Share

Bagian 4

"Lihat nih, Ka. Rania ternyata masih SMP, bentar lagi dia jadi anak SMA, kita-kira bakalan sekolah dimana ya."

"Palingan juga lanjut di sekolah internasional lagi, tuh cewek kan anak kesayangan Oma." jawab Varka.

Saga menggeser layar ponselnya melihat foto Rania di media sosial, "Cantik anaknya, sayangnya masih lima belas tahun, nanti dia pas SMA kita udah masuk kuliah."

Varka menoleh melihat foto Rania di ponsel Saga, cewek cantik itu banyak menghabiskan waktunya di luar negeri karena cucu kesayangan Oma yang berstatus sebagai salah satu orang terkaya se-Bandung raya.

"Di kelasku juga ada kok cewek cantik." ucap Varka.

Tentunya Saga yang juga satu sekolah dengan Varka menoleh, "Yang mana?"

"Yang bukan cowok pastinya," Varka lalu tertawa dan berhasil mendapat pukulan dari Saga.

"Dih, orang lagi serius juga. Eh tapi pas acara ulang tahun Rania kemarin aku denger katanya tuh cewek udah dijodohin, tiap ingat itu aku sakit hati." Saga menjatuhkan tubuhnya berbaring di kursi kayu tempat mereka nongkrong sore hari.

Saga melihat langit berawan sambil membayangkan gimana caranya bisa deketin Rania, tapi kalau dipikir lagi sudah pasti sulit, sebab keluarga Rania berasa dari keluarga terpandang sementara Saga tidak merasa demikian walaupun ibunya adalah pemilik butik dan juga toko berlian dan ayahnya seorang pekerja dibidang keamanan software.

Dari segi harta mungkin perbandingannya tidak begitu jauh, tapi harta kan yang punya orang tua sementara Saga anak SMA yang masih petakilan, cowok di sebelahnya ini adalah rekan dari balita yang selalu Saga temani.

"Lu ada gambaran bakalan pacaran sama siapa gak, Ka?" tanya Saga.

"Kalau ada sih yang mirip sama Mami."

"Idih, spek tante cantik mah langka." sahut Saga.

Varka menoleh, "Justru itu, yang langka itu menarik makannya aku mau cari yang kayak mami, ntar kalau anak-anak aku remaja dia punya temen karena maminya awet muda."

"Halah, itu mah kamu nyari saingain diri sendiri namanya. Kamu sama Paman Kevin aja sering rebutan tante Liora kalau mau jalan, terus kalau kamu nemu spek kayak mami kamu artinya momen keluarga kalian terulang kembali dong."

"Iya juga ya." gumam Varka, remaja itu mendengar suara kemudian berlari sambil mengulurkan tangan, "Mang, cilok mang!" panggilnya.

Penjual cilok gerobakan mendekat, "Yang agak pedes, Mang."

"Siap, Den. Mau berapa ribu?"

"Dua puluh ribu aja bagi dua, satu gak pedes." jawab Varka sambil mengeluarkan uang dua puluh ribuan, "Makasih mang." Varka meraih dua bungkus cilok kemudian menyerahkan satu untuk Saga, "Nih, gak pedes."

Saga kembali duduk menerima cilok dari Varka, keduanya termenung menikmati cilok dengan santai, "Gimana Rania mau deket sama gue ya, dia makan steak lah kita kita makan cilok." Saga pun lalu menertawai dirinya sendiri.

"Lu bilang Rania udah di jodohkan, cari cewek lain ajalah, nih aku kasih tau ya kalau populasi perempuan di dunia ini tuh lebih banyak dari cowok, jadi jangan ragu nyari cewek lain.”

"Sok ngajarin, Lu aja sampai tujuh belas tahun masih jomblo." ledek Saga, "Dari jutaan populasi perempuan di dunia ini, satu aja Lu gak dapat." tambahnya.

"Idih ngeledek, Lu aja juga masih jomblo." sahut Varka, mereka pun tertawa karena di kondisi yang sama tidak punya pacar.

"Kalau dipikir kita ini gak jelek loh ya, tapi jomblonya kok betah amat."

Varka dengan santai menyantap ciloknya sambil menatap ke depan, "Mereka minder ngedeketin kita, soalnya spek muka kita itu spek pangeran." jawabnya, mereka kembali tertawa sampai Saga tersedak ciloknya.

Tangan Varka menggeplak bahu Saga sampai cilok yang tidak sengaja tertelan sebelum dikunyah melompat dari mulut remaja itu.

"Lu masih punya gigi, kenapa gak dikunyah dulu sih sebelum ditelan." ujar Varka.

"Yaelah, namanya juga kecelakaan."

"Kayaknya aku tau deh kenapa gak ada cewek yang mau sama kita." gumam Varka.

Saga pun menoleh, "Emang apa?"

"Karena kita dua somplak." jawabnya, kembali mereka tertawa meskipun tenggorokan Saga terasa perih akibat tersedak cilok barusan, untungnya Varka tidak memesan yang pedas.

Keduanya asik bercanda sampai ada seorang perempuan lewat di sebelah mereka, rambutnya pirang dan menggunakan rok pendek, kakinya putih dan bajunya ketat.

"Cewek, Ka." canda Saga sambil berbisik.

Varka menoleh, perempuan yang mereka lihat pun di hampiri oleh seorang ojek online sehingga ketika menoleh, wajahnya terlihat jelas. Varka dan Saga kembali tertawa sampai air mata mereka merembes sedikit.

"Kirain cewek beneran, gak taunya cewek jadi-jadian, dahlah pulang aja, yuk. Sakit perutku ketawa terus sejak tadi." Varka mengenakan helmnya.

"Lu gak mau join sama anak-anak latihan balapan?" 

"Gak dulu deh, lagi gak mood. Ntar aku juga mau fokus latihan buat pertandingan renang awal bulan depan, jadi wanti-wanti aja ngejauhin masalah. Duluan ya, bentar lagi mau hujan nih." jawab Varka, Saga hanya melambaikan tangannya.

Motor hitam berbelok arah ke tukang servis kendaraan, Varka lupa kalau body motornya pada retak, "Bang, servis body kayak gini berapaan?" tanya Varka.

"Liat dulu, Bro. Parahnya kayak apa." tukang jasa servis menghampiri, melihat bagian mana yang perlu untuk diperbaiki, "lumayan parah nih retaknya, aku sarankan ganti full body aja, aku kasih tujuh juta semua sampai beres."

"Mahal amat, kurang lagi dong." ucap remaja itu.

"Ya udah enam juta deh, ini sudah harga langganan makannya dikurangi harganya, jadi mentok gak bisa ditawar lagi."

Varka melihat body motornya kembali, "Mahal juga ya, mana tadi lupa buat minta tuh pelaku utama ganti rugi." ucap Varka, melihat kendaraannya retak sana sini gara-gara Saga nabrak tiang listrik. 

"Yaudah deh bang, kapan nih selesainya."

"Kerjain aja belum, tapi dua atau tiga hari selesai, ngantri dulu nih sama yang lain baru kerjain." jawab pemilik usaha servis.

Varka mengangguk, "Oke deh, bayarnya kalau udah beres aja ya."

"Oke, Bro. Aman itu mah."

Varka memesan ojek online, tahu begini tadi harusnya ia pulang saja dengan Saga biar di bonceng sama tuh anak.

"Varka!"

Cowok itu menoleh kesana kemari mencari suara, terlihat Rania dari dalam mobil melambaikan tangan, "Loh, dari mana?" tanya Varka, tapi Rania memberikan kode agar Varka masuk ke dalam mobilnya.

Tepat setelah Varka di dalam mobil bersama Rania, gerimis pun turun.

"Aku dari belanja kebutuhan sekolah, oh ya sore ini aku mau ke rumah kamu."

Alis Varka terangkat naik, "Kamu memang tau rumah aku dimana?"

"Kan aku udah tanya ke Om Kevin tadi, dia kirim alamat ke aku, nih buktinya." Rania menunjukkan pesan dari Kevin mengenai alamat rumahnya, batin Varka sejak kapan Rania deket sama Kevin.

Tapi kalau tahu begini harusnya Saga ikut, tuh anak kan suka sama Rania. Namun niat Varka mau mengirim pesan ke Saga tidak jadi, kalau Rania udah dijodohin mending Saga jangan deket-deket sama cewek inilah, yang ada itu anak nanti sakit hati.

"Tumben amat mau ke rumah, tapi kamu kok tau aku ada di tukang servis motor." tanyanya.

"Oh, tadi aku gak sengaja lihat kamu, jadi aku minta supir menepi terus panggil kamu deh, kebetulan juga kan aku mau ke rumah kamu." jawab Rania.

Varka mengernyitkan kening, emang nih cewek ramah begini ya orangnya? Mobil melaju ke rumah Kevin, gerbang tinggi terbuka mempersilahkan kendaraan itu masuk.

"Wah, rumah kamu besar juga ya."

"Bukan rumahku, ini rumah orang tuaku, ayo masuk." ajak Varka.

Rania mengambil sesuatu dari dalam mobil kemudian mengikuti Varka dari belakang, di dalam rumah Kevin datang dari halaman belakang membawa piring, pasti habis ngerujak lagi.

Menyadari kedatangan tamu di rumahnya, Kevin segera meletakkan piring habis ngerujaknya ke meja lalu menghampiri Rania sambil tersenyum merekah, dalam hati 'Calon mantuku datang'

"Rania, apa kabar!"

"Baik, Om. Tante Liora mana?"

"Ada di ruang tengah, Varka bakalan kasih tau kamu, om mau cuci tangan dulu ya."

Rania mengangguk, Varka menunjukkan jalan agar Rania bertemu dengan Liora, terlihat seorang perempuan cantik berbadan mungil sedang membuat karya seni dari benang rajutan.

"Selamat sore tante."

Liora menoleh, "Wah siapa ini cantik banget, sini nak duduk sini." Liora menepuk tempat di sebelahnya sembari meletakkan alat rajut ke kotak, Rania mendekat memberikan hadiah.

"Ini tante, aku tadi sempat beli sesuatu buat tante, semoga suka."

"Malah repot-repot, kamu datang sendirian ya. Ini pertama kalinya loh kamu datang ke sini, dulu kamu kesini pas masih umur dua tahun. Duh cantiknya, kamu udah makan belum, tante siapin makanan ya."

Rania menggeleng, "Gak usah tante, Rania masih kenyang, tante buat apaan itu?" tanya Rania penasaran, Liora pun menunjukkan kalau dia sedang membuat baju rajutan, Rania tampaknya tertarik dengan hobi Liora satu ini. 

Sementara di belakang mereka Varka melihat dua wanita di depannya sambil melipat tangan, kenapa Varka baru tahu kalau orang tuanya memperlakukan Rania seperti anak kandungnya sendiri, kalau begini kan saingan Varka jadi bertambah dong.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status