah oke, toh aku juga cuman tertarik doang kok, bukan suka karena cinta."Sudut bibir Varka berkedut, "Payah Lu, belum maju udah nyerah. Udahlah kalau gitu aku mau pulang aja, jangan lupa besok Lu yang bawa mobil, aku udah reservasi tempat menginap."Pupil mata Saga melirik Varka yang berja
Masih sangat pagi ketika Kevin melompat dari tempat tidur menuju kamar mandi, segera pria itu langsung mengeluarkan apapun yang keluar dari mulutnya, mendadak badannya terasa dingin dan mulutnya sangat pahit.Momen seperti ini baru pertama kali Kevin rasakan sejak Liora hamil anak kedua, ternyata mengalami kehamilan simpatik itu cukup gak nyaman, buktinya selama sebulan Kevin selalu mengalami mual pagi hari, lalu makanan yang paling enak masuk ke mulutnya hanya mangga."Astaga, badanku jadi lemes banget." Kevin bersandar di dinding, kemudian membasuh wajahnya sebelum keluar menghampiri Liora.Liora duduk bersandar melihat Kevin datang dengan lemas, "Sini aku olesin minyak ke punggung kamu biar mendingan."Kevin mengangguk, Liora lebih dulu mengambil tisu untuk mengeringkan punggung Kevin dari keringat sebelum mengoleskan minyak kayu putih."Masih gak enakan ya?" tanya Liora, tangannya yang kecil itu memijat pelan punggung Kevin."Pait banget mulutku, kayaknya semalam aku kebanyakan mak
Siang harinya ketiga remaja itu bersamaan pergi untuk menunggangi kuda di salah satu daerah wisata dekat penginapan, Varka sengaja memilih satu kuda berukuran lebih besar dari yang lainnya dan juga lebih gagah."Varka, aku boleh gak naik kudanya bareng kamu?" tanya Rania ragu-ragu.Cowok di depannya menoleh, Varka lalu melihat Saga yang sedang berjalan ke arahnya sambil memegang tali kuda, kalau Varka bareng sama Rania terus Saga cemburu gimana?"Kamu gak mau ya?" ucap Rania."Oh gak gitu kok, tapi...," Varka menggaruk dagunya yang tidak gatal, "Saga, Lu yang bawa Rania aja gimana?" seru Varka.Saga menoleh, "Kasian kudanya, Ka. Lu gak liat nih yang gue bawa kuda poni." jawab Saga."Ya udah deh kalau gitu. Sini aku bantu naik, kaki kamu injak ini dulu nanti aku bantu dorong naik." kata Varka, Rania menerima uluran tangan Varka sebelum memberanikan diri naik kuda untuk pertama kalinya.Beberapa kali percobaan Rania gagal, gadis itu tak berhasil naik ke punggung kuda."Susah, Ka.""Angk
Pukul tiga sore mereka kembali keluar setelah hujan reda, tujuan kali ini adalah wisata terdekat, berhubung cuaca sedang tidak bagus, Varka mengurungkan niat mencoba paralayang alhasil tujuan sore itu ke kebun binatang meskipun bentar lagi sudah tutup."Saga, temen Lu tuh." ucap Varka sambil menunjuk orang utan."Dih ngatain, berarti elu dong." balas Saga, kedua cowok itu malah asik bercanda sendiri sedangkan Rania masih bingung gimana caranya mengimbangi mereka tanpa membuat keduanya salah paham."Ran, itu kembaranmu." Saga menunjuk harimau sumatera.Alis cewek itu terangkat tinggi, "Memang aku mirip ya sama harimau?""Kalau marahnya cewek sih kadang mirip harimau." jawab Varka, kedua cowok itu kembali tertawa sedangkan Rania masih tidak mengerti cara agar bisa tertawa seperti mereka.Mungkin Rania butuh saling mengenal lebih dekat lagi agar bisa bercanda gurau lebih asik, bukan hanya Varka dan Saga aja yang bisa tertawa bebas kayak gitu.Sebelum jam lima sore mereka berfoto ria deng