“Rambutnya berwarna merah sama seperti milik Saya, dengan ujung helaian yang sedikit bergelombang, juga memiliki kepanjangan yang sepanjang dada. Matanya pula, memiliki manik merah sama seperti milik Saya juga! Dia memiliki kelopak mata ganda alami, sehingga membuat matanya tampak lebih besar dan bulat, dari kebanyakan gadis seusianya!”
Berjalan ke dapur mengambil satu buah pir, beserta piring pisin dan pisau buahnya, kemudian kembali ke tempat di mana ia duduk, … Derian lanjut bercerita seraya memotong buah pir tersebut sampai berbentuk potongan-potongan kelinci, untuk kemudian ditata olehnya di atas piring, … lalu mengasongkannya kepada Qilistaria.
“Kedua orang tua kami telah meninggal lama. Ayah yang merupakan seorang petani dan juga peternak ulung di desa ini, meninggal sewaktu Saya masih berusia belia. Sementara, Ibu kami, … seorang pedagang pasar tradisional yang menjajakan hasil panen Ayah, meninggal karena menderita sakit parah, … di enam tahun yang lalu.”
Terdiam mengatupkan bibirnya secara rapat-rapat, dikarenakan tidak tahu harus bereaksi seperti apa untuk bertindak dengan tepat, Qilistaria … hanya mulai menggerakkan tangannya untuk mengambil asongan potongan buah pir yang Derian berikan itu, setelah sebelumnya Derian kembali menawarkannya dengan disertai oleh sebuah alasan.
“Makanlah ini terlebih dahulu sebelum kita memakan malam. Saya dengar, memakan buah itu, … akan berkhasiat bagus kepada tubuh kita, jika kita memakannya sebelum memakan makanan berat,” ujarnya sewaktu tadi, yang telah berhasil membujuk rasa sungkan Qilistaria, dan juga berupaya untuk menahan rasa lapar pada perut keroncongannya.
“S-su-suamiku, … Sa-saya, ….”
“Huh? Ada apa, Istri? Apa buahnya terlalu masam untuk Anda?” tanya Derian sedikit panik, dikala mendapati Qilistaria berhenti menyuapkan potongan buah pir berbentuk kelinci tersebut.
Menggeleng dengan gerakan yang begitu lemah, Qilistaria membalas ucapan penuh kekhawatiran dari suaminya, … dengan mata yang memandang ke arah mata merah milik Derian, secara menelisik.
Dari tadi, … hanya Derian saja yang berbicara banyak tentangnya, dan juga tentang keluarganya. Bukankah ini saatnya untuk Qilistaria juga, banyak bicara dan membukakan pintu hatinya yang sempat ingin ditutup selama-lamanya itu, agar hubungan mereka berdua bisa jauh lebih dekat lagi?
“Sa-saya ini adalah orang yang kurang pandai bergaul. Penampilan Saya juga tidak secantik adik Saya. Sa-saya bahkan memiliki bentukan tangan yang mengerikan seperti ini.”
“Iya, Saya tahu. Lantas, apa yang jadi permasalahannya, sampai-sampai hal itu tampaknya membuat Anda tidak nyaman?”
Menggulirkan netra kelamnya ke arah tangan yang kini meremas rok gaunnya, Qilistaria pun, … lekas melanjutkan hal yang ingin ia ungkapkan, dari dalam lubuk hatinya yang terdalam.
“Meskipun, Saya memang memiliki penampilan tangan yang buruk rupa begini, tetap saja … kalau boleh jujur, Saya tidak ingin dijauhi, tidak mau dikata-katai, apalagi sampai diumpati, … atau bahkan dilempari dengan batu, kemudian di usir dari pemukiman sini.”
“Ya ampun! Saya mana mungkin akan melakukan hal semacam itu terhadapmu, Istri.”
Qilistaria tahu itu, … yah, Qilistaria yakin akan hal itu, mungkin?
Namun, tetap saja, adakalanya … perasaan setiap orang dapat berubah dengan cepat, semudah membalikkan permukaan koin di atas telapak tangan.
Khawatir yang berlebih, cemas yang menyiksa, … membuat Qilistaria tidak mau langsung begitu saja melabuhkan semua kepercayaannya, terhadap orang yang memang kelihatannya dapat dipercaya.
Dia takut, dia betul-betul merasa takut.
Bagaimana jika orang yang telah ia percayai dengan sepenuh hati itu, … akan menusuknya dari belakang, dan mengkhianatinya juga, sama seperti yang telah ia rasakan dari dulu-dulu?
Momen di mana kita telah dikhianati, oleh orang yang sangat-sangat kita percayai itu, … sungguhlah menyakitkan.
Kau tidak akan pernah bisa memahaminya, jika kau sendiri saja belum pernah mengalaminya.
Yah, itu benar. Memang begitulah adanya, sifat ragu-ragu, keraguan, dan juga meragukan seseorang dari tindak-tanduknya Qilistaria, telah tercipta.
“Sa-saya akan berjuang keras untuk menjadi seseorang yang berguna untuk Anda! Jadi, … jadi, tolong. Sekesal apa pun Anda terhadap Saya, semarah apa pun luapan emosi Anda yang disebabkan oleh Saya, … Saya mohon, … jangan pukul Saya.”
“….”
Memalingkan muka untuk memandangi piring pisin berisikan potongan buah pir di atas meja, agar raut muka sedihnya tak akan terpampang begitu jelas dan dilihat oleh Derian, … Qilistaria betul-betul memaksakan dirinya untuk menundukkan kepalanya dalam beberapa menit … di waktu ini saja.
“Jangan bentak Saya, bersama dengan mengumpati Saya. Terlebih lagi, Saya begitu memohon kepada Anda. Untuk, meminta tolong, agar, ….” Memejamkan matanya, dan mencengkeram erat roknya sampai-sampai membuat buku-buku kukunya memutih, Qilistaria tetap lanjut meminta, “… Jangan buang Saya.”
Beberapa saat terlihat merenung sejenak, untuk meresapi semua maksud dan tujuan dari apa yang Qilistaria ucapkan barusan, … Derian lekas mengakhiri lamunannya. Ia segera menyahuti permohonan dari sang istri berperasaan lemahnya itu, dengan sambutan dan panggilan … yang bersuara lemah nan lembut.
“Istriku,” panggilnya pelan, disertai dengan senyuman tipis yang sangat menawan.
“Memangnya, siapa yang bakalan menyangka, bahwasanya Saya akan membuang Anda? Saya tidak akan melakukan semua hal buruk itu kepada Anda, sungguh.”
Menggeserkan lengannya yang sudah selesai dengan acara memotong buah pir, untuk merayap dan mendekat ke dekat piring pisin yang diletakan di hadapan Qilistaria, … Derian membukakan telapak tangannya, seakan-akan tengah meminta izin kepada Qilistaria untuk membalas asongan tangannya ini, … sama seperti dengan apa yang telah ia lakukan tadi pagi.
“Tidak peduli dengan apa yang orang bicarakan terhadap Saya. Tidak peduli dengan apa yang orang-orang gunjingkan tentang Anda. Saya, Derian Aesundarishta ini, … akan tetap mempertahankan status Saya sekarang, sebagai suami sah Anda.”
Mulai berani mengangkat wajahnya, selepas mendengarkan penuturan yang sangat menenangkan kegelisahan di hatinya, … Qilistaria tampak menjadi sedikit emosional, jika dilihat dari alisnya yang bertaut, mata yang berkaca-kaca, dan bibir yang gemetaran, … yang kemudian segera mengasongkan lengannya untuk dipegang oleh Derian, meski ia pula masih ragu dan merasa takut sendiri.
“Anda tidak akan percaya ini dengan mudah, tentu saja. Akan tetapi, Istri. Asal Anda tahu saja, ya. Saya ini, … betul-betul menyukai Anda dengan serius, dari sejak Saya masih kecil dulu.”
Mengusap punggung tangan Qilistaria, yang berbalut sarung tangan hitam panjang dengan menggunakan ujung ibu jarinya sebentar, … Derian langsung berdiri, mencondongkan tubuhnya ke arah Qilistaria dengan tangan kiri yang menumpu berat tubuhnya di atas meja, … seterusnya menarik sedikit lengan kanan sang istrinya itu agar dapat mendekati wajahnya, … yang kemudian, ia kecup punggung tangan berukuran mungil tersebut, dengan kecupan ringan yang penuh cinta.
“Saya menyukai Anda, dan Saya juga sangat mencintai Anda, Princess Qilistaria.”
Menjauhkan tangan Qilistaria dari wajahnya, agar si putri Duke berambut hitam ini dapat melihat keseriusan di raut mukanya, yang telah kembali dilanda oleh serangan semburat merah yang merona, … lagi-lagi Derian, menyinggungkan senyuman hangatnya, di lanjut dengan mengungkapkan perasaannya, … kepada si tambatan hatinya yang tercinta.
“Karena Anda, … adalah cinta pertama Saya.”
“Karena Anda, adalah cinta pertama Saya.”“Ci … cinta pertama?”“Ya.”Memandang Qilistaria lembut dengan tatapan mata yang penuh arti, Derian kembali menarik punggung tangan istrinya itu, untuk kemudian mengecupnya lagi.“Anda adalah cinta pertama Saya.”Tidak percaya begitu saja dengan pernyataan yang begitu mengejutkan hatinya barusan, Qilistaria segera melontarkan pertanyaan, “Dari sejak kapan, dan … dan, bagaimana bisa?”Menyahuti pertanyaan itu dengan bibir tipisnya yang tak bisa untuk berhenti tersenyum, Derian menjawab, “Dari Saya masih kecil, dan dari pandangan pertama awal Saya berjumpa dengan Anda.”“… Su-sungguh?”“Uh-hum. Saya bertemu dengan Istri untuk pertama kalinya, dan kemudian jatuh cinta pa
“… Anda muncul di depan mata Saya, dengan membawakan sebuah keajaiban, … yang sudah berhasil membuat wajah sembab Saya, kembali dihiasi oleh senyuman yang begitu lebar.”“… Huh?” lirih Qilistaria terbengong, seakan-akan tidak percaya.Merasa masih cukup ragu dengan apa yang barusan didengarkan olehnya, ia lekas bertanya, “Ba-bagaimana bisa?”Seraya melanjutkan kembali apa yang tengah ia kerjakan, Derian pun meneruskan aksi berbagi kenangannya, “Sembari tersenyum manis, Anda datang menghampiri Saya menyerahkan Rifa yang diam menurut untuk bergandengan tangan bersama Anda, dengan mata sehitam jelaga, … yang juga tampak menyorotkan senyuman di balik topeng berbentuk sayap kupu-kupu hitam. Di saat itulah, Saya jatuh cinta untuk pertama kalinya, pada pandangan pertama Saya terhadap Anda.”Qilistaria terdiam. Dia termen
“Nah~ sudah siap.”Berdendang ringan sembari meletakkan panci panas mengepul di tengah meja makan, yang memunculkan bau harumnya aroma masakan sup bening kentang berpotong dadu kecil-kecil, dengan ditambah oleh sedikit lada dan daun bay leaf kering, … dengan perasaan bangga, Derian … sukses mempersembahkan sajian masakan pertama untuk istri yang ia cinta, dengan wajah merah merona.“Se-sebenarnya, Saya tidak terlalu pandai memasak,” jujur Derian dengan malu-malu, mengasongkan semangkuk sup yang sudah ia siapkan sesempurna mungkin, kepada Qilistaria, “Tetapi, … Saya harap, ini akan sesuai dengan selera Anda.”Mengambil sendok dan mengucapkan terima kasih atas makanannya, Qilistaria lekas berdoa sebelum makan.Tak lama kemudian, ia langsung melahap suapan pertama makanannya dengan sedikit canggung, akibat dari terus-menerus diperhatikan oleh Derian.&nb
“Haduh, anak itu, kelakuannya benar-benar. Huh, …?”Derian yang tadinya sedang menggerutu, tiba-tiba saja langsung tersentak begitu mata merah menggoda miliknya, menangkap sesosok Qilistaria yang menundukkan wajah dengan tubuh yang terlihat bergetar akibat dari gemetaran.“I-istri!” serunya panik, bergegas menghampiri Qilistaria dengan tergesa-gesa, “Tidak apa-apa, Istri. Tidak apa-apa,” hibur Derian berusaha menenangkan, dengan duduk berjongkok di samping kursi Qilistaria.Sementara, untuk Qilistaria sendiri. Tampaknya ia tak bisa mendengar apa pun yang dikatakan oleh Derian sekarang. Dikarenakan, di dalam pikirannya saat ini … rupa-rupanya telah dipenuhi oleh berbagai macam terkaan buruk, yang cukup menyakitkan perasaan.Selesai sudah. Rifa membencinya.Tatapan itu, emosi yang terkandung di dalam mata merah yang mena
“Istri, Anda mau makan apa hari ini?”Hari ini, Derian begitu perhatian terhadap istrinya lagi.….“Istri, ada satu buket bunga mawar merah yang ingin dicium olehmu. Apa Anda tidak mendengarkan, bahwa bunga-bunga mawar ini mengatakan, 'Aku mencintaimu selalu', hm?”Di keesokan hari, ia memberikan bunga mawar merah memesona, yang ditanam dan dibesarkan dari sejak masih benih, … oleh adiknya sendiri.….“Istri, mau berjalan-jalan sore bersama Saya ke pematang ladang, untuk melihat matahari terbenam?”Lusa hari, ia mengajak istrinya, Qilistaria, untuk jalan-jalan.….Begitu saja terus, sampai seminggu telah berlalu semenjak Qilistaria datang kemari.Hal itu, membuat Rifa yang kesal ketika melihat gelagat kakaknya yang
“Ah, terima kasih, Rifa.”Derian merasa senang.Dia mengambil asongan bekal makan siang yang adiknya bungkusan untuk di makan di ladang nanti, kemudian mengalihkan pandangannya ke sang istri yang juga ikut mengantarkannya sampai ke teras depan.“Istri, Saya pergi dulu,” pamitnya, yang dibalas dengan anggukan kecil dari Qilistaria.Tak enak karena hanya mengangguk, Qilistaria pun segera bersuara, “Hati-hati di jalan, Suami.”Memberangkatkan diri dengan langkah yang ringan dan hati yang terasa riang, Derian pergi meninggalkan Rifa dan Qilistaria, … yang tengah berdiri bersebelahan di teras rumah dengan perasaan yang tidak nyaman.“Anda pasti merasa senang sekali ya, dimanjakan sampai sebegitunya selayaknya seorang Tuan Putri,” celetuk Rifa tiba-tiba, masuk ke dalam rumah dengan diikuti oleh sang kakak ipar.Duduk di kursi meja makan dengan kaki yang bertumpang, Rifa melanjutkan, “Ah, tidak. Saya salah. Memang nyatanya benar, bahwa Anda adalah seorang Putri. Anda itu kan, … merupakan ana
“Apakah Anda sedang menyapu sekarang?”Berdiri di ambang pintu keluar dengan tangan yang berpangku di depan dada, beserta bahu yang bersandar pada bibir pintu, … Rifa melihat Qilistaria menyapu rumah menggunakan gerakannya yang kaku sekarang, dengan pandangan bosan.“I-iya," sahut Qilistaria, menjawab dengan gagap pertanyaan tersebut.Apakah caranya menyapu ini salah? Tetapi, seingatnya, ia sering kali melihat Rifa menyapu rumah dengan cara seperti ini. Dengan memegang ujung sapu menggunakan kedua tangan, lalu menggerakkannya secara berulang-ulang ke tempat yang ingin disapu, … seterusnya membuang hasil sapuan ke satu tempat yang ingin dituju sebagai tempat membuang debu.“Jika ingin menyapu, maka sekalian menyapu secara bersih. Pastikan Anda menyapu bagian bawah dari benda-benda yang sekiranya ada di lantai, dengan mengangkatnya sebentar.”Rifa mendemonstrasikan omongannya itu dengan mengangkat atau menggeser benda-benda yang ada di lantai sebentar, yang kemudian segera disapu oleh
“Wow.”Pagi hari tiba, Rifa sudah disuguhi oleh kedua sejoli pasangan suami-istri, yang sedang bermesraan secara tidak langsung dengan beralasan mengerjakan pelatihan memasak.“Pemandangan macam apa ini?”Mata merah Rifa menangkap sang kakak tersayangnya, melabuhkan telapak tangan di punggung tangan sang kakak ipar, … yang saat ini diajarkan memegangi pisau dengan benar untuk memotong-motong bahan makanan.“Ah! R-rifa! B-begini, … I-ian memenuhi permintaanku untuk mengajariku cara memasak.”“Qilia sudah meminta tolong kepada Kakak, jadi Kakak harus segera memenuhi permintaannya.”Ian? Qilia? Woah, cepat sekali.Apa kakak iparnya itu sebegitu ingin dekatnya dengan dirinya, sampai-sampai berusaha untuk melakukan segala hal yang ia katakan?“Haaah~ minggir.” Rifa berjalan menghampiri, menyepak Derian tuk menyingkir dari sisi Qilistaria, lalu mendelik si laki-laki berambut dan bermata serupa seperti kopiannya itu dengan tatapan sinis.“Kalau mau belajar memasak, sekalian kepada ahlinya sa
“Huff, …! Haah~!”Yurish mengambil nafas dan mengembuskannya secara berulang kali, dengan pasrah.Dia menempatkan kedua sikunya tuk bertumpu pada pagar balkon yang terbuat dari beton, dan menengadahkan wajahnya ke arah langit malam bertabur bintang-bintang yang berkelap-kelip dengan sangat bercahaya.Suasana aman dan tenang sekali.Sampai, ….KLOTAK!… Suara sepatu hak tinggi yang berhenti selepas membuka pintu balkon ini, menginterupsi kedamaian yang tengah Yurish nikmati.“….”“….”Di bawah cahaya rembulan yang lebih menyorot dibandingkan biasanya, Yurish dan pemilik sepatu yang menghasilkan suara nyaring pada barusan itu, … saling bertatap muka.Sorot mata mereka yang berbeda warna, berserobok satu sama lain secara intens.Merasa ada yang perlu dibicarakan oleh perempuan yang dilihat-lihat, memiliki mata sedikit membengkak akibat sudah menangiskan
KRIETT!“…!”“…!”Suara gerbang raksasa yang terbuka secara perlahan itu, mengejutkan sepasang kakak-beradik yang masih memusatkan perhatian dan arah gerak dari tubuh mereka kepada raja di hadapan, supaya tersentak hebat.Mereka berdua yang masih belum memiliki keberanian untuk membalikkan diri dan melihat akan siapa gerangan orang yang muncul dari pintu besar tersebut secara jelas, … lebih memilih untuk mengepalkan tangan masing-masing, dan meneguk ludah kegugupan.“…?”Berbeda dengan kedua orang berambut merah yang mengapit dirinya dari sisi kiri dan kanan, Kairyuuki, … bocah kecil berambut hitam itu bertingkah mewakili.Dia lekas melepaskan pegangan tangan dari sang ayah untuk pergi berlari ke arah orang yang tengah berjalan menghampiri, seraya meneriakkan sesuatu.“Ibu~!”Sebuah panggilan.“Ryuuki~!”DEG!Seperti jantu
“Dengarkanlah! Ini adalah dekret dari His Majesty!”ZRAK!“Atas beralihnya pemerintahan selepas mendiang raja terdahulu kalah dalam perebutan kekuasaan, kalian berdua, mantan Ratu Kerajaan Gupenhileum, Putri Mirabella, serta yang terhormat, Ibu Suri, … akan diasingkan ke tempat asal kalian berada.”Satu orang ksatria yang dikawal oleh dua bawahannya, kini bisa dengan bangganya mengenakan baju zirah berlambang bunga kamelia, membukakan dan membacakan isi dari gulungan surat secara saksama.“Jangan pernah berpikiran bahwa kalian berdua, masih memiliki kesempatan untuk menempati istana Kerajaan Camerine ini lebih lama lagi. Jika kalian berdua masih ingin menjalani hidup dengan tenang, maka, pergilah sekarang.”Seminggu telah berlalu semenjak hari besar itu.Kini, para ksatria kecil yang merasa dahulu mereka tidak terlalu berguna bagi kerajaan, … justru tengah disibukkan ke sana kemari tuk mendatangi setiap r
“Berita panas! Berita panas!”“…?”“Berita panas dari istana! Siapa yang mau dengar?”Seorang anak kecil yang mondar-mandir di depan restoran sembari berteriak-teriak demikian, berhasil menyita perhatian Rifa untuk keluar meninggalkan Ryuuki di dalam restoran, dan mencari tahu apa yang tengah heboh.“Berita panas! Berita panas!”Anak yang berteriak-teriak itu berhasil mengumpulkan orang lain, selain dari Rifa.Mereka berkumpul membentuk lingkaran besar terlebih dahulu, barulah si anak melanjutkan cerita.“Raja tirani itu … dia sudah berhasil dikudeta!”“Apa?!”“Yang benar?!”'”Itu benar! Dia dikudeta oleh Pangeran Yurishien!”Semuanya menjadi heboh.Bahkan, Rifa sendiri pun membelalakkan matanya dengan lebar.“Yurishien? Bukankah dia pangeran yang telah lama mati bersama dengan ibu dan semua saudaranya, baik yang
SRING!“Grrk! Urghh!”“…?!”Felaise terkejut bukan kepalang, begitu pedang yang hendak ia tusukkan sekuat tenaga supaya bisa menembus dada Yurish yang tertutup baju zirah, dipegang dan ditahan langsung oleh kedua telapak tangan.Tak ayal, itu membuat telapak tangan berbalut sarung tangan besi tersebut, menimbulkan suara terkikis yang membuat gigi terasa linu.Hal ini semakin membuat keadaan di antara mereka semakin sengit, di mana saudara tiri yang berbagi paras serupa itu saling bertatapan muka dalam jarak yang sangat dekat.“Cukup sekali …! Aku …!” Yurish mengernyit dan menggemeretukkan giginya kuat-kuat.Dia berusaha sekeras mungkin, agar pedang yang ditahannya dari menusuk dada itu supaya terdorong menjauh.Namun, ia adalah pengguna tangan kanan, sedangkan … tangan dominannya ini sedangkan terluka untuk sekarang.Hal itu membuat kecemasannya menjadi naik berkali lipat, akiba
“U-uh … apa yang harus kita lakukan?” Para bangsawan yang berkumpul di ruang aula pesta ini sebagai tamu undangan ulang tahun raja, memandang khawatir akan beberapa pasang orang yang bertarung dengan sengit di tengah-tengah ruang tersebut. “T-tidak ada yang bisa kita lakukan!” “B-benar. Kita tidak boleh mengambil risiko.” “S-setuju. Jika mereka saja kesulitan, maka bagaimana dengan kita?” Secara perlahan-lahan, para bangsawan laki-laki yang tadi sempat berlari secara heboh untuk menghampiri raja, … mulai memundurkan langkah kaki mereka ke belakang, dan berniat untuk bergerombol balik dengan para bangsawan lain. “Kalau sudah begini … ekhem!” Para bangsawan yang ada di sana saling memandang satu sama lain, dan memamerkan satu sorotan mata serupa, berupa inginnya mengeluarkan diri dari sana. Mumpung sang tokoh utama pesta ini disibuk
“Pertemuan terakhir?”Felaise mengulang sebentar ucapan yang baru saja dikatakan oleh adik tirinya, Yurish.Tak lama kemudian, bibirnya yang mencebik kesal, keningnya yang berkerut marah, dan sorotnya yang menatap tajam, … mulai berubah.“Pfft …!”Dia melemaskan otot wajahnya, lalu ….“Buhahahaha!”… Tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang yang ada di sana merasa heran.“Baiklah.”SRAA~!Felaise mengusap poni rambutnya supaya ke belakang tuk memamerkan dahinya, dengan disisir oleh jari.Tak lama kemudian, ….“Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan dan mengklaim bahwa pertemuan terakhir itu dimenangkan oleh dirinya, okay?”… Secara perlahan, aura sihir berwarna putih perak itu mengumpul di tangan kanan Felaise.“Dengan senang hati, aku akan mengabulkan harapanmu sebelum mati ….”
Kyahaha~!”“Hei, tunggu kau!”“Anak-anak, jangan berlarian!”Suara hiruk-pikuk ramainya ibukota tampak hangat sekali.Semuanya terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.BRUAKK!“Uwaahh!”“Tuh kan?! Apa yang sudah ibu bilang?! Jangan lari-larian karena nanti terjatuh!”“Huwaa—huh?”Sampai ….“Ibu, kenapa tanahnya terasa bergetar?”“Apa maksudmu? Jangan mengada-ada dan cepatlah bangu—!”—QUOONG~!… Suara trompet besar yang memekakkan telinga, muncul.Bersusulan dengan itu, suara derap langkah yang banyak lagi terdengar rapat, bergemuruh semakin jelas mendekati ibu dan dua anaknya itu yang sekarang seperti membeku di tempat.QUOONG~!“Menyingkir! Hoi! Cepat menyingkir!”Bapak-bapak yang kebetulan sedang lewat di bahu jalan menyuruh ibu dan anak yang berada di
“Emmh ….”Ryuuki kecil menggeliat.Dia mengerjapkan matanya yang masih terasa lengket akibat mengantuk itu untuk beberapa saat, lalu memandangi langit-langit kamar yang tampak asing.“Sudah bangun, …?”Ah, benar.Dirinya baru ingat sekarang.Bukankah ia memutuskan supaya tak ikut Paman Yurish, dan mencoba menetap di sini bersama dengan ayah kandungnya saja?“… Ryuuki?”Sinar mentari pagi yang cerah nan terasa hangat, menyirami kamar ini.Hal itu pula mempercantik penampilan dari seseorang yang tengah duduk di tepi ranjang, yang mengusap pucuk kepala dan memberikannya senyuman tulus.Sehingga, aksi yang benar-benar baru bagi Ryuuki si anak gua itu, mampu membuat matanya terbelalak sempurna, dengan pipi merah merona.SYUK!“…!?”Ryuuki beranjak tiba-tiba, mengagetkan orang yang duduk di sampingnya, yang tak lain adalah ayahnya, De