Udara di dalam mobil seperti telah membeku.Leo bagaikan belum kembali sepenuhnya dari dalam mimpi dan masih menggenggam erat tangan Clara. Tatapan mata yang awalnya tajam dan dingin perlahan berubah. Di saat dia melihat Clara, dia seperti melihat seseorang yang lain.Clara terkejut sampai tidak berani bergerak dan semakin lama, semakin panik.“Tuan Leo, kita sudah sampai rumah sakit,” ujar sopirnya.Suara sopir pun menyadarkan pikiran Leo. Setelah melihat jelas wanita di depannya itu, dia pun segera kembali menjadi dirinya yang dingin seperti es itu dan berkata, “Turunlah dari mobil.”Clara tidak berani menjawab dan dia segera mengambil tas kainnya, lalu turun dari mobil.Melihat mobilnya meninggalkan rumah sakit, Clara baru bisa menghela napas lega. Masih dengan sedikit rasa takut, dia memegangi pergelangan tangannya yang sakit karena digenggam, dan dia menggerakkan tangannya untuk memastikan tidak ada masalah dengan tangannya.Pria ini bahkan waktu bermimpi pun sangat menakutkan.Ta
“Kalian?” Mata Gita sudah hampir mengeluarkan api dan dia berkata sambil menggertakkan giginya, “Kalian berdua mau pergi makan, sepertinya itu bukan hal yang wajar.”Clara baru saja mau menolak, tapi sudah David langsung berkata, “Kantin rumah sakit begitu ramai, mau makan bareng saja tidak bisa? Keluarga Tan punya banyak sekali aturan.”“Maksudku bukan begitu, aku … Kak David, aku datang untuk meminta bantuanmu, penyakit ini …” “Sekarang ini waktunya istirahat makan siang.”David langsung memotong kata-katanya. Sikapnya sopan, tetapi terasa memberi jarak. “Ada masalah apa, tunggu kami selesai makan baru dibicarakan lagi. Ayo pergi,” ajak David.Clara sangat jarang melihat Gita tertegun dan juga tidak menyangka bahwa David yang selalu bersikap baik kepada orang lain itu begitu dingin terhadap Gita. Clara terheran-heran sejenak. Saat tersadar, dia sudah ditarik oleh David.“Tunggu sebentar.” Clara menarik lengan baju David dengan hati-hati.“Kenapa?” David menghentikan langkah kakinya.
Clara menggeleng-gelengkan kepala, pertanda bingung.Hal yang terjadi saat dia kecil, dia sudah tidak mengingatnya lagi. Selama ini, Clara mengira bahwa mungkin usia di saat dia bisa mengingat itu adalah usia yang lebih lambat dari orang lain. Tidak lama setelah dia bisa mengingat sesuatu, dia sudah dibawa oleh Andre ke Damari untuk tinggal bersamanya.Nenek mengulurkan tangannya yang kurus kering dan menyibakkan anak rambut yang ada di dahi Clara ke belakang telinga, memperlihatkan wajah Clara yang cantik.Nenek seperti berbicara sendiri. “Kamu sudah tidak ingat. Kalau saja kamu ingat, mana mungkin kamu bersedia ikut dengan Andre ke Damari?”Clara sedikit kebingungan dan tidak mengerti. “Kenapa? Bukannya Ayah merasa tempat tinggal kami tidak aman, makanya menjemput kami ke Damari?”Clara, waktu kecil, tinggal dengan nenek dan ibunya di desa pegunungan. Kebakaran di pegunungan itu menyebabkan ibunya meninggal. Setelah itu, Andre baru menjemput nenek dan dirinya ke Damari.“Tentu saja b
Setelah operasi Nenek, Clara teringat bahwa ada hal yang mau tidak mau harus dia hadapi dan hatinya pun merasa khawatir.Pagi hari, di rumah Keluarga Xander.“Leo, jangan terlalu sering minum kopi, itu tidak baik untuk kesehatanmu,” tegur Tante Amina.Tante Amina meletakkan segelas jus di depan Leo dan melihat sebentar ke arah kamar di lantai dua. “Dua hari ini, Clara tidak pulang ke rumah. Tidak tahu dia sibuk apa, suaminya sendiri saja tidak diurus, apa-apaan ini?”Leo membaca koran sambil berkata dengan nada dingin. “Dia di rumah sakit menjaga neneknya.”“Di rumah sakit ada perawat. Apa perlu dia yang menjaganya 24 jam? David, dua hari ini, juga tidak pulang. Tiap kali ditelepon, selalu bilang sedang sibuk. Kemungkinan besar pasti karena diganggu si Clara,” ujar Tante Amina.Leo mengangkat kepalanya dari balik Koran dengan tatapan matanya yang sedikit berat.“Leo, kamu jangan marah mendengar ucapan Tante ya. Tante tahu kamu kasihan sama si Bisu itu, tapi Keluarga Xander kita bukan t
Di kantor pusat Grup Xander, wangi dupa tercium dari kantor yang bercampur dengan wangi teh, membuat hati menjadi tenang. Leo masih muda, tetapi gayanya seperti orang tua. Dalam kesehariannya, dia juga tidak gampang tersenyum, Ini juga salah satu alasan mengapa dia masih begitu muda, tetapi sudah mengambil alih Grup Xander dan juga sangat dipercaya oleh semua orang.“Tuan, Proyek Sinar sudah hampir rampung. Ini adalah laporan perkembangan terakhir,” ujar asistennya.“Ya.” Leo menerima dokumennya, bersandar pada kursi sambil membalikkan halaman, dan bertanya, “Dari rumah sakit sana ada berita apa?”Pak Broto menjawab, “Operasinya lumayan lancar. Nyonya sendiri yang urus. Nenek sudah lumayan pulih dan satu minggu lagi sudah bisa keluar dari rumah sakit. Saya lihat, Nyonya Clara belakangan ini sedang mencari rumah.”“Dia sedang mencari rumah?” tanya Leo.“Harusnya, Nyonya mencari rumah yang akan ditempati neneknya setelah keluar dari rumah sakit.” Pak Broto menjelaskan. “Sebelumnya Nenek
Keluarga Xander juga termasuk orang kaya di Damari. Menikah ke Keluarga Xander dan tidak peduli Leo seperti apa, bagi Keluarga Tan, sudah termasuk perjodohan yang sangat bagus.Clara malah terlihat murung dan wajahnya kelihatan terpaksa. “Tentang hal ini, tolong bantu aku merahasiakannya dan jangan sampai diketahui Nenek. Saat waktunya sudah pas, aku akan memberitahukan dengan jelas kepada Nenek.”Mungkin hal itu tidak akan pernah diberi tahu hingga Clara bisa berhasil membawa nenek pergi dari Damari.Melihat Clara yang sepertinya kesusahan, David mengernyitkan dahinya dan berkata, “Menikah dengan kakak sepupuku, apa karena ada suatu kesulitan?”Clara pun terdiam sesaat.Kakak sepupuku orangnya agak tertutup. Saat mendengarnya tiba-tiba berkata dia sudah menikah, aku sangat terkejut dan aku pikir ini adalah pernikahan bisnis atau sejenisnya. Aku dengar, Perusahaan Farmasi Tan sebelumnya punya beberapa masalah, apa kamu demi Keluarga Tan …”Melihat ekspresi wajah David yang begitu pedul
Melihat raut wajah Clara yang tampak kesusahan, agen properti tersebut pun segera berkata, “Kalau memang merasa mahal sebenarnya masih boleh diskusikan, saya rasa empat juta juga masih bisa.”Clara langsung membelalakkan matanya, tidak percaya apa yang baru saja dia dengar.Clara masih belum mengatakan apa pun, tetapi agen properti sudah menurunkan harga sebanyak dua juta?Terlalu tidak masuk akal!David juga merasa ada yang tidak beres dan langsung bertanya, “Apakah rumah kalian ini ada masalah?”“Tuan kenapa berbicara seperti itu? Rumah ini kelilingnya 5 km, kalian tidak akan menemukan yang lebih cocok dari ini, tidak ada masalah apa pun dengan rumah ini, ini adalah rumah baru yang belum pernah ditinggali, harganya pun begitu murah.”“Berdasarkan yang kamu jabarkan dan yang kami lihat, harga sewa rumah ini adalah masalahnya,” ujar David.Wajah agen properti tersebut pun menjadi tegang dan dia melihat ke Clara sambil mengamati. “Apa kalian merasa terlalu murah?”Clara pun mengangguk.
Di malam pernikahan.Clara Tan duduk di samping tempat tidur seakan ada rasa pahit di mulutnya yang terasa membuat perut tidak nyaman.Gita Tan menolak untuk menikahi pria bertampang pas-pasan dari Keluarga Xander sehingga ayah mereka meminta Clara untuk menggantikan Gita.Setelah itu, Clara seperti pengantin yang tidak tahu malu, masuk ke dalam Keluarga Leo tanpa adanya pesta pernikahan ataupun jamuan tamu.Demi keluarganya, Clara rela dan hatinya sangat hancur.*suara berderit*Suara pintu yang didorong membuyarkan pikirannya, lalu dia mendongak dan menatap mata sipit, hitam nan tajam pria itu.Dia adalah Leo Xander.Suaminya.Leo memiliki postur tubuh yang ramping dan tinggi, tidak begitu buruk, dengan bibir tipis yang mengerucut seperti kacang berangan, layaknya burung elang di kegelapan malam. Dia terlihat dingin, sombong, kesepian, tetapi penuh energi.Penampilan aslinya yang tampan terpaksa tertutupi oleh bekas luka di dahi hingga dagunya, menambah sedikit kesan galak.Karena ta