“Rambutnya berwarna merah sama seperti milik Saya, dengan ujung helaian yang sedikit bergelombang, juga memiliki kepanjangan yang sepanjang dada. Matanya pula, memiliki manik merah sama seperti milik Saya juga! Dia memiliki kelopak mata ganda alami, sehingga membuat matanya tampak lebih besar dan bulat, dari kebanyakan gadis seusianya!”
Berjalan ke dapur mengambil satu buah pir, beserta piring pisin dan pisau buahnya, kemudian kembali ke tempat di mana ia duduk, … Derian lanjut bercerita seraya memotong buah pir tersebut sampai berbentuk potongan-potongan kelinci, untuk kemudian ditata olehnya di atas piring, … lalu mengasongkannya kepada Qilistaria.
“Kedua orang tua kami telah meninggal lama. Ayah yang merupakan seorang petani dan juga peternak ulung di desa ini, meninggal sewaktu Saya masih berusia belia. Sementara, Ibu kami, … seorang pedagang pasar tradisional yang menjajakan hasil panen Ayah, meninggal karena menderita sakit parah, … di enam tahun yang lalu.”
Terdiam mengatupkan bibirnya secara rapat-rapat, dikarenakan tidak tahu harus bereaksi seperti apa untuk bertindak dengan tepat, Qilistaria … hanya mulai menggerakkan tangannya untuk mengambil asongan potongan buah pir yang Derian berikan itu, setelah sebelumnya Derian kembali menawarkannya dengan disertai oleh sebuah alasan.
“Makanlah ini terlebih dahulu sebelum kita memakan malam. Saya dengar, memakan buah itu, … akan berkhasiat bagus kepada tubuh kita, jika kita memakannya sebelum memakan makanan berat,” ujarnya sewaktu tadi, yang telah berhasil membujuk rasa sungkan Qilistaria, dan juga berupaya untuk menahan rasa lapar pada perut keroncongannya.
“S-su-suamiku, … Sa-saya, ….”
“Huh? Ada apa, Istri? Apa buahnya terlalu masam untuk Anda?” tanya Derian sedikit panik, dikala mendapati Qilistaria berhenti menyuapkan potongan buah pir berbentuk kelinci tersebut.
Menggeleng dengan gerakan yang begitu lemah, Qilistaria membalas ucapan penuh kekhawatiran dari suaminya, … dengan mata yang memandang ke arah mata merah milik Derian, secara menelisik.
Dari tadi, … hanya Derian saja yang berbicara banyak tentangnya, dan juga tentang keluarganya. Bukankah ini saatnya untuk Qilistaria juga, banyak bicara dan membukakan pintu hatinya yang sempat ingin ditutup selama-lamanya itu, agar hubungan mereka berdua bisa jauh lebih dekat lagi?
“Sa-saya ini adalah orang yang kurang pandai bergaul. Penampilan Saya juga tidak secantik adik Saya. Sa-saya bahkan memiliki bentukan tangan yang mengerikan seperti ini.”
“Iya, Saya tahu. Lantas, apa yang jadi permasalahannya, sampai-sampai hal itu tampaknya membuat Anda tidak nyaman?”
Menggulirkan netra kelamnya ke arah tangan yang kini meremas rok gaunnya, Qilistaria pun, … lekas melanjutkan hal yang ingin ia ungkapkan, dari dalam lubuk hatinya yang terdalam.
“Meskipun, Saya memang memiliki penampilan tangan yang buruk rupa begini, tetap saja … kalau boleh jujur, Saya tidak ingin dijauhi, tidak mau dikata-katai, apalagi sampai diumpati, … atau bahkan dilempari dengan batu, kemudian di usir dari pemukiman sini.”
“Ya ampun! Saya mana mungkin akan melakukan hal semacam itu terhadapmu, Istri.”
Qilistaria tahu itu, … yah, Qilistaria yakin akan hal itu, mungkin?
Namun, tetap saja, adakalanya … perasaan setiap orang dapat berubah dengan cepat, semudah membalikkan permukaan koin di atas telapak tangan.
Khawatir yang berlebih, cemas yang menyiksa, … membuat Qilistaria tidak mau langsung begitu saja melabuhkan semua kepercayaannya, terhadap orang yang memang kelihatannya dapat dipercaya.
Dia takut, dia betul-betul merasa takut.
Bagaimana jika orang yang telah ia percayai dengan sepenuh hati itu, … akan menusuknya dari belakang, dan mengkhianatinya juga, sama seperti yang telah ia rasakan dari dulu-dulu?
Momen di mana kita telah dikhianati, oleh orang yang sangat-sangat kita percayai itu, … sungguhlah menyakitkan.
Kau tidak akan pernah bisa memahaminya, jika kau sendiri saja belum pernah mengalaminya.
Yah, itu benar. Memang begitulah adanya, sifat ragu-ragu, keraguan, dan juga meragukan seseorang dari tindak-tanduknya Qilistaria, telah tercipta.
“Sa-saya akan berjuang keras untuk menjadi seseorang yang berguna untuk Anda! Jadi, … jadi, tolong. Sekesal apa pun Anda terhadap Saya, semarah apa pun luapan emosi Anda yang disebabkan oleh Saya, … Saya mohon, … jangan pukul Saya.”
“….”
Memalingkan muka untuk memandangi piring pisin berisikan potongan buah pir di atas meja, agar raut muka sedihnya tak akan terpampang begitu jelas dan dilihat oleh Derian, … Qilistaria betul-betul memaksakan dirinya untuk menundukkan kepalanya dalam beberapa menit … di waktu ini saja.
“Jangan bentak Saya, bersama dengan mengumpati Saya. Terlebih lagi, Saya begitu memohon kepada Anda. Untuk, meminta tolong, agar, ….” Memejamkan matanya, dan mencengkeram erat roknya sampai-sampai membuat buku-buku kukunya memutih, Qilistaria tetap lanjut meminta, “… Jangan buang Saya.”
Beberapa saat terlihat merenung sejenak, untuk meresapi semua maksud dan tujuan dari apa yang Qilistaria ucapkan barusan, … Derian lekas mengakhiri lamunannya. Ia segera menyahuti permohonan dari sang istri berperasaan lemahnya itu, dengan sambutan dan panggilan … yang bersuara lemah nan lembut.
“Istriku,” panggilnya pelan, disertai dengan senyuman tipis yang sangat menawan.
“Memangnya, siapa yang bakalan menyangka, bahwasanya Saya akan membuang Anda? Saya tidak akan melakukan semua hal buruk itu kepada Anda, sungguh.”
Menggeserkan lengannya yang sudah selesai dengan acara memotong buah pir, untuk merayap dan mendekat ke dekat piring pisin yang diletakan di hadapan Qilistaria, … Derian membukakan telapak tangannya, seakan-akan tengah meminta izin kepada Qilistaria untuk membalas asongan tangannya ini, … sama seperti dengan apa yang telah ia lakukan tadi pagi.
“Tidak peduli dengan apa yang orang bicarakan terhadap Saya. Tidak peduli dengan apa yang orang-orang gunjingkan tentang Anda. Saya, Derian Aesundarishta ini, … akan tetap mempertahankan status Saya sekarang, sebagai suami sah Anda.”
Mulai berani mengangkat wajahnya, selepas mendengarkan penuturan yang sangat menenangkan kegelisahan di hatinya, … Qilistaria tampak menjadi sedikit emosional, jika dilihat dari alisnya yang bertaut, mata yang berkaca-kaca, dan bibir yang gemetaran, … yang kemudian segera mengasongkan lengannya untuk dipegang oleh Derian, meski ia pula masih ragu dan merasa takut sendiri.
“Anda tidak akan percaya ini dengan mudah, tentu saja. Akan tetapi, Istri. Asal Anda tahu saja, ya. Saya ini, … betul-betul menyukai Anda dengan serius, dari sejak Saya masih kecil dulu.”
Mengusap punggung tangan Qilistaria, yang berbalut sarung tangan hitam panjang dengan menggunakan ujung ibu jarinya sebentar, … Derian langsung berdiri, mencondongkan tubuhnya ke arah Qilistaria dengan tangan kiri yang menumpu berat tubuhnya di atas meja, … seterusnya menarik sedikit lengan kanan sang istrinya itu agar dapat mendekati wajahnya, … yang kemudian, ia kecup punggung tangan berukuran mungil tersebut, dengan kecupan ringan yang penuh cinta.
“Saya menyukai Anda, dan Saya juga sangat mencintai Anda, Princess Qilistaria.”
Menjauhkan tangan Qilistaria dari wajahnya, agar si putri Duke berambut hitam ini dapat melihat keseriusan di raut mukanya, yang telah kembali dilanda oleh serangan semburat merah yang merona, … lagi-lagi Derian, menyinggungkan senyuman hangatnya, di lanjut dengan mengungkapkan perasaannya, … kepada si tambatan hatinya yang tercinta.
“Karena Anda, … adalah cinta pertama Saya.”
“Karena Anda, adalah cinta pertama Saya.”“Ci … cinta pertama?”“Ya.”Memandang Qilistaria lembut dengan tatapan mata yang penuh arti, Derian kembali menarik punggung tangan istrinya itu, untuk kemudian mengecupnya lagi.“Anda adalah cinta pertama Saya.”Tidak percaya begitu saja dengan pernyataan yang begitu mengejutkan hatinya barusan, Qilistaria segera melontarkan pertanyaan, “Dari sejak kapan, dan … dan, bagaimana bisa?”Menyahuti pertanyaan itu dengan bibir tipisnya yang tak bisa untuk berhenti tersenyum, Derian menjawab, “Dari Saya masih kecil, dan dari pandangan pertama awal Saya berjumpa dengan Anda.”“… Su-sungguh?”“Uh-hum. Saya bertemu dengan Istri untuk pertama kalinya, dan kemudian jatuh cinta pa
“… Anda muncul di depan mata Saya, dengan membawakan sebuah keajaiban, … yang sudah berhasil membuat wajah sembab Saya, kembali dihiasi oleh senyuman yang begitu lebar.”“… Huh?” lirih Qilistaria terbengong, seakan-akan tidak percaya.Merasa masih cukup ragu dengan apa yang barusan didengarkan olehnya, ia lekas bertanya, “Ba-bagaimana bisa?”Seraya melanjutkan kembali apa yang tengah ia kerjakan, Derian pun meneruskan aksi berbagi kenangannya, “Sembari tersenyum manis, Anda datang menghampiri Saya menyerahkan Rifa yang diam menurut untuk bergandengan tangan bersama Anda, dengan mata sehitam jelaga, … yang juga tampak menyorotkan senyuman di balik topeng berbentuk sayap kupu-kupu hitam. Di saat itulah, Saya jatuh cinta untuk pertama kalinya, pada pandangan pertama Saya terhadap Anda.”Qilistaria terdiam. Dia termen
“Nah~ sudah siap.”Berdendang ringan sembari meletakkan panci panas mengepul di tengah meja makan, yang memunculkan bau harumnya aroma masakan sup bening kentang berpotong dadu kecil-kecil, dengan ditambah oleh sedikit lada dan daun bay leaf kering, … dengan perasaan bangga, Derian … sukses mempersembahkan sajian masakan pertama untuk istri yang ia cinta, dengan wajah merah merona.“Se-sebenarnya, Saya tidak terlalu pandai memasak,” jujur Derian dengan malu-malu, mengasongkan semangkuk sup yang sudah ia siapkan sesempurna mungkin, kepada Qilistaria, “Tetapi, … Saya harap, ini akan sesuai dengan selera Anda.”Mengambil sendok dan mengucapkan terima kasih atas makanannya, Qilistaria lekas berdoa sebelum makan.Tak lama kemudian, ia langsung melahap suapan pertama makanannya dengan sedikit canggung, akibat dari terus-menerus diperhatikan oleh Derian.&nb
“Haduh, anak itu, kelakuannya benar-benar. Huh, …?”Derian yang tadinya sedang menggerutu, tiba-tiba saja langsung tersentak begitu mata merah menggoda miliknya, menangkap sesosok Qilistaria yang menundukkan wajah dengan tubuh yang terlihat bergetar akibat dari gemetaran.“I-istri!” serunya panik, bergegas menghampiri Qilistaria dengan tergesa-gesa, “Tidak apa-apa, Istri. Tidak apa-apa,” hibur Derian berusaha menenangkan, dengan duduk berjongkok di samping kursi Qilistaria.Sementara, untuk Qilistaria sendiri. Tampaknya ia tak bisa mendengar apa pun yang dikatakan oleh Derian sekarang. Dikarenakan, di dalam pikirannya saat ini … rupa-rupanya telah dipenuhi oleh berbagai macam terkaan buruk, yang cukup menyakitkan perasaan.Selesai sudah. Rifa membencinya.Tatapan itu, emosi yang terkandung di dalam mata merah yang mena
“Istri, Anda mau makan apa hari ini?”Hari ini, Derian begitu perhatian terhadap istrinya lagi.….“Istri, ada satu buket bunga mawar merah yang ingin dicium olehmu. Apa Anda tidak mendengarkan, bahwa bunga-bunga mawar ini mengatakan, 'Aku mencintaimu selalu', hm?”Di keesokan hari, ia memberikan bunga mawar merah memesona, yang ditanam dan dibesarkan dari sejak masih benih, … oleh adiknya sendiri.….“Istri, mau berjalan-jalan sore bersama Saya ke pematang ladang, untuk melihat matahari terbenam?”Lusa hari, ia mengajak istrinya, Qilistaria, untuk jalan-jalan.….Begitu saja terus, sampai seminggu telah berlalu semenjak Qilistaria datang kemari.Hal itu, membuat Rifa yang kesal ketika melihat gelagat kakaknya yang
“Ah, terima kasih, Rifa.”Derian merasa senang.Dia mengambil asongan bekal makan siang yang adiknya bungkusan untuk di makan di ladang nanti, kemudian mengalihkan pandangannya ke sang istri yang juga ikut mengantarkannya sampai ke teras depan.“Istri, Saya pergi dulu,” pamitnya, yang dibalas dengan anggukan kecil dari Qilistaria.Tak enak karena hanya mengangguk, Qilistaria pun segera bersuara, “Hati-hati di jalan, Suami.”Memberangkatkan diri dengan langkah yang ringan dan hati yang terasa riang, Derian pergi meninggalkan Rifa dan Qilistaria, … yang tengah berdiri bersebelahan di teras rumah dengan perasaan yang tidak nyaman.“Anda pasti merasa senang sekali ya, dimanjakan sampai sebegitunya selayaknya seorang Tuan Putri,” celetuk Rifa tiba-tiba, masuk ke dalam rumah dengan diikuti oleh sang kakak ipar.Duduk di kursi meja makan dengan kaki yang bertumpang, Rifa melanjutkan, “Ah, tidak. Saya salah. Memang nyatanya benar, bahwa Anda adalah seorang Putri. Anda itu kan, … merupakan ana
“Apakah Anda sedang menyapu sekarang?”Berdiri di ambang pintu keluar dengan tangan yang berpangku di depan dada, beserta bahu yang bersandar pada bibir pintu, … Rifa melihat Qilistaria menyapu rumah menggunakan gerakannya yang kaku sekarang, dengan pandangan bosan.“I-iya," sahut Qilistaria, menjawab dengan gagap pertanyaan tersebut.Apakah caranya menyapu ini salah? Tetapi, seingatnya, ia sering kali melihat Rifa menyapu rumah dengan cara seperti ini. Dengan memegang ujung sapu menggunakan kedua tangan, lalu menggerakkannya secara berulang-ulang ke tempat yang ingin disapu, … seterusnya membuang hasil sapuan ke satu tempat yang ingin dituju sebagai tempat membuang debu.“Jika ingin menyapu, maka sekalian menyapu secara bersih. Pastikan Anda menyapu bagian bawah dari benda-benda yang sekiranya ada di lantai, dengan mengangkatnya sebentar.”Rifa mendemonstrasikan omongannya itu dengan mengangkat atau menggeser benda-benda yang ada di lantai sebentar, yang kemudian segera disapu oleh
“Wow.”Pagi hari tiba, Rifa sudah disuguhi oleh kedua sejoli pasangan suami-istri, yang sedang bermesraan secara tidak langsung dengan beralasan mengerjakan pelatihan memasak.“Pemandangan macam apa ini?”Mata merah Rifa menangkap sang kakak tersayangnya, melabuhkan telapak tangan di punggung tangan sang kakak ipar, … yang saat ini diajarkan memegangi pisau dengan benar untuk memotong-motong bahan makanan.“Ah! R-rifa! B-begini, … I-ian memenuhi permintaanku untuk mengajariku cara memasak.”“Qilia sudah meminta tolong kepada Kakak, jadi Kakak harus segera memenuhi permintaannya.”Ian? Qilia? Woah, cepat sekali.Apa kakak iparnya itu sebegitu ingin dekatnya dengan dirinya, sampai-sampai berusaha untuk melakukan segala hal yang ia katakan?“Haaah~ minggir.” Rifa berjalan menghampiri, menyepak Derian tuk menyingkir dari sisi Qilistaria, lalu mendelik si laki-laki berambut dan bermata serupa seperti kopiannya itu dengan tatapan sinis.“Kalau mau belajar memasak, sekalian kepada ahlinya sa
“Yurish, ada apa ini?! Kita mau ke mana?!”“Kita akan pulang!”“Tapi kenapa kita harus terburu-buru?”“Ikuti saja aku dan …!”“…!”DAKKK!“Ackk?!”Meringis sakit karena ia yang tadinya berlari mengikuti Yurish tiba-tiba mendapatkan mukanya terkantuk badan pemuda di hadapan, … Rifa merutuk kepada si pemuda pengajak berlari yang kini mendadak berhenti.“Apa yang—?!”“…!”Terenyak melihat Yurish mematung dengan mata birunya mengosong, si gadis yang tak lain ialah Rifa Aesundarishta itu, ikut mengarahkan sorot pandangnya ke tempat yang dilihati oleh pemuda tersebut.KLAP! KLAP! KLAP!Apa yang aneh dengan melintasnya kereta kuda mewah dengan seorang aristokrat tingkat tinggi jika dilihat dari rambut putih peraknya, … sampai-sampai Yurish yang masih mematung di tempatnya saat ini mendapatkan tubuh gemetaran lagi seperti sudah bernafas?“Yurish?”Ah, sungguh.“Yurish, hei!”Rifa benar-benar tidak dapat memahami isi kepala milik pria muda ini.“Kau dengar aku tid—?!”“—RUMAH!?”“… Eh?”Dibuat
“Istri ….”Sebetulnya, Qilistaria memang merasakan betapa tidak nyamannya ia sewaktu sang suami mendiamkannya di beberapa hari yang lalu.Akan tetapi, aneh sekali.“… Bisakah kita berbicara sebentar?”Entah mengapa, sewaktu suaminya itu kembali berniat untuk berbicara dengannya lagi, Qilistaria justru merasa rasa tidak nyamannya itu semakin memuncak.Apa ya, yang menyebabkan hatinya resah begitu, tatkala dipanggil dengan nada rendah oleh Derian Aesundarishta, … si pria berstatus suami sahnya tersebut, segera setelah mereka melihat kepergian putra mahkota dari meninggalkan rumah sederhana ini?“Apa yang hendak kita bicarakan, ….”Menolehkan kepala secara lambat dan membalikkan badan secara perlahan, … sembari menguatkan perasaannya yang gemetaran, Qilistaria menghapus bening-bening air mata yang mulai membentuk kaca-kaca bening di manik hitam mengkilapnya ini.“… Suami?”Apakah ini karena perasaannya yang sensitif, atau karena suasana ini agak menegangkan sewaktu orang yang tadinya men
“Selamat ulang tahun~!”Suara nyanyian menyelamati terdengar.“Selamat ulang tahun~!”Terdengar di mulai dari seorang putri berusia 15 tahun, lebih tua tiga tahun dari orang yang tengah berulang tahun sekarang.“Selamat ulang tahun Yurishien~!”Merambat ke lima pangeran dan enam putri yang berstatus sebagai saudara dan saudari tiri, … mengelilingi Yurishien Van Gupenhileum yang tertawa bahagia.“Selamat ulang~ tahun!”Dia tertawa dan cekikikan bersama saudara-saudarinya secara akrab. Jauh dari kata saudara tiri, … pasti tidak jauh dari tebakan akan saling bermusuhan.“Ini, … Yurish.”Semuanya tampak nyaman dan aman-aman saja.Segalanya damai begitu, seperti itu, yah.“Hadiah dari kami.”Namun, segera setelah Yurish membuka kotak hadiah besar yang diberikan kakak perempuannya, Putri Katilya Alexetiozia Van Gupenhileum, … seluruh kenangan yang seharusnya ia ingat sebagai hal-hal manis ini, mendadak menjadi horor.DEG!“…!”Mata biru Yurish melebar. Bergetar bersama nafas beratnya yang
“….”Memandang sendu badan bagian belakang Derian yang memunggunginya saat mereka tidur dalam satu ranjang yang sama seperti ini, … Qilistaria bergumam dalam hati.Ah, dia tidak menyukainya.Suasana baru yang tak begitu cocok dengan perasaan sensitifnya ini, Qilistaria begitu membencinya.“Ian.”“….”Lihatlah.Meski suaranya sudah dikeluarkan untuk memanggil nama sang pujangga hati, orang yang biasanya akan langsung menoleh, … meski yang dikeluarkannya barusan itu adalah bisikkan pelan dan meski dia sedang dalam tidur yang lelap sekali pun, … kini hanya terdiam.Tak bergerak, atau pula berbicara banyak.GRTT~Sedih, kecewa, akan tetapi merasa bingung juga, … itulah yang saat ini Qilistaria rasa.Mencengkeram dengan erat seprai ranjang mereka dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat, perempuan bermata dan berambut hitam obsidian itu pun, sekali lagi … bergumam pelan sendiri.“Aku salah apa?”Suaranya terdengar begitu parau dan bergetar, tetapi di sisi lain, suaranya ini seperti sengaja dit
D-DANG!“….”“Apa yang—?”PROK-PROKK!“…!”Terkejut, melongo, kebingungan, serta terheran-heran atas aksi seorang pria paruh baya berkumis melinting di halaman depan rumah, … gadis berambut dan bermata merah, Rifa Ririan, yang menyembunyikan kakak iparnya, Qilistaria Aesundarishta di belakang punggung, … mengedutkan alisnya kesal.“My love—!”—PLAKK!Dengan sewot, gadis bar-bar ini menggeplak tangan pria tersebut, yang ternyata memiliki status sebagai tengkulak di daerah pusat pedesaan sana, tatkala berusaha menggapai sedikitnya ujung helai rambut Qilistaria.“Kakak ipar Saya ini sudah menikah dengan Kakak laki-laki Saya.”Maksud dari Rifa membeberkan informasi sederhana barusan ialah, … untuk memundurkan niatan pria songong tersebut dalam mengajak kakak iparnya tersebut tuk pergi dari keluarga Aesundarishta, dan masuk ke keluarga pria itu sebagai selirnya yang ke sekian, … dengan iming-iming persembahan emas juga permata.“Anda jangan seenaknya bersikap lancang begini dong~!"GYUT!M
TRAK!“Hei, apa kau mempercayai apa yang anak ingusan itu omongkan, terkait adanya wanita yang sangat cantik di hutan?”TRAKK!“Kudengar, lokasi tempat tinggalnya ada di dalam hutan sekitar sini ya?”TRAKKK!“Ceh, ucapan anak ingusan sepertinya untuk apa dipercaya? Paling-paling, itu hanya omong kosong untuk menarik perhatian banyak orang saja.”Tiga pria yang sedang menebang kayu untuk dijadikan olahan kerajinan, tengah berbincang.Mereka membicarakan tentang perempuan dalam rumor yang akhir-akhir ini meledak di pedesaan, yang katanya memiliki pesona luar biasa dengan paras cantiknya, tubuh moleknya, juga kebeningan kulit akan putih bersih sampai-sampai garis-garis hijau dari uratnya, … terlihat dengan samar.“Tapi kan, ada yang bilang kalau anak kecil itu tidak pernah bohong.”“Kata siapa tidak pernah bohong? Mereka pernah bohong saat ingin menyembunyikan sesuatu karena takut dimarahi oleh orang tuanya.”“Bukan yang itu. Maksudku, mereka tidak akan bohong terkait menilai penampilan
“… Huh?”Tunggu sebentar.“Itu benar, Rifa.”Pagi-pagi hari sekali sewaktu hendak menyantap sarapan yang telah siap sedia di meja makan, mendapatkan satu pemberitahuan yang disampaikan oleh kakak laki-laki serta kakak iparnya secara mengagetkan, anak gadis yang mendadak kaku pergerakannya, … menatapkan mata berkaca-kaca kepada orang tertentu di hadapan.“Kutukanku telah hilang.”TES!“…!”Bulir-bulir air mata tanpa disadari telah tercipta.Tercipta untuk muncul secara beruntun menuruni pipi Rifa yang bersemu merah, dengan alis yang mengerut haru. “Sungguh?”Dia bertanya seperti itu hanya untuk memastikan, apakah yang didengarnya benar-benar betulan atau bukan?Kemudian, tanpa menanti waktu yang lama ….“Ya!"… Gadis berambut merah itu menerima rentangan tangan kakak ipar, Qilistaria, yang mengenakan pakaian tanpa lengan dengan tidak mengenakan sarung tangan seperti biasa … seolah-olah memang ingin menunjukkan bahwa kutukannya sungguhan telah pupus.“Lihatlah. Aku—!”—BRUKK!Belum sem
CHUU~!Kecupan-kecupan singkat dilabuhkan.Derian yang menengadahkan wajahnya dan menangkup kedua pipi Qilistaria yang menundukkan kepala kepadanya itu, perlahan-lahan mulai menaikkan durasi kecupan.Secara lambat tetapi khidmat, pria itu mulai mengalirkan banyak tenaga di tangannya untuk mendorong serta membaringkan dengan pelan tubuh sang istri, … supaya wanita yang mulai berpartisipasi dalam memperdalam ciuman mereka itu melalui cara mengalungkan tangan di leher, mendarat di atas empuknya permukaan ranjang dengan aman dan nyaman. “Uhn~”Ah, betapa rindunya hati milik mereka berdua, akan sentuhan mesra yang sangat candu dan dapat memabukkan ini.Seingat mereka, kapan terakhir kali keduanya menjalankan malam yang berlangsung dengan panas itu? Setelah malam pertama?Well, itu terbilang cukup lama untuk sepasang kekasih yang tengah kasmaran, bukan?“….”Melepas pagutan sejenak, kedua sejoli yang mengambil nafas dan mengaturnya supaya tidak tergesa-gesa atau pula terburu-buru itu, … ki
-“Jangan sentuh Mirabella dengan tanganmu! Kau, dasar orang yang terkutuk!”-Kau tahu, itu sangat sukar untuk didengar di telinga Qilistaria kecil yang terdohok atas perkataan kasar ayahnya, terkait melarangnya supaya jangan mendekati sang adik sama sekali.Jangankan untuk menyentuhnya, baru mau menjangkaunya saja, ia sudah dilarang begitu keras.-“Apa yang sudah kau lakukan sampai-sampai kutukanmu itu semakin menyebar luas, huh?!”-Jika Qilistaria mengetahui apa penyebab dari kutukan di tangan sebatas pergelangannya kian menyebar sampai siku, dia pun pasti tidak akan merasa sangat kebingungan.-“Pergi ke kamarmu dan diam saja di sana!”--“Kau membuatku malu karena sudah melahirkan tumpukkan kutukan tak berguna sepertimu, Qilistaria.”-Dibayang-bayangi oleh kekecewaan ayah dan ibunya terkait kutukan pada tubuhnya, yang ia saja tidak menginginkannya sama sekali jika memang dirinya ditawari pilihan semacam itu, … gadis muda berusia 13 tahun tersebut pun, pergi menyibukkan kekosongan hat