Rindu, wanita berusia 28 tahun harus menghadapi sikap serakah para istri adik iparnya, ditambah lagi dengan sikap kedua mertuanya yang pilih kasih. Setiap para ipar dan ibu mertuanya membuat masalah, pasti ia yang selalu disalahkan. Terlebih lagi, ketika sang mertua membagi warisannya. Rindu dituding sebagai menantu yang serakah, padahal mereka lah yang serakah sesungguhnya. Berbagai fitnah keji pun dilayangkan pada Rindu oleh ipar-iparnya yang bekerjasama dengan ibu mertua mereka. Mereka ingin melihat Rindu hancur dan bercerai dengan Samsul. Namun, siapa sangka karena kejadian demi kejadian yang meraka lewati. Justru menguak masa lalu dari kedua orang tua Samsul. lantas, dapatkah bereka menghadapi segala permasalahan yang terjadi secara bersama-sama? seperti apakah kelanjutan kisahnya?
View More🍁 Awal kedatangan Aulia. "Mbak, kenalin ini Aulia, calon istriku," ujar Ardian sembari memperkenalkan seorang gadis langsing, berkulit putih, dan bermata sipit. Sayangnya rambutnya di cat warna pirang dan pakaiannya sangat seksi. Aku menatapnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Penampilannya bak artis-artis yang wara-wiri di layar kaca, sungguh benar-benar hedon. Aku sampai terpana melihatnya, persis seperti boneka. Rupanya tak hanya aku saja yang terkesima, mamak mertua pun tak kalah kagetnya denganku. Terlebih lagi, matanya langsung silau melihat apa yang di pakai oleh calon menantunya itu terlihat mahal semua. "Ya ampun, Le. Kok ya kamu itu pintar sekali nyari calon istri, cantik banget persis kayak boneka!" seru mamak mertua dengan sorot mata berbinar bak melihat emas permata dan juha uang gepokan. Aulina menyalami punggung tangan kami semua dan menampilkan senyuman terbaiknya, membuat wajah ayunya bertambah berkali-kali lipat cantiknya dan tampak sangat elegant. Namun
Pov. SriPerkenalkan, namaku Desrina Maharani atau biasa dipanggil dengan sebutan Sri. Aku menikah dengan Mas Joko karena sudah terlanjur hamil duluan. Awal pernikahan, ibu mertuaku sangat sayang padaku dan selalu memprioritaskan aku di atas segalanya. Terlebih lagi Setelah kelahiran Najwa yang merupakan cucu pertama di keluarga Mas Joko.Sebenarnya Najwa adalah cucu kedua di keluarga ini, cucu pertama yang sebenarnya adalah Vero yang merupakan anak Mas Samsul bersama mantan istrinya dulu yaitu Mbak Indah. Namun sayangnya, mereka bercerai akibat ulah mamak mertuaku dan Vero diasuh oleh ibunya. Vero dan Najwa hanya berbeda dua tahun saja, oleh sebab itu dulu aku begitu dekat dengan Mbak Indah. Sampai suatu hari, Mas Samsul membawa pulang seorang perempuan bernama Rindu setelah lima tahun bercerai dengan Mbak Indah. Awal perkenalan kami, aku sudah langsung tidak suka pada calon kakak iparku itu. Gayanya yang modis, tibuh terawat, kulit putih bersih dan juga perhiasan lengkap yang mene
Kini kami semua sudah berada di rumah orang tua Mas Samsul. Seperti biasa, bak terdakwa aku menjadi pesakitan yang tengah diadili oleh keluarga toxic ini. "Ceraikan istrimu sekarang juga, Sam! Dia itu membawa pengaruh buruk terhadap keluarga kita, kamu lihat sendiri. Semenjak kedatangannya, keluarga kita tidak pernah tenang sedikit pun. Selalu saja ada masalah yang dia ciptakan sehingga memancing pertengkaran dengan adik-adikmu!" tegas bapak mertuaku seperti orang yang sudah kehilangan akalnya. Mas Samsul hanua diam, menatap tajam ke arah orang-orang yang ada di hadapannya. "Benar apa yang dikatakan bapakmu, Sam. Delapan tahun kalian menikah, tapi sampai detik ini belum ada tanda-tanda kehamilan dari istri kebanggaanmu itu. Kedua adikmu saja sudah punya dua anak, dan anak pertama mereka sudah besar-besar pula," timpal ibu mertuaku seakan-akan semakin menyiram bensin ke dalam api. "Sudahlah, Bu. Soal keturunan itu biarkan menjadi urusanku dan Mas Samsul, apa ibu dan juga kalian itu
Semua mata orang-orang tertuju ke arah Joko. Mungkin dia kaget karena aku kini sudah berani melawan tidak seperti sebelumnya yang hanya bisa sabar, sabar, dan sabar setiap kali menghadapi kerusuhan mereka. "Sudah cukup dengan omong kosongmu yang tidak ada gunanya itu, Rindu! Selama ini aku menghargaimu karena kamu adalah istri dari abangku, tapi jangan mentang-mentang karena itu sekarang kamu bisa berucap kurang ajar!" sengitnya padaku. "Apa kamu bilang barusan, Jok! Aku, kurang ajar? Nggak salah kamu ngomong seperti itu, heuh? Bukankah selama ini kalian yang selalu bersikap kurang ajar padaku dan juga Mas Samsul. Dasar ipar-ipar tidak tahu diri!" ucapku tak kalah sengit. "Diam! Jika kamu terus bicara, jangan salahkan aku kalau detik ini juga kamu aku tampar, Rindu!" bentaknya yang sudah bersiap maju kehadapanku. "Hei!!! Sedikit saja kamu berani menyentuh wajah istriku, akan aku pastikan kamu pulang tinggal nama!" bentak Mas Samsul tiba-tiba yang langsung pasang badan di hadapanku
Seminggu telah berlalu semenjak kejadian keributan anatara Mas Samsul dan juga Joko. Pagi ini, seperti biasanya aku membuka warung makanku, tetapi kali ini Mas Samsul tak ikut membantu karena sejak habis subuh tadi ia sudah pergi bersama temannya untuk melihat lahan yang akan mereka garap. Trio rusuh datang dan mulai duduk di salah satu meja yang selalu menjadi tempat mereka untuk ghibah dan makan gratis. Aku diam saja dan memilih sibuk untuk melayani para pembeli. "Assalamu'alaikum," sapa seseorang, rupanya itu adalah Lek Painem yang merupakan tetangga desa baru saja pulang dari kota. "Walaikum salam. Eh, Lek Painem, kapan pulang makin segar aja," godaku. "Ah, kamu bisa aja, Rin. Lek baru sampai tadi malam jam sembilan, kangen sama masakan kamu yang juara. Makanya Lek putusin untuk cepat-cepat ke sini, takut keburu kehabisan!" ujar Lek Painem. Kami pun tertawa bersama. "Monggo duduk dulu, Lek. Rindu layanin yang lainnya dulu, nanti Rindu temani Lek ngobrol," ujarku. Lek Painem
🍁 Kembali ke tuntutan DesrinaIbu melengos pergi membawa kedua menantu kesayangannya. Lek Warno sang pemilik mobil sewaan sampai melongo melihatk aksi tri rusuh yang di luar batas nalar manusia. "Itu si Sari 'kan?" tanya Lek Warno sedikit linglung. "Iya, itu mamakku, Lek." jawab Mas Samsul yang kini menyandarkan kepalanya pada punggung sofa. "Edan! Aku nggak nyangka kalau ternyata sifatnya belum berubah juga dari dulu," celetuknya lagi. Mas Samsul merogoh kantung celananya lalu memberikan dua lembar uang berwarna merah pada Lek Warno sebagai bayaran sewa mobilnya. Meskipun mobil itu tidak jadi dipakai karena keburu trio kucrut itu ngibrit duluan, tetapi untuk datang ke sini tetap memakai bensin. Jadi ya, sebagai uang kompensasi saja lah. "Ini apa, Le?" tanya Lek Warno semakin kebingungan saat suamiku memberinya uang. "Uang ganti bensin, Lek," ujar Mas Samsul terus terang. "Ndak usah wes! Lha wong mobilnya saja ndak jadi di pakai, kok. Kalau sudah nggak ada urusan lagi, aky mau
Semalaman sudah aku dan Mas Samsul berada di kantor satpol pp. Mau tidak mau, aku pun akhirnya menghubungi Masku yang malam itu juga bertolak ke Magelang. Akhirnya, kami di bawa ke Purwokerto untuk kembali ke rumah orang tuaku. Di sana, aku dan Mas Samsul memang sengaja merahasiakan kejadian yang sebenarnya pun dengan Mas Wahyu yang sudah aku mintai tolong untuk menjemput. "Kalian puasa tidak?" tanya Mamaku. "Insya Allah puasa, Ma." jawab kami serempak."Alhamdulilah." Perjalanan Magelang purwokerto hanya 4 jam saja. Mulai berangkat dari kantor satpol pp pukul delapan pagi, sampai di rumah orang tuaku jam satu siang. Satu jam kami gunakan untuk istirahat, mandi, dan berganti pakaian di area pom bensin tadi. Tentu saja itu semua kami lakukan agar tidak terlihat begitu lusuh saat bertemu orang tuaku nanti. Kami tak ingin membuat orang tuaku kepikiran. "Lebih baik sekarang kalian istirahat saja, tadi kamarnya sudah dibersihkan sama Mbak Darmi. Untung saja Wahyu tadi sempat ngasih ta
Bab 10🚨 Sebelum melanjutkan membaca kisah Mas Samsul dan Rindu. Author ingin meminta waktunya sejenak untuk mengirimkan Al-fatihah yang dihadiahkan kepada Almarhum Mas Samsul ayahanda dari Ananda Keisya Salma Khoirunnisa. Karena hari ini tepat 10 tahun sudah kepergian beliau menghadap sang ilahi. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah, dan dilapangkan kuburnya. Amin amin Allahumma amin. 🚨🍁🍁🍁🍁Hari sudah semakin larut, tetapi aku dan Mas Samsul belum juga menemukan solusi untuk kami tidur malam ini. Selepas shalat tarawih masjid sudah kembali sepi, akhirnya kami pun kembali menelusuri jalanan tanpa arah tujuan. Semakin jauh kaki kami melangkah, semakin sepi pula jalanan yang kami lalui. Tiba-tiba terdengar suara guruh yang sangat kencang ditambah dengan sapuan angin yang lumayan kencang juga. Tak lama setelahnya, disusul dengan gerimis yang mulai berjatuhan satu persatu membasahi bumi tempat kami berpijak. "Ya Allah, hujan, Dek! Kita cari tempat berteduh dulu dari pad
Bab 9"Eh, mana bisa begitu?" protes Desrina tak terima. "Kamu mau coba-coba untuk mempermainkan kami, Sam?" tanya mamak mertua sengit. "Halah ...! Bilang aja gak punya duit!" timpal Aulia meremehkan suamiku. Namun wajah ketiganya kentara sekali terlihat panik. Aku hanya diam menyaksikan kepanikan dari mereka bertiga. Mas Samsul tertawa miring seakan-akan apa yang ada di dalam pikirannya dama denganku. "Kenapa? Takut?" tantang Suamiku. Mas Samsul itu semakin ditekan, dia akan semakin berontak sekarang. Berbeda dengan dulu yang bisanya hanya diam dan mengalah. Trio rusuh saling tatap seakan-akan saling memberi kode satu sama lain. "Si--siapa yang takut! Gak ada dalam kamus seorang Desrina Maharani itu takut pada orang miskin kayak kalian!" ujarnya sombong dan mendapat anggukan setuju dari mamak mertuaku dan juga Aulia. "Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang saja. Kebetulan tadi aku sudah meminta tolong pada Lek Warno pinjam mobil untuk bawa kita semua ke RS besar di kot
Bab 1 "Sam, sore ini kamu datang ke rumah, ya. Ada yang ingin bapak bicarakan pada semua anak dan menantu," titah mertuaku yang tumbenan sekali sepagi ini sudah datang ke rumah. "Insya Allah, Pak. Nanti sehabis pulang dari sawah, Samsul dan Rindu pasti ke rumah. Kalau boleh tau, memangnya ada apa ya, Pak?" jawab dan tanya suamiku. Aku rasa ia sama halnya denganku, yaitu penasaran. "Nanti juga kamu tahu, Sam. Pokoknya datang saja sudah! Kamu peringati itu istrimu, agar jangan membuat ulah nanti!" peringat bapak mertua yang sudah seperti kode keras untukku. Aku yang tengah menguping di dapur pun merasa gondok setengah mati, nggak bapak mertua, nggak ibu mertua, bahkan adik-adik suamiku pun sama-sama menyebalkan. Mereka tidak bisa membedakan mana benar dan mana salah, mana tulus dan mana modus. Selama empat tahun aku menjadi bagian dari keluarga Mas Samsul, selalu saja apa pun yang aku lakukan selalu salah di mata mereka. ***Aku, Rindu Septiani berusia 28 tahun dan suamiku Samsul...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments