“Pffft! Buhahaha!”
“Hahaha!”
“Lihat, lihat! Apa katanya tadi? Dia ingin menikahi si monster yang mengerikan itu? Bahkan, sampai mau membawakannya barang-barang murahan, … yang ia anggap sebagai mahar pernikahan? Lelucon macam apa ini?”
“Hahaha, gila sekali dia! Bisa-bisanya, orang rendahan semacamnya, berkelakuan dengan sangat sok belagu begitu?”
Dimulai dari sang putra mahkota yang tergelak di dalam tawa terbahak-bahaknya, … semua orang yang di sana–kecuali si laki-laki itu dan Qilistaria tentunya–berlarut-larut dalam aksi menertawakan.
Tidak sakit hati atau pula tersinggung oleh semua perlakuan itu, si laki-laki berambut merah ini justru, … malah terus-menerus menampilkan senyuman terbaiknya kepada sang Duke.
Memang benar, terkait hal penting apa yang barusan orang-orang itu bicarakan.
Mahar yang dibawakannya untuk mempersunting Qilistaria sebagai istrinya sekarang ini, terhitung bernilai sangat murahan. Memang benar pula, bahwa ia, bahwa dirinya, … adalah seseorang manusia dari kalangan rakyat jelata, yang memiliki status derajat paling rendahan.
Meski begitu, hal semacam itu, … tak akan bisa langsung membuat kepercayaan di dalam dirinya menjadi terpukul mundur.
Sekali memutuskan untuk maju, maka ia pun harus maju, … sampai ke titik di mana pada akhirnya, tangannya itu bisa menorehkan barang sedikit sentuhan, ke tempat atau ke sesuatu yang betul-betul ingin sekali ia tuju.
Sekiranya, begitulah prinsip yang dipegang teguh olehnya sedari dulu.
“Hei, Nak. Aku ingin bertanya?”
“Tanyakan saja apa yang ingin diketahui oleh Anda, dari Saya yang rendahan ini, … Your Grace.”
Dengan bersamaan menepuk bahu kokoh si laki-laki muda itu, Duke Yoargi pun … segera bergegas melontarkan sebuah pertanyaan.
“Apa kau sudah sebegitu tidak warasnya, sampai-sampai membuatmu berpikiran untuk menikahi perempuan terkutuk semacamnya?” tanyanya seperti sedang meragukan keputusan berat dari si laki-laki muda ini, yang memang terlihat percaya diri akan menghabiskan seluruh sisa hidupnya, … untuk hidup bersama dengan monster seperti Qilistaria.
“Terima kasih telah bertanya, tetapi … Saya benar-benar sehat dan segar bugar, Your Grace. Saya tidak gila, dan Saya juga sepenuhnya waras.”
“Ah, baguslah kalau begitu. Akan tetapi, benarkah kalau kau ini benar-benar ingin memiliki orang, yang memiliki sebuah penampilan mengerikan semacamnya, anak muda?”
Qilistaria yang menundukkan kepalanya dengan takut-takut, setelah sebelumnya ia diperhatikan oleh banyak orang yang membuatnya menjadi sangat gugup, kini mulai menggerakkan irisnya dalam melirik dan memusatkan semua perhatiannya, … untuk melihat seseorang yang telah menyatakan diri akan meminangnya secara terang-terangan untuk menjadi seorang istri, lewat celah memanjang dari helaian rambut hitamnya … yang tampak menjuntai menutupi sisi muka.
“Saya benar-benar serius. Yang Terhormat, … Tuan Duke of Yoargi.”
Penampilan tubuhnya dari belakang, kebanyakan menampakkan betapa lebarnya punggung dan juga bahu si laki-laki itu.
Rasa-rasanya, akan terasa sangat nyaman sekali jika pundak si laki-laki tersebut dijadikan sebagai tempat untuk Qilistaria bersandar, … dalam mencurahkan isi hati, beserta menceritakan semua kesusahan yang telah di lalui, dari hari ke hari.
Seperti warna merah menyala, yang terdapat di bagian dalam daging buah stroberi. Seperti warna merah terang, yang terdapat pada rambut lebat milik si laki-laki. Semua pesonanya, telah turut membanjiri eloknya penampilan yang terasa cerah, lagi menghangatkan, … untuk penampilan suram Qilistaria yang terasa sangat mendinginkan.
“Kalau begitu, cepat ambil saja dia pergi dari sini. Oh! Dan jangan lupa, untuk membawa kembali bawaan seserahan maharmu. Takutnya, tidak akan ada yang bisa kalian berdua makan nanti, agar bisa bertahan hidup lebih lama lagi di dunia ini,” tukas sang Duke dengan diakhiri ucapan mengejek, yang kemudian kembali di sambut oleh gelak tawa dari para tamu undangan.
Memang benar.
Dari awal, sang Duke telah menyebutkan di dalam selebaran pamfletnya, bahwa ia akan memberikan putri sulungnya, … kepada siapa pun yang mau menampungnya dengan senang hati dan secara Cuma-Cuma, yang sama sekali tak akan dipungut biaya olehnya, semacam mahar untuk suntingan pernikahan.
Akan tetapi, karena si laki-laki muda itu merasa kurang pantas untuk membawa pergi anak gadis orang, tanpa memberikan sesuatu kepada orang yang telah membesarkannya, … jadi, secara suka dan ringan rasa, ia membela-belakan diri untuk membawa bawaan berat dari rumahnya ke Duchy sini, … dalam tujuan menyerahkan barang seserahan yang semampunya dapat ia berikan ini.
“Jika Anda berkata seperti itu, maka—“
“—Maka aku mengizinkanmu untuk menjadi suaminya, sesuai dengan apa yang kau inginkan,” ujar Duke Yoargi, memotong ucapan yang belum selesai dikatakan oleh si laki-laki berambut merah tersebut.
Mengangkat tangannya yang memegang segelas anggur merah ke atas, untuk menarik perhatian dari semua tamu undangan di sana, sang Duke … melanjutkan apa yang ia inginkan, untuk dikatakan olehnya sekarang.
“Semoga … pernikahan kalian berdua, akan banyak diberi kesengsaraan.”
Mengikuti apa yang telah terlebih dahulu dilakukan oleh sang Duke, para tamu undangan, … bersama dengan Duchess dan Mirabella, mengangkat masing-masing gelas minuman mereka, seraya mengatakan ucapan selamat juga, … secara serentak, dan sorak-menyorak.
“Selamat atas pernikahan kalian berdua, … si monster dan petani rendahan.”
“Selamat, selamat. Semoga kutukan dari monster yang mengerikan itu akan tersalurkan kepadamu ya!”
“Haha, aku tidak sabar untuk segera melihat si orang itu dikutuk juga.”
“Benar! Aku pun tak sabar untuk menantikannya!”
Felaise, sang putra mahkota Gupenhileum itu pula, tak lupa untuk mengikutsertakan dirinya dalam aksi menyelamati pengantin baru, … yang telah disahkan dengan mudah oleh ayah si mempelai wanita, seraya mengangkat gelas kosong miliknya ke atas udara.
“Selamat atas pernikahan kalian berdua. Semoga, … kutukan dan penderitaan yang sangat-sangat menyedihkan, akan senantiasa menyertai kalian berdua selalu,” ujarnya, mendoakan pasangan pengantin baru yang telah sah menikah tanpa acara resepsi, … dan juga tanpa di hadiri oleh sang raja, selaku penghulu pernikahan untuk para bangsawan, … dengan doa buruk yang tak patut untuk ditiru.
“Hei, mempelai pria,” panggil sang Duchess dengan suaranya yang terdengar berwibawa, “Bukankah ini sudah waktunya untukmu, membawa mempelai pengantin wanitamu, … pergi menuju ke rumahmu?”
“Ah! Itu ….”
Tersentak sejenak, tetapi segera berhasil mengendalikan ekspresi muka terperangahnya dengan baik, … si laki-laki muda itu pun, langsung bergegas berjalan dengan cepat menuju ke lokasi di mana Qilistaria, yang sampai saat ini masih ada berdiri di tempatnya semula … hampir sama seperti sebuah jelmaan patung.
“Permisi, Princess Yoargi.”
Si laki-laki itu, mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Qilistaria yang tampak melebarkan iris matanya, karena merasa sangat terkejut.
Dengan diiringi oleh suara beratnya yang terdengar mengalun dalam nada rendah, … lagi memenangkan, si laki-laki itu pula, langsung bergegas mengutarakan salah satu dari sekian banyaknya keinginan terbesar … yang sudah ada dan telah bersemayam dari sejak lama, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.
“Maukah Anda, ikut bersama dengan Saya, … pulang ke rumah Anda yang baru?”
Qilistaria terdiam kaku. Bahkan, ia juga berasa tak mampu untuk berbicara sekarang, selayaknya memiliki mulut yang telah membisu.
Hanya dengan melihat telapak tangan milik lelaki itu, yang tampak memiliki ukuran dua kali lebih besar dari telapak tangan miliknya saja, … sudah membuat tubuhnya menjadi semakin berguncang dengan hebat, saking parahnya … untuk mencoba menyembunyikan badan yang gemetaran dengan sebaik mungkin.
Menurutnya, … apa yang harus ia lakukan di saat-saat seperti ini, … selain dari melarikan diri sendiri?
Segala perasaan yang terkurung di dada semacam keraguan, ketakutan, kecemasan, beserta kekhawatiran, … telah bercampur aduk dan berkecamuk, sampai membuat semuanya terasa remuk, menjadi sebuah serbuk-serbuk yang bubuk.Bagaimana jika, tangan itu menepisnya, … tatkala ia balik membalas uluran tangan dari lelaki tersebut?Bagaimana jika, tangan besar itu digunakan untuk menamparnya, memukulnya, atau menyiksanya, … dikala ia nanti ikut pergi bersama dengannya, meninggalkan kediamannya yang tak lebih dari sekadar tempat penangkaran kehidupannya selama ini?“Rumahnya memang tidak semewah dan sebesar mansion di Duchy sini, dan juga, … penghasilan Saya dalam usaha untuk mencukupi kebutuhan hidup pun, tidak akan sebanyak yang diberikan oleh orang tua Anda. Akan tetapi, satu hal yang pasti, ….”Ah, Qilistaria takut. Qilistaria bingung.Banyak sekali
“Nama Saya, Derian Aesundarishta. Istri bisa memanggil Saya, dengan sebutan yang Istri suka.”Berjalan secara berdampingan, bersama dengan suaminya yang telah disahkan oleh banyak saksi di pesta perjamuan sayembara tadi, … Qilistaria merasa kikuk.Ia tidak terlalu tahu harus bereaksi bagaimana, terhadap orang asing yang baru dikenalnya ini. Terlebih lagi, … karena dia adalah seorang laki-laki.“Saya lebih tua dari Anda dua tahun. Jadi, di tahun ini, Saya telah memasuki usia 20 tahunan.”Atas ancaman dari Duke Yoargi yang katanya akan membuang semua hasil panen kerja kerasnya, dalam beberapa bulan ke belakang ini dengan perasaan enteng, … secara terpaksa, Derian pun mau tak mau membawanya kembali bersamanya, menuju ke rumah miliknya yang sederhana.Mengikuti ke mana Derian akan mengajaknya pergi, Qilistaria hanya mengemasi sedikit barang-barang
“Ma-maaf! Sa-saya, telah menjatuhkannya sampai-sampai menimpa kaki Anda. Sa-saya … Sa-saya,”Berujar dengan tidak karuan, akibat dari merasa sangat bersalah, … Qilistaria langsung membungkukkan badannya berkali-kali, untuk meminta permohonan maaf dari Derian, … dengan tangan gemetarnya yang tak bisa berhenti mencengkeram erat rok gaun.Bagaimana jika Derian menjadi kesal padanya, lalu mengayunkan tangan ke arahnya, … untuk seterusnya memberikan sebuah pukulan, atau pula tamparan, sebagai bentuk dari hukuman?Apa yang harus ia lakukan, jika Derian terlampau marah terhadapnya, dan berakhir dengan membuang atau meninggalkannya di sini?Apa …? Bagaimana …? Dan, dan, … siapa yang, …? Argh! Pokoknya, pertama-tama, … Qilistaria merasa harus meminta maaf kepada Derian, dengan sangat bersungguh-sungguh.Derian yang tidak nyaman dikala d
Rumah yang ditinggali oleh Derian, adalah rumah panggung yang luasnya dapat ditinggali oleh tiga, sampai lima orang sekaligus. Cukup luas memang, namun, … rumahnya, hanya memiliki interior-interior yang sangat sederhana.Tiga kamar tidur, satu dapur, dan juga satu ruang tengah yang dapat digunakan sebagai ruang untuk makan, … adalah isi keseluruhan bagian dalam rumah panggung.Di bagian luar rumah, ada halaman luas yang dipenuhi oleh tanaman bunga. Sedangkan, untuk di bagian belakangnya, … ada bilik kamar mandi kecil yang bersebelahan langsung dengan sumur air timba.“Maaf, rumahnya … begitu sederhana untuk Anda.”Menggelengkan kepalanya dengan pelan, yang kemudian diselingi oleh gumaman, “Ehm,” Qilistaria mulai melangkahkan kakinya, untuk segera memasuki tangga rumah panggung berlantai papan kayu tersebut, dengan langkah yang begitu diperhatikan.&nbs
“Rambutnya berwarna merah sama seperti milik Saya, dengan ujung helaian yang sedikit bergelombang, juga memiliki kepanjangan yang sepanjang dada. Matanya pula, memiliki manik merah sama seperti milik Saya juga! Dia memiliki kelopak mata ganda alami, sehingga membuat matanya tampak lebih besar dan bulat, dari kebanyakan gadis seusianya!”Berjalan ke dapur mengambil satu buah pir, beserta piring pisin dan pisau buahnya, kemudian kembali ke tempat di mana ia duduk, … Derian lanjut bercerita seraya memotong buah pir tersebut sampai berbentuk potongan-potongan kelinci, untuk kemudian ditata olehnya di atas piring, … lalu mengasongkannya kepada Qilistaria.“Kedua orang tua kami telah meninggal lama. Ayah yang merupakan seorang petani dan juga peternak ulung di desa ini, meninggal sewaktu Saya masih berusia belia. Sementara, Ibu kami, … seorang pedagang pasar tradisional yang menjajakan hasil panen Ayah, menin
“Karena Anda, adalah cinta pertama Saya.”“Ci … cinta pertama?”“Ya.”Memandang Qilistaria lembut dengan tatapan mata yang penuh arti, Derian kembali menarik punggung tangan istrinya itu, untuk kemudian mengecupnya lagi.“Anda adalah cinta pertama Saya.”Tidak percaya begitu saja dengan pernyataan yang begitu mengejutkan hatinya barusan, Qilistaria segera melontarkan pertanyaan, “Dari sejak kapan, dan … dan, bagaimana bisa?”Menyahuti pertanyaan itu dengan bibir tipisnya yang tak bisa untuk berhenti tersenyum, Derian menjawab, “Dari Saya masih kecil, dan dari pandangan pertama awal Saya berjumpa dengan Anda.”“… Su-sungguh?”“Uh-hum. Saya bertemu dengan Istri untuk pertama kalinya, dan kemudian jatuh cinta pa
“… Anda muncul di depan mata Saya, dengan membawakan sebuah keajaiban, … yang sudah berhasil membuat wajah sembab Saya, kembali dihiasi oleh senyuman yang begitu lebar.”“… Huh?” lirih Qilistaria terbengong, seakan-akan tidak percaya.Merasa masih cukup ragu dengan apa yang barusan didengarkan olehnya, ia lekas bertanya, “Ba-bagaimana bisa?”Seraya melanjutkan kembali apa yang tengah ia kerjakan, Derian pun meneruskan aksi berbagi kenangannya, “Sembari tersenyum manis, Anda datang menghampiri Saya menyerahkan Rifa yang diam menurut untuk bergandengan tangan bersama Anda, dengan mata sehitam jelaga, … yang juga tampak menyorotkan senyuman di balik topeng berbentuk sayap kupu-kupu hitam. Di saat itulah, Saya jatuh cinta untuk pertama kalinya, pada pandangan pertama Saya terhadap Anda.”Qilistaria terdiam. Dia termen
“Nah~ sudah siap.”Berdendang ringan sembari meletakkan panci panas mengepul di tengah meja makan, yang memunculkan bau harumnya aroma masakan sup bening kentang berpotong dadu kecil-kecil, dengan ditambah oleh sedikit lada dan daun bay leaf kering, … dengan perasaan bangga, Derian … sukses mempersembahkan sajian masakan pertama untuk istri yang ia cinta, dengan wajah merah merona.“Se-sebenarnya, Saya tidak terlalu pandai memasak,” jujur Derian dengan malu-malu, mengasongkan semangkuk sup yang sudah ia siapkan sesempurna mungkin, kepada Qilistaria, “Tetapi, … Saya harap, ini akan sesuai dengan selera Anda.”Mengambil sendok dan mengucapkan terima kasih atas makanannya, Qilistaria lekas berdoa sebelum makan.Tak lama kemudian, ia langsung melahap suapan pertama makanannya dengan sedikit canggung, akibat dari terus-menerus diperhatikan oleh Derian.&nb
“Yurish, ada apa ini?! Kita mau ke mana?!”“Kita akan pulang!”“Tapi kenapa kita harus terburu-buru?”“Ikuti saja aku dan …!”“…!”DAKKK!“Ackk?!”Meringis sakit karena ia yang tadinya berlari mengikuti Yurish tiba-tiba mendapatkan mukanya terkantuk badan pemuda di hadapan, … Rifa merutuk kepada si pemuda pengajak berlari yang kini mendadak berhenti.“Apa yang—?!”“…!”Terenyak melihat Yurish mematung dengan mata birunya mengosong, si gadis yang tak lain ialah Rifa Aesundarishta itu, ikut mengarahkan sorot pandangnya ke tempat yang dilihati oleh pemuda tersebut.KLAP! KLAP! KLAP!Apa yang aneh dengan melintasnya kereta kuda mewah dengan seorang aristokrat tingkat tinggi jika dilihat dari rambut putih peraknya, … sampai-sampai Yurish yang masih mematung di tempatnya saat ini mendapatkan tubuh gemetaran lagi seperti sudah bernafas?“Yurish?”Ah, sungguh.“Yurish, hei!”Rifa benar-benar tidak dapat memahami isi kepala milik pria muda ini.“Kau dengar aku tid—?!”“—RUMAH!?”“… Eh?”Dibuat
“Istri ….”Sebetulnya, Qilistaria memang merasakan betapa tidak nyamannya ia sewaktu sang suami mendiamkannya di beberapa hari yang lalu.Akan tetapi, aneh sekali.“… Bisakah kita berbicara sebentar?”Entah mengapa, sewaktu suaminya itu kembali berniat untuk berbicara dengannya lagi, Qilistaria justru merasa rasa tidak nyamannya itu semakin memuncak.Apa ya, yang menyebabkan hatinya resah begitu, tatkala dipanggil dengan nada rendah oleh Derian Aesundarishta, … si pria berstatus suami sahnya tersebut, segera setelah mereka melihat kepergian putra mahkota dari meninggalkan rumah sederhana ini?“Apa yang hendak kita bicarakan, ….”Menolehkan kepala secara lambat dan membalikkan badan secara perlahan, … sembari menguatkan perasaannya yang gemetaran, Qilistaria menghapus bening-bening air mata yang mulai membentuk kaca-kaca bening di manik hitam mengkilapnya ini.“… Suami?”Apakah ini karena perasaannya yang sensitif, atau karena suasana ini agak menegangkan sewaktu orang yang tadinya men
“Selamat ulang tahun~!”Suara nyanyian menyelamati terdengar.“Selamat ulang tahun~!”Terdengar di mulai dari seorang putri berusia 15 tahun, lebih tua tiga tahun dari orang yang tengah berulang tahun sekarang.“Selamat ulang tahun Yurishien~!”Merambat ke lima pangeran dan enam putri yang berstatus sebagai saudara dan saudari tiri, … mengelilingi Yurishien Van Gupenhileum yang tertawa bahagia.“Selamat ulang~ tahun!”Dia tertawa dan cekikikan bersama saudara-saudarinya secara akrab. Jauh dari kata saudara tiri, … pasti tidak jauh dari tebakan akan saling bermusuhan.“Ini, … Yurish.”Semuanya tampak nyaman dan aman-aman saja.Segalanya damai begitu, seperti itu, yah.“Hadiah dari kami.”Namun, segera setelah Yurish membuka kotak hadiah besar yang diberikan kakak perempuannya, Putri Katilya Alexetiozia Van Gupenhileum, … seluruh kenangan yang seharusnya ia ingat sebagai hal-hal manis ini, mendadak menjadi horor.DEG!“…!”Mata biru Yurish melebar. Bergetar bersama nafas beratnya yang
“….”Memandang sendu badan bagian belakang Derian yang memunggunginya saat mereka tidur dalam satu ranjang yang sama seperti ini, … Qilistaria bergumam dalam hati.Ah, dia tidak menyukainya.Suasana baru yang tak begitu cocok dengan perasaan sensitifnya ini, Qilistaria begitu membencinya.“Ian.”“….”Lihatlah.Meski suaranya sudah dikeluarkan untuk memanggil nama sang pujangga hati, orang yang biasanya akan langsung menoleh, … meski yang dikeluarkannya barusan itu adalah bisikkan pelan dan meski dia sedang dalam tidur yang lelap sekali pun, … kini hanya terdiam.Tak bergerak, atau pula berbicara banyak.GRTT~Sedih, kecewa, akan tetapi merasa bingung juga, … itulah yang saat ini Qilistaria rasa.Mencengkeram dengan erat seprai ranjang mereka dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat, perempuan bermata dan berambut hitam obsidian itu pun, sekali lagi … bergumam pelan sendiri.“Aku salah apa?”Suaranya terdengar begitu parau dan bergetar, tetapi di sisi lain, suaranya ini seperti sengaja dit
D-DANG!“….”“Apa yang—?”PROK-PROKK!“…!”Terkejut, melongo, kebingungan, serta terheran-heran atas aksi seorang pria paruh baya berkumis melinting di halaman depan rumah, … gadis berambut dan bermata merah, Rifa Ririan, yang menyembunyikan kakak iparnya, Qilistaria Aesundarishta di belakang punggung, … mengedutkan alisnya kesal.“My love—!”—PLAKK!Dengan sewot, gadis bar-bar ini menggeplak tangan pria tersebut, yang ternyata memiliki status sebagai tengkulak di daerah pusat pedesaan sana, tatkala berusaha menggapai sedikitnya ujung helai rambut Qilistaria.“Kakak ipar Saya ini sudah menikah dengan Kakak laki-laki Saya.”Maksud dari Rifa membeberkan informasi sederhana barusan ialah, … untuk memundurkan niatan pria songong tersebut dalam mengajak kakak iparnya tersebut tuk pergi dari keluarga Aesundarishta, dan masuk ke keluarga pria itu sebagai selirnya yang ke sekian, … dengan iming-iming persembahan emas juga permata.“Anda jangan seenaknya bersikap lancang begini dong~!"GYUT!M
TRAK!“Hei, apa kau mempercayai apa yang anak ingusan itu omongkan, terkait adanya wanita yang sangat cantik di hutan?”TRAKK!“Kudengar, lokasi tempat tinggalnya ada di dalam hutan sekitar sini ya?”TRAKKK!“Ceh, ucapan anak ingusan sepertinya untuk apa dipercaya? Paling-paling, itu hanya omong kosong untuk menarik perhatian banyak orang saja.”Tiga pria yang sedang menebang kayu untuk dijadikan olahan kerajinan, tengah berbincang.Mereka membicarakan tentang perempuan dalam rumor yang akhir-akhir ini meledak di pedesaan, yang katanya memiliki pesona luar biasa dengan paras cantiknya, tubuh moleknya, juga kebeningan kulit akan putih bersih sampai-sampai garis-garis hijau dari uratnya, … terlihat dengan samar.“Tapi kan, ada yang bilang kalau anak kecil itu tidak pernah bohong.”“Kata siapa tidak pernah bohong? Mereka pernah bohong saat ingin menyembunyikan sesuatu karena takut dimarahi oleh orang tuanya.”“Bukan yang itu. Maksudku, mereka tidak akan bohong terkait menilai penampilan
“… Huh?”Tunggu sebentar.“Itu benar, Rifa.”Pagi-pagi hari sekali sewaktu hendak menyantap sarapan yang telah siap sedia di meja makan, mendapatkan satu pemberitahuan yang disampaikan oleh kakak laki-laki serta kakak iparnya secara mengagetkan, anak gadis yang mendadak kaku pergerakannya, … menatapkan mata berkaca-kaca kepada orang tertentu di hadapan.“Kutukanku telah hilang.”TES!“…!”Bulir-bulir air mata tanpa disadari telah tercipta.Tercipta untuk muncul secara beruntun menuruni pipi Rifa yang bersemu merah, dengan alis yang mengerut haru. “Sungguh?”Dia bertanya seperti itu hanya untuk memastikan, apakah yang didengarnya benar-benar betulan atau bukan?Kemudian, tanpa menanti waktu yang lama ….“Ya!"… Gadis berambut merah itu menerima rentangan tangan kakak ipar, Qilistaria, yang mengenakan pakaian tanpa lengan dengan tidak mengenakan sarung tangan seperti biasa … seolah-olah memang ingin menunjukkan bahwa kutukannya sungguhan telah pupus.“Lihatlah. Aku—!”—BRUKK!Belum sem
CHUU~!Kecupan-kecupan singkat dilabuhkan.Derian yang menengadahkan wajahnya dan menangkup kedua pipi Qilistaria yang menundukkan kepala kepadanya itu, perlahan-lahan mulai menaikkan durasi kecupan.Secara lambat tetapi khidmat, pria itu mulai mengalirkan banyak tenaga di tangannya untuk mendorong serta membaringkan dengan pelan tubuh sang istri, … supaya wanita yang mulai berpartisipasi dalam memperdalam ciuman mereka itu melalui cara mengalungkan tangan di leher, mendarat di atas empuknya permukaan ranjang dengan aman dan nyaman. “Uhn~”Ah, betapa rindunya hati milik mereka berdua, akan sentuhan mesra yang sangat candu dan dapat memabukkan ini.Seingat mereka, kapan terakhir kali keduanya menjalankan malam yang berlangsung dengan panas itu? Setelah malam pertama?Well, itu terbilang cukup lama untuk sepasang kekasih yang tengah kasmaran, bukan?“….”Melepas pagutan sejenak, kedua sejoli yang mengambil nafas dan mengaturnya supaya tidak tergesa-gesa atau pula terburu-buru itu, … ki
-“Jangan sentuh Mirabella dengan tanganmu! Kau, dasar orang yang terkutuk!”-Kau tahu, itu sangat sukar untuk didengar di telinga Qilistaria kecil yang terdohok atas perkataan kasar ayahnya, terkait melarangnya supaya jangan mendekati sang adik sama sekali.Jangankan untuk menyentuhnya, baru mau menjangkaunya saja, ia sudah dilarang begitu keras.-“Apa yang sudah kau lakukan sampai-sampai kutukanmu itu semakin menyebar luas, huh?!”-Jika Qilistaria mengetahui apa penyebab dari kutukan di tangan sebatas pergelangannya kian menyebar sampai siku, dia pun pasti tidak akan merasa sangat kebingungan.-“Pergi ke kamarmu dan diam saja di sana!”--“Kau membuatku malu karena sudah melahirkan tumpukkan kutukan tak berguna sepertimu, Qilistaria.”-Dibayang-bayangi oleh kekecewaan ayah dan ibunya terkait kutukan pada tubuhnya, yang ia saja tidak menginginkannya sama sekali jika memang dirinya ditawari pilihan semacam itu, … gadis muda berusia 13 tahun tersebut pun, pergi menyibukkan kekosongan hat