Share

Bab 4

Setelah bekerja sepanjang pagi dengan tenggorokan kering, Clara ingin minum sejenak. Saat dia melewati sudut tangga, dia tidak sengaja mendengar dua orang pembantu sedang berbisik membicarakan dirinya.

“Aku dengar bahwa Gita lulus dengan gelar doktor luar negeri. Tidak hanya cantik, tetapi dia juga pandai menari. Bahkan dia memenangkan kejuaraan tari bergengsi tahun lalu.”

“Benarkah? Sayangnya, Tuan Leo malah menikah dengan seorang perempuan yang tidak pandai bicara dan penurut. Bahkan tidak ada pesta pernikahan dan dia langsung menjadi bagian dari Keluarga Xander. Istri murahan macam apa dia.”

“Walaupun Tuan Leo punya bekas luka di wajahnya, dia mempunyai kemampuan yang hebat. Dia kaya dan berkuasa, bagaimana bisa dia malah mendapatkan istri yang bisu?”

“Oh, aku dengar, orang yang tuna wicara itu termasuk dalam disabilitas kelas 3.”

Disabilitas kelas tiga …

Mata Clara sedikit berkedip.

Clara tidak dilahirkan dalam keadaan bisu, tetapi ketika dia berumur sepuluh tahun,

kebakaran besar terjadi dan merusak tenggorokannya. Ayahnya enggan mengeluarkan banyak uang untuk mengirimnya berobat ke luar negeri dan ayahnya selalu beralasan untuk menunda pengobatannya.

Ketika Clara masih kecil, dia tidak mengerti akan hal itu. Baru setelah beranjak dewasa, dia menyadarinya, dia bukan putri tercinta yang tumbuh bersama ayahnya, melainkan orang luar yang dibawa kembali ke Keluarga Tan.

Jadi, gosip pembantunya itu bukan masalah besar bagi Clara. Dia tersenyum cuek dan saat ingin berbalik untuk pergi, tiba-tiba suara rendah dan tajam terdengar dari luar.

“Siapa yang mengizinkan kalian membicarakan masalah Keluarga Xander?” seru Leo.

Kedua pembantu itu tiba-tiba berbalik dan melihat Leo memasang ekspresi datar dengan tatapannya yang tajam sambil menyipitkan mata ke arah mereka.

Kedua pembantu itu langsung panik. “Tuan, maaf kami lancang! Kami salah! Kami tidak akan bicara sembarangan lagi! Tolong maafkan kami Tuan!”

Leo masih memasang ekspresi datar dan tidak bergerak sedikit pun. Asisten Leo, Pak Broto, yang mengikutinya dari belakang, berjalan ke depan dan berbicara kepada mereka berdua. “Kalian berdua tidak perlu datang lagi besok.”

Kedua pembantu tersebut sangat sedih dan menyesal.

Leo tiba-tiba melihat ke arah Clara, melihat noda di tangannya dan celemek di pinggangnya, dengan sedikit mengernyit, Leo berkata, “Kamu adalah istriku, mengapa kamu melakukan pekerjaan rumah?”

Nada pertanyaannya terdengar agak aneh untuk Clara.

Tante Aminalah yang sebenarnya menyuruhnya, tetapi Leo benar-benar tidak tahu apa-apa.

Melihat Clara tetap diam, Leo sedikit mengernyit dan berkata, “Ada pembantu di rumah ini, jadi kamu tidak perlu melakukan hal-hal ini lagi.”

Clara pun kebingungan, tetapi tidak terlihat dari wajahnya. Dia mengangguk patuh.

Dia melepas ikatan celemeknya dan meletakkan sapunya. Saat dia hendak naik ke lantai atas, dia melirik dua pembantu yang baru dipecat itu sedang berlutut.

Clara merasa tidak tega.

Sebenarnya, Leo bukan berniat membelanya, tetapi hanya untuk menjaga martabat Keluarga Xander.

Kisah Cinderella hanyalah dongeng, tidak ada di dunia nyata, jadi Clara tidak akan terbuai ketika laki-laki melakukan hal seperti itu. Itu adalah hal konyol.

Saat kembali ke lantai atas, Clara baru saja membuka pintu kamar ketika teleponnya tiba-tiba bordering.

Dilihat sekilas, ayahnya, Andre Tan, menelepon.

Setelah ragu-ragu, Clara pun mengangkat teleponnya.

Yang ternyata Clara tidak tahu bahwa di lantai bawah, Leo juga menerima pesan dari asistennya yang bertuliskan, “Keluarga Tan sedang menelepon istri Anda.”

Mata Leo sedikit menyipit karena penasaran.

Clara tidak menyadari bahwa ponselnya telah dipantau oleh Keluarga Xander dan Leo diam-diam mendengarkan kata-kata ayahnya Clara di telepon.

“Clara, Ayah punya urusan mendesak dan butuh bantuanmu. Pergi ke ruang kerja Leo dan foto dokumen kontrak bisnis yang berlabel merah bertuliskan “Real Estate”, lalu kirim gambarnya kepada Ayah. Foto semua halaman dan jangan sampai Leo tahu,” ujar Andre.

Andre berbicara dengan enteng, tetapi kata-katanya tidak sepele.

Clara terdiam beberapa saat dan tidak menjawab.

Andre sudah mengantisipasi jika Clara tidak bersedia membantunya. Nada suaranya berubah menjadi sedikit tegas seakan mengisyaratkan sesuatu. “Ayah tahu kamu anak yang berbakti, jangan lupa kalau nenekmu masih menunggumu,” ujar Andre.

Clara tertegun dengan kalimat “nenekmu masih menunggumu”.

Neneknya masih dalam keadaan koma di rumah sakit dan berdasarkan pemahaman Clara tentang kepribadian ayahnya yang dingin, ayahnya mungkin benar-benar tidak akan peduli akan nyawa neneknya.

Clara hampir tidak bisa menunjukkan rasa kasih sayang apa pun terhadap ayahnya. Ayahnya yang sangat dingin telah membuat hati Clara mati rasa, berbeda dengan neneknya. Clara tidak bisa mengabaikan keselamatan neneknya.

Clara sudah punya pilihan di hatinya tentang mana yang lebih penting,

Saat kembali ke kamar, Leo pergi dengan membawa jaket. Sebelum pergi, Leo melirik Clara.

Melihat mata Leo, Clara merasakan kemisteriusan terpancar dari tatapannya yang susah untuk dipahami. Clara tidak terlalu memikirkan hal itu dan diam-diam menunggu sampai malam.

Setelah jam 11 malam, pembantu di rumahnya pergi beristirahat.

Clara berdiri di depan pintu hendak masuk ke ruang kerja Leo, tangannya sudah memegang gagang pintu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status