“Your Highness. Apakah Anda mau, … membawanya ke istana sebagai seorang selir, atau juga hal yang lainnya?”
“Duke! Kau gila!? Kenapa aku mau membawa monster sepertinya pulang ke istanaku? Kalau putrimu yang kedua sih, … tidak apa-apa. Tetapi ini? Si monster? Kau ingin aku ketularan kutukan monsternya ya?”
“Ehei, Saya kan, … hanya sekadar bertanya saja.”
“Bertanya pun, harus berotak sedikitlah.”
Atas gurauan yang diujarkan oleh sang putra mahkota kerajaan Gupenhileum, Felaise Zevaron Gupenhileum, yang berambut putih keperakan, dan juga bermata biru kedalaman laut, … semua bangsawan laki-laki yang mengerubunginya di pesta dadakan sang Duke Yoargi itu pun, secara serentak pada tertawa dengan terbahak-bahak.
Hari ini, adalah hari di mana pesta sekaligus sayembara memungut Qilistaria … yang dianggap sebagai sebuah barang oleh ayahnya, resmi dimulai.
Qilistaria malang yang tidak tahu harus berbuat apa, dan tak tahu pula harus pergi ke mana, … hanya berdiri mematung di tepi aula, tempat berkumpulnya banyak bangsawan dan rakyat biasa, … yang mendelik tidak suka kepadanya, juga saling bisik-berbisik dalam obrolan yang membicarakannya.
Ini canggung, ini tidak nyaman. Tatapan tajam dari mereka yang seakan-akan telah menelanjanginya itu, terasa membunuhnya.
Tidak ada yang mau berbicara dengannya, atau pula mendekatinya, … barang sedikit saja. Apalagi, untuk tujuan membawanya keluar dari Duchy ini. Dikarenakan, jika ingin membawanya, maka tentu saja harus mendekatinya terlebih dahulu, bukan?
“Apa Anda sekalian tahu, Saya … hiks, Saya, mendapatkan waktu yang tidak mudah untuk hidup secara berdampingan bersama dengannya, … yang memiliki penampilan menyeramkan itu. Saya seperti sedang diteror oleh monster mengerikan! Saya kerap kali kedapatan bermimpi buruk, jika Saya melihatnya sebelum pergi tidur.”
“Ah, Princess Yoargi. Saya turut berdukacita.”
“Benar. Anda pasti betul-betul merasa kesusahan untuk tinggal bersama dengan monster sepertinya. Saya harap, monster itu akan segera pergi meninggalkan kediaman Anda ini, agar ia tak menularkan kutukan mengerikannya … kepada Anda yang begitu cantik jelita.”
Mereka berbicara, dengan suara yang sengaja dikeraskan, agar Qilistaria dapat mendengarnya.
Memang benar, Qilistaria mengakuinya. Bahwa adik perempuannya itu, memiliki penampilan yang jauh berbeda darinya, yang malah hampir sepenuhnya bertolak belakang dengan dirinya yang buruk rupa ini.
Mirabella La Yoargi, adalah namanya yang terdengar begitu anggun.
Kulit putih pucatnya yang sering kali terekspos karena memakai gaun tanpa lengan itu, … terlihat sangat halus nan mulus.
Tidak seperti kulitnya … yang memiliki warna putih pucat pun, malah tampak seperti mayat hidup.
Pakaian yang dikenakan oleh Qilistaria pula, hanyalah sebatas setelan gaun sederhana yang serba tertutup.
Berbahan dasarkan kain berwarna hitam arang, yang lebih gelap dari warna rambut juga matanya. Kerah yang menutupi leher. Lengan panjang yang menutupi tangan sampai ke pergelangan, untuk kemudian di lapisi oleh sarung tangan hitam panjang. Ditambah dengan kaus kaki hitam yang membalut kakinya sampai paha atas, … adalah gaya berpakaian yang dinilai sangat nyaman bagi Qilistaria.
Mirabella memiliki rambut panjang bergelombang berwarna merah muda lembut, dengan dilengkapi manik mata hijau zamrud yang sangat menenangkan, membuatnya semakin sedap dipandang oleh setiap pasang mata semua orang.
Bukan sepertinya, yang tampak memiliki penampilan lusuh lagi kurang menarik, dengan mata dan rambut berwarna hitam pekat yang begitu gelap, … segelap takdir yang dijalani olehnya sampai saat ini.
Mirabella adalah anak yang supel, lagi gampang bergaul.
Tidak semacam dirinya, yang jangankan mau bergaul, … menatap ke mata orang yang menjadi lawan bicaranya saja, ia mana mungkin berani.
Mirabella pula, telah lama dikenal oleh masyarakat luas … sebagai nona muda Yoargi yang begitu ceria, baik hati, penyayang, dan juga ramah, … sampai-sampai membuatnya semakin disayangi.
Berbanding terbalik dengannya, yang begitu dibenci, dikucilkan, diasingkan, dicercai, diumpati, dan di sumpah serapahi, … karena ia dinilai sebagai jelmaan iblis, ataupun monster yang begitu terkutuk, … yang diakibatkan oleh tangan mengerikannya ini.
“Hei, apa kau mau membawanya dari sini untuk dijadikan budak, lalu menjualnya ke bangsawan dari negeri lain dengan harga yang tinggi?”
“Sayang sekali, … jawabanku adalah tidak.”
“Lah, kenapa?”
“Aku takut, kalau dia bakal mencoreng nama baikku di kalangan bangsawan konsumer barang-barang yang kujual di pasar gelap, akibat dari buruknya kualitas sesuatu seperti dirinya. Bagaimana jika nanti, … para konsumenku tak mau berlangganan denganku lagi, setelah melihatku menampung gundukan kutukan semacamnya itu?”
“Wah, iya juga ya.”
Lagi-lagi, banyak orang yang sudah terang-terangan memperlakukan Qilistaria seperti sebuah barang. Qilistaria benci itu, namun, memangnya … hal apa saja yang kemungkinan bisa ia perbuat sekarang?
Dia sendirian.
Dia benar-benar sendirian, di luang lingkup dunia sosial yang kejam ini, tanpa ada seorang pun yang mau menjadi peneman maupun pemberi semangat, … dalam upaya untuk melawan orang-orang yang telah membanting perasaannya dengan keras, sampai ke titik di mana mereka sudah menguliti habis semua rasa kepercayaan dirinya secara perlahan, namun begitu menyakitkan, … sampai-sampai membuatnya menjadi sebegitu menderitanya dalam menjalani kehidupan ini.
“Menyedihkan sekali. Kalau saja tangannya tidak seperti monster, mungkin aku akan berpikir dua kali untuk membuatnya menjadi istriku. Mungkin, seperti yang sudah pernah kau bilang Duke. Dia ini, memang terlihat dapat menggunakan otak cemerlangnya dengan baik, untuk menyelesaikan sebuah permasalahan politik. Terlebih lagi, ….”
Putra mahkota, Felaise Zevaron, yang kerap kali dijuluki sebagai si ‘Bajingan haus darah’ oleh berbagai kalangan masyarakat rakyat kerajaan Gupenhileum, … karena telah membantai semua saudaranya yang berjumlah 6 pangeran, dan 7 putri, dari 15 bersaudara, hanya untuk merebutkan kursi putra mahkota pewaris takhta raja saat ini, … kini, menarik sudut bibirnya untuk tersenyum miring, dikala dirinya melihat ke arah Qilistaria dengan segelas anggur merah di tangan.
“… Dia memiliki wajah yang cukup cantik. Bersama dengan tubuhnya yang berlekuk menarik,” ungkapnya, dengan lidah yang menjilati bibir basah akan isapan anggur merahnya, secara melintang.
Felaise, si putra mahkota yang juga sering dibicarakan sebagai orang tanpa darah, keringat, dan air mata itu, … segera meneguk habis anggur merahnya dalam sekali tegukan, … bersama dengan manik mata birunya yang ia gulirkan dari tempat di mana Qilistaria berdiam sendirian, ke tempat di mana terdapat Mirabella yang dikerumuni oleh banyak orang sekarang.
“Yah, tetapi, tentu saja kecantikannya ini masih jauh lebih rendah dari pada kecantikan luar biasa yang ada pada putri keduamu, Duke.”
“Haha, terima kasih banyak atas sanjungan Anda, Your Highness.”
“Hn. Omong-omong, berapa umurnya sekarang? Tiga belas? Empat belas?”
“Kurang lebih, dia telah berusia lima belas tahun sekarang, My Prince.”
“Ah, aku rasa, … hanya berbeda usia lima tahun saja, tidak akan menjadi masalah.”
“Eh, pa-pardon?”
Melirik si Duke Yoargi dengan mata yang menyipit seperti bulan sabit, Felaise Zevaron, … langsung menampilkan seringainya yang tampaknya kian semakin melebar.
“Biarkan dia, Princess Mirabella La Yoargi, untuk menjadi tunanganku seorang, … Your Grace.”
Senang bukan kepalang, dikarenakan si pangeran pewaris takhta yang mengatakan dengan mulutnya sendiri, … dalam meminta putri keduanya untuk menjadi tunangan, sekaligus calon ibu negara kerajaan Gupenhileum ini di masa mendatang nanti, … sang Duke Yoargi itu pun, lekas saja menundukkan kepalanya dengan hormat, yang juga memberikan sebuah tanda akan kepatuhan.
“As your wish, Your Highness, … the Crown Prince of Gupenhileum.”
Kalau saja Qilistaria tidak memiliki tangan yang terkutuk, maka sudah dapat dipastikan, … bahwa sang Duke Yoargi ini pasti akan menggunakannya, sebagai alat tukar politik dengan keluarga kerajaan, lewat sebuah janji suci ikatan pernikahan.
Namun, sepertinya sekarang, … menyerahkan Mirabella sebagai gantinya juga, tampaknya tidak akan menjadi masalah.
“Oh my, Duchess. Jujur saja, Saya benar-benar merasa kasihan dengan Anda. Bagaimana mungkin, Anda bisa tahan dengan kesabaran yang begitu tinggi, dalam kurun waktu delapan belas tahun lamanya, tinggal bersama dengan si putri jelmaan iblis itu?”“Benar juga ya. Bagaimana bisa, … Saya tidak menyadari akan hal semacam itu, sampai selama ini?”“Ya ampun, Your Grace. Hal itu tampaknya, karena disebabkan oleh sikap Anda yang terlalu berbaik hati kepadanya! Anda seharusnya tidak perlu memperlakukannya dengan baik semacam itu! Dikarenakan, hal tersebut malah akan membuat si siluman tak tahu malu tersebut, … menjadi orang yang berkulit tebal.”Menyebalkan.Qilistaria dapat dengan jelas, menyimak sedikit demi sedikit semua bisikan omongan menyakitkan terkait dirinya, … yang sedang heboh di obrolkan oleh teman-teman sosialita ibunya.Sepertinya, mere
“Pffft! Buhahaha!”“Hahaha!”“Lihat, lihat! Apa katanya tadi? Dia ingin menikahi si monster yang mengerikan itu? Bahkan, sampai mau membawakannya barang-barang murahan, … yang ia anggap sebagai mahar pernikahan? Lelucon macam apa ini?”“Hahaha, gila sekali dia! Bisa-bisanya, orang rendahan semacamnya, berkelakuan dengan sangat sok belagu begitu?”Dimulai dari sang putra mahkota yang tergelak di dalam tawa terbahak-bahaknya, … semua orang yang di sana–kecuali si laki-laki itu dan Qilistaria tentunya–berlarut-larut dalam aksi menertawakan.Tidak sakit hati atau pula tersinggung oleh semua perlakuan itu, si laki-laki berambut merah ini justru, … malah terus-menerus menampilkan senyuman terbaiknya kepada sang Duke.Memang benar, terkait hal penting apa yang barusan orang-orang itu bicarakan.
Segala perasaan yang terkurung di dada semacam keraguan, ketakutan, kecemasan, beserta kekhawatiran, … telah bercampur aduk dan berkecamuk, sampai membuat semuanya terasa remuk, menjadi sebuah serbuk-serbuk yang bubuk.Bagaimana jika, tangan itu menepisnya, … tatkala ia balik membalas uluran tangan dari lelaki tersebut?Bagaimana jika, tangan besar itu digunakan untuk menamparnya, memukulnya, atau menyiksanya, … dikala ia nanti ikut pergi bersama dengannya, meninggalkan kediamannya yang tak lebih dari sekadar tempat penangkaran kehidupannya selama ini?“Rumahnya memang tidak semewah dan sebesar mansion di Duchy sini, dan juga, … penghasilan Saya dalam usaha untuk mencukupi kebutuhan hidup pun, tidak akan sebanyak yang diberikan oleh orang tua Anda. Akan tetapi, satu hal yang pasti, ….”Ah, Qilistaria takut. Qilistaria bingung.Banyak sekali
“Nama Saya, Derian Aesundarishta. Istri bisa memanggil Saya, dengan sebutan yang Istri suka.”Berjalan secara berdampingan, bersama dengan suaminya yang telah disahkan oleh banyak saksi di pesta perjamuan sayembara tadi, … Qilistaria merasa kikuk.Ia tidak terlalu tahu harus bereaksi bagaimana, terhadap orang asing yang baru dikenalnya ini. Terlebih lagi, … karena dia adalah seorang laki-laki.“Saya lebih tua dari Anda dua tahun. Jadi, di tahun ini, Saya telah memasuki usia 20 tahunan.”Atas ancaman dari Duke Yoargi yang katanya akan membuang semua hasil panen kerja kerasnya, dalam beberapa bulan ke belakang ini dengan perasaan enteng, … secara terpaksa, Derian pun mau tak mau membawanya kembali bersamanya, menuju ke rumah miliknya yang sederhana.Mengikuti ke mana Derian akan mengajaknya pergi, Qilistaria hanya mengemasi sedikit barang-barang
“Ma-maaf! Sa-saya, telah menjatuhkannya sampai-sampai menimpa kaki Anda. Sa-saya … Sa-saya,”Berujar dengan tidak karuan, akibat dari merasa sangat bersalah, … Qilistaria langsung membungkukkan badannya berkali-kali, untuk meminta permohonan maaf dari Derian, … dengan tangan gemetarnya yang tak bisa berhenti mencengkeram erat rok gaun.Bagaimana jika Derian menjadi kesal padanya, lalu mengayunkan tangan ke arahnya, … untuk seterusnya memberikan sebuah pukulan, atau pula tamparan, sebagai bentuk dari hukuman?Apa yang harus ia lakukan, jika Derian terlampau marah terhadapnya, dan berakhir dengan membuang atau meninggalkannya di sini?Apa …? Bagaimana …? Dan, dan, … siapa yang, …? Argh! Pokoknya, pertama-tama, … Qilistaria merasa harus meminta maaf kepada Derian, dengan sangat bersungguh-sungguh.Derian yang tidak nyaman dikala d
Rumah yang ditinggali oleh Derian, adalah rumah panggung yang luasnya dapat ditinggali oleh tiga, sampai lima orang sekaligus. Cukup luas memang, namun, … rumahnya, hanya memiliki interior-interior yang sangat sederhana.Tiga kamar tidur, satu dapur, dan juga satu ruang tengah yang dapat digunakan sebagai ruang untuk makan, … adalah isi keseluruhan bagian dalam rumah panggung.Di bagian luar rumah, ada halaman luas yang dipenuhi oleh tanaman bunga. Sedangkan, untuk di bagian belakangnya, … ada bilik kamar mandi kecil yang bersebelahan langsung dengan sumur air timba.“Maaf, rumahnya … begitu sederhana untuk Anda.”Menggelengkan kepalanya dengan pelan, yang kemudian diselingi oleh gumaman, “Ehm,” Qilistaria mulai melangkahkan kakinya, untuk segera memasuki tangga rumah panggung berlantai papan kayu tersebut, dengan langkah yang begitu diperhatikan.&nbs
“Rambutnya berwarna merah sama seperti milik Saya, dengan ujung helaian yang sedikit bergelombang, juga memiliki kepanjangan yang sepanjang dada. Matanya pula, memiliki manik merah sama seperti milik Saya juga! Dia memiliki kelopak mata ganda alami, sehingga membuat matanya tampak lebih besar dan bulat, dari kebanyakan gadis seusianya!”Berjalan ke dapur mengambil satu buah pir, beserta piring pisin dan pisau buahnya, kemudian kembali ke tempat di mana ia duduk, … Derian lanjut bercerita seraya memotong buah pir tersebut sampai berbentuk potongan-potongan kelinci, untuk kemudian ditata olehnya di atas piring, … lalu mengasongkannya kepada Qilistaria.“Kedua orang tua kami telah meninggal lama. Ayah yang merupakan seorang petani dan juga peternak ulung di desa ini, meninggal sewaktu Saya masih berusia belia. Sementara, Ibu kami, … seorang pedagang pasar tradisional yang menjajakan hasil panen Ayah, menin
“Karena Anda, adalah cinta pertama Saya.”“Ci … cinta pertama?”“Ya.”Memandang Qilistaria lembut dengan tatapan mata yang penuh arti, Derian kembali menarik punggung tangan istrinya itu, untuk kemudian mengecupnya lagi.“Anda adalah cinta pertama Saya.”Tidak percaya begitu saja dengan pernyataan yang begitu mengejutkan hatinya barusan, Qilistaria segera melontarkan pertanyaan, “Dari sejak kapan, dan … dan, bagaimana bisa?”Menyahuti pertanyaan itu dengan bibir tipisnya yang tak bisa untuk berhenti tersenyum, Derian menjawab, “Dari Saya masih kecil, dan dari pandangan pertama awal Saya berjumpa dengan Anda.”“… Su-sungguh?”“Uh-hum. Saya bertemu dengan Istri untuk pertama kalinya, dan kemudian jatuh cinta pa
“Yurish, ada apa ini?! Kita mau ke mana?!”“Kita akan pulang!”“Tapi kenapa kita harus terburu-buru?”“Ikuti saja aku dan …!”“…!”DAKKK!“Ackk?!”Meringis sakit karena ia yang tadinya berlari mengikuti Yurish tiba-tiba mendapatkan mukanya terkantuk badan pemuda di hadapan, … Rifa merutuk kepada si pemuda pengajak berlari yang kini mendadak berhenti.“Apa yang—?!”“…!”Terenyak melihat Yurish mematung dengan mata birunya mengosong, si gadis yang tak lain ialah Rifa Aesundarishta itu, ikut mengarahkan sorot pandangnya ke tempat yang dilihati oleh pemuda tersebut.KLAP! KLAP! KLAP!Apa yang aneh dengan melintasnya kereta kuda mewah dengan seorang aristokrat tingkat tinggi jika dilihat dari rambut putih peraknya, … sampai-sampai Yurish yang masih mematung di tempatnya saat ini mendapatkan tubuh gemetaran lagi seperti sudah bernafas?“Yurish?”Ah, sungguh.“Yurish, hei!”Rifa benar-benar tidak dapat memahami isi kepala milik pria muda ini.“Kau dengar aku tid—?!”“—RUMAH!?”“… Eh?”Dibuat
“Istri ….”Sebetulnya, Qilistaria memang merasakan betapa tidak nyamannya ia sewaktu sang suami mendiamkannya di beberapa hari yang lalu.Akan tetapi, aneh sekali.“… Bisakah kita berbicara sebentar?”Entah mengapa, sewaktu suaminya itu kembali berniat untuk berbicara dengannya lagi, Qilistaria justru merasa rasa tidak nyamannya itu semakin memuncak.Apa ya, yang menyebabkan hatinya resah begitu, tatkala dipanggil dengan nada rendah oleh Derian Aesundarishta, … si pria berstatus suami sahnya tersebut, segera setelah mereka melihat kepergian putra mahkota dari meninggalkan rumah sederhana ini?“Apa yang hendak kita bicarakan, ….”Menolehkan kepala secara lambat dan membalikkan badan secara perlahan, … sembari menguatkan perasaannya yang gemetaran, Qilistaria menghapus bening-bening air mata yang mulai membentuk kaca-kaca bening di manik hitam mengkilapnya ini.“… Suami?”Apakah ini karena perasaannya yang sensitif, atau karena suasana ini agak menegangkan sewaktu orang yang tadinya men
“Selamat ulang tahun~!”Suara nyanyian menyelamati terdengar.“Selamat ulang tahun~!”Terdengar di mulai dari seorang putri berusia 15 tahun, lebih tua tiga tahun dari orang yang tengah berulang tahun sekarang.“Selamat ulang tahun Yurishien~!”Merambat ke lima pangeran dan enam putri yang berstatus sebagai saudara dan saudari tiri, … mengelilingi Yurishien Van Gupenhileum yang tertawa bahagia.“Selamat ulang~ tahun!”Dia tertawa dan cekikikan bersama saudara-saudarinya secara akrab. Jauh dari kata saudara tiri, … pasti tidak jauh dari tebakan akan saling bermusuhan.“Ini, … Yurish.”Semuanya tampak nyaman dan aman-aman saja.Segalanya damai begitu, seperti itu, yah.“Hadiah dari kami.”Namun, segera setelah Yurish membuka kotak hadiah besar yang diberikan kakak perempuannya, Putri Katilya Alexetiozia Van Gupenhileum, … seluruh kenangan yang seharusnya ia ingat sebagai hal-hal manis ini, mendadak menjadi horor.DEG!“…!”Mata biru Yurish melebar. Bergetar bersama nafas beratnya yang
“….”Memandang sendu badan bagian belakang Derian yang memunggunginya saat mereka tidur dalam satu ranjang yang sama seperti ini, … Qilistaria bergumam dalam hati.Ah, dia tidak menyukainya.Suasana baru yang tak begitu cocok dengan perasaan sensitifnya ini, Qilistaria begitu membencinya.“Ian.”“….”Lihatlah.Meski suaranya sudah dikeluarkan untuk memanggil nama sang pujangga hati, orang yang biasanya akan langsung menoleh, … meski yang dikeluarkannya barusan itu adalah bisikkan pelan dan meski dia sedang dalam tidur yang lelap sekali pun, … kini hanya terdiam.Tak bergerak, atau pula berbicara banyak.GRTT~Sedih, kecewa, akan tetapi merasa bingung juga, … itulah yang saat ini Qilistaria rasa.Mencengkeram dengan erat seprai ranjang mereka dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat, perempuan bermata dan berambut hitam obsidian itu pun, sekali lagi … bergumam pelan sendiri.“Aku salah apa?”Suaranya terdengar begitu parau dan bergetar, tetapi di sisi lain, suaranya ini seperti sengaja dit
D-DANG!“….”“Apa yang—?”PROK-PROKK!“…!”Terkejut, melongo, kebingungan, serta terheran-heran atas aksi seorang pria paruh baya berkumis melinting di halaman depan rumah, … gadis berambut dan bermata merah, Rifa Ririan, yang menyembunyikan kakak iparnya, Qilistaria Aesundarishta di belakang punggung, … mengedutkan alisnya kesal.“My love—!”—PLAKK!Dengan sewot, gadis bar-bar ini menggeplak tangan pria tersebut, yang ternyata memiliki status sebagai tengkulak di daerah pusat pedesaan sana, tatkala berusaha menggapai sedikitnya ujung helai rambut Qilistaria.“Kakak ipar Saya ini sudah menikah dengan Kakak laki-laki Saya.”Maksud dari Rifa membeberkan informasi sederhana barusan ialah, … untuk memundurkan niatan pria songong tersebut dalam mengajak kakak iparnya tersebut tuk pergi dari keluarga Aesundarishta, dan masuk ke keluarga pria itu sebagai selirnya yang ke sekian, … dengan iming-iming persembahan emas juga permata.“Anda jangan seenaknya bersikap lancang begini dong~!"GYUT!M
TRAK!“Hei, apa kau mempercayai apa yang anak ingusan itu omongkan, terkait adanya wanita yang sangat cantik di hutan?”TRAKK!“Kudengar, lokasi tempat tinggalnya ada di dalam hutan sekitar sini ya?”TRAKKK!“Ceh, ucapan anak ingusan sepertinya untuk apa dipercaya? Paling-paling, itu hanya omong kosong untuk menarik perhatian banyak orang saja.”Tiga pria yang sedang menebang kayu untuk dijadikan olahan kerajinan, tengah berbincang.Mereka membicarakan tentang perempuan dalam rumor yang akhir-akhir ini meledak di pedesaan, yang katanya memiliki pesona luar biasa dengan paras cantiknya, tubuh moleknya, juga kebeningan kulit akan putih bersih sampai-sampai garis-garis hijau dari uratnya, … terlihat dengan samar.“Tapi kan, ada yang bilang kalau anak kecil itu tidak pernah bohong.”“Kata siapa tidak pernah bohong? Mereka pernah bohong saat ingin menyembunyikan sesuatu karena takut dimarahi oleh orang tuanya.”“Bukan yang itu. Maksudku, mereka tidak akan bohong terkait menilai penampilan
“… Huh?”Tunggu sebentar.“Itu benar, Rifa.”Pagi-pagi hari sekali sewaktu hendak menyantap sarapan yang telah siap sedia di meja makan, mendapatkan satu pemberitahuan yang disampaikan oleh kakak laki-laki serta kakak iparnya secara mengagetkan, anak gadis yang mendadak kaku pergerakannya, … menatapkan mata berkaca-kaca kepada orang tertentu di hadapan.“Kutukanku telah hilang.”TES!“…!”Bulir-bulir air mata tanpa disadari telah tercipta.Tercipta untuk muncul secara beruntun menuruni pipi Rifa yang bersemu merah, dengan alis yang mengerut haru. “Sungguh?”Dia bertanya seperti itu hanya untuk memastikan, apakah yang didengarnya benar-benar betulan atau bukan?Kemudian, tanpa menanti waktu yang lama ….“Ya!"… Gadis berambut merah itu menerima rentangan tangan kakak ipar, Qilistaria, yang mengenakan pakaian tanpa lengan dengan tidak mengenakan sarung tangan seperti biasa … seolah-olah memang ingin menunjukkan bahwa kutukannya sungguhan telah pupus.“Lihatlah. Aku—!”—BRUKK!Belum sem
CHUU~!Kecupan-kecupan singkat dilabuhkan.Derian yang menengadahkan wajahnya dan menangkup kedua pipi Qilistaria yang menundukkan kepala kepadanya itu, perlahan-lahan mulai menaikkan durasi kecupan.Secara lambat tetapi khidmat, pria itu mulai mengalirkan banyak tenaga di tangannya untuk mendorong serta membaringkan dengan pelan tubuh sang istri, … supaya wanita yang mulai berpartisipasi dalam memperdalam ciuman mereka itu melalui cara mengalungkan tangan di leher, mendarat di atas empuknya permukaan ranjang dengan aman dan nyaman. “Uhn~”Ah, betapa rindunya hati milik mereka berdua, akan sentuhan mesra yang sangat candu dan dapat memabukkan ini.Seingat mereka, kapan terakhir kali keduanya menjalankan malam yang berlangsung dengan panas itu? Setelah malam pertama?Well, itu terbilang cukup lama untuk sepasang kekasih yang tengah kasmaran, bukan?“….”Melepas pagutan sejenak, kedua sejoli yang mengambil nafas dan mengaturnya supaya tidak tergesa-gesa atau pula terburu-buru itu, … ki
-“Jangan sentuh Mirabella dengan tanganmu! Kau, dasar orang yang terkutuk!”-Kau tahu, itu sangat sukar untuk didengar di telinga Qilistaria kecil yang terdohok atas perkataan kasar ayahnya, terkait melarangnya supaya jangan mendekati sang adik sama sekali.Jangankan untuk menyentuhnya, baru mau menjangkaunya saja, ia sudah dilarang begitu keras.-“Apa yang sudah kau lakukan sampai-sampai kutukanmu itu semakin menyebar luas, huh?!”-Jika Qilistaria mengetahui apa penyebab dari kutukan di tangan sebatas pergelangannya kian menyebar sampai siku, dia pun pasti tidak akan merasa sangat kebingungan.-“Pergi ke kamarmu dan diam saja di sana!”--“Kau membuatku malu karena sudah melahirkan tumpukkan kutukan tak berguna sepertimu, Qilistaria.”-Dibayang-bayangi oleh kekecewaan ayah dan ibunya terkait kutukan pada tubuhnya, yang ia saja tidak menginginkannya sama sekali jika memang dirinya ditawari pilihan semacam itu, … gadis muda berusia 13 tahun tersebut pun, pergi menyibukkan kekosongan hat