“Your Highness. Apakah Anda mau, … membawanya ke istana sebagai seorang selir, atau juga hal yang lainnya?”
“Duke! Kau gila!? Kenapa aku mau membawa monster sepertinya pulang ke istanaku? Kalau putrimu yang kedua sih, … tidak apa-apa. Tetapi ini? Si monster? Kau ingin aku ketularan kutukan monsternya ya?”
“Ehei, Saya kan, … hanya sekadar bertanya saja.”
“Bertanya pun, harus berotak sedikitlah.”
Atas gurauan yang diujarkan oleh sang putra mahkota kerajaan Gupenhileum, Felaise Zevaron Gupenhileum, yang berambut putih keperakan, dan juga bermata biru kedalaman laut, … semua bangsawan laki-laki yang mengerubunginya di pesta dadakan sang Duke Yoargi itu pun, secara serentak pada tertawa dengan terbahak-bahak.
Hari ini, adalah hari di mana pesta sekaligus sayembara memungut Qilistaria … yang dianggap sebagai sebuah barang oleh ayahnya, resmi dimulai.
Qilistaria malang yang tidak tahu harus berbuat apa, dan tak tahu pula harus pergi ke mana, … hanya berdiri mematung di tepi aula, tempat berkumpulnya banyak bangsawan dan rakyat biasa, … yang mendelik tidak suka kepadanya, juga saling bisik-berbisik dalam obrolan yang membicarakannya.
Ini canggung, ini tidak nyaman. Tatapan tajam dari mereka yang seakan-akan telah menelanjanginya itu, terasa membunuhnya.
Tidak ada yang mau berbicara dengannya, atau pula mendekatinya, … barang sedikit saja. Apalagi, untuk tujuan membawanya keluar dari Duchy ini. Dikarenakan, jika ingin membawanya, maka tentu saja harus mendekatinya terlebih dahulu, bukan?
“Apa Anda sekalian tahu, Saya … hiks, Saya, mendapatkan waktu yang tidak mudah untuk hidup secara berdampingan bersama dengannya, … yang memiliki penampilan menyeramkan itu. Saya seperti sedang diteror oleh monster mengerikan! Saya kerap kali kedapatan bermimpi buruk, jika Saya melihatnya sebelum pergi tidur.”
“Ah, Princess Yoargi. Saya turut berdukacita.”
“Benar. Anda pasti betul-betul merasa kesusahan untuk tinggal bersama dengan monster sepertinya. Saya harap, monster itu akan segera pergi meninggalkan kediaman Anda ini, agar ia tak menularkan kutukan mengerikannya … kepada Anda yang begitu cantik jelita.”
Mereka berbicara, dengan suara yang sengaja dikeraskan, agar Qilistaria dapat mendengarnya.
Memang benar, Qilistaria mengakuinya. Bahwa adik perempuannya itu, memiliki penampilan yang jauh berbeda darinya, yang malah hampir sepenuhnya bertolak belakang dengan dirinya yang buruk rupa ini.
Mirabella La Yoargi, adalah namanya yang terdengar begitu anggun.
Kulit putih pucatnya yang sering kali terekspos karena memakai gaun tanpa lengan itu, … terlihat sangat halus nan mulus.
Tidak seperti kulitnya … yang memiliki warna putih pucat pun, malah tampak seperti mayat hidup.
Pakaian yang dikenakan oleh Qilistaria pula, hanyalah sebatas setelan gaun sederhana yang serba tertutup.
Berbahan dasarkan kain berwarna hitam arang, yang lebih gelap dari warna rambut juga matanya. Kerah yang menutupi leher. Lengan panjang yang menutupi tangan sampai ke pergelangan, untuk kemudian di lapisi oleh sarung tangan hitam panjang. Ditambah dengan kaus kaki hitam yang membalut kakinya sampai paha atas, … adalah gaya berpakaian yang dinilai sangat nyaman bagi Qilistaria.
Mirabella memiliki rambut panjang bergelombang berwarna merah muda lembut, dengan dilengkapi manik mata hijau zamrud yang sangat menenangkan, membuatnya semakin sedap dipandang oleh setiap pasang mata semua orang.
Bukan sepertinya, yang tampak memiliki penampilan lusuh lagi kurang menarik, dengan mata dan rambut berwarna hitam pekat yang begitu gelap, … segelap takdir yang dijalani olehnya sampai saat ini.
Mirabella adalah anak yang supel, lagi gampang bergaul.
Tidak semacam dirinya, yang jangankan mau bergaul, … menatap ke mata orang yang menjadi lawan bicaranya saja, ia mana mungkin berani.
Mirabella pula, telah lama dikenal oleh masyarakat luas … sebagai nona muda Yoargi yang begitu ceria, baik hati, penyayang, dan juga ramah, … sampai-sampai membuatnya semakin disayangi.
Berbanding terbalik dengannya, yang begitu dibenci, dikucilkan, diasingkan, dicercai, diumpati, dan di sumpah serapahi, … karena ia dinilai sebagai jelmaan iblis, ataupun monster yang begitu terkutuk, … yang diakibatkan oleh tangan mengerikannya ini.
“Hei, apa kau mau membawanya dari sini untuk dijadikan budak, lalu menjualnya ke bangsawan dari negeri lain dengan harga yang tinggi?”
“Sayang sekali, … jawabanku adalah tidak.”
“Lah, kenapa?”
“Aku takut, kalau dia bakal mencoreng nama baikku di kalangan bangsawan konsumer barang-barang yang kujual di pasar gelap, akibat dari buruknya kualitas sesuatu seperti dirinya. Bagaimana jika nanti, … para konsumenku tak mau berlangganan denganku lagi, setelah melihatku menampung gundukan kutukan semacamnya itu?”
“Wah, iya juga ya.”
Lagi-lagi, banyak orang yang sudah terang-terangan memperlakukan Qilistaria seperti sebuah barang. Qilistaria benci itu, namun, memangnya … hal apa saja yang kemungkinan bisa ia perbuat sekarang?
Dia sendirian.
Dia benar-benar sendirian, di luang lingkup dunia sosial yang kejam ini, tanpa ada seorang pun yang mau menjadi peneman maupun pemberi semangat, … dalam upaya untuk melawan orang-orang yang telah membanting perasaannya dengan keras, sampai ke titik di mana mereka sudah menguliti habis semua rasa kepercayaan dirinya secara perlahan, namun begitu menyakitkan, … sampai-sampai membuatnya menjadi sebegitu menderitanya dalam menjalani kehidupan ini.
“Menyedihkan sekali. Kalau saja tangannya tidak seperti monster, mungkin aku akan berpikir dua kali untuk membuatnya menjadi istriku. Mungkin, seperti yang sudah pernah kau bilang Duke. Dia ini, memang terlihat dapat menggunakan otak cemerlangnya dengan baik, untuk menyelesaikan sebuah permasalahan politik. Terlebih lagi, ….”
Putra mahkota, Felaise Zevaron, yang kerap kali dijuluki sebagai si ‘Bajingan haus darah’ oleh berbagai kalangan masyarakat rakyat kerajaan Gupenhileum, … karena telah membantai semua saudaranya yang berjumlah 6 pangeran, dan 7 putri, dari 15 bersaudara, hanya untuk merebutkan kursi putra mahkota pewaris takhta raja saat ini, … kini, menarik sudut bibirnya untuk tersenyum miring, dikala dirinya melihat ke arah Qilistaria dengan segelas anggur merah di tangan.
“… Dia memiliki wajah yang cukup cantik. Bersama dengan tubuhnya yang berlekuk menarik,” ungkapnya, dengan lidah yang menjilati bibir basah akan isapan anggur merahnya, secara melintang.
Felaise, si putra mahkota yang juga sering dibicarakan sebagai orang tanpa darah, keringat, dan air mata itu, … segera meneguk habis anggur merahnya dalam sekali tegukan, … bersama dengan manik mata birunya yang ia gulirkan dari tempat di mana Qilistaria berdiam sendirian, ke tempat di mana terdapat Mirabella yang dikerumuni oleh banyak orang sekarang.
“Yah, tetapi, tentu saja kecantikannya ini masih jauh lebih rendah dari pada kecantikan luar biasa yang ada pada putri keduamu, Duke.”
“Haha, terima kasih banyak atas sanjungan Anda, Your Highness.”
“Hn. Omong-omong, berapa umurnya sekarang? Tiga belas? Empat belas?”
“Kurang lebih, dia telah berusia lima belas tahun sekarang, My Prince.”
“Ah, aku rasa, … hanya berbeda usia lima tahun saja, tidak akan menjadi masalah.”
“Eh, pa-pardon?”
Melirik si Duke Yoargi dengan mata yang menyipit seperti bulan sabit, Felaise Zevaron, … langsung menampilkan seringainya yang tampaknya kian semakin melebar.
“Biarkan dia, Princess Mirabella La Yoargi, untuk menjadi tunanganku seorang, … Your Grace.”
Senang bukan kepalang, dikarenakan si pangeran pewaris takhta yang mengatakan dengan mulutnya sendiri, … dalam meminta putri keduanya untuk menjadi tunangan, sekaligus calon ibu negara kerajaan Gupenhileum ini di masa mendatang nanti, … sang Duke Yoargi itu pun, lekas saja menundukkan kepalanya dengan hormat, yang juga memberikan sebuah tanda akan kepatuhan.
“As your wish, Your Highness, … the Crown Prince of Gupenhileum.”
Kalau saja Qilistaria tidak memiliki tangan yang terkutuk, maka sudah dapat dipastikan, … bahwa sang Duke Yoargi ini pasti akan menggunakannya, sebagai alat tukar politik dengan keluarga kerajaan, lewat sebuah janji suci ikatan pernikahan.
Namun, sepertinya sekarang, … menyerahkan Mirabella sebagai gantinya juga, tampaknya tidak akan menjadi masalah.
“Oh my, Duchess. Jujur saja, Saya benar-benar merasa kasihan dengan Anda. Bagaimana mungkin, Anda bisa tahan dengan kesabaran yang begitu tinggi, dalam kurun waktu delapan belas tahun lamanya, tinggal bersama dengan si putri jelmaan iblis itu?”“Benar juga ya. Bagaimana bisa, … Saya tidak menyadari akan hal semacam itu, sampai selama ini?”“Ya ampun, Your Grace. Hal itu tampaknya, karena disebabkan oleh sikap Anda yang terlalu berbaik hati kepadanya! Anda seharusnya tidak perlu memperlakukannya dengan baik semacam itu! Dikarenakan, hal tersebut malah akan membuat si siluman tak tahu malu tersebut, … menjadi orang yang berkulit tebal.”Menyebalkan.Qilistaria dapat dengan jelas, menyimak sedikit demi sedikit semua bisikan omongan menyakitkan terkait dirinya, … yang sedang heboh di obrolkan oleh teman-teman sosialita ibunya.Sepertinya, mere
“Pffft! Buhahaha!”“Hahaha!”“Lihat, lihat! Apa katanya tadi? Dia ingin menikahi si monster yang mengerikan itu? Bahkan, sampai mau membawakannya barang-barang murahan, … yang ia anggap sebagai mahar pernikahan? Lelucon macam apa ini?”“Hahaha, gila sekali dia! Bisa-bisanya, orang rendahan semacamnya, berkelakuan dengan sangat sok belagu begitu?”Dimulai dari sang putra mahkota yang tergelak di dalam tawa terbahak-bahaknya, … semua orang yang di sana–kecuali si laki-laki itu dan Qilistaria tentunya–berlarut-larut dalam aksi menertawakan.Tidak sakit hati atau pula tersinggung oleh semua perlakuan itu, si laki-laki berambut merah ini justru, … malah terus-menerus menampilkan senyuman terbaiknya kepada sang Duke.Memang benar, terkait hal penting apa yang barusan orang-orang itu bicarakan.
Segala perasaan yang terkurung di dada semacam keraguan, ketakutan, kecemasan, beserta kekhawatiran, … telah bercampur aduk dan berkecamuk, sampai membuat semuanya terasa remuk, menjadi sebuah serbuk-serbuk yang bubuk.Bagaimana jika, tangan itu menepisnya, … tatkala ia balik membalas uluran tangan dari lelaki tersebut?Bagaimana jika, tangan besar itu digunakan untuk menamparnya, memukulnya, atau menyiksanya, … dikala ia nanti ikut pergi bersama dengannya, meninggalkan kediamannya yang tak lebih dari sekadar tempat penangkaran kehidupannya selama ini?“Rumahnya memang tidak semewah dan sebesar mansion di Duchy sini, dan juga, … penghasilan Saya dalam usaha untuk mencukupi kebutuhan hidup pun, tidak akan sebanyak yang diberikan oleh orang tua Anda. Akan tetapi, satu hal yang pasti, ….”Ah, Qilistaria takut. Qilistaria bingung.Banyak sekali
“Nama Saya, Derian Aesundarishta. Istri bisa memanggil Saya, dengan sebutan yang Istri suka.”Berjalan secara berdampingan, bersama dengan suaminya yang telah disahkan oleh banyak saksi di pesta perjamuan sayembara tadi, … Qilistaria merasa kikuk.Ia tidak terlalu tahu harus bereaksi bagaimana, terhadap orang asing yang baru dikenalnya ini. Terlebih lagi, … karena dia adalah seorang laki-laki.“Saya lebih tua dari Anda dua tahun. Jadi, di tahun ini, Saya telah memasuki usia 20 tahunan.”Atas ancaman dari Duke Yoargi yang katanya akan membuang semua hasil panen kerja kerasnya, dalam beberapa bulan ke belakang ini dengan perasaan enteng, … secara terpaksa, Derian pun mau tak mau membawanya kembali bersamanya, menuju ke rumah miliknya yang sederhana.Mengikuti ke mana Derian akan mengajaknya pergi, Qilistaria hanya mengemasi sedikit barang-barang
“Ma-maaf! Sa-saya, telah menjatuhkannya sampai-sampai menimpa kaki Anda. Sa-saya … Sa-saya,”Berujar dengan tidak karuan, akibat dari merasa sangat bersalah, … Qilistaria langsung membungkukkan badannya berkali-kali, untuk meminta permohonan maaf dari Derian, … dengan tangan gemetarnya yang tak bisa berhenti mencengkeram erat rok gaun.Bagaimana jika Derian menjadi kesal padanya, lalu mengayunkan tangan ke arahnya, … untuk seterusnya memberikan sebuah pukulan, atau pula tamparan, sebagai bentuk dari hukuman?Apa yang harus ia lakukan, jika Derian terlampau marah terhadapnya, dan berakhir dengan membuang atau meninggalkannya di sini?Apa …? Bagaimana …? Dan, dan, … siapa yang, …? Argh! Pokoknya, pertama-tama, … Qilistaria merasa harus meminta maaf kepada Derian, dengan sangat bersungguh-sungguh.Derian yang tidak nyaman dikala d
Rumah yang ditinggali oleh Derian, adalah rumah panggung yang luasnya dapat ditinggali oleh tiga, sampai lima orang sekaligus. Cukup luas memang, namun, … rumahnya, hanya memiliki interior-interior yang sangat sederhana.Tiga kamar tidur, satu dapur, dan juga satu ruang tengah yang dapat digunakan sebagai ruang untuk makan, … adalah isi keseluruhan bagian dalam rumah panggung.Di bagian luar rumah, ada halaman luas yang dipenuhi oleh tanaman bunga. Sedangkan, untuk di bagian belakangnya, … ada bilik kamar mandi kecil yang bersebelahan langsung dengan sumur air timba.“Maaf, rumahnya … begitu sederhana untuk Anda.”Menggelengkan kepalanya dengan pelan, yang kemudian diselingi oleh gumaman, “Ehm,” Qilistaria mulai melangkahkan kakinya, untuk segera memasuki tangga rumah panggung berlantai papan kayu tersebut, dengan langkah yang begitu diperhatikan.&nbs
“Rambutnya berwarna merah sama seperti milik Saya, dengan ujung helaian yang sedikit bergelombang, juga memiliki kepanjangan yang sepanjang dada. Matanya pula, memiliki manik merah sama seperti milik Saya juga! Dia memiliki kelopak mata ganda alami, sehingga membuat matanya tampak lebih besar dan bulat, dari kebanyakan gadis seusianya!”Berjalan ke dapur mengambil satu buah pir, beserta piring pisin dan pisau buahnya, kemudian kembali ke tempat di mana ia duduk, … Derian lanjut bercerita seraya memotong buah pir tersebut sampai berbentuk potongan-potongan kelinci, untuk kemudian ditata olehnya di atas piring, … lalu mengasongkannya kepada Qilistaria.“Kedua orang tua kami telah meninggal lama. Ayah yang merupakan seorang petani dan juga peternak ulung di desa ini, meninggal sewaktu Saya masih berusia belia. Sementara, Ibu kami, … seorang pedagang pasar tradisional yang menjajakan hasil panen Ayah, menin
“Karena Anda, adalah cinta pertama Saya.”“Ci … cinta pertama?”“Ya.”Memandang Qilistaria lembut dengan tatapan mata yang penuh arti, Derian kembali menarik punggung tangan istrinya itu, untuk kemudian mengecupnya lagi.“Anda adalah cinta pertama Saya.”Tidak percaya begitu saja dengan pernyataan yang begitu mengejutkan hatinya barusan, Qilistaria segera melontarkan pertanyaan, “Dari sejak kapan, dan … dan, bagaimana bisa?”Menyahuti pertanyaan itu dengan bibir tipisnya yang tak bisa untuk berhenti tersenyum, Derian menjawab, “Dari Saya masih kecil, dan dari pandangan pertama awal Saya berjumpa dengan Anda.”“… Su-sungguh?”“Uh-hum. Saya bertemu dengan Istri untuk pertama kalinya, dan kemudian jatuh cinta pa
“Huff, …! Haah~!”Yurish mengambil nafas dan mengembuskannya secara berulang kali, dengan pasrah.Dia menempatkan kedua sikunya tuk bertumpu pada pagar balkon yang terbuat dari beton, dan menengadahkan wajahnya ke arah langit malam bertabur bintang-bintang yang berkelap-kelip dengan sangat bercahaya.Suasana aman dan tenang sekali.Sampai, ….KLOTAK!… Suara sepatu hak tinggi yang berhenti selepas membuka pintu balkon ini, menginterupsi kedamaian yang tengah Yurish nikmati.“….”“….”Di bawah cahaya rembulan yang lebih menyorot dibandingkan biasanya, Yurish dan pemilik sepatu yang menghasilkan suara nyaring pada barusan itu, … saling bertatap muka.Sorot mata mereka yang berbeda warna, berserobok satu sama lain secara intens.Merasa ada yang perlu dibicarakan oleh perempuan yang dilihat-lihat, memiliki mata sedikit membengkak akibat sudah menangiskan
KRIETT!“…!”“…!”Suara gerbang raksasa yang terbuka secara perlahan itu, mengejutkan sepasang kakak-beradik yang masih memusatkan perhatian dan arah gerak dari tubuh mereka kepada raja di hadapan, supaya tersentak hebat.Mereka berdua yang masih belum memiliki keberanian untuk membalikkan diri dan melihat akan siapa gerangan orang yang muncul dari pintu besar tersebut secara jelas, … lebih memilih untuk mengepalkan tangan masing-masing, dan meneguk ludah kegugupan.“…?”Berbeda dengan kedua orang berambut merah yang mengapit dirinya dari sisi kiri dan kanan, Kairyuuki, … bocah kecil berambut hitam itu bertingkah mewakili.Dia lekas melepaskan pegangan tangan dari sang ayah untuk pergi berlari ke arah orang yang tengah berjalan menghampiri, seraya meneriakkan sesuatu.“Ibu~!”Sebuah panggilan.“Ryuuki~!”DEG!Seperti jantu
“Dengarkanlah! Ini adalah dekret dari His Majesty!”ZRAK!“Atas beralihnya pemerintahan selepas mendiang raja terdahulu kalah dalam perebutan kekuasaan, kalian berdua, mantan Ratu Kerajaan Gupenhileum, Putri Mirabella, serta yang terhormat, Ibu Suri, … akan diasingkan ke tempat asal kalian berada.”Satu orang ksatria yang dikawal oleh dua bawahannya, kini bisa dengan bangganya mengenakan baju zirah berlambang bunga kamelia, membukakan dan membacakan isi dari gulungan surat secara saksama.“Jangan pernah berpikiran bahwa kalian berdua, masih memiliki kesempatan untuk menempati istana Kerajaan Camerine ini lebih lama lagi. Jika kalian berdua masih ingin menjalani hidup dengan tenang, maka, pergilah sekarang.”Seminggu telah berlalu semenjak hari besar itu.Kini, para ksatria kecil yang merasa dahulu mereka tidak terlalu berguna bagi kerajaan, … justru tengah disibukkan ke sana kemari tuk mendatangi setiap r
“Berita panas! Berita panas!”“…?”“Berita panas dari istana! Siapa yang mau dengar?”Seorang anak kecil yang mondar-mandir di depan restoran sembari berteriak-teriak demikian, berhasil menyita perhatian Rifa untuk keluar meninggalkan Ryuuki di dalam restoran, dan mencari tahu apa yang tengah heboh.“Berita panas! Berita panas!”Anak yang berteriak-teriak itu berhasil mengumpulkan orang lain, selain dari Rifa.Mereka berkumpul membentuk lingkaran besar terlebih dahulu, barulah si anak melanjutkan cerita.“Raja tirani itu … dia sudah berhasil dikudeta!”“Apa?!”“Yang benar?!”'”Itu benar! Dia dikudeta oleh Pangeran Yurishien!”Semuanya menjadi heboh.Bahkan, Rifa sendiri pun membelalakkan matanya dengan lebar.“Yurishien? Bukankah dia pangeran yang telah lama mati bersama dengan ibu dan semua saudaranya, baik yang
SRING!“Grrk! Urghh!”“…?!”Felaise terkejut bukan kepalang, begitu pedang yang hendak ia tusukkan sekuat tenaga supaya bisa menembus dada Yurish yang tertutup baju zirah, dipegang dan ditahan langsung oleh kedua telapak tangan.Tak ayal, itu membuat telapak tangan berbalut sarung tangan besi tersebut, menimbulkan suara terkikis yang membuat gigi terasa linu.Hal ini semakin membuat keadaan di antara mereka semakin sengit, di mana saudara tiri yang berbagi paras serupa itu saling bertatapan muka dalam jarak yang sangat dekat.“Cukup sekali …! Aku …!” Yurish mengernyit dan menggemeretukkan giginya kuat-kuat.Dia berusaha sekeras mungkin, agar pedang yang ditahannya dari menusuk dada itu supaya terdorong menjauh.Namun, ia adalah pengguna tangan kanan, sedangkan … tangan dominannya ini sedangkan terluka untuk sekarang.Hal itu membuat kecemasannya menjadi naik berkali lipat, akiba
“U-uh … apa yang harus kita lakukan?” Para bangsawan yang berkumpul di ruang aula pesta ini sebagai tamu undangan ulang tahun raja, memandang khawatir akan beberapa pasang orang yang bertarung dengan sengit di tengah-tengah ruang tersebut. “T-tidak ada yang bisa kita lakukan!” “B-benar. Kita tidak boleh mengambil risiko.” “S-setuju. Jika mereka saja kesulitan, maka bagaimana dengan kita?” Secara perlahan-lahan, para bangsawan laki-laki yang tadi sempat berlari secara heboh untuk menghampiri raja, … mulai memundurkan langkah kaki mereka ke belakang, dan berniat untuk bergerombol balik dengan para bangsawan lain. “Kalau sudah begini … ekhem!” Para bangsawan yang ada di sana saling memandang satu sama lain, dan memamerkan satu sorotan mata serupa, berupa inginnya mengeluarkan diri dari sana. Mumpung sang tokoh utama pesta ini disibuk
“Pertemuan terakhir?”Felaise mengulang sebentar ucapan yang baru saja dikatakan oleh adik tirinya, Yurish.Tak lama kemudian, bibirnya yang mencebik kesal, keningnya yang berkerut marah, dan sorotnya yang menatap tajam, … mulai berubah.“Pfft …!”Dia melemaskan otot wajahnya, lalu ….“Buhahahaha!”… Tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang yang ada di sana merasa heran.“Baiklah.”SRAA~!Felaise mengusap poni rambutnya supaya ke belakang tuk memamerkan dahinya, dengan disisir oleh jari.Tak lama kemudian, ….“Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan dan mengklaim bahwa pertemuan terakhir itu dimenangkan oleh dirinya, okay?”… Secara perlahan, aura sihir berwarna putih perak itu mengumpul di tangan kanan Felaise.“Dengan senang hati, aku akan mengabulkan harapanmu sebelum mati ….”
Kyahaha~!”“Hei, tunggu kau!”“Anak-anak, jangan berlarian!”Suara hiruk-pikuk ramainya ibukota tampak hangat sekali.Semuanya terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.BRUAKK!“Uwaahh!”“Tuh kan?! Apa yang sudah ibu bilang?! Jangan lari-larian karena nanti terjatuh!”“Huwaa—huh?”Sampai ….“Ibu, kenapa tanahnya terasa bergetar?”“Apa maksudmu? Jangan mengada-ada dan cepatlah bangu—!”—QUOONG~!… Suara trompet besar yang memekakkan telinga, muncul.Bersusulan dengan itu, suara derap langkah yang banyak lagi terdengar rapat, bergemuruh semakin jelas mendekati ibu dan dua anaknya itu yang sekarang seperti membeku di tempat.QUOONG~!“Menyingkir! Hoi! Cepat menyingkir!”Bapak-bapak yang kebetulan sedang lewat di bahu jalan menyuruh ibu dan anak yang berada di
“Emmh ….”Ryuuki kecil menggeliat.Dia mengerjapkan matanya yang masih terasa lengket akibat mengantuk itu untuk beberapa saat, lalu memandangi langit-langit kamar yang tampak asing.“Sudah bangun, …?”Ah, benar.Dirinya baru ingat sekarang.Bukankah ia memutuskan supaya tak ikut Paman Yurish, dan mencoba menetap di sini bersama dengan ayah kandungnya saja?“… Ryuuki?”Sinar mentari pagi yang cerah nan terasa hangat, menyirami kamar ini.Hal itu pula mempercantik penampilan dari seseorang yang tengah duduk di tepi ranjang, yang mengusap pucuk kepala dan memberikannya senyuman tulus.Sehingga, aksi yang benar-benar baru bagi Ryuuki si anak gua itu, mampu membuat matanya terbelalak sempurna, dengan pipi merah merona.SYUK!“…!?”Ryuuki beranjak tiba-tiba, mengagetkan orang yang duduk di sampingnya, yang tak lain adalah ayahnya, De