“Wow.”Pagi hari tiba, Rifa sudah disuguhi oleh kedua sejoli pasangan suami-istri, yang sedang bermesraan secara tidak langsung dengan beralasan mengerjakan pelatihan memasak.“Pemandangan macam apa ini?”Mata merah Rifa menangkap sang kakak tersayangnya, melabuhkan telapak tangan di punggung tangan sang kakak ipar, … yang saat ini diajarkan memegangi pisau dengan benar untuk memotong-motong bahan makanan.“Ah! R-rifa! B-begini, … I-ian memenuhi permintaanku untuk mengajariku cara memasak.”“Qilia sudah meminta tolong kepada Kakak, jadi Kakak harus segera memenuhi permintaannya.”Ian? Qilia? Woah, cepat sekali.Apa kakak iparnya itu sebegitu ingin dekatnya dengan dirinya, sampai-sampai berusaha untuk melakukan segala hal yang ia katakan?“Haaah~ minggir.” Rifa berjalan menghampiri, menyepak Derian tuk menyingkir dari sisi Qilistaria, lalu mendelik si laki-laki berambut dan bermata serupa seperti kopiannya itu dengan tatapan sinis.“Kalau mau belajar memasak, sekalian kepada ahlinya sa
“Huahh~”Memandangi indahnya hamparan ladang yang tampak begitu memesona dari tapakan pematang sana, dengan banyaknya tanah yang terlihat seperti dibajak di hari-hari kemarin, … mata Qilistaria tampak begitu berbinar-binar. Banyak tanah yang dicangkul dan digunduk sebaris-sebaris memanjang, membingkai tanaman muda yang baru tumbuh.“Tanaman apa ini?” tanya Qilistaria antusias, menunjuk salah satu tanaman berdaun segitiga lonjong selayaknya pita besar yang menjuntai, yang di mana daunnya juga memiliki sedikit roma bulu halus. Merundukkan tubuhnya dengan tangan yang memegang lutut tepat di samping Qilistaria, Derian menjawab pertanyaan sederhana itu dengan wajah yang dipenuhi banyak raut keceriaan.“Ini tanaman jagung. Baru bisa dipanen setelah tiga sampai empat bulan dari waktu tanam.”“Sungguh? Selama ini yang kutahu hanya jagungnya saja. Aku baru tahu bentuk tanamannya sekarang.”Tak berselang lama dari mengucapkan hal barusan, Qilistaria kembali bersuara ceriwis untuk menanyakan t
“Rifa dan Qilia pulang saja lebih dulu. Aku akan menyelesaikan ini dalam beberapa waktu lagi, lalu pergi ke suatu tempat sebentar.”Hari sudah mulai menjelang waktu sore. Derian menyuruh kedua perempuan yang sangat ia sayangi itu untuk segera pulang, dari pada membuat mereka harus menunggunya di sini sampai selesai.“Baiklah.”Memungut wadah kosong bekas makan siang tadi dan menenteng kembali cangkul kecil di tangan, Rifa mengajak sang kakak ipar tuk segera beranjak.“Ayo, Kak Qilia.”“Ah! B-biar aku bawakan, … yang ini,” tukas Qilistaria langsung menyambar tentengan bekas makan siang mereka bertiga tadi, dari tangan Rifa. Yah, paling tidak, ia ingin sedikitnya memberikan bantuan sekecil apa pun yang kemungkinan akan diterima.Bergegas meninggalkan ladang berdua, Rifa berjalan di depan yang kemudian diikuti oleh Qilistaria dengan baik.Untuk sampai ke rumah, mereka harus melewati pasar tradisional terlebih dahulu.Semuanya berjalan dengan sangat indah. Qilistaria juga menikmati sua
Semua pandangan-pandangan yang mengerikan tadi itu benar-benar menyeramkan. Qilistaria merasa ingin bersembunyi di dalam sini saja. Selamanya.Derian bilang barusan, bahwa Derian telah mendengarkan semua kejadiannya dari Rifa, … bukan? Apa itu berarti, Derian juga telah mendengarkan tentang dirinya yang telah menepis tangan adiknya itu?Ah, pasti iya. Karena itu pula, Derian jadi ingin mendatanginya untuk mengkonfirmasi semua kebenarannya, … lalu memutuskan hukuman berupa perceraian dengannya, bukan?Semenjak, Derian memang sudah lebih banyak menghabiskan waktu selama bertahun-tahun bersama Rifa dibandingkan bersamanya, … tentu saja Derian akan memihak satu-satunya orang berdarah keluarga.“Qilia~ aku tahu pintunya tidak dikunci. Tetapi, karena kamu belum mengizinkanku masuk, … aku tidak masuk. Jadi, sekarang … tolong izinkan aku masuk, ya?”Mendapati ada suara lemah lembut yang bertutur kata secara halus itu, membuat Qilistaria segera menutup daun telinganya untuk tidak mendengark
Cemas, gelisah, khawatir, dan gugup dengan perasaan yang sangat berlebihan, … tengah menghinggapi relung hatinya sang adik bungsu putri keluarga petani Aesundarishta ini, sampai-sampai membuat keringatnya mengucur deras dari atas dahi.“Panasnya tidak turun-turun.”Ini sudah memasuki waktu siang pada keesokan hari selepas mendapati Qilistaria tak sadarkan diri kemarin. Namun, Rifa yang memiliki masalah ketakutan terhadap orang sakit yang terbaring terus-menerus di atas ranjang itu, … tak kunjung mendapatkan respons positif dari si penimbul rasa traumanya kembali.Pemandangan saat ini benar-benar telah mengingatkannya kembali ke ingatan kelam di mana ia harus menyaksikan sendiri, tentang bagaimana ibu yang sakit keras tak memiliki kemampuan tuk berobat karena kondisi keuangan yang sangat buruk di waktu itu, … berakhir dengan sekarat lalu mati di tempat. “Kakak. Kak Rian.”Mengguncang-guncangkan tangan sang kakak laki-laki yang saat ini masih sibuk mengompres dan menyeka wajah, leher,
Ingin mengetahui alasan di balik dirinya menjadi di benci oleh orang bersangkutan?Ah, sudah pasti. Tentu saja mau.“Baiklah, aku akan menceritakan segalanya, asalkan …! Harus dibarengi dengan Kakak yang makan.”Uh? Tunggu sebentar! Hm, s-sepertinya, … situasi ini terasa tidak asing.“K-kalau begitu, aku akan makan sendir—““—Haisshh!” Rifa mendesis, menolak sambaran tangan Qilistaria yang hendak mengambil mangkuk sup dari tumpuan tangannya, dan segera melontarkan sebuah alasan klise. “Kakak sedang sakit. Jadi, untuk hari ini, aku akan berbaik hati dalam menyuapimu.”“Tapi—““—Diam saja dan turuti aku. Orang sakit jangan banyak tingkah dan istirahatlah yang banyak agar cepat sembuh. Kalau tidak sembuh-sembuh, nanti malah menyusahkanku dan Kak Rian.”Sebetulnya masih merasa segan plus malu juga, tetap saja … Qilistaria mencoba sebaik mungkin untuk meladeni tingkah Rifa yang tak dapat ia duga.Sembari mulai menyuapi Qilistaria yang perlahan-lahan mendapatkan kulitnya terlihat seperti m
“Ada apa Kak? Apa ada masalah?!”Membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu, Rifa lekas menghampiri Qilistaria yang menutupi tangannya dengan selimut sambil memojokkan tubuhnya di tembok dengan pandangan takut-takut, … dikala pandangannya terfokus tuk melihati sudut tembok lain.“Ma-maaf mengagetkan.”GASP?!Tiba-tiba terkejut begitu sangat, dikarenakan ia sendiri pula telah mendapati ada suara dan sesosok orang asing yang mencurigakan di dalam kamar sini, refleks saja … Rifa memasang gerik tubuh yang siaga, lagi waspada.“Tadinya aku mau masuk lewat pint—““—Berhenti di sana!”Rifa berteriak memperingatkan. Menunjuk orang yang berjalan menuju ke arahnya secara santai dengan wajahnya yang cengengesan, … juga melotot padanya dengan mata merah menyalanya, yang menatap tajam. Baju yang kucel. Sepatu yang berlepotan lumpur. Wajah yang kumel. Rambut hitam yang kusut. Juga tangan yang menenteng sekantung kecil sesuatu benda mengkhawatirkan, … tentu saja sudah membuat Rifa yang baru datan
Tertidur dengan lelap ditemankan oleh Rifa karena masih syok selepas menghadapi situasi tidak terduga pada hari kemarin, … Qilistaria yang ujung-ujungnya tidak jadi menjahit dan memperbaiki boneka milik adik iparnya semalam, … kini telah terbangun dengan tubuh yang terasa lebih segar.Pagi telah datang.Menyambut pandangan mata kelam Qilistaria dalam menangkap pantulan cahaya matahari yang hangat dari jendela kecil yang terdapat di dalam kamar, … menggodanya untuk segera beranjak keluar dari ruangan hening ini, setelah tiga hari lebih mengurung diri.Akan tetapi, begitu ia hendak menyibakkan selimut yang membalut tubuhnya secara hangat, sesosok orang berambut merah yang tengah tertidur nyenyak dengan cara duduk menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan pada permukaan ranjang, … telah menghentikan langkah si empu pemilik manik mata obsidian tersebut.Dilihat dari rambut merahnya yang terpotong pendek, sudah dapat dibedakan dan juga dipastikan, kalau sosok orang itu … memang bukanlah or
“Tsuhh!”Meludahkan air liur bercampur darah dengan nafas yang tersengal-sengal dan tubuh sempoyongan, seorang pria berambut dan bermata merah yang kemerahannya kini tampak kalah dari merahnya darah yang keluar dari luka aniaya, … yang tak lain ternyata ialah Derian, bergegas memaksakan diri tuk kembali ke rumah.Ya.Tanpa mengingat bahwa ia akan segera kembali ke kedai dagang Pak Roran terlebih dahulu tuk mengambil hadiah yang sudah dipesan, Derian betul-betul pulang dengan terburu-buru.“Kumohon, kumohon, kumohon. Tetaplah baik-baik saja.”Apa alasannya berdoa seperti ini, dengan hati yang memanjatkan harapan bukan untuk kebaikannya meski dirinya sendiri saja sedang terluka, akan tetapi untuk kebaikan yang lain?“Tidak apa-apa jika keanehan yang baru terjadi ini sampai melukaiku. Asalkan, untuk kamu dan anak kita ….”Lebih tepatnya, untuk kebaikan ….“… Kalian baik-baik saja."… Istrinya yang ia cinta.Ini adalah yang pertama.Pertama kalinya seorang yang sehati-hati Derian terhadap
“Your Highness! Anda tidak boleh melakukan ini!”Rela mengangkat gaunnya sampai setinggi lutut, di mana itu adalah hal yang kurang etis untuk kaum wanita, terutama orang berdarah bangsawan sepertinya, inilah yang dilakukan oleh anak bungsunya sang Duke of Yoargi, Putri Mahkota Kerajaan Gupenhileum, Mirabella La Yoargi.“Anda mengatakan kepada Saya tadi, bahwa Anda akan memungut wanita terkutuk itu?”Hal ini semua bisa sampai terjadi itu dikarenakan, karena dirinya mendengar secara jelas bahwa tunangannya, sang Putra Mahkota, Felaise Zevaron Gupenhileum, … terang-terangan menyatakan akan segera menjadikan kakak kandungnya, Qilistaria, untuk menjadi ratu.“Dia sedang mengandung anak pria rendahan! Itu membuktikan bahwa dirinya sudah dicampuri oleh status yang menjijikkan!”Yah, kalaupun yang pada akhirnya akan menjadi ratu itu dirinya, tetap saja putra mahkota bersikeras untuk menarik kakak buruk rupa tersebut untuk menjadi selir.“Lagi pula, apa Anda tega meninggalkan Saya yang sedang
“….”Tersenyum, itu yang Derian lakukan.“Apa? Kenapa? Tiba-tiba saja membuatku merinding karena mendadak tersenyum seperti itu?”Ya.Derian tersenyum tanpa sadar seperti itu, dan mengagetkan Pak Roran yang sampai dibuat heran oleh tingkahnya tersebut.“Itu ….”Tidak terlalu menanggapi komentar Pak Roran terkait persoalan seberapa anehnya ia sewaktu berlaku demikian, … Derian malah menunjuk barang dagangan di kedai tetap si pedagang tua yang katanya sudah pernah mengelana ke berbagai pusat perdagangan ini. “Aku akan membawa itu sepulang kerja.”Mengikuti arah yang ditunjuk oleh Derian, sontak saja, Pak Roran langsung mengubah ekspresi bingungnya, mendadak menjadi ekspresi tersipu-sipu seketika.“Tolong bungkuskan dengan rapi dan cantik, ya? Aku membelinya.”“Oh, ukhum. Apakah aku menunjukkannya secara jelas? Padahal produk daganganku bukan semacam ini.”Yah, dikarenakan, penyebab si pedagang tua ini tiba-tiba ikutan tersenyum-senyum sendiri adalah apa yang ditunjuk oleh Derian, merup
“Kau pasti tidak memercayai ini.”“….”Melihat dengan lesu Rifa yang melompat-lompat kecil kegirangan dengan wajah berseri-seri yang betul-betul terlihat sangat bahagia, Yurish hanya menopangkan tangan menyangga pipi, dan lebih memilih untuk terus bungkam saja.“Aku akan segera menjadi Bibi!”Sebenarnya, pemuda itu juga senang melihat gadis pemarah di hadapannya bertingkah laku menyenangkan begini.Akan tetapi, di sisi lain … kekhawatiran yang dapat mengalahkan kesenangannya dalam sekejap mata, telah membuat Yurish sadar dari lena.“Sesenang itu hendak mendapatkan beban kehidupan baru?”“…!”Sontak langsung menoleh dengan tajam tatkala telinganya menangkap gelombang suara yang dingin semacam barusan, Rifa bertanya keheranan.“Mengapa kau mengatakan sesuatu yang kejam seperti itu? Seolah-olah kau tidak ingin merasakan kembali sesuatu yang pernah menghilang dari sisimu?”“….”Terdiam dengan mulut digigit, Yurish memalingkan wajah berkerut ekspresi sakitnya itu dari Rifa.“Lupakan saja,”
“Tuan Eshid. Ini semakin buruk. Kita harus segera menjalankan rencana dan membawa kabur calon pendukung kita yang satu ini.”Di tengah-tengah keheningan yang akhirnya kembali terjadi setelah majikan muda mereka, Pangeran Yurishien tertidur dengan lelap di atas bantalan pangkuan sang kakek, Sir Dawne membujuk demikian.“Lambat laun, His Highness tidak akan bisa mengendalikan dirinya untuk terus menutup rapat rahasianya itu. Kita harus melakukan sesuatu!”“Masih belum, Sir Dawne,” jawab Kakek Eshid pada akhirnya, membalas runtutan saran dari mantan ksatria pribadi mendiang cucu perempuannya itu.“Sebelum kita melancarkan aksi besar-besaran itu, pertama-tama, kita harus menguatkan fisik dan mental Pangeran supaya jauh lebih kuat sewaktu berhadapan dengan Putra Mahkota brengsek itu terlebih dahulu.”•••“Uhngh.”Melenguh pelan dan mengerjap-ngerjapkan mata mengantuknya sekarang, Derian yang terjaga dari tidurnya dan menyadari bahwa selimut yang menyelimuti sang istri agak merosot sampai m
“Yurish, ada apa ini?! Kita mau ke mana?!”“Kita akan pulang!”“Tapi kenapa kita harus terburu-buru?”“Ikuti saja aku dan …!”“…!”DAKKK!“Ackk?!”Meringis sakit karena ia yang tadinya berlari mengikuti Yurish tiba-tiba mendapatkan mukanya terkantuk badan pemuda di hadapan, … Rifa merutuk kepada si pemuda pengajak berlari yang kini mendadak berhenti.“Apa yang—?!”“…!”Terenyak melihat Yurish mematung dengan mata birunya mengosong, si gadis yang tak lain ialah Rifa Aesundarishta itu, ikut mengarahkan sorot pandangnya ke tempat yang dilihati oleh pemuda tersebut.KLAP! KLAP! KLAP!Apa yang aneh dengan melintasnya kereta kuda mewah dengan seorang aristokrat tingkat tinggi jika dilihat dari rambut putih peraknya, … sampai-sampai Yurish yang masih mematung di tempatnya saat ini mendapatkan tubuh gemetaran lagi seperti sudah bernafas?“Yurish?”Ah, sungguh.“Yurish, hei!”Rifa benar-benar tidak dapat memahami isi kepala milik pria muda ini.“Kau dengar aku tid—?!”“—RUMAH!?”“… Eh?”Dibuat
“Istri ….”Sebetulnya, Qilistaria memang merasakan betapa tidak nyamannya ia sewaktu sang suami mendiamkannya di beberapa hari yang lalu.Akan tetapi, aneh sekali.“… Bisakah kita berbicara sebentar?”Entah mengapa, sewaktu suaminya itu kembali berniat untuk berbicara dengannya lagi, Qilistaria justru merasa rasa tidak nyamannya itu semakin memuncak.Apa ya, yang menyebabkan hatinya resah begitu, tatkala dipanggil dengan nada rendah oleh Derian Aesundarishta, … si pria berstatus suami sahnya tersebut, segera setelah mereka melihat kepergian putra mahkota dari meninggalkan rumah sederhana ini?“Apa yang hendak kita bicarakan, ….”Menolehkan kepala secara lambat dan membalikkan badan secara perlahan, … sembari menguatkan perasaannya yang gemetaran, Qilistaria menghapus bening-bening air mata yang mulai membentuk kaca-kaca bening di manik hitam mengkilapnya ini.“… Suami?”Apakah ini karena perasaannya yang sensitif, atau karena suasana ini agak menegangkan sewaktu orang yang tadinya men
“Selamat ulang tahun~!”Suara nyanyian menyelamati terdengar.“Selamat ulang tahun~!”Terdengar di mulai dari seorang putri berusia 15 tahun, lebih tua tiga tahun dari orang yang tengah berulang tahun sekarang.“Selamat ulang tahun Yurishien~!”Merambat ke lima pangeran dan enam putri yang berstatus sebagai saudara dan saudari tiri, … mengelilingi Yurishien Van Gupenhileum yang tertawa bahagia.“Selamat ulang~ tahun!”Dia tertawa dan cekikikan bersama saudara-saudarinya secara akrab. Jauh dari kata saudara tiri, … pasti tidak jauh dari tebakan akan saling bermusuhan.“Ini, … Yurish.”Semuanya tampak nyaman dan aman-aman saja.Segalanya damai begitu, seperti itu, yah.“Hadiah dari kami.”Namun, segera setelah Yurish membuka kotak hadiah besar yang diberikan kakak perempuannya, Putri Katilya Alexetiozia Van Gupenhileum, … seluruh kenangan yang seharusnya ia ingat sebagai hal-hal manis ini, mendadak menjadi horor.DEG!“…!”Mata biru Yurish melebar. Bergetar bersama nafas beratnya yang
“….”Memandang sendu badan bagian belakang Derian yang memunggunginya saat mereka tidur dalam satu ranjang yang sama seperti ini, … Qilistaria bergumam dalam hati.Ah, dia tidak menyukainya.Suasana baru yang tak begitu cocok dengan perasaan sensitifnya ini, Qilistaria begitu membencinya.“Ian.”“….”Lihatlah.Meski suaranya sudah dikeluarkan untuk memanggil nama sang pujangga hati, orang yang biasanya akan langsung menoleh, … meski yang dikeluarkannya barusan itu adalah bisikkan pelan dan meski dia sedang dalam tidur yang lelap sekali pun, … kini hanya terdiam.Tak bergerak, atau pula berbicara banyak.GRTT~Sedih, kecewa, akan tetapi merasa bingung juga, … itulah yang saat ini Qilistaria rasa.Mencengkeram dengan erat seprai ranjang mereka dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat, perempuan bermata dan berambut hitam obsidian itu pun, sekali lagi … bergumam pelan sendiri.“Aku salah apa?”Suaranya terdengar begitu parau dan bergetar, tetapi di sisi lain, suaranya ini seperti sengaja dit