“Oh my, Duchess. Jujur saja, Saya benar-benar merasa kasihan dengan Anda. Bagaimana mungkin, Anda bisa tahan dengan kesabaran yang begitu tinggi, dalam kurun waktu delapan belas tahun lamanya, tinggal bersama dengan si putri jelmaan iblis itu?”
“Benar juga ya. Bagaimana bisa, … Saya tidak menyadari akan hal semacam itu, sampai selama ini?”
“Ya ampun, Your Grace. Hal itu tampaknya, karena disebabkan oleh sikap Anda yang terlalu berbaik hati kepadanya! Anda seharusnya tidak perlu memperlakukannya dengan baik semacam itu! Dikarenakan, hal tersebut malah akan membuat si siluman tak tahu malu tersebut, … menjadi orang yang berkulit tebal.”
Menyebalkan.
Qilistaria dapat dengan jelas, menyimak sedikit demi sedikit semua bisikan omongan menyakitkan terkait dirinya, … yang sedang heboh di obrolkan oleh teman-teman sosialita ibunya.
Sepertinya, mereka memang sengaja melakukannya. Hal itu sudah berhasil membuat Qilistaria, semakin ingin menghilang dari pesta sana dengan segera.
“Ah, benarkah? Ya ampun, apa sih … yang sebenarnya telah Saya lakukan selama ini!?”
Tersenyum licik di balik rentangan kipas tangannya yang mengipas menutupi sepertiga bagian muka, sang Duchess Yoargi itu pun, … diam-diam tengah merencanakan sesuatu yang jahat, dalam tujuan untuk memperlakukan putri sulungnya yang memiliki penampilan buruk rupa tersebut, tepat di depan umum.
Saat ada pelayan pria pengasong gelas anggur yang kebetulan sedang menghampiri sang Duchess dan nyonya bangsawan lain, untuk menawarkan segelas minuman beralkohol, … dengan pintarnya, si ibu kandung dari Qilistaria ini, segera memberikan bahasa kipas tersembunyi kepada si pelayan, ditambah dengan sebuah kode dari sepasang bongkahan iris mata yang sengaja dilirikkan ke arah putri sulungnya, dalam beberapa kali.
Dengan melipat kipas tangan itu ke bentuk lipatan awal, yang seterusnya menaruh, lagi menggenggamnya di kepalan tangan kiri, … si pelayan itu pun, langsung cepat mengerti dengan apa yang di perintahkan oleh sang Duchess secara diam-diam.
Gerakan tangan yang mencekal kipas di kepalan tangan kiri itu, memiliki makna “Menginginkan sebuah kerja sama,” … dalam melakukan sesuatu terhadap orang yang dimaksudkan.
Mengangguk paham, dan lekas berjalan menuju ke dekat tempat di mana Qilistaria … sedang berdiri dengan canggung di tengah-tengah ruang aula pesta, tanpa di duga-duga, si pelayan itu tanpa tiba-tiba berlaku pura-pura tersandung, … sampai menyebabkan nampan berisikan beberapa gelas anggur merah segar menjadi tumpah, … jatuh menghantam lantai dan membuat pecahan kacanya tersebar berkeping-keping, setelah sebelumnya air anggur itu berhasil membasahi gaun yang dikenakan oleh Qilistaria.
“Ma-maaf, Saya, ….”
Memunguti pecahan gelas, seraya mengeluarkan suara orang yang kedengarannya seperti sedang dilanda oleh rasa ketakutan, si pelayan itu … rupa-rupanya telah berhasil memancing sisi tidak tega, yang secara alami sudah dimiliki oleh Qilistaria terhadap orang yang sedang kesusahan, untuk seterusnya ia bantu … dengan sifat beserta tindakannya yang terlalu baik ini.
Begitu Qilistaria merendahkan sedikit tubuhnya, dan mengulurkan lengan berbalut sarung tangan hitam panjangnya untuk membantu memunguti pecahan gelas tersebut, … secara mengejutkan, si pelayan yang mau dibantu itu malah ….
PAKKK!
… Menepis lengannya dengan sangat kasar.
Bahkan, tepisan tangan yang bertenaga lumayan itu pun, … sampai-sampai membuat Qilistaria, dapat merasakan tulang lengannya, menjadi linu seketika.
“MENJAUH DARIKU, MONSTER!” teriak si pelayan, yang telah sukses membuat semua perhatian dari para tamu undangan pesta sayembara, hanya terfokus kepada Qilistaria seorang saja.
“JANGAN TULARKAN KUTUKANMU KEPADAKU! KALAU KAU INGIN DIKUTUK, MAKA TERKUTUKLAH SENDIRIAN!”
Qilistaria membeku di tempat.
Tangan yang tadi di tepis secara kasar oleh pelayan tersebut pun, ia cengkeram dengan sangat kuat, menggunakan tangannya yang satu lagi. Hal itu dilakukan olehnya, supaya orang-orang yang tengah memperhatikannya saat ini, … tidak dapat melihat dengan jelas akan guncangan hebat pada tubuhnya, yang telah mulai gemetaran kembali.
Pandangan pada sorot mata hitam kelamnya, tampak mengosong. Bersamaan dengan lidah yang kelu, dan juga ekspresi muka yang kaku, saking Qilistaria tidak tahu harus berbuat apa sekarang, … di keadaannya yang tak bisa bergerak dengan sangat bebas seperti saat ini.
Ah, rupa-rupanya, Qilistaria, … berkeinginan untuk mati juga hari ini.
Tatkala ia sedang berada di dalam posisi yang memojokkan ini, Qilistaria merasa menjadi sangat sensitif sekali.
Pendengarannya menjadi menajam, dalam mendengarkan omongan juga bisikan, yang sedang membahasnya sebagai bahan pembicaraan. Perasaannya pula, menjadi lebih peka berkali-kali lipat.
Hanya dengan merasakan tatapan tajam dari orang-orang yang memandanginya dengan tatapan merendahkan, diselingi dengan tawa meremehkan yang begitu kentara juga, … telah berjaya membuat Qilistaria, menjadi pusing dan mual secara tak beraturan.
Dia ingin pergi. Dia ingin berlari. Kabur melarikan diri, menuju ke mana saja yang sekiranya dapat menerimanya dengan apa adanya. Bukan, … dengan ada apanya.
Sampai, pada akhirnya, … semua perhatian yang tertuju kepadanya sedari tadi, kini mulai beralih kepada sesosok laki-laki yang dinilai berlagak kampungan, … yang sekarang sedang memasuki ruang pesta dengan hanya mengenakan kemeja putih bersih sederhana, lengkap dengan celana hitam panjang, juga rambut merah rapi yang di sisir ke belakang.
Dia datang dan masuk ke dalam sini, dengan memanggul satu karung berisi sesuatu, yang hanya ia topang dengan menggunakan satu tangan … dan membebankan berat dari karung tersebut ke bahu kanan, seraya menggendong sebuah bakul berukuran besar di belakang punggung, juga menenteng sekantung besar barang lain, … di tangannya yang kiri.
“Siapa dia?”
“Ya, benar. Siapa dia? Mau apa dia kemari?”
Dari mulai sang Duke, Duchess, Mirabella, Putra Mahkota, bahkan hampir semua tamu undangan pesta yang telah hadir di sana lebih awal, … kini memperhatikan dengan saksama terhadap gerak-gerik dan gelagat mencurigakan dari si laki-laki muda itu, yang sekarang sudah mulai memberhentikan langkah kakinya, … berdiri tepat di hadapan sang tuan besar Yoargi.
“Salam sejahtera Your Highness, the Crown Prince of Gupenhileum. Salam sejahtera juga, Your Grace, … the Duke of Yoargi. Semoga keberkahan dan kebahagiaan, senantiasa memberkati Anda sekalian selalu.”
Selepas memberikan bungkuk dan salam penuh kehormatan, kepada dua orang mulia yang bersangkutan, … si laki-laki berambut merah itu pun, segera melucuti barang bawaan yang di datangkan dengan kehadirannya sekarang, ke atas permukaan lantai yang bersih.
Selanjutnya, ia kemudian segera mempersembahkannya dengan sebaik mungkin kepada sang Duke, dalam niatan hati … untuk mendapatkan kesan baik yang akan sangat menguntungkan, jika ia sudah mendapatkannya dalam jumlah yang jauh lebih banyak lagi.
“Apa ini?” tanya sang Duke dengan heran, sembari menatap mata merah laki-laki itu dengan tatapan yang tak dapat dimengerti.
Barang bawaan yang dipersembahkan oleh lelaki itu ialah, tak lain dan tak bukan berupa hasil panen seseorang yang berprofesi sebagai petani.
Seperti; sekarung gandum, sebakul kentang mentega dan ubi jalar merah, … beserta, sekantung buah persik dan buah pir yang telah masak alami dari pohon, sampai membuat buah-buahan itu menjadi ranum.
Dengan menampilkan segaris senyuman simpul, si laki-laki itu … menjawab pertanyaan dari Duke, “Ini semua adalah, bentuk mahar yang baru bisa Saya berikan untuk saat ini.”
“… Ha? Ma-mahar?”
“Ya.”
Seraya menundukkan kepalanya, dan melintangkan tangan kanan menyilangi dada, … si laki-laki itu, kembali berkata.
“Tolong izinkan dan restui Saya, dalam mempersunting putri sulung Anda, Princess Qilistaria La Yoargi, … untuk menjadi istri Saya seorang dengan sah, … Your Grace.”
“Pffft! Buhahaha!”“Hahaha!”“Lihat, lihat! Apa katanya tadi? Dia ingin menikahi si monster yang mengerikan itu? Bahkan, sampai mau membawakannya barang-barang murahan, … yang ia anggap sebagai mahar pernikahan? Lelucon macam apa ini?”“Hahaha, gila sekali dia! Bisa-bisanya, orang rendahan semacamnya, berkelakuan dengan sangat sok belagu begitu?”Dimulai dari sang putra mahkota yang tergelak di dalam tawa terbahak-bahaknya, … semua orang yang di sana–kecuali si laki-laki itu dan Qilistaria tentunya–berlarut-larut dalam aksi menertawakan.Tidak sakit hati atau pula tersinggung oleh semua perlakuan itu, si laki-laki berambut merah ini justru, … malah terus-menerus menampilkan senyuman terbaiknya kepada sang Duke.Memang benar, terkait hal penting apa yang barusan orang-orang itu bicarakan.
Segala perasaan yang terkurung di dada semacam keraguan, ketakutan, kecemasan, beserta kekhawatiran, … telah bercampur aduk dan berkecamuk, sampai membuat semuanya terasa remuk, menjadi sebuah serbuk-serbuk yang bubuk.Bagaimana jika, tangan itu menepisnya, … tatkala ia balik membalas uluran tangan dari lelaki tersebut?Bagaimana jika, tangan besar itu digunakan untuk menamparnya, memukulnya, atau menyiksanya, … dikala ia nanti ikut pergi bersama dengannya, meninggalkan kediamannya yang tak lebih dari sekadar tempat penangkaran kehidupannya selama ini?“Rumahnya memang tidak semewah dan sebesar mansion di Duchy sini, dan juga, … penghasilan Saya dalam usaha untuk mencukupi kebutuhan hidup pun, tidak akan sebanyak yang diberikan oleh orang tua Anda. Akan tetapi, satu hal yang pasti, ….”Ah, Qilistaria takut. Qilistaria bingung.Banyak sekali
“Nama Saya, Derian Aesundarishta. Istri bisa memanggil Saya, dengan sebutan yang Istri suka.”Berjalan secara berdampingan, bersama dengan suaminya yang telah disahkan oleh banyak saksi di pesta perjamuan sayembara tadi, … Qilistaria merasa kikuk.Ia tidak terlalu tahu harus bereaksi bagaimana, terhadap orang asing yang baru dikenalnya ini. Terlebih lagi, … karena dia adalah seorang laki-laki.“Saya lebih tua dari Anda dua tahun. Jadi, di tahun ini, Saya telah memasuki usia 20 tahunan.”Atas ancaman dari Duke Yoargi yang katanya akan membuang semua hasil panen kerja kerasnya, dalam beberapa bulan ke belakang ini dengan perasaan enteng, … secara terpaksa, Derian pun mau tak mau membawanya kembali bersamanya, menuju ke rumah miliknya yang sederhana.Mengikuti ke mana Derian akan mengajaknya pergi, Qilistaria hanya mengemasi sedikit barang-barang
“Ma-maaf! Sa-saya, telah menjatuhkannya sampai-sampai menimpa kaki Anda. Sa-saya … Sa-saya,”Berujar dengan tidak karuan, akibat dari merasa sangat bersalah, … Qilistaria langsung membungkukkan badannya berkali-kali, untuk meminta permohonan maaf dari Derian, … dengan tangan gemetarnya yang tak bisa berhenti mencengkeram erat rok gaun.Bagaimana jika Derian menjadi kesal padanya, lalu mengayunkan tangan ke arahnya, … untuk seterusnya memberikan sebuah pukulan, atau pula tamparan, sebagai bentuk dari hukuman?Apa yang harus ia lakukan, jika Derian terlampau marah terhadapnya, dan berakhir dengan membuang atau meninggalkannya di sini?Apa …? Bagaimana …? Dan, dan, … siapa yang, …? Argh! Pokoknya, pertama-tama, … Qilistaria merasa harus meminta maaf kepada Derian, dengan sangat bersungguh-sungguh.Derian yang tidak nyaman dikala d
Rumah yang ditinggali oleh Derian, adalah rumah panggung yang luasnya dapat ditinggali oleh tiga, sampai lima orang sekaligus. Cukup luas memang, namun, … rumahnya, hanya memiliki interior-interior yang sangat sederhana.Tiga kamar tidur, satu dapur, dan juga satu ruang tengah yang dapat digunakan sebagai ruang untuk makan, … adalah isi keseluruhan bagian dalam rumah panggung.Di bagian luar rumah, ada halaman luas yang dipenuhi oleh tanaman bunga. Sedangkan, untuk di bagian belakangnya, … ada bilik kamar mandi kecil yang bersebelahan langsung dengan sumur air timba.“Maaf, rumahnya … begitu sederhana untuk Anda.”Menggelengkan kepalanya dengan pelan, yang kemudian diselingi oleh gumaman, “Ehm,” Qilistaria mulai melangkahkan kakinya, untuk segera memasuki tangga rumah panggung berlantai papan kayu tersebut, dengan langkah yang begitu diperhatikan.&nbs
“Rambutnya berwarna merah sama seperti milik Saya, dengan ujung helaian yang sedikit bergelombang, juga memiliki kepanjangan yang sepanjang dada. Matanya pula, memiliki manik merah sama seperti milik Saya juga! Dia memiliki kelopak mata ganda alami, sehingga membuat matanya tampak lebih besar dan bulat, dari kebanyakan gadis seusianya!”Berjalan ke dapur mengambil satu buah pir, beserta piring pisin dan pisau buahnya, kemudian kembali ke tempat di mana ia duduk, … Derian lanjut bercerita seraya memotong buah pir tersebut sampai berbentuk potongan-potongan kelinci, untuk kemudian ditata olehnya di atas piring, … lalu mengasongkannya kepada Qilistaria.“Kedua orang tua kami telah meninggal lama. Ayah yang merupakan seorang petani dan juga peternak ulung di desa ini, meninggal sewaktu Saya masih berusia belia. Sementara, Ibu kami, … seorang pedagang pasar tradisional yang menjajakan hasil panen Ayah, menin
“Karena Anda, adalah cinta pertama Saya.”“Ci … cinta pertama?”“Ya.”Memandang Qilistaria lembut dengan tatapan mata yang penuh arti, Derian kembali menarik punggung tangan istrinya itu, untuk kemudian mengecupnya lagi.“Anda adalah cinta pertama Saya.”Tidak percaya begitu saja dengan pernyataan yang begitu mengejutkan hatinya barusan, Qilistaria segera melontarkan pertanyaan, “Dari sejak kapan, dan … dan, bagaimana bisa?”Menyahuti pertanyaan itu dengan bibir tipisnya yang tak bisa untuk berhenti tersenyum, Derian menjawab, “Dari Saya masih kecil, dan dari pandangan pertama awal Saya berjumpa dengan Anda.”“… Su-sungguh?”“Uh-hum. Saya bertemu dengan Istri untuk pertama kalinya, dan kemudian jatuh cinta pa
“… Anda muncul di depan mata Saya, dengan membawakan sebuah keajaiban, … yang sudah berhasil membuat wajah sembab Saya, kembali dihiasi oleh senyuman yang begitu lebar.”“… Huh?” lirih Qilistaria terbengong, seakan-akan tidak percaya.Merasa masih cukup ragu dengan apa yang barusan didengarkan olehnya, ia lekas bertanya, “Ba-bagaimana bisa?”Seraya melanjutkan kembali apa yang tengah ia kerjakan, Derian pun meneruskan aksi berbagi kenangannya, “Sembari tersenyum manis, Anda datang menghampiri Saya menyerahkan Rifa yang diam menurut untuk bergandengan tangan bersama Anda, dengan mata sehitam jelaga, … yang juga tampak menyorotkan senyuman di balik topeng berbentuk sayap kupu-kupu hitam. Di saat itulah, Saya jatuh cinta untuk pertama kalinya, pada pandangan pertama Saya terhadap Anda.”Qilistaria terdiam. Dia termen
“Huff, …! Haah~!”Yurish mengambil nafas dan mengembuskannya secara berulang kali, dengan pasrah.Dia menempatkan kedua sikunya tuk bertumpu pada pagar balkon yang terbuat dari beton, dan menengadahkan wajahnya ke arah langit malam bertabur bintang-bintang yang berkelap-kelip dengan sangat bercahaya.Suasana aman dan tenang sekali.Sampai, ….KLOTAK!… Suara sepatu hak tinggi yang berhenti selepas membuka pintu balkon ini, menginterupsi kedamaian yang tengah Yurish nikmati.“….”“….”Di bawah cahaya rembulan yang lebih menyorot dibandingkan biasanya, Yurish dan pemilik sepatu yang menghasilkan suara nyaring pada barusan itu, … saling bertatap muka.Sorot mata mereka yang berbeda warna, berserobok satu sama lain secara intens.Merasa ada yang perlu dibicarakan oleh perempuan yang dilihat-lihat, memiliki mata sedikit membengkak akibat sudah menangiskan
KRIETT!“…!”“…!”Suara gerbang raksasa yang terbuka secara perlahan itu, mengejutkan sepasang kakak-beradik yang masih memusatkan perhatian dan arah gerak dari tubuh mereka kepada raja di hadapan, supaya tersentak hebat.Mereka berdua yang masih belum memiliki keberanian untuk membalikkan diri dan melihat akan siapa gerangan orang yang muncul dari pintu besar tersebut secara jelas, … lebih memilih untuk mengepalkan tangan masing-masing, dan meneguk ludah kegugupan.“…?”Berbeda dengan kedua orang berambut merah yang mengapit dirinya dari sisi kiri dan kanan, Kairyuuki, … bocah kecil berambut hitam itu bertingkah mewakili.Dia lekas melepaskan pegangan tangan dari sang ayah untuk pergi berlari ke arah orang yang tengah berjalan menghampiri, seraya meneriakkan sesuatu.“Ibu~!”Sebuah panggilan.“Ryuuki~!”DEG!Seperti jantu
“Dengarkanlah! Ini adalah dekret dari His Majesty!”ZRAK!“Atas beralihnya pemerintahan selepas mendiang raja terdahulu kalah dalam perebutan kekuasaan, kalian berdua, mantan Ratu Kerajaan Gupenhileum, Putri Mirabella, serta yang terhormat, Ibu Suri, … akan diasingkan ke tempat asal kalian berada.”Satu orang ksatria yang dikawal oleh dua bawahannya, kini bisa dengan bangganya mengenakan baju zirah berlambang bunga kamelia, membukakan dan membacakan isi dari gulungan surat secara saksama.“Jangan pernah berpikiran bahwa kalian berdua, masih memiliki kesempatan untuk menempati istana Kerajaan Camerine ini lebih lama lagi. Jika kalian berdua masih ingin menjalani hidup dengan tenang, maka, pergilah sekarang.”Seminggu telah berlalu semenjak hari besar itu.Kini, para ksatria kecil yang merasa dahulu mereka tidak terlalu berguna bagi kerajaan, … justru tengah disibukkan ke sana kemari tuk mendatangi setiap r
“Berita panas! Berita panas!”“…?”“Berita panas dari istana! Siapa yang mau dengar?”Seorang anak kecil yang mondar-mandir di depan restoran sembari berteriak-teriak demikian, berhasil menyita perhatian Rifa untuk keluar meninggalkan Ryuuki di dalam restoran, dan mencari tahu apa yang tengah heboh.“Berita panas! Berita panas!”Anak yang berteriak-teriak itu berhasil mengumpulkan orang lain, selain dari Rifa.Mereka berkumpul membentuk lingkaran besar terlebih dahulu, barulah si anak melanjutkan cerita.“Raja tirani itu … dia sudah berhasil dikudeta!”“Apa?!”“Yang benar?!”'”Itu benar! Dia dikudeta oleh Pangeran Yurishien!”Semuanya menjadi heboh.Bahkan, Rifa sendiri pun membelalakkan matanya dengan lebar.“Yurishien? Bukankah dia pangeran yang telah lama mati bersama dengan ibu dan semua saudaranya, baik yang
SRING!“Grrk! Urghh!”“…?!”Felaise terkejut bukan kepalang, begitu pedang yang hendak ia tusukkan sekuat tenaga supaya bisa menembus dada Yurish yang tertutup baju zirah, dipegang dan ditahan langsung oleh kedua telapak tangan.Tak ayal, itu membuat telapak tangan berbalut sarung tangan besi tersebut, menimbulkan suara terkikis yang membuat gigi terasa linu.Hal ini semakin membuat keadaan di antara mereka semakin sengit, di mana saudara tiri yang berbagi paras serupa itu saling bertatapan muka dalam jarak yang sangat dekat.“Cukup sekali …! Aku …!” Yurish mengernyit dan menggemeretukkan giginya kuat-kuat.Dia berusaha sekeras mungkin, agar pedang yang ditahannya dari menusuk dada itu supaya terdorong menjauh.Namun, ia adalah pengguna tangan kanan, sedangkan … tangan dominannya ini sedangkan terluka untuk sekarang.Hal itu membuat kecemasannya menjadi naik berkali lipat, akiba
“U-uh … apa yang harus kita lakukan?” Para bangsawan yang berkumpul di ruang aula pesta ini sebagai tamu undangan ulang tahun raja, memandang khawatir akan beberapa pasang orang yang bertarung dengan sengit di tengah-tengah ruang tersebut. “T-tidak ada yang bisa kita lakukan!” “B-benar. Kita tidak boleh mengambil risiko.” “S-setuju. Jika mereka saja kesulitan, maka bagaimana dengan kita?” Secara perlahan-lahan, para bangsawan laki-laki yang tadi sempat berlari secara heboh untuk menghampiri raja, … mulai memundurkan langkah kaki mereka ke belakang, dan berniat untuk bergerombol balik dengan para bangsawan lain. “Kalau sudah begini … ekhem!” Para bangsawan yang ada di sana saling memandang satu sama lain, dan memamerkan satu sorotan mata serupa, berupa inginnya mengeluarkan diri dari sana. Mumpung sang tokoh utama pesta ini disibuk
“Pertemuan terakhir?”Felaise mengulang sebentar ucapan yang baru saja dikatakan oleh adik tirinya, Yurish.Tak lama kemudian, bibirnya yang mencebik kesal, keningnya yang berkerut marah, dan sorotnya yang menatap tajam, … mulai berubah.“Pfft …!”Dia melemaskan otot wajahnya, lalu ….“Buhahahaha!”… Tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang yang ada di sana merasa heran.“Baiklah.”SRAA~!Felaise mengusap poni rambutnya supaya ke belakang tuk memamerkan dahinya, dengan disisir oleh jari.Tak lama kemudian, ….“Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan dan mengklaim bahwa pertemuan terakhir itu dimenangkan oleh dirinya, okay?”… Secara perlahan, aura sihir berwarna putih perak itu mengumpul di tangan kanan Felaise.“Dengan senang hati, aku akan mengabulkan harapanmu sebelum mati ….”
Kyahaha~!”“Hei, tunggu kau!”“Anak-anak, jangan berlarian!”Suara hiruk-pikuk ramainya ibukota tampak hangat sekali.Semuanya terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.BRUAKK!“Uwaahh!”“Tuh kan?! Apa yang sudah ibu bilang?! Jangan lari-larian karena nanti terjatuh!”“Huwaa—huh?”Sampai ….“Ibu, kenapa tanahnya terasa bergetar?”“Apa maksudmu? Jangan mengada-ada dan cepatlah bangu—!”—QUOONG~!… Suara trompet besar yang memekakkan telinga, muncul.Bersusulan dengan itu, suara derap langkah yang banyak lagi terdengar rapat, bergemuruh semakin jelas mendekati ibu dan dua anaknya itu yang sekarang seperti membeku di tempat.QUOONG~!“Menyingkir! Hoi! Cepat menyingkir!”Bapak-bapak yang kebetulan sedang lewat di bahu jalan menyuruh ibu dan anak yang berada di
“Emmh ….”Ryuuki kecil menggeliat.Dia mengerjapkan matanya yang masih terasa lengket akibat mengantuk itu untuk beberapa saat, lalu memandangi langit-langit kamar yang tampak asing.“Sudah bangun, …?”Ah, benar.Dirinya baru ingat sekarang.Bukankah ia memutuskan supaya tak ikut Paman Yurish, dan mencoba menetap di sini bersama dengan ayah kandungnya saja?“… Ryuuki?”Sinar mentari pagi yang cerah nan terasa hangat, menyirami kamar ini.Hal itu pula mempercantik penampilan dari seseorang yang tengah duduk di tepi ranjang, yang mengusap pucuk kepala dan memberikannya senyuman tulus.Sehingga, aksi yang benar-benar baru bagi Ryuuki si anak gua itu, mampu membuat matanya terbelalak sempurna, dengan pipi merah merona.SYUK!“…!?”Ryuuki beranjak tiba-tiba, mengagetkan orang yang duduk di sampingnya, yang tak lain adalah ayahnya, De