“Pffft! Buhahaha!”
“Hahaha!”
“Lihat, lihat! Apa katanya tadi? Dia ingin menikahi si monster yang mengerikan itu? Bahkan, sampai mau membawakannya barang-barang murahan, … yang ia anggap sebagai mahar pernikahan? Lelucon macam apa ini?”
“Hahaha, gila sekali dia! Bisa-bisanya, orang rendahan semacamnya, berkelakuan dengan sangat sok belagu begitu?”
Dimulai dari sang putra mahkota yang tergelak di dalam tawa terbahak-bahaknya, … semua orang yang di sana–kecuali si laki-laki itu dan Qilistaria tentunya–berlarut-larut dalam aksi menertawakan.
Tidak sakit hati atau pula tersinggung oleh semua perlakuan itu, si laki-laki berambut merah ini justru, … malah terus-menerus menampilkan senyuman terbaiknya kepada sang Duke.
Memang benar, terkait hal penting apa yang barusan orang-orang itu bicarakan.
Mahar yang dibawakannya untuk mempersunting Qilistaria sebagai istrinya sekarang ini, terhitung bernilai sangat murahan. Memang benar pula, bahwa ia, bahwa dirinya, … adalah seseorang manusia dari kalangan rakyat jelata, yang memiliki status derajat paling rendahan.
Meski begitu, hal semacam itu, … tak akan bisa langsung membuat kepercayaan di dalam dirinya menjadi terpukul mundur.
Sekali memutuskan untuk maju, maka ia pun harus maju, … sampai ke titik di mana pada akhirnya, tangannya itu bisa menorehkan barang sedikit sentuhan, ke tempat atau ke sesuatu yang betul-betul ingin sekali ia tuju.
Sekiranya, begitulah prinsip yang dipegang teguh olehnya sedari dulu.
“Hei, Nak. Aku ingin bertanya?”
“Tanyakan saja apa yang ingin diketahui oleh Anda, dari Saya yang rendahan ini, … Your Grace.”
Dengan bersamaan menepuk bahu kokoh si laki-laki muda itu, Duke Yoargi pun … segera bergegas melontarkan sebuah pertanyaan.
“Apa kau sudah sebegitu tidak warasnya, sampai-sampai membuatmu berpikiran untuk menikahi perempuan terkutuk semacamnya?” tanyanya seperti sedang meragukan keputusan berat dari si laki-laki muda ini, yang memang terlihat percaya diri akan menghabiskan seluruh sisa hidupnya, … untuk hidup bersama dengan monster seperti Qilistaria.
“Terima kasih telah bertanya, tetapi … Saya benar-benar sehat dan segar bugar, Your Grace. Saya tidak gila, dan Saya juga sepenuhnya waras.”
“Ah, baguslah kalau begitu. Akan tetapi, benarkah kalau kau ini benar-benar ingin memiliki orang, yang memiliki sebuah penampilan mengerikan semacamnya, anak muda?”
Qilistaria yang menundukkan kepalanya dengan takut-takut, setelah sebelumnya ia diperhatikan oleh banyak orang yang membuatnya menjadi sangat gugup, kini mulai menggerakkan irisnya dalam melirik dan memusatkan semua perhatiannya, … untuk melihat seseorang yang telah menyatakan diri akan meminangnya secara terang-terangan untuk menjadi seorang istri, lewat celah memanjang dari helaian rambut hitamnya … yang tampak menjuntai menutupi sisi muka.
“Saya benar-benar serius. Yang Terhormat, … Tuan Duke of Yoargi.”
Penampilan tubuhnya dari belakang, kebanyakan menampakkan betapa lebarnya punggung dan juga bahu si laki-laki itu.
Rasa-rasanya, akan terasa sangat nyaman sekali jika pundak si laki-laki tersebut dijadikan sebagai tempat untuk Qilistaria bersandar, … dalam mencurahkan isi hati, beserta menceritakan semua kesusahan yang telah di lalui, dari hari ke hari.
Seperti warna merah menyala, yang terdapat di bagian dalam daging buah stroberi. Seperti warna merah terang, yang terdapat pada rambut lebat milik si laki-laki. Semua pesonanya, telah turut membanjiri eloknya penampilan yang terasa cerah, lagi menghangatkan, … untuk penampilan suram Qilistaria yang terasa sangat mendinginkan.
“Kalau begitu, cepat ambil saja dia pergi dari sini. Oh! Dan jangan lupa, untuk membawa kembali bawaan seserahan maharmu. Takutnya, tidak akan ada yang bisa kalian berdua makan nanti, agar bisa bertahan hidup lebih lama lagi di dunia ini,” tukas sang Duke dengan diakhiri ucapan mengejek, yang kemudian kembali di sambut oleh gelak tawa dari para tamu undangan.
Memang benar.
Dari awal, sang Duke telah menyebutkan di dalam selebaran pamfletnya, bahwa ia akan memberikan putri sulungnya, … kepada siapa pun yang mau menampungnya dengan senang hati dan secara Cuma-Cuma, yang sama sekali tak akan dipungut biaya olehnya, semacam mahar untuk suntingan pernikahan.
Akan tetapi, karena si laki-laki muda itu merasa kurang pantas untuk membawa pergi anak gadis orang, tanpa memberikan sesuatu kepada orang yang telah membesarkannya, … jadi, secara suka dan ringan rasa, ia membela-belakan diri untuk membawa bawaan berat dari rumahnya ke Duchy sini, … dalam tujuan menyerahkan barang seserahan yang semampunya dapat ia berikan ini.
“Jika Anda berkata seperti itu, maka—“
“—Maka aku mengizinkanmu untuk menjadi suaminya, sesuai dengan apa yang kau inginkan,” ujar Duke Yoargi, memotong ucapan yang belum selesai dikatakan oleh si laki-laki berambut merah tersebut.
Mengangkat tangannya yang memegang segelas anggur merah ke atas, untuk menarik perhatian dari semua tamu undangan di sana, sang Duke … melanjutkan apa yang ia inginkan, untuk dikatakan olehnya sekarang.
“Semoga … pernikahan kalian berdua, akan banyak diberi kesengsaraan.”
Mengikuti apa yang telah terlebih dahulu dilakukan oleh sang Duke, para tamu undangan, … bersama dengan Duchess dan Mirabella, mengangkat masing-masing gelas minuman mereka, seraya mengatakan ucapan selamat juga, … secara serentak, dan sorak-menyorak.
“Selamat atas pernikahan kalian berdua, … si monster dan petani rendahan.”
“Selamat, selamat. Semoga kutukan dari monster yang mengerikan itu akan tersalurkan kepadamu ya!”
“Haha, aku tidak sabar untuk segera melihat si orang itu dikutuk juga.”
“Benar! Aku pun tak sabar untuk menantikannya!”
Felaise, sang putra mahkota Gupenhileum itu pula, tak lupa untuk mengikutsertakan dirinya dalam aksi menyelamati pengantin baru, … yang telah disahkan dengan mudah oleh ayah si mempelai wanita, seraya mengangkat gelas kosong miliknya ke atas udara.
“Selamat atas pernikahan kalian berdua. Semoga, … kutukan dan penderitaan yang sangat-sangat menyedihkan, akan senantiasa menyertai kalian berdua selalu,” ujarnya, mendoakan pasangan pengantin baru yang telah sah menikah tanpa acara resepsi, … dan juga tanpa di hadiri oleh sang raja, selaku penghulu pernikahan untuk para bangsawan, … dengan doa buruk yang tak patut untuk ditiru.
“Hei, mempelai pria,” panggil sang Duchess dengan suaranya yang terdengar berwibawa, “Bukankah ini sudah waktunya untukmu, membawa mempelai pengantin wanitamu, … pergi menuju ke rumahmu?”
“Ah! Itu ….”
Tersentak sejenak, tetapi segera berhasil mengendalikan ekspresi muka terperangahnya dengan baik, … si laki-laki muda itu pun, langsung bergegas berjalan dengan cepat menuju ke lokasi di mana Qilistaria, yang sampai saat ini masih ada berdiri di tempatnya semula … hampir sama seperti sebuah jelmaan patung.
“Permisi, Princess Yoargi.”
Si laki-laki itu, mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Qilistaria yang tampak melebarkan iris matanya, karena merasa sangat terkejut.
Dengan diiringi oleh suara beratnya yang terdengar mengalun dalam nada rendah, … lagi memenangkan, si laki-laki itu pula, langsung bergegas mengutarakan salah satu dari sekian banyaknya keinginan terbesar … yang sudah ada dan telah bersemayam dari sejak lama, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam.
“Maukah Anda, ikut bersama dengan Saya, … pulang ke rumah Anda yang baru?”
Qilistaria terdiam kaku. Bahkan, ia juga berasa tak mampu untuk berbicara sekarang, selayaknya memiliki mulut yang telah membisu.
Hanya dengan melihat telapak tangan milik lelaki itu, yang tampak memiliki ukuran dua kali lebih besar dari telapak tangan miliknya saja, … sudah membuat tubuhnya menjadi semakin berguncang dengan hebat, saking parahnya … untuk mencoba menyembunyikan badan yang gemetaran dengan sebaik mungkin.
Menurutnya, … apa yang harus ia lakukan di saat-saat seperti ini, … selain dari melarikan diri sendiri?
Segala perasaan yang terkurung di dada semacam keraguan, ketakutan, kecemasan, beserta kekhawatiran, … telah bercampur aduk dan berkecamuk, sampai membuat semuanya terasa remuk, menjadi sebuah serbuk-serbuk yang bubuk.Bagaimana jika, tangan itu menepisnya, … tatkala ia balik membalas uluran tangan dari lelaki tersebut?Bagaimana jika, tangan besar itu digunakan untuk menamparnya, memukulnya, atau menyiksanya, … dikala ia nanti ikut pergi bersama dengannya, meninggalkan kediamannya yang tak lebih dari sekadar tempat penangkaran kehidupannya selama ini?“Rumahnya memang tidak semewah dan sebesar mansion di Duchy sini, dan juga, … penghasilan Saya dalam usaha untuk mencukupi kebutuhan hidup pun, tidak akan sebanyak yang diberikan oleh orang tua Anda. Akan tetapi, satu hal yang pasti, ….”Ah, Qilistaria takut. Qilistaria bingung.Banyak sekali
“Nama Saya, Derian Aesundarishta. Istri bisa memanggil Saya, dengan sebutan yang Istri suka.”Berjalan secara berdampingan, bersama dengan suaminya yang telah disahkan oleh banyak saksi di pesta perjamuan sayembara tadi, … Qilistaria merasa kikuk.Ia tidak terlalu tahu harus bereaksi bagaimana, terhadap orang asing yang baru dikenalnya ini. Terlebih lagi, … karena dia adalah seorang laki-laki.“Saya lebih tua dari Anda dua tahun. Jadi, di tahun ini, Saya telah memasuki usia 20 tahunan.”Atas ancaman dari Duke Yoargi yang katanya akan membuang semua hasil panen kerja kerasnya, dalam beberapa bulan ke belakang ini dengan perasaan enteng, … secara terpaksa, Derian pun mau tak mau membawanya kembali bersamanya, menuju ke rumah miliknya yang sederhana.Mengikuti ke mana Derian akan mengajaknya pergi, Qilistaria hanya mengemasi sedikit barang-barang
“Ma-maaf! Sa-saya, telah menjatuhkannya sampai-sampai menimpa kaki Anda. Sa-saya … Sa-saya,”Berujar dengan tidak karuan, akibat dari merasa sangat bersalah, … Qilistaria langsung membungkukkan badannya berkali-kali, untuk meminta permohonan maaf dari Derian, … dengan tangan gemetarnya yang tak bisa berhenti mencengkeram erat rok gaun.Bagaimana jika Derian menjadi kesal padanya, lalu mengayunkan tangan ke arahnya, … untuk seterusnya memberikan sebuah pukulan, atau pula tamparan, sebagai bentuk dari hukuman?Apa yang harus ia lakukan, jika Derian terlampau marah terhadapnya, dan berakhir dengan membuang atau meninggalkannya di sini?Apa …? Bagaimana …? Dan, dan, … siapa yang, …? Argh! Pokoknya, pertama-tama, … Qilistaria merasa harus meminta maaf kepada Derian, dengan sangat bersungguh-sungguh.Derian yang tidak nyaman dikala d
Rumah yang ditinggali oleh Derian, adalah rumah panggung yang luasnya dapat ditinggali oleh tiga, sampai lima orang sekaligus. Cukup luas memang, namun, … rumahnya, hanya memiliki interior-interior yang sangat sederhana.Tiga kamar tidur, satu dapur, dan juga satu ruang tengah yang dapat digunakan sebagai ruang untuk makan, … adalah isi keseluruhan bagian dalam rumah panggung.Di bagian luar rumah, ada halaman luas yang dipenuhi oleh tanaman bunga. Sedangkan, untuk di bagian belakangnya, … ada bilik kamar mandi kecil yang bersebelahan langsung dengan sumur air timba.“Maaf, rumahnya … begitu sederhana untuk Anda.”Menggelengkan kepalanya dengan pelan, yang kemudian diselingi oleh gumaman, “Ehm,” Qilistaria mulai melangkahkan kakinya, untuk segera memasuki tangga rumah panggung berlantai papan kayu tersebut, dengan langkah yang begitu diperhatikan.&nbs
“Rambutnya berwarna merah sama seperti milik Saya, dengan ujung helaian yang sedikit bergelombang, juga memiliki kepanjangan yang sepanjang dada. Matanya pula, memiliki manik merah sama seperti milik Saya juga! Dia memiliki kelopak mata ganda alami, sehingga membuat matanya tampak lebih besar dan bulat, dari kebanyakan gadis seusianya!”Berjalan ke dapur mengambil satu buah pir, beserta piring pisin dan pisau buahnya, kemudian kembali ke tempat di mana ia duduk, … Derian lanjut bercerita seraya memotong buah pir tersebut sampai berbentuk potongan-potongan kelinci, untuk kemudian ditata olehnya di atas piring, … lalu mengasongkannya kepada Qilistaria.“Kedua orang tua kami telah meninggal lama. Ayah yang merupakan seorang petani dan juga peternak ulung di desa ini, meninggal sewaktu Saya masih berusia belia. Sementara, Ibu kami, … seorang pedagang pasar tradisional yang menjajakan hasil panen Ayah, menin
“Karena Anda, adalah cinta pertama Saya.”“Ci … cinta pertama?”“Ya.”Memandang Qilistaria lembut dengan tatapan mata yang penuh arti, Derian kembali menarik punggung tangan istrinya itu, untuk kemudian mengecupnya lagi.“Anda adalah cinta pertama Saya.”Tidak percaya begitu saja dengan pernyataan yang begitu mengejutkan hatinya barusan, Qilistaria segera melontarkan pertanyaan, “Dari sejak kapan, dan … dan, bagaimana bisa?”Menyahuti pertanyaan itu dengan bibir tipisnya yang tak bisa untuk berhenti tersenyum, Derian menjawab, “Dari Saya masih kecil, dan dari pandangan pertama awal Saya berjumpa dengan Anda.”“… Su-sungguh?”“Uh-hum. Saya bertemu dengan Istri untuk pertama kalinya, dan kemudian jatuh cinta pa
“… Anda muncul di depan mata Saya, dengan membawakan sebuah keajaiban, … yang sudah berhasil membuat wajah sembab Saya, kembali dihiasi oleh senyuman yang begitu lebar.”“… Huh?” lirih Qilistaria terbengong, seakan-akan tidak percaya.Merasa masih cukup ragu dengan apa yang barusan didengarkan olehnya, ia lekas bertanya, “Ba-bagaimana bisa?”Seraya melanjutkan kembali apa yang tengah ia kerjakan, Derian pun meneruskan aksi berbagi kenangannya, “Sembari tersenyum manis, Anda datang menghampiri Saya menyerahkan Rifa yang diam menurut untuk bergandengan tangan bersama Anda, dengan mata sehitam jelaga, … yang juga tampak menyorotkan senyuman di balik topeng berbentuk sayap kupu-kupu hitam. Di saat itulah, Saya jatuh cinta untuk pertama kalinya, pada pandangan pertama Saya terhadap Anda.”Qilistaria terdiam. Dia termen
“Nah~ sudah siap.”Berdendang ringan sembari meletakkan panci panas mengepul di tengah meja makan, yang memunculkan bau harumnya aroma masakan sup bening kentang berpotong dadu kecil-kecil, dengan ditambah oleh sedikit lada dan daun bay leaf kering, … dengan perasaan bangga, Derian … sukses mempersembahkan sajian masakan pertama untuk istri yang ia cinta, dengan wajah merah merona.“Se-sebenarnya, Saya tidak terlalu pandai memasak,” jujur Derian dengan malu-malu, mengasongkan semangkuk sup yang sudah ia siapkan sesempurna mungkin, kepada Qilistaria, “Tetapi, … Saya harap, ini akan sesuai dengan selera Anda.”Mengambil sendok dan mengucapkan terima kasih atas makanannya, Qilistaria lekas berdoa sebelum makan.Tak lama kemudian, ia langsung melahap suapan pertama makanannya dengan sedikit canggung, akibat dari terus-menerus diperhatikan oleh Derian.&nb
“Huff, …! Haah~!”Yurish mengambil nafas dan mengembuskannya secara berulang kali, dengan pasrah.Dia menempatkan kedua sikunya tuk bertumpu pada pagar balkon yang terbuat dari beton, dan menengadahkan wajahnya ke arah langit malam bertabur bintang-bintang yang berkelap-kelip dengan sangat bercahaya.Suasana aman dan tenang sekali.Sampai, ….KLOTAK!… Suara sepatu hak tinggi yang berhenti selepas membuka pintu balkon ini, menginterupsi kedamaian yang tengah Yurish nikmati.“….”“….”Di bawah cahaya rembulan yang lebih menyorot dibandingkan biasanya, Yurish dan pemilik sepatu yang menghasilkan suara nyaring pada barusan itu, … saling bertatap muka.Sorot mata mereka yang berbeda warna, berserobok satu sama lain secara intens.Merasa ada yang perlu dibicarakan oleh perempuan yang dilihat-lihat, memiliki mata sedikit membengkak akibat sudah menangiskan
KRIETT!“…!”“…!”Suara gerbang raksasa yang terbuka secara perlahan itu, mengejutkan sepasang kakak-beradik yang masih memusatkan perhatian dan arah gerak dari tubuh mereka kepada raja di hadapan, supaya tersentak hebat.Mereka berdua yang masih belum memiliki keberanian untuk membalikkan diri dan melihat akan siapa gerangan orang yang muncul dari pintu besar tersebut secara jelas, … lebih memilih untuk mengepalkan tangan masing-masing, dan meneguk ludah kegugupan.“…?”Berbeda dengan kedua orang berambut merah yang mengapit dirinya dari sisi kiri dan kanan, Kairyuuki, … bocah kecil berambut hitam itu bertingkah mewakili.Dia lekas melepaskan pegangan tangan dari sang ayah untuk pergi berlari ke arah orang yang tengah berjalan menghampiri, seraya meneriakkan sesuatu.“Ibu~!”Sebuah panggilan.“Ryuuki~!”DEG!Seperti jantu
“Dengarkanlah! Ini adalah dekret dari His Majesty!”ZRAK!“Atas beralihnya pemerintahan selepas mendiang raja terdahulu kalah dalam perebutan kekuasaan, kalian berdua, mantan Ratu Kerajaan Gupenhileum, Putri Mirabella, serta yang terhormat, Ibu Suri, … akan diasingkan ke tempat asal kalian berada.”Satu orang ksatria yang dikawal oleh dua bawahannya, kini bisa dengan bangganya mengenakan baju zirah berlambang bunga kamelia, membukakan dan membacakan isi dari gulungan surat secara saksama.“Jangan pernah berpikiran bahwa kalian berdua, masih memiliki kesempatan untuk menempati istana Kerajaan Camerine ini lebih lama lagi. Jika kalian berdua masih ingin menjalani hidup dengan tenang, maka, pergilah sekarang.”Seminggu telah berlalu semenjak hari besar itu.Kini, para ksatria kecil yang merasa dahulu mereka tidak terlalu berguna bagi kerajaan, … justru tengah disibukkan ke sana kemari tuk mendatangi setiap r
“Berita panas! Berita panas!”“…?”“Berita panas dari istana! Siapa yang mau dengar?”Seorang anak kecil yang mondar-mandir di depan restoran sembari berteriak-teriak demikian, berhasil menyita perhatian Rifa untuk keluar meninggalkan Ryuuki di dalam restoran, dan mencari tahu apa yang tengah heboh.“Berita panas! Berita panas!”Anak yang berteriak-teriak itu berhasil mengumpulkan orang lain, selain dari Rifa.Mereka berkumpul membentuk lingkaran besar terlebih dahulu, barulah si anak melanjutkan cerita.“Raja tirani itu … dia sudah berhasil dikudeta!”“Apa?!”“Yang benar?!”'”Itu benar! Dia dikudeta oleh Pangeran Yurishien!”Semuanya menjadi heboh.Bahkan, Rifa sendiri pun membelalakkan matanya dengan lebar.“Yurishien? Bukankah dia pangeran yang telah lama mati bersama dengan ibu dan semua saudaranya, baik yang
SRING!“Grrk! Urghh!”“…?!”Felaise terkejut bukan kepalang, begitu pedang yang hendak ia tusukkan sekuat tenaga supaya bisa menembus dada Yurish yang tertutup baju zirah, dipegang dan ditahan langsung oleh kedua telapak tangan.Tak ayal, itu membuat telapak tangan berbalut sarung tangan besi tersebut, menimbulkan suara terkikis yang membuat gigi terasa linu.Hal ini semakin membuat keadaan di antara mereka semakin sengit, di mana saudara tiri yang berbagi paras serupa itu saling bertatapan muka dalam jarak yang sangat dekat.“Cukup sekali …! Aku …!” Yurish mengernyit dan menggemeretukkan giginya kuat-kuat.Dia berusaha sekeras mungkin, agar pedang yang ditahannya dari menusuk dada itu supaya terdorong menjauh.Namun, ia adalah pengguna tangan kanan, sedangkan … tangan dominannya ini sedangkan terluka untuk sekarang.Hal itu membuat kecemasannya menjadi naik berkali lipat, akiba
“U-uh … apa yang harus kita lakukan?” Para bangsawan yang berkumpul di ruang aula pesta ini sebagai tamu undangan ulang tahun raja, memandang khawatir akan beberapa pasang orang yang bertarung dengan sengit di tengah-tengah ruang tersebut. “T-tidak ada yang bisa kita lakukan!” “B-benar. Kita tidak boleh mengambil risiko.” “S-setuju. Jika mereka saja kesulitan, maka bagaimana dengan kita?” Secara perlahan-lahan, para bangsawan laki-laki yang tadi sempat berlari secara heboh untuk menghampiri raja, … mulai memundurkan langkah kaki mereka ke belakang, dan berniat untuk bergerombol balik dengan para bangsawan lain. “Kalau sudah begini … ekhem!” Para bangsawan yang ada di sana saling memandang satu sama lain, dan memamerkan satu sorotan mata serupa, berupa inginnya mengeluarkan diri dari sana. Mumpung sang tokoh utama pesta ini disibuk
“Pertemuan terakhir?”Felaise mengulang sebentar ucapan yang baru saja dikatakan oleh adik tirinya, Yurish.Tak lama kemudian, bibirnya yang mencebik kesal, keningnya yang berkerut marah, dan sorotnya yang menatap tajam, … mulai berubah.“Pfft …!”Dia melemaskan otot wajahnya, lalu ….“Buhahahaha!”… Tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang yang ada di sana merasa heran.“Baiklah.”SRAA~!Felaise mengusap poni rambutnya supaya ke belakang tuk memamerkan dahinya, dengan disisir oleh jari.Tak lama kemudian, ….“Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan dan mengklaim bahwa pertemuan terakhir itu dimenangkan oleh dirinya, okay?”… Secara perlahan, aura sihir berwarna putih perak itu mengumpul di tangan kanan Felaise.“Dengan senang hati, aku akan mengabulkan harapanmu sebelum mati ….”
Kyahaha~!”“Hei, tunggu kau!”“Anak-anak, jangan berlarian!”Suara hiruk-pikuk ramainya ibukota tampak hangat sekali.Semuanya terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.BRUAKK!“Uwaahh!”“Tuh kan?! Apa yang sudah ibu bilang?! Jangan lari-larian karena nanti terjatuh!”“Huwaa—huh?”Sampai ….“Ibu, kenapa tanahnya terasa bergetar?”“Apa maksudmu? Jangan mengada-ada dan cepatlah bangu—!”—QUOONG~!… Suara trompet besar yang memekakkan telinga, muncul.Bersusulan dengan itu, suara derap langkah yang banyak lagi terdengar rapat, bergemuruh semakin jelas mendekati ibu dan dua anaknya itu yang sekarang seperti membeku di tempat.QUOONG~!“Menyingkir! Hoi! Cepat menyingkir!”Bapak-bapak yang kebetulan sedang lewat di bahu jalan menyuruh ibu dan anak yang berada di
“Emmh ….”Ryuuki kecil menggeliat.Dia mengerjapkan matanya yang masih terasa lengket akibat mengantuk itu untuk beberapa saat, lalu memandangi langit-langit kamar yang tampak asing.“Sudah bangun, …?”Ah, benar.Dirinya baru ingat sekarang.Bukankah ia memutuskan supaya tak ikut Paman Yurish, dan mencoba menetap di sini bersama dengan ayah kandungnya saja?“… Ryuuki?”Sinar mentari pagi yang cerah nan terasa hangat, menyirami kamar ini.Hal itu pula mempercantik penampilan dari seseorang yang tengah duduk di tepi ranjang, yang mengusap pucuk kepala dan memberikannya senyuman tulus.Sehingga, aksi yang benar-benar baru bagi Ryuuki si anak gua itu, mampu membuat matanya terbelalak sempurna, dengan pipi merah merona.SYUK!“…!?”Ryuuki beranjak tiba-tiba, mengagetkan orang yang duduk di sampingnya, yang tak lain adalah ayahnya, De