“Nama Saya, Derian Aesundarishta. Istri bisa memanggil Saya, dengan sebutan yang Istri suka.”
Berjalan secara berdampingan, bersama dengan suaminya yang telah disahkan oleh banyak saksi di pesta perjamuan sayembara tadi, … Qilistaria merasa kikuk.
Ia tidak terlalu tahu harus bereaksi bagaimana, terhadap orang asing yang baru dikenalnya ini. Terlebih lagi, … karena dia adalah seorang laki-laki.
“Saya lebih tua dari Anda dua tahun. Jadi, di tahun ini, Saya telah memasuki usia 20 tahunan.”
Atas ancaman dari Duke Yoargi yang katanya akan membuang semua hasil panen kerja kerasnya, dalam beberapa bulan ke belakang ini dengan perasaan enteng, … secara terpaksa, Derian pun mau tak mau membawanya kembali bersamanya, menuju ke rumah miliknya yang sederhana.
Mengikuti ke mana Derian akan mengajaknya pergi, Qilistaria hanya mengemasi sedikit barang-barang kepunyaannya, … yang sebagian besar hanyalah gaun berlengan panjang, beserta dengan sarung hitam saja.
Sebab, di kediaman sana, … Qilistaria tidaklah memiliki banyak barang berharga, ataupun orang rumah yang setia. Jadi, hal itu pun dapat memudahkannya bergerak dengan bebas, di kala ingin berpindah tempat tinggal seperti saat ini, tanpa repot-repot membawa banyak barang bawaan.
“Ah, sebelum itu, … Istri.”
Menolehkan kepalanya ke arah di mana manik mata merah milik Derian, si suaminya, tengah menatapnya dengan pandangan yang sendu, … Qilistaria hanya diam terbungkam, dengan alisnya yang saling bertaut heran, … atas gumaman selanjutnya dari si lelaki berambut merah itu, mengatakan suatu perkataan yang terdengar cukup ambigu.
“Saya minta maaf, karena … telah berani-beraninya membawa Anda menuju ke rumah Saya, dengan cara berjalan kaki seperti ini.”
“A-ah.”
Qilistaria segera menundukkan pandangan, untuk menatap tanah yang sedang dipijak oleh kaki beralaskan sepatu lars hitamnya, … saking dirinya merasa begitu gugup.
“Ti-tidak apa-apa, su-sungguh.”
Yah sebenarnya, bagi Qilistaria, … itu bukanlah masalah yang patut dikeluhkan olehnya sekarang.
Sudah bersyukur, ia dapat keluar dari Duchy Yoargi dengan pergi bersama lelaki yang menurutnya sangat tepat ini. Meskipun, memang masih belum terlalu yakin, dikarenakan belum sepenuhnya mengenal Derian dengan sangat dalam.
Akan tetapi, Qilistaria sangat percaya, bahwa lelaki bernama belakang Aesundarishta tersebut, memanglah seorang laki-laki baik seperti yang ia kira, … dan juga seperti yang ia harapkan.
“Sa-saya, … sama sekali tidak merasa keberatan. Terlebih lagi, … pulang menuju ke rumah sembari berjalan secara berdampingan dengan Anda, … telah membuat Saya merasa begitu senang.”
Qilistaria berterus terang.
Seumur-umur, baru ada orang mengobrolkan sesuatu pembicaraan dengannya yang tidak terlalu serius, tidak terlalu penting, dan juga tidak terlalu berat, … namun, tetap terasa menyenangkan … untuk ia dengarkan secara terus-menerus.
“Be-begitu ya?”
Memalingkan wajah merahnya yang kembali memerah, semerah rambut beserta manik mata merah kepunyaannya, … Derian lekas membuang muka, agar tidak terlalu sering menatap Qilistaria, yang merupakan sumber penyebab akan kenapa wajahnya bisa menjadi bersemu merah begini.
Tak enak dengan melihat Derian yang bekerja keras menanggung kembali barang bawaan tadi, dengan tujuan awal untuk ditunjukkan kepada sang Duke sebagai mahar pernikahan itu secara sendirian, … Qilistaria cepat membuka suaranya, untuk menyuarakan sebuah usulan bantuan kecil.
“Jikalau Saya boleh membantu, … bolehkah Saya membawakan jinjingan Anda yang ini?” tanya Qilistaria, dengan tangan kanan yang terulur ke arah tangan kiri Derian, yang tengah sibuk menjinjing kantung besar berisi buah persik dan buah pir.
Kalau saja dirinya ini memang tidak mau sampai dibuang oleh seseorang, maka … ia harus membuat dirinya lebih berguna bagi orang tersebut, supaya orang itu tak akan pernah berpikiran untuk membuangnya, … dikarenakan ia telah dibutuhkan.
Semacam itulah sekiranya, prinsip kuat yang sudah diterapkan di dalam hatinya Qilistaria selama ini.
Di saat tangan Qilistaria hampir menyentuh kantung jinjingan yang terbuat dari bahan kain itu, … secara refleks, Derian mengayunkan jinjingan kantung tersebut ke belakang tubuhnya, … dan menjauhkannya dari jangkauan tangan Qilistaria.
Tentu saja, perlakuan mendadak itu telah menimbulkan keterkejutan yang teramat sangat dari Qilistaria. Pikiran-pikiran buruk, dan sangkaan-sangkaan yang jelek, kembali menggerayangi pemikirannya.
Apakah Derian tidak ingin bersentuhan dengannya, meskipun tangannya terbalut oleh sarung tangan?
Akan tetapi, … bukannya dia berlaku biasa-biasa saja saat menggandeng uluran lengan, untuk kemudian mengecup punggung tangannya sewaktu di pesta tadi? Lalu … kenapa, sekarang, ia, ….
“Ah, begini, Istri. Ini tidak seperti apa yang Anda pikirkan.”
Melihat raut muka Qilistaria yang mengeras, akibat sedang sibuk bergelut dengan pemikirannya sendiri, … Derian cepat-cepat berujar demikian untuk segera menjelaskan, … sebuah alasan masuk akal dibalik sesuatu yang kemungkinan dapat menimbulkan kesalahpahaman besar ini.
“Barang bawaan ini, akan terasa sangat berat untuk Anda. Saya tidak mau Anda membawa barang seberat ini, sampai ke rumah Say—er, maksudnya, ke rumah ki-kita nanti.”
“Ah, … benar begitukah?”
Tampaknya, kecurigaan dari terkaan buruk Qilistaria, tak dapat menghilang begitu saja.
Seakan tahu bahwa istrinya masih meragukan penjelasannya, Derian berinisiatif untuk membuktikan kebenaran dalam ucapan yang telah ia ungkapan tersebut, dengan cara menawarinya barang bawaan itu, … seperti yang Qilistaria inginkan barusan.
“Jika Anda tidak mempercayainya, mau mencoba untuk membawanya?” tawar Derian, yang seterusnya mengasongkan jinjingan kantung buah-buahan itu kepada sang istri.
Memegangi ujung bagian atas kantung tersebut, dengan menggunakan kedua tangannya yang kosong, karena barang bawaan berupa pakaian miliknya … disimpan di dalam kantung kain yang ia gendong di punggung, … Qilistaria pun segera bersiap-siap untuk mengangkat jinjingan berisi buah-buahan tersebut, dengan sepenuhnya mengandalkan tenaganya sendiri.
“Istri, apa Anda sudah bersiap? Kalau sudah, maka Saya akan langsung melepaskan lengan Saya dari memegangi benda ini.”
Merasa percaya diri akan kekuatan yang terdapat pada otot lengannya dengan begitu serius, Qilistaria menjawab pertanyaan meragukan dari Derian, dengan sebuah anggukan kepala.
“Satu, dua, ….“
Sesuai dengan apa yang ia bilang sebelumnya, Derian melepaskan genggaman tangan kirinya yang mencengkeram kuat jinjingan buah-buahan, secara perlahan. Namun, tak lama kemudian, ….
“… Tig—“
GEDEBUT!
“—Gaaahh~ akheem!”
Derian mengeluarkan suara yang terdengar seperti sedang menahan lengkingan, akibat dari kantung jinjingan yang dijinjing oleh Qilistaria … jatuh tak terbawa oleh tangan kurus bertenaga lemahnya, dan kemudian berakhir dengan menimpuk kaki yang beralaskan sepatu boot coklat.
Kendati demikian, untuk menjaga perasaan Qilistaria dan untuk tetap menjaga imaji harga dirinya, … sebagai seorang lelaki yang perkasa di hadapan perempuan penarik rasa suka beserta perhatiannya, Derian pun, … ujung-ujungnya menjadi berdehem sok keren, seraya mengangkat kembali jinjingan kantung buah yang lumayan menyakiti kakinya itu, dengan menggunakan tangan kiri.
“Tuh, kan? Saya sudah bilang, kan? Kalau kantung berisi buah persik dan pir ini, akan sangat berat untuk dibawa oleh Anda, … Istri,” omel Derian, yang sebenarnya jika kita telaah lebih dalam lagi, perkataannya barusan kurang cocok disebut sebagai sebuah omelan.
Sementara, di sisi Qilistaria sendiri, … si gadis berambut dan bermata hitam itu, tampaknya masih merasa tidak habis pikir, dengan kenyataan pahit yang telah membuat kaki suaminya … tertimpa oleh beratnya sebuah kesalahan yang sudah ia buat.
Apa-apaan isian kantung jinjingan itu? Daripada berisikan buah-buahan, rasa-rasanya … isian dari kantung itu, serasa menampung beratnya gundukan batu!
Bagaimana bisa, Derian tampak begitu dengan mudahnya mengangkat dan juga menjinjing benda tersebut, dalam sepanjang perjalanan yang telah menghabiskan waktu beserta menguras banyak tenaga, … yang justru malah seakan-akan tak memiliki pengaruh terhadapnya sama sekali?
“Ma-maaf! Sa-saya, telah menjatuhkannya sampai-sampai menimpa kaki Anda. Sa-saya … Sa-saya,”Berujar dengan tidak karuan, akibat dari merasa sangat bersalah, … Qilistaria langsung membungkukkan badannya berkali-kali, untuk meminta permohonan maaf dari Derian, … dengan tangan gemetarnya yang tak bisa berhenti mencengkeram erat rok gaun.Bagaimana jika Derian menjadi kesal padanya, lalu mengayunkan tangan ke arahnya, … untuk seterusnya memberikan sebuah pukulan, atau pula tamparan, sebagai bentuk dari hukuman?Apa yang harus ia lakukan, jika Derian terlampau marah terhadapnya, dan berakhir dengan membuang atau meninggalkannya di sini?Apa …? Bagaimana …? Dan, dan, … siapa yang, …? Argh! Pokoknya, pertama-tama, … Qilistaria merasa harus meminta maaf kepada Derian, dengan sangat bersungguh-sungguh.Derian yang tidak nyaman dikala d
Rumah yang ditinggali oleh Derian, adalah rumah panggung yang luasnya dapat ditinggali oleh tiga, sampai lima orang sekaligus. Cukup luas memang, namun, … rumahnya, hanya memiliki interior-interior yang sangat sederhana.Tiga kamar tidur, satu dapur, dan juga satu ruang tengah yang dapat digunakan sebagai ruang untuk makan, … adalah isi keseluruhan bagian dalam rumah panggung.Di bagian luar rumah, ada halaman luas yang dipenuhi oleh tanaman bunga. Sedangkan, untuk di bagian belakangnya, … ada bilik kamar mandi kecil yang bersebelahan langsung dengan sumur air timba.“Maaf, rumahnya … begitu sederhana untuk Anda.”Menggelengkan kepalanya dengan pelan, yang kemudian diselingi oleh gumaman, “Ehm,” Qilistaria mulai melangkahkan kakinya, untuk segera memasuki tangga rumah panggung berlantai papan kayu tersebut, dengan langkah yang begitu diperhatikan.&nbs
“Rambutnya berwarna merah sama seperti milik Saya, dengan ujung helaian yang sedikit bergelombang, juga memiliki kepanjangan yang sepanjang dada. Matanya pula, memiliki manik merah sama seperti milik Saya juga! Dia memiliki kelopak mata ganda alami, sehingga membuat matanya tampak lebih besar dan bulat, dari kebanyakan gadis seusianya!”Berjalan ke dapur mengambil satu buah pir, beserta piring pisin dan pisau buahnya, kemudian kembali ke tempat di mana ia duduk, … Derian lanjut bercerita seraya memotong buah pir tersebut sampai berbentuk potongan-potongan kelinci, untuk kemudian ditata olehnya di atas piring, … lalu mengasongkannya kepada Qilistaria.“Kedua orang tua kami telah meninggal lama. Ayah yang merupakan seorang petani dan juga peternak ulung di desa ini, meninggal sewaktu Saya masih berusia belia. Sementara, Ibu kami, … seorang pedagang pasar tradisional yang menjajakan hasil panen Ayah, menin
“Karena Anda, adalah cinta pertama Saya.”“Ci … cinta pertama?”“Ya.”Memandang Qilistaria lembut dengan tatapan mata yang penuh arti, Derian kembali menarik punggung tangan istrinya itu, untuk kemudian mengecupnya lagi.“Anda adalah cinta pertama Saya.”Tidak percaya begitu saja dengan pernyataan yang begitu mengejutkan hatinya barusan, Qilistaria segera melontarkan pertanyaan, “Dari sejak kapan, dan … dan, bagaimana bisa?”Menyahuti pertanyaan itu dengan bibir tipisnya yang tak bisa untuk berhenti tersenyum, Derian menjawab, “Dari Saya masih kecil, dan dari pandangan pertama awal Saya berjumpa dengan Anda.”“… Su-sungguh?”“Uh-hum. Saya bertemu dengan Istri untuk pertama kalinya, dan kemudian jatuh cinta pa
“… Anda muncul di depan mata Saya, dengan membawakan sebuah keajaiban, … yang sudah berhasil membuat wajah sembab Saya, kembali dihiasi oleh senyuman yang begitu lebar.”“… Huh?” lirih Qilistaria terbengong, seakan-akan tidak percaya.Merasa masih cukup ragu dengan apa yang barusan didengarkan olehnya, ia lekas bertanya, “Ba-bagaimana bisa?”Seraya melanjutkan kembali apa yang tengah ia kerjakan, Derian pun meneruskan aksi berbagi kenangannya, “Sembari tersenyum manis, Anda datang menghampiri Saya menyerahkan Rifa yang diam menurut untuk bergandengan tangan bersama Anda, dengan mata sehitam jelaga, … yang juga tampak menyorotkan senyuman di balik topeng berbentuk sayap kupu-kupu hitam. Di saat itulah, Saya jatuh cinta untuk pertama kalinya, pada pandangan pertama Saya terhadap Anda.”Qilistaria terdiam. Dia termen
“Nah~ sudah siap.”Berdendang ringan sembari meletakkan panci panas mengepul di tengah meja makan, yang memunculkan bau harumnya aroma masakan sup bening kentang berpotong dadu kecil-kecil, dengan ditambah oleh sedikit lada dan daun bay leaf kering, … dengan perasaan bangga, Derian … sukses mempersembahkan sajian masakan pertama untuk istri yang ia cinta, dengan wajah merah merona.“Se-sebenarnya, Saya tidak terlalu pandai memasak,” jujur Derian dengan malu-malu, mengasongkan semangkuk sup yang sudah ia siapkan sesempurna mungkin, kepada Qilistaria, “Tetapi, … Saya harap, ini akan sesuai dengan selera Anda.”Mengambil sendok dan mengucapkan terima kasih atas makanannya, Qilistaria lekas berdoa sebelum makan.Tak lama kemudian, ia langsung melahap suapan pertama makanannya dengan sedikit canggung, akibat dari terus-menerus diperhatikan oleh Derian.&nb
“Haduh, anak itu, kelakuannya benar-benar. Huh, …?”Derian yang tadinya sedang menggerutu, tiba-tiba saja langsung tersentak begitu mata merah menggoda miliknya, menangkap sesosok Qilistaria yang menundukkan wajah dengan tubuh yang terlihat bergetar akibat dari gemetaran.“I-istri!” serunya panik, bergegas menghampiri Qilistaria dengan tergesa-gesa, “Tidak apa-apa, Istri. Tidak apa-apa,” hibur Derian berusaha menenangkan, dengan duduk berjongkok di samping kursi Qilistaria.Sementara, untuk Qilistaria sendiri. Tampaknya ia tak bisa mendengar apa pun yang dikatakan oleh Derian sekarang. Dikarenakan, di dalam pikirannya saat ini … rupa-rupanya telah dipenuhi oleh berbagai macam terkaan buruk, yang cukup menyakitkan perasaan.Selesai sudah. Rifa membencinya.Tatapan itu, emosi yang terkandung di dalam mata merah yang mena
“Istri, Anda mau makan apa hari ini?”Hari ini, Derian begitu perhatian terhadap istrinya lagi.….“Istri, ada satu buket bunga mawar merah yang ingin dicium olehmu. Apa Anda tidak mendengarkan, bahwa bunga-bunga mawar ini mengatakan, 'Aku mencintaimu selalu', hm?”Di keesokan hari, ia memberikan bunga mawar merah memesona, yang ditanam dan dibesarkan dari sejak masih benih, … oleh adiknya sendiri.….“Istri, mau berjalan-jalan sore bersama Saya ke pematang ladang, untuk melihat matahari terbenam?”Lusa hari, ia mengajak istrinya, Qilistaria, untuk jalan-jalan.….Begitu saja terus, sampai seminggu telah berlalu semenjak Qilistaria datang kemari.Hal itu, membuat Rifa yang kesal ketika melihat gelagat kakaknya yang
“Yurish, ada apa ini?! Kita mau ke mana?!”“Kita akan pulang!”“Tapi kenapa kita harus terburu-buru?”“Ikuti saja aku dan …!”“…!”DAKKK!“Ackk?!”Meringis sakit karena ia yang tadinya berlari mengikuti Yurish tiba-tiba mendapatkan mukanya terkantuk badan pemuda di hadapan, … Rifa merutuk kepada si pemuda pengajak berlari yang kini mendadak berhenti.“Apa yang—?!”“…!”Terenyak melihat Yurish mematung dengan mata birunya mengosong, si gadis yang tak lain ialah Rifa Aesundarishta itu, ikut mengarahkan sorot pandangnya ke tempat yang dilihati oleh pemuda tersebut.KLAP! KLAP! KLAP!Apa yang aneh dengan melintasnya kereta kuda mewah dengan seorang aristokrat tingkat tinggi jika dilihat dari rambut putih peraknya, … sampai-sampai Yurish yang masih mematung di tempatnya saat ini mendapatkan tubuh gemetaran lagi seperti sudah bernafas?“Yurish?”Ah, sungguh.“Yurish, hei!”Rifa benar-benar tidak dapat memahami isi kepala milik pria muda ini.“Kau dengar aku tid—?!”“—RUMAH!?”“… Eh?”Dibuat
“Istri ….”Sebetulnya, Qilistaria memang merasakan betapa tidak nyamannya ia sewaktu sang suami mendiamkannya di beberapa hari yang lalu.Akan tetapi, aneh sekali.“… Bisakah kita berbicara sebentar?”Entah mengapa, sewaktu suaminya itu kembali berniat untuk berbicara dengannya lagi, Qilistaria justru merasa rasa tidak nyamannya itu semakin memuncak.Apa ya, yang menyebabkan hatinya resah begitu, tatkala dipanggil dengan nada rendah oleh Derian Aesundarishta, … si pria berstatus suami sahnya tersebut, segera setelah mereka melihat kepergian putra mahkota dari meninggalkan rumah sederhana ini?“Apa yang hendak kita bicarakan, ….”Menolehkan kepala secara lambat dan membalikkan badan secara perlahan, … sembari menguatkan perasaannya yang gemetaran, Qilistaria menghapus bening-bening air mata yang mulai membentuk kaca-kaca bening di manik hitam mengkilapnya ini.“… Suami?”Apakah ini karena perasaannya yang sensitif, atau karena suasana ini agak menegangkan sewaktu orang yang tadinya men
“Selamat ulang tahun~!”Suara nyanyian menyelamati terdengar.“Selamat ulang tahun~!”Terdengar di mulai dari seorang putri berusia 15 tahun, lebih tua tiga tahun dari orang yang tengah berulang tahun sekarang.“Selamat ulang tahun Yurishien~!”Merambat ke lima pangeran dan enam putri yang berstatus sebagai saudara dan saudari tiri, … mengelilingi Yurishien Van Gupenhileum yang tertawa bahagia.“Selamat ulang~ tahun!”Dia tertawa dan cekikikan bersama saudara-saudarinya secara akrab. Jauh dari kata saudara tiri, … pasti tidak jauh dari tebakan akan saling bermusuhan.“Ini, … Yurish.”Semuanya tampak nyaman dan aman-aman saja.Segalanya damai begitu, seperti itu, yah.“Hadiah dari kami.”Namun, segera setelah Yurish membuka kotak hadiah besar yang diberikan kakak perempuannya, Putri Katilya Alexetiozia Van Gupenhileum, … seluruh kenangan yang seharusnya ia ingat sebagai hal-hal manis ini, mendadak menjadi horor.DEG!“…!”Mata biru Yurish melebar. Bergetar bersama nafas beratnya yang
“….”Memandang sendu badan bagian belakang Derian yang memunggunginya saat mereka tidur dalam satu ranjang yang sama seperti ini, … Qilistaria bergumam dalam hati.Ah, dia tidak menyukainya.Suasana baru yang tak begitu cocok dengan perasaan sensitifnya ini, Qilistaria begitu membencinya.“Ian.”“….”Lihatlah.Meski suaranya sudah dikeluarkan untuk memanggil nama sang pujangga hati, orang yang biasanya akan langsung menoleh, … meski yang dikeluarkannya barusan itu adalah bisikkan pelan dan meski dia sedang dalam tidur yang lelap sekali pun, … kini hanya terdiam.Tak bergerak, atau pula berbicara banyak.GRTT~Sedih, kecewa, akan tetapi merasa bingung juga, … itulah yang saat ini Qilistaria rasa.Mencengkeram dengan erat seprai ranjang mereka dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat, perempuan bermata dan berambut hitam obsidian itu pun, sekali lagi … bergumam pelan sendiri.“Aku salah apa?”Suaranya terdengar begitu parau dan bergetar, tetapi di sisi lain, suaranya ini seperti sengaja dit
D-DANG!“….”“Apa yang—?”PROK-PROKK!“…!”Terkejut, melongo, kebingungan, serta terheran-heran atas aksi seorang pria paruh baya berkumis melinting di halaman depan rumah, … gadis berambut dan bermata merah, Rifa Ririan, yang menyembunyikan kakak iparnya, Qilistaria Aesundarishta di belakang punggung, … mengedutkan alisnya kesal.“My love—!”—PLAKK!Dengan sewot, gadis bar-bar ini menggeplak tangan pria tersebut, yang ternyata memiliki status sebagai tengkulak di daerah pusat pedesaan sana, tatkala berusaha menggapai sedikitnya ujung helai rambut Qilistaria.“Kakak ipar Saya ini sudah menikah dengan Kakak laki-laki Saya.”Maksud dari Rifa membeberkan informasi sederhana barusan ialah, … untuk memundurkan niatan pria songong tersebut dalam mengajak kakak iparnya tersebut tuk pergi dari keluarga Aesundarishta, dan masuk ke keluarga pria itu sebagai selirnya yang ke sekian, … dengan iming-iming persembahan emas juga permata.“Anda jangan seenaknya bersikap lancang begini dong~!"GYUT!M
TRAK!“Hei, apa kau mempercayai apa yang anak ingusan itu omongkan, terkait adanya wanita yang sangat cantik di hutan?”TRAKK!“Kudengar, lokasi tempat tinggalnya ada di dalam hutan sekitar sini ya?”TRAKKK!“Ceh, ucapan anak ingusan sepertinya untuk apa dipercaya? Paling-paling, itu hanya omong kosong untuk menarik perhatian banyak orang saja.”Tiga pria yang sedang menebang kayu untuk dijadikan olahan kerajinan, tengah berbincang.Mereka membicarakan tentang perempuan dalam rumor yang akhir-akhir ini meledak di pedesaan, yang katanya memiliki pesona luar biasa dengan paras cantiknya, tubuh moleknya, juga kebeningan kulit akan putih bersih sampai-sampai garis-garis hijau dari uratnya, … terlihat dengan samar.“Tapi kan, ada yang bilang kalau anak kecil itu tidak pernah bohong.”“Kata siapa tidak pernah bohong? Mereka pernah bohong saat ingin menyembunyikan sesuatu karena takut dimarahi oleh orang tuanya.”“Bukan yang itu. Maksudku, mereka tidak akan bohong terkait menilai penampilan
“… Huh?”Tunggu sebentar.“Itu benar, Rifa.”Pagi-pagi hari sekali sewaktu hendak menyantap sarapan yang telah siap sedia di meja makan, mendapatkan satu pemberitahuan yang disampaikan oleh kakak laki-laki serta kakak iparnya secara mengagetkan, anak gadis yang mendadak kaku pergerakannya, … menatapkan mata berkaca-kaca kepada orang tertentu di hadapan.“Kutukanku telah hilang.”TES!“…!”Bulir-bulir air mata tanpa disadari telah tercipta.Tercipta untuk muncul secara beruntun menuruni pipi Rifa yang bersemu merah, dengan alis yang mengerut haru. “Sungguh?”Dia bertanya seperti itu hanya untuk memastikan, apakah yang didengarnya benar-benar betulan atau bukan?Kemudian, tanpa menanti waktu yang lama ….“Ya!"… Gadis berambut merah itu menerima rentangan tangan kakak ipar, Qilistaria, yang mengenakan pakaian tanpa lengan dengan tidak mengenakan sarung tangan seperti biasa … seolah-olah memang ingin menunjukkan bahwa kutukannya sungguhan telah pupus.“Lihatlah. Aku—!”—BRUKK!Belum sem
CHUU~!Kecupan-kecupan singkat dilabuhkan.Derian yang menengadahkan wajahnya dan menangkup kedua pipi Qilistaria yang menundukkan kepala kepadanya itu, perlahan-lahan mulai menaikkan durasi kecupan.Secara lambat tetapi khidmat, pria itu mulai mengalirkan banyak tenaga di tangannya untuk mendorong serta membaringkan dengan pelan tubuh sang istri, … supaya wanita yang mulai berpartisipasi dalam memperdalam ciuman mereka itu melalui cara mengalungkan tangan di leher, mendarat di atas empuknya permukaan ranjang dengan aman dan nyaman. “Uhn~”Ah, betapa rindunya hati milik mereka berdua, akan sentuhan mesra yang sangat candu dan dapat memabukkan ini.Seingat mereka, kapan terakhir kali keduanya menjalankan malam yang berlangsung dengan panas itu? Setelah malam pertama?Well, itu terbilang cukup lama untuk sepasang kekasih yang tengah kasmaran, bukan?“….”Melepas pagutan sejenak, kedua sejoli yang mengambil nafas dan mengaturnya supaya tidak tergesa-gesa atau pula terburu-buru itu, … ki
-“Jangan sentuh Mirabella dengan tanganmu! Kau, dasar orang yang terkutuk!”-Kau tahu, itu sangat sukar untuk didengar di telinga Qilistaria kecil yang terdohok atas perkataan kasar ayahnya, terkait melarangnya supaya jangan mendekati sang adik sama sekali.Jangankan untuk menyentuhnya, baru mau menjangkaunya saja, ia sudah dilarang begitu keras.-“Apa yang sudah kau lakukan sampai-sampai kutukanmu itu semakin menyebar luas, huh?!”-Jika Qilistaria mengetahui apa penyebab dari kutukan di tangan sebatas pergelangannya kian menyebar sampai siku, dia pun pasti tidak akan merasa sangat kebingungan.-“Pergi ke kamarmu dan diam saja di sana!”--“Kau membuatku malu karena sudah melahirkan tumpukkan kutukan tak berguna sepertimu, Qilistaria.”-Dibayang-bayangi oleh kekecewaan ayah dan ibunya terkait kutukan pada tubuhnya, yang ia saja tidak menginginkannya sama sekali jika memang dirinya ditawari pilihan semacam itu, … gadis muda berusia 13 tahun tersebut pun, pergi menyibukkan kekosongan hat