“Nama Saya, Derian Aesundarishta. Istri bisa memanggil Saya, dengan sebutan yang Istri suka.”
Berjalan secara berdampingan, bersama dengan suaminya yang telah disahkan oleh banyak saksi di pesta perjamuan sayembara tadi, … Qilistaria merasa kikuk.
Ia tidak terlalu tahu harus bereaksi bagaimana, terhadap orang asing yang baru dikenalnya ini. Terlebih lagi, … karena dia adalah seorang laki-laki.
“Saya lebih tua dari Anda dua tahun. Jadi, di tahun ini, Saya telah memasuki usia 20 tahunan.”
Atas ancaman dari Duke Yoargi yang katanya akan membuang semua hasil panen kerja kerasnya, dalam beberapa bulan ke belakang ini dengan perasaan enteng, … secara terpaksa, Derian pun mau tak mau membawanya kembali bersamanya, menuju ke rumah miliknya yang sederhana.
Mengikuti ke mana Derian akan mengajaknya pergi, Qilistaria hanya mengemasi sedikit barang-barang kepunyaannya, … yang sebagian besar hanyalah gaun berlengan panjang, beserta dengan sarung hitam saja.
Sebab, di kediaman sana, … Qilistaria tidaklah memiliki banyak barang berharga, ataupun orang rumah yang setia. Jadi, hal itu pun dapat memudahkannya bergerak dengan bebas, di kala ingin berpindah tempat tinggal seperti saat ini, tanpa repot-repot membawa banyak barang bawaan.
“Ah, sebelum itu, … Istri.”
Menolehkan kepalanya ke arah di mana manik mata merah milik Derian, si suaminya, tengah menatapnya dengan pandangan yang sendu, … Qilistaria hanya diam terbungkam, dengan alisnya yang saling bertaut heran, … atas gumaman selanjutnya dari si lelaki berambut merah itu, mengatakan suatu perkataan yang terdengar cukup ambigu.
“Saya minta maaf, karena … telah berani-beraninya membawa Anda menuju ke rumah Saya, dengan cara berjalan kaki seperti ini.”
“A-ah.”
Qilistaria segera menundukkan pandangan, untuk menatap tanah yang sedang dipijak oleh kaki beralaskan sepatu lars hitamnya, … saking dirinya merasa begitu gugup.
“Ti-tidak apa-apa, su-sungguh.”
Yah sebenarnya, bagi Qilistaria, … itu bukanlah masalah yang patut dikeluhkan olehnya sekarang.
Sudah bersyukur, ia dapat keluar dari Duchy Yoargi dengan pergi bersama lelaki yang menurutnya sangat tepat ini. Meskipun, memang masih belum terlalu yakin, dikarenakan belum sepenuhnya mengenal Derian dengan sangat dalam.
Akan tetapi, Qilistaria sangat percaya, bahwa lelaki bernama belakang Aesundarishta tersebut, memanglah seorang laki-laki baik seperti yang ia kira, … dan juga seperti yang ia harapkan.
“Sa-saya, … sama sekali tidak merasa keberatan. Terlebih lagi, … pulang menuju ke rumah sembari berjalan secara berdampingan dengan Anda, … telah membuat Saya merasa begitu senang.”
Qilistaria berterus terang.
Seumur-umur, baru ada orang mengobrolkan sesuatu pembicaraan dengannya yang tidak terlalu serius, tidak terlalu penting, dan juga tidak terlalu berat, … namun, tetap terasa menyenangkan … untuk ia dengarkan secara terus-menerus.
“Be-begitu ya?”
Memalingkan wajah merahnya yang kembali memerah, semerah rambut beserta manik mata merah kepunyaannya, … Derian lekas membuang muka, agar tidak terlalu sering menatap Qilistaria, yang merupakan sumber penyebab akan kenapa wajahnya bisa menjadi bersemu merah begini.
Tak enak dengan melihat Derian yang bekerja keras menanggung kembali barang bawaan tadi, dengan tujuan awal untuk ditunjukkan kepada sang Duke sebagai mahar pernikahan itu secara sendirian, … Qilistaria cepat membuka suaranya, untuk menyuarakan sebuah usulan bantuan kecil.
“Jikalau Saya boleh membantu, … bolehkah Saya membawakan jinjingan Anda yang ini?” tanya Qilistaria, dengan tangan kanan yang terulur ke arah tangan kiri Derian, yang tengah sibuk menjinjing kantung besar berisi buah persik dan buah pir.
Kalau saja dirinya ini memang tidak mau sampai dibuang oleh seseorang, maka … ia harus membuat dirinya lebih berguna bagi orang tersebut, supaya orang itu tak akan pernah berpikiran untuk membuangnya, … dikarenakan ia telah dibutuhkan.
Semacam itulah sekiranya, prinsip kuat yang sudah diterapkan di dalam hatinya Qilistaria selama ini.
Di saat tangan Qilistaria hampir menyentuh kantung jinjingan yang terbuat dari bahan kain itu, … secara refleks, Derian mengayunkan jinjingan kantung tersebut ke belakang tubuhnya, … dan menjauhkannya dari jangkauan tangan Qilistaria.
Tentu saja, perlakuan mendadak itu telah menimbulkan keterkejutan yang teramat sangat dari Qilistaria. Pikiran-pikiran buruk, dan sangkaan-sangkaan yang jelek, kembali menggerayangi pemikirannya.
Apakah Derian tidak ingin bersentuhan dengannya, meskipun tangannya terbalut oleh sarung tangan?
Akan tetapi, … bukannya dia berlaku biasa-biasa saja saat menggandeng uluran lengan, untuk kemudian mengecup punggung tangannya sewaktu di pesta tadi? Lalu … kenapa, sekarang, ia, ….
“Ah, begini, Istri. Ini tidak seperti apa yang Anda pikirkan.”
Melihat raut muka Qilistaria yang mengeras, akibat sedang sibuk bergelut dengan pemikirannya sendiri, … Derian cepat-cepat berujar demikian untuk segera menjelaskan, … sebuah alasan masuk akal dibalik sesuatu yang kemungkinan dapat menimbulkan kesalahpahaman besar ini.
“Barang bawaan ini, akan terasa sangat berat untuk Anda. Saya tidak mau Anda membawa barang seberat ini, sampai ke rumah Say—er, maksudnya, ke rumah ki-kita nanti.”
“Ah, … benar begitukah?”
Tampaknya, kecurigaan dari terkaan buruk Qilistaria, tak dapat menghilang begitu saja.
Seakan tahu bahwa istrinya masih meragukan penjelasannya, Derian berinisiatif untuk membuktikan kebenaran dalam ucapan yang telah ia ungkapan tersebut, dengan cara menawarinya barang bawaan itu, … seperti yang Qilistaria inginkan barusan.
“Jika Anda tidak mempercayainya, mau mencoba untuk membawanya?” tawar Derian, yang seterusnya mengasongkan jinjingan kantung buah-buahan itu kepada sang istri.
Memegangi ujung bagian atas kantung tersebut, dengan menggunakan kedua tangannya yang kosong, karena barang bawaan berupa pakaian miliknya … disimpan di dalam kantung kain yang ia gendong di punggung, … Qilistaria pun segera bersiap-siap untuk mengangkat jinjingan berisi buah-buahan tersebut, dengan sepenuhnya mengandalkan tenaganya sendiri.
“Istri, apa Anda sudah bersiap? Kalau sudah, maka Saya akan langsung melepaskan lengan Saya dari memegangi benda ini.”
Merasa percaya diri akan kekuatan yang terdapat pada otot lengannya dengan begitu serius, Qilistaria menjawab pertanyaan meragukan dari Derian, dengan sebuah anggukan kepala.
“Satu, dua, ….“
Sesuai dengan apa yang ia bilang sebelumnya, Derian melepaskan genggaman tangan kirinya yang mencengkeram kuat jinjingan buah-buahan, secara perlahan. Namun, tak lama kemudian, ….
“… Tig—“
GEDEBUT!
“—Gaaahh~ akheem!”
Derian mengeluarkan suara yang terdengar seperti sedang menahan lengkingan, akibat dari kantung jinjingan yang dijinjing oleh Qilistaria … jatuh tak terbawa oleh tangan kurus bertenaga lemahnya, dan kemudian berakhir dengan menimpuk kaki yang beralaskan sepatu boot coklat.
Kendati demikian, untuk menjaga perasaan Qilistaria dan untuk tetap menjaga imaji harga dirinya, … sebagai seorang lelaki yang perkasa di hadapan perempuan penarik rasa suka beserta perhatiannya, Derian pun, … ujung-ujungnya menjadi berdehem sok keren, seraya mengangkat kembali jinjingan kantung buah yang lumayan menyakiti kakinya itu, dengan menggunakan tangan kiri.
“Tuh, kan? Saya sudah bilang, kan? Kalau kantung berisi buah persik dan pir ini, akan sangat berat untuk dibawa oleh Anda, … Istri,” omel Derian, yang sebenarnya jika kita telaah lebih dalam lagi, perkataannya barusan kurang cocok disebut sebagai sebuah omelan.
Sementara, di sisi Qilistaria sendiri, … si gadis berambut dan bermata hitam itu, tampaknya masih merasa tidak habis pikir, dengan kenyataan pahit yang telah membuat kaki suaminya … tertimpa oleh beratnya sebuah kesalahan yang sudah ia buat.
Apa-apaan isian kantung jinjingan itu? Daripada berisikan buah-buahan, rasa-rasanya … isian dari kantung itu, serasa menampung beratnya gundukan batu!
Bagaimana bisa, Derian tampak begitu dengan mudahnya mengangkat dan juga menjinjing benda tersebut, dalam sepanjang perjalanan yang telah menghabiskan waktu beserta menguras banyak tenaga, … yang justru malah seakan-akan tak memiliki pengaruh terhadapnya sama sekali?
“Ma-maaf! Sa-saya, telah menjatuhkannya sampai-sampai menimpa kaki Anda. Sa-saya … Sa-saya,”Berujar dengan tidak karuan, akibat dari merasa sangat bersalah, … Qilistaria langsung membungkukkan badannya berkali-kali, untuk meminta permohonan maaf dari Derian, … dengan tangan gemetarnya yang tak bisa berhenti mencengkeram erat rok gaun.Bagaimana jika Derian menjadi kesal padanya, lalu mengayunkan tangan ke arahnya, … untuk seterusnya memberikan sebuah pukulan, atau pula tamparan, sebagai bentuk dari hukuman?Apa yang harus ia lakukan, jika Derian terlampau marah terhadapnya, dan berakhir dengan membuang atau meninggalkannya di sini?Apa …? Bagaimana …? Dan, dan, … siapa yang, …? Argh! Pokoknya, pertama-tama, … Qilistaria merasa harus meminta maaf kepada Derian, dengan sangat bersungguh-sungguh.Derian yang tidak nyaman dikala d
Rumah yang ditinggali oleh Derian, adalah rumah panggung yang luasnya dapat ditinggali oleh tiga, sampai lima orang sekaligus. Cukup luas memang, namun, … rumahnya, hanya memiliki interior-interior yang sangat sederhana.Tiga kamar tidur, satu dapur, dan juga satu ruang tengah yang dapat digunakan sebagai ruang untuk makan, … adalah isi keseluruhan bagian dalam rumah panggung.Di bagian luar rumah, ada halaman luas yang dipenuhi oleh tanaman bunga. Sedangkan, untuk di bagian belakangnya, … ada bilik kamar mandi kecil yang bersebelahan langsung dengan sumur air timba.“Maaf, rumahnya … begitu sederhana untuk Anda.”Menggelengkan kepalanya dengan pelan, yang kemudian diselingi oleh gumaman, “Ehm,” Qilistaria mulai melangkahkan kakinya, untuk segera memasuki tangga rumah panggung berlantai papan kayu tersebut, dengan langkah yang begitu diperhatikan.&nbs
“Rambutnya berwarna merah sama seperti milik Saya, dengan ujung helaian yang sedikit bergelombang, juga memiliki kepanjangan yang sepanjang dada. Matanya pula, memiliki manik merah sama seperti milik Saya juga! Dia memiliki kelopak mata ganda alami, sehingga membuat matanya tampak lebih besar dan bulat, dari kebanyakan gadis seusianya!”Berjalan ke dapur mengambil satu buah pir, beserta piring pisin dan pisau buahnya, kemudian kembali ke tempat di mana ia duduk, … Derian lanjut bercerita seraya memotong buah pir tersebut sampai berbentuk potongan-potongan kelinci, untuk kemudian ditata olehnya di atas piring, … lalu mengasongkannya kepada Qilistaria.“Kedua orang tua kami telah meninggal lama. Ayah yang merupakan seorang petani dan juga peternak ulung di desa ini, meninggal sewaktu Saya masih berusia belia. Sementara, Ibu kami, … seorang pedagang pasar tradisional yang menjajakan hasil panen Ayah, menin
“Karena Anda, adalah cinta pertama Saya.”“Ci … cinta pertama?”“Ya.”Memandang Qilistaria lembut dengan tatapan mata yang penuh arti, Derian kembali menarik punggung tangan istrinya itu, untuk kemudian mengecupnya lagi.“Anda adalah cinta pertama Saya.”Tidak percaya begitu saja dengan pernyataan yang begitu mengejutkan hatinya barusan, Qilistaria segera melontarkan pertanyaan, “Dari sejak kapan, dan … dan, bagaimana bisa?”Menyahuti pertanyaan itu dengan bibir tipisnya yang tak bisa untuk berhenti tersenyum, Derian menjawab, “Dari Saya masih kecil, dan dari pandangan pertama awal Saya berjumpa dengan Anda.”“… Su-sungguh?”“Uh-hum. Saya bertemu dengan Istri untuk pertama kalinya, dan kemudian jatuh cinta pa
“… Anda muncul di depan mata Saya, dengan membawakan sebuah keajaiban, … yang sudah berhasil membuat wajah sembab Saya, kembali dihiasi oleh senyuman yang begitu lebar.”“… Huh?” lirih Qilistaria terbengong, seakan-akan tidak percaya.Merasa masih cukup ragu dengan apa yang barusan didengarkan olehnya, ia lekas bertanya, “Ba-bagaimana bisa?”Seraya melanjutkan kembali apa yang tengah ia kerjakan, Derian pun meneruskan aksi berbagi kenangannya, “Sembari tersenyum manis, Anda datang menghampiri Saya menyerahkan Rifa yang diam menurut untuk bergandengan tangan bersama Anda, dengan mata sehitam jelaga, … yang juga tampak menyorotkan senyuman di balik topeng berbentuk sayap kupu-kupu hitam. Di saat itulah, Saya jatuh cinta untuk pertama kalinya, pada pandangan pertama Saya terhadap Anda.”Qilistaria terdiam. Dia termen
“Nah~ sudah siap.”Berdendang ringan sembari meletakkan panci panas mengepul di tengah meja makan, yang memunculkan bau harumnya aroma masakan sup bening kentang berpotong dadu kecil-kecil, dengan ditambah oleh sedikit lada dan daun bay leaf kering, … dengan perasaan bangga, Derian … sukses mempersembahkan sajian masakan pertama untuk istri yang ia cinta, dengan wajah merah merona.“Se-sebenarnya, Saya tidak terlalu pandai memasak,” jujur Derian dengan malu-malu, mengasongkan semangkuk sup yang sudah ia siapkan sesempurna mungkin, kepada Qilistaria, “Tetapi, … Saya harap, ini akan sesuai dengan selera Anda.”Mengambil sendok dan mengucapkan terima kasih atas makanannya, Qilistaria lekas berdoa sebelum makan.Tak lama kemudian, ia langsung melahap suapan pertama makanannya dengan sedikit canggung, akibat dari terus-menerus diperhatikan oleh Derian.&nb
“Haduh, anak itu, kelakuannya benar-benar. Huh, …?”Derian yang tadinya sedang menggerutu, tiba-tiba saja langsung tersentak begitu mata merah menggoda miliknya, menangkap sesosok Qilistaria yang menundukkan wajah dengan tubuh yang terlihat bergetar akibat dari gemetaran.“I-istri!” serunya panik, bergegas menghampiri Qilistaria dengan tergesa-gesa, “Tidak apa-apa, Istri. Tidak apa-apa,” hibur Derian berusaha menenangkan, dengan duduk berjongkok di samping kursi Qilistaria.Sementara, untuk Qilistaria sendiri. Tampaknya ia tak bisa mendengar apa pun yang dikatakan oleh Derian sekarang. Dikarenakan, di dalam pikirannya saat ini … rupa-rupanya telah dipenuhi oleh berbagai macam terkaan buruk, yang cukup menyakitkan perasaan.Selesai sudah. Rifa membencinya.Tatapan itu, emosi yang terkandung di dalam mata merah yang mena
“Istri, Anda mau makan apa hari ini?”Hari ini, Derian begitu perhatian terhadap istrinya lagi.….“Istri, ada satu buket bunga mawar merah yang ingin dicium olehmu. Apa Anda tidak mendengarkan, bahwa bunga-bunga mawar ini mengatakan, 'Aku mencintaimu selalu', hm?”Di keesokan hari, ia memberikan bunga mawar merah memesona, yang ditanam dan dibesarkan dari sejak masih benih, … oleh adiknya sendiri.….“Istri, mau berjalan-jalan sore bersama Saya ke pematang ladang, untuk melihat matahari terbenam?”Lusa hari, ia mengajak istrinya, Qilistaria, untuk jalan-jalan.….Begitu saja terus, sampai seminggu telah berlalu semenjak Qilistaria datang kemari.Hal itu, membuat Rifa yang kesal ketika melihat gelagat kakaknya yang
“Huff, …! Haah~!”Yurish mengambil nafas dan mengembuskannya secara berulang kali, dengan pasrah.Dia menempatkan kedua sikunya tuk bertumpu pada pagar balkon yang terbuat dari beton, dan menengadahkan wajahnya ke arah langit malam bertabur bintang-bintang yang berkelap-kelip dengan sangat bercahaya.Suasana aman dan tenang sekali.Sampai, ….KLOTAK!… Suara sepatu hak tinggi yang berhenti selepas membuka pintu balkon ini, menginterupsi kedamaian yang tengah Yurish nikmati.“….”“….”Di bawah cahaya rembulan yang lebih menyorot dibandingkan biasanya, Yurish dan pemilik sepatu yang menghasilkan suara nyaring pada barusan itu, … saling bertatap muka.Sorot mata mereka yang berbeda warna, berserobok satu sama lain secara intens.Merasa ada yang perlu dibicarakan oleh perempuan yang dilihat-lihat, memiliki mata sedikit membengkak akibat sudah menangiskan
KRIETT!“…!”“…!”Suara gerbang raksasa yang terbuka secara perlahan itu, mengejutkan sepasang kakak-beradik yang masih memusatkan perhatian dan arah gerak dari tubuh mereka kepada raja di hadapan, supaya tersentak hebat.Mereka berdua yang masih belum memiliki keberanian untuk membalikkan diri dan melihat akan siapa gerangan orang yang muncul dari pintu besar tersebut secara jelas, … lebih memilih untuk mengepalkan tangan masing-masing, dan meneguk ludah kegugupan.“…?”Berbeda dengan kedua orang berambut merah yang mengapit dirinya dari sisi kiri dan kanan, Kairyuuki, … bocah kecil berambut hitam itu bertingkah mewakili.Dia lekas melepaskan pegangan tangan dari sang ayah untuk pergi berlari ke arah orang yang tengah berjalan menghampiri, seraya meneriakkan sesuatu.“Ibu~!”Sebuah panggilan.“Ryuuki~!”DEG!Seperti jantu
“Dengarkanlah! Ini adalah dekret dari His Majesty!”ZRAK!“Atas beralihnya pemerintahan selepas mendiang raja terdahulu kalah dalam perebutan kekuasaan, kalian berdua, mantan Ratu Kerajaan Gupenhileum, Putri Mirabella, serta yang terhormat, Ibu Suri, … akan diasingkan ke tempat asal kalian berada.”Satu orang ksatria yang dikawal oleh dua bawahannya, kini bisa dengan bangganya mengenakan baju zirah berlambang bunga kamelia, membukakan dan membacakan isi dari gulungan surat secara saksama.“Jangan pernah berpikiran bahwa kalian berdua, masih memiliki kesempatan untuk menempati istana Kerajaan Camerine ini lebih lama lagi. Jika kalian berdua masih ingin menjalani hidup dengan tenang, maka, pergilah sekarang.”Seminggu telah berlalu semenjak hari besar itu.Kini, para ksatria kecil yang merasa dahulu mereka tidak terlalu berguna bagi kerajaan, … justru tengah disibukkan ke sana kemari tuk mendatangi setiap r
“Berita panas! Berita panas!”“…?”“Berita panas dari istana! Siapa yang mau dengar?”Seorang anak kecil yang mondar-mandir di depan restoran sembari berteriak-teriak demikian, berhasil menyita perhatian Rifa untuk keluar meninggalkan Ryuuki di dalam restoran, dan mencari tahu apa yang tengah heboh.“Berita panas! Berita panas!”Anak yang berteriak-teriak itu berhasil mengumpulkan orang lain, selain dari Rifa.Mereka berkumpul membentuk lingkaran besar terlebih dahulu, barulah si anak melanjutkan cerita.“Raja tirani itu … dia sudah berhasil dikudeta!”“Apa?!”“Yang benar?!”'”Itu benar! Dia dikudeta oleh Pangeran Yurishien!”Semuanya menjadi heboh.Bahkan, Rifa sendiri pun membelalakkan matanya dengan lebar.“Yurishien? Bukankah dia pangeran yang telah lama mati bersama dengan ibu dan semua saudaranya, baik yang
SRING!“Grrk! Urghh!”“…?!”Felaise terkejut bukan kepalang, begitu pedang yang hendak ia tusukkan sekuat tenaga supaya bisa menembus dada Yurish yang tertutup baju zirah, dipegang dan ditahan langsung oleh kedua telapak tangan.Tak ayal, itu membuat telapak tangan berbalut sarung tangan besi tersebut, menimbulkan suara terkikis yang membuat gigi terasa linu.Hal ini semakin membuat keadaan di antara mereka semakin sengit, di mana saudara tiri yang berbagi paras serupa itu saling bertatapan muka dalam jarak yang sangat dekat.“Cukup sekali …! Aku …!” Yurish mengernyit dan menggemeretukkan giginya kuat-kuat.Dia berusaha sekeras mungkin, agar pedang yang ditahannya dari menusuk dada itu supaya terdorong menjauh.Namun, ia adalah pengguna tangan kanan, sedangkan … tangan dominannya ini sedangkan terluka untuk sekarang.Hal itu membuat kecemasannya menjadi naik berkali lipat, akiba
“U-uh … apa yang harus kita lakukan?” Para bangsawan yang berkumpul di ruang aula pesta ini sebagai tamu undangan ulang tahun raja, memandang khawatir akan beberapa pasang orang yang bertarung dengan sengit di tengah-tengah ruang tersebut. “T-tidak ada yang bisa kita lakukan!” “B-benar. Kita tidak boleh mengambil risiko.” “S-setuju. Jika mereka saja kesulitan, maka bagaimana dengan kita?” Secara perlahan-lahan, para bangsawan laki-laki yang tadi sempat berlari secara heboh untuk menghampiri raja, … mulai memundurkan langkah kaki mereka ke belakang, dan berniat untuk bergerombol balik dengan para bangsawan lain. “Kalau sudah begini … ekhem!” Para bangsawan yang ada di sana saling memandang satu sama lain, dan memamerkan satu sorotan mata serupa, berupa inginnya mengeluarkan diri dari sana. Mumpung sang tokoh utama pesta ini disibuk
“Pertemuan terakhir?”Felaise mengulang sebentar ucapan yang baru saja dikatakan oleh adik tirinya, Yurish.Tak lama kemudian, bibirnya yang mencebik kesal, keningnya yang berkerut marah, dan sorotnya yang menatap tajam, … mulai berubah.“Pfft …!”Dia melemaskan otot wajahnya, lalu ….“Buhahahaha!”… Tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang yang ada di sana merasa heran.“Baiklah.”SRAA~!Felaise mengusap poni rambutnya supaya ke belakang tuk memamerkan dahinya, dengan disisir oleh jari.Tak lama kemudian, ….“Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan dan mengklaim bahwa pertemuan terakhir itu dimenangkan oleh dirinya, okay?”… Secara perlahan, aura sihir berwarna putih perak itu mengumpul di tangan kanan Felaise.“Dengan senang hati, aku akan mengabulkan harapanmu sebelum mati ….”
Kyahaha~!”“Hei, tunggu kau!”“Anak-anak, jangan berlarian!”Suara hiruk-pikuk ramainya ibukota tampak hangat sekali.Semuanya terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.BRUAKK!“Uwaahh!”“Tuh kan?! Apa yang sudah ibu bilang?! Jangan lari-larian karena nanti terjatuh!”“Huwaa—huh?”Sampai ….“Ibu, kenapa tanahnya terasa bergetar?”“Apa maksudmu? Jangan mengada-ada dan cepatlah bangu—!”—QUOONG~!… Suara trompet besar yang memekakkan telinga, muncul.Bersusulan dengan itu, suara derap langkah yang banyak lagi terdengar rapat, bergemuruh semakin jelas mendekati ibu dan dua anaknya itu yang sekarang seperti membeku di tempat.QUOONG~!“Menyingkir! Hoi! Cepat menyingkir!”Bapak-bapak yang kebetulan sedang lewat di bahu jalan menyuruh ibu dan anak yang berada di
“Emmh ….”Ryuuki kecil menggeliat.Dia mengerjapkan matanya yang masih terasa lengket akibat mengantuk itu untuk beberapa saat, lalu memandangi langit-langit kamar yang tampak asing.“Sudah bangun, …?”Ah, benar.Dirinya baru ingat sekarang.Bukankah ia memutuskan supaya tak ikut Paman Yurish, dan mencoba menetap di sini bersama dengan ayah kandungnya saja?“… Ryuuki?”Sinar mentari pagi yang cerah nan terasa hangat, menyirami kamar ini.Hal itu pula mempercantik penampilan dari seseorang yang tengah duduk di tepi ranjang, yang mengusap pucuk kepala dan memberikannya senyuman tulus.Sehingga, aksi yang benar-benar baru bagi Ryuuki si anak gua itu, mampu membuat matanya terbelalak sempurna, dengan pipi merah merona.SYUK!“…!?”Ryuuki beranjak tiba-tiba, mengagetkan orang yang duduk di sampingnya, yang tak lain adalah ayahnya, De