TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)

TEMPE GORENG DI MEJA MEWAH MENANTU (Fobia Miskin)

last updateLast Updated : 2023-02-15
By:  Olin huyCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
63Chapters
5.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Lima belas ribu, Mas? Yang benar saja. Besok kamu tahu kan, kalau ibuku mau datang?" Kedua alis Aira naik ke atas dengan mata melebar.  "Kenapa? Apa ada yang salah? Terus ... kalau orang tuamu datang, kita mau menyambut seperti ratu, menyediakan ikan, daging, udang, cumi, begitu? Kita hidup harus hemat. Nggak peduli siapa yang datang. Bukankah orang kampung juga menyambut tamu dengan hidangan seadanya?"

View More

Chapter 1

Bab: 1

Besok mertuaku akan datang dari kampung. Ini sangat meresahkan. Jangan sampai dia menginap. Karena, kalau sampai itu terjadi, pengeluaranku bisa membengkak.

"Ini uang belanja untuk besok pagi."

"Lima belas ribu, Mas? Yang benar saja. Besok kamu tahu kan, kalau ibuku mau datang?" Kedua alis Aira naik ke atas dengan mata melebar. 

"Kenapa? Apa ada yang salah? Terus ... kalau orang tuamu datang, kita mau menyambut seperti ratu, menyediakan ikan, daging, udang, cumi, begitu? Kita hidup harus hemat. Nggak peduli siapa yang datang. Bukankah orang kampung juga menyambut tamu dengan hidangan seadanya?"

Mimik wajah Aira langsung berubah ketika aku menyinggung tempat kelahirannya.

"Kalau begitu belanja sendiri saja, Mas! Zaman sekarang uang lima belas ribu dapat apa? Kamu adalah pengusaha, bos besar. Tapi, untuk urusan perut perhitungannya melebihi pekerja serabutan." Aira masuk ke kamar dan membanting pintu.

Dia pikir cari uang itu mudah?! Biarpun usahaku sedang maju, tetap saja hidup tidak boleh boros.

***

Karena istriku masih marah, hari ini aku yang belanja sayur untuk masak dan menyambut kedatangan mertua. Sebenarnya aku males mrlakukan ini semua. Tapi, aku sudah menikahi putrinya. Mau tidak mau dia tetap kuakui sebagai mertua. Aku sendiri sudah tidak ada orang tua. Sejak kecil aku berjuang sendiri hingga sukses seperti sekarang ini.

Untuk membeli sayur aku cukup keluar halaman, di dekat rumahku sering ada sayur keliling yang mangkal.

"Tumben belanja sendiri, Mas? Mbak Airanya kemana?" 

Aku tidak menjawab. Wanita memang selalu ingin tahu urusan orang lain. 

"Lho, cuma itu saja, Mas? Ikan atau ayamnya belum lho!" sindir seorang wanita bertubuh gempal.

"Iya, Mas. Uangnya buat bantalan saja ya, sampai ngirit begitu! Pantas istrinya kurus." 

Kupingku mulai panas mendengar cecaran mereka. Istriku bukan kurus, tapi langsing.

"Maaf, aku nggak suka daging. Lebih sehat tempe yang sama-sama mengandung protein dan antioksidan," sahutku sembari memasukkan makanan yang terbuat dari kedelai tersebut ke dalam plastik.

"Bilang saja pelit. Pakai basa-basi segala!" ujar si tubuh gendut itu lagi, diiringi tawa dari ibu-ibu yang lain.

Aku ingin membalas, tapi urung kulakukan. Karena melawan ibu-ibu menang kalah tetap saja kalah. Apa lagi mereka keroyokan.

"Berapa, Pak?" tanyaku setelah mengambil beberapa barang."

"Lima belas ribu saja, Mas!"

Aku pun memberikan uang dua puluh ribu sehingga dapat kembalian lima ribu. Di rumah beras masih banyak. Karena 1kg cukup untuk satu minggu makan berdua. Bumbu juga masih banyak.

"Kaya tapi pelitnya nggak ketulungan!" bisik salah seorang dari gerombolan wanita julid-julid tersebut.

Ini namanya bukan pelit. Tapi hemat. Mereka tidak tahu susahnya membangun sebuah usaha. Jadi gampang ngomong seperti itu.

Aku masuk ke rumah sembari memanggil istriku yang belum kelihatan. Mungkin dia masih di dalam. "Sayang, buruan masak! Aku sudah lapar. Kalau nanti ibumu datang belum ada makanan kan kasihan juga."

Aira datang dengan wajah ditekuk. Bibirnya terus mengerucut. Apa lagi setelah melihat isi di dalam plastik tersebut. 

"Lihat, lima belas ribu bisa dapat segini banyak. Kamu sebagai wanita harus pintar-pintar dalam membelanjakan uang."

Tanpa menanggapi omonganku, dia ke dapur  dan memot@ng-mot@ng kangkung serta bumbunya. 

"Pelan sedikit, Sayang! Kamu cuma memot@ng bawang kok seperti memot@ng tulang ayam."

"Masih untung bukan lehermu, Mas!" umpatnya. Reflek aku memegang leherku dan membayangkan dipengg@l seperti ayam.

Aneh sekali, padahal sebelum menikah Aira sangat lembut dalam berbicara dan bersikap padaku. Tapi baru sebulan menikah, sikapnya sudah berubah 1000% jadi lebih sering marah-marah tanpa sebab. Padahal di rumah ini dia tidak pernah kubiarkan kelapar@n. Setiap hari kuberi uang belanja lima belas sampai tiga puluh ribu. Seharusnya dia bersyukur. Karena masih banyak istri-istri yang harus berjuang mencari uang sendiri di luaran sana. Sementara Aira cukup menerima dariku. 

Beras, bumbu dapur, semua sudah kulengkapi setiap bulan. Bahkan dia tidak perlu memikirkan biaya listrik, PDAM, atau gas elpigi yang sering dikeluhkan ibu-ibu di sosial media.

Satu jam kemudian ibu mertua telah datang. Dia membawa hasil panennya dari kampung berupa pisang, ubi, termasuk ayam. Dia ke sini diantar oleh tengtangga yang memiliki mobil. 

"Letakkan saja ayamnya di luar agar tidak mengotori lantai."

Ibu pun meletakkan unggas itu di halaman. Dia tidak akan pergi karena kakinya diikat. Pun ada pintu gerbang yang cukup tinggi dan rapat.

"Ibu pasti capek. Mari makan!"

Ibu mertua terus menatap menu di meja mewahku. Mungkin dia mengira kalau akan ada daging atau ikan. Jangan harap. Aku nggak mau rugi dengan menghamburkan uang untuk sekadar urusan perut.

Meski cuma lauk tempe, rasanya akan tetap nikmat. Apa lagi disajikan di meja mengkilat ini.

"Ibu mau kemana?" tanya Aira ketika melihat wanita bergamis batik itu berdiri menuju tas bawaannya. Dari sana dia mengeluarkan benda yang ukurannya lebih besar dari rantang yaitu kaleng bekas roti Niss!n. Gil@, ibu mertua ternyata membawa bekal dari rumah. 

"Itu apa, Bu?" tanya Aira lagi setelah pertanyaan sebelumnya belum dijawab.

"Ini opor ayam kampung untuk lauk. Kebetulan ayam di rumah sudah besar-besar. Jadi dikurangi."

Aku melongo menatap tutup kaleng itu ketika dibuka. Aroma harum dan gurih langsung menguar dari sana. Padahal ayamnya masih di terbungkus plastik. Mungkin agar airnya tidak mrembes keluar kaleng. Dasar orang kampung. Norak banget. Tapi, seketika tempe yang sudah ada di mulut mendadak hambar karena lidahku sudah merasa digoyang kuah bersantan kuning tersebut. 

Mau minta gengsi. Karena aku adalah orang kaya dan seharusnya aku yang menyediakan menu tersebut. Tidak minta air liur meronta.

"Kamu panasi dulu ya, Ra. Dipindah ke wadah lain," titah Ibu. Aira langsung berdiri menuju dapur. Wajahnya begitu semangat seolah mendapatkan energi baru. Padahal nasi di piringnya belum habis.

Usai dipanasi, Aira membawa opor itubke meja. Tampilannya semakin nikmat ketika ditempatkan pada mangkok kaca bening.

"Ayo, kalian makan!" Ibu mertua menatapku dan beralih pada istriku.

Baru saja tangan mau mendekati opor, Aira berkata, "Mas Kevin tidak suka ayam, Bu. Dia alergi daging. Makanya setiap hari makan tempe."

Ck. 

Tega sekali Aira berkata seperti itu.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Najma Syarafana
baru pertama baca novel, udah ketemu sama cerita ini. suka banget
2024-03-17 22:05:24
0
user avatar
Olin huy
Bener, Kak. Jadi gemes ma laki seperti ini
2023-02-12 20:29:05
0
user avatar
Inka Dwi Cendani
ceritanya bagus seperti kisah nyata pada ibu rumah tangga banyak sekali suaminya yang seperti ini
2023-01-26 00:09:38
0
63 Chapters
Bab: 1
Besok mertuaku akan datang dari kampung. Ini sangat meresahkan. Jangan sampai dia menginap. Karena, kalau sampai itu terjadi, pengeluaranku bisa membengkak."Ini uang belanja untuk besok pagi.""Lima belas ribu, Mas? Yang benar saja. Besok kamu tahu kan, kalau ibuku mau datang?" Kedua alis Aira naik ke atas dengan mata melebar. "Kenapa? Apa ada yang salah? Terus ... kalau orang tuamu datang, kita mau menyambut seperti ratu, menyediakan ikan, daging, udang, cumi, begitu? Kita hidup harus hemat. Nggak peduli siapa yang datang. Bukankah orang kampung juga menyambut tamu dengan hidangan seadanya?"Mimik wajah Aira langsung berubah ketika aku menyinggung tempat kelahirannya."Kalau begitu belanja sendiri saja, Mas! Zaman sekarang uang lima belas ribu dapat apa? Kamu adalah pengusaha, bos besar. Tapi, untuk urusan perut perhitungannya melebihi pekerja serabutan." Aira masuk ke kamar dan membanting pintu.Dia pikir cari uang itu mudah?! Biarpun usahaku sedang maju, tetap saja hidup tidak bo
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more
Bab: 2
Usai dipanasi, Aira membawa opor itu ke meja. Tampilannya semakin nikmat ketika ditempatkan pada mangkok kaca bening."Ayo, kalian makan!" Ibu mertua menatapku dan beralih pada istriku.Baru saja tangan mau mendekati opor, Aira berkata, "Mas Kevin tidak suka ayam, Bu. Dia alergi daging. Makanya setiap hari makan tempe."Ck. Tega sekali Aira berkata seperti itu. Demi harga diri tanganku mundur dan mengambil tempe yang kubeli sendiri. Pada akhirnya aku juga yang menghabiskan.Mulutku terus mengunyah lauk berbentuk pipih itu. Sementara mataku fokus menatap istri dan mertuaku. Aku mengambil ponsel di saku celana. Kukirimkan pesan pada kontak Aira, "Sayang, kulihat ayamnya ada lima potong. Jangan lupa sisain buatku, ya!" Aira menyipitkan mata dan melirikku setelah dia membuka pesan yang kukirim. Entah kenapa tatapannya yang dulu meneduhkan berubah seperti macan perempuan yang siap menerkam mangsa."Kalau suamimu setiap hari makan tempe, kamu juga ikut makan tempe, Ra?" tanya Ibu mertua s
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more
BAB: 3
POV MERTUAAku heran, padahal menantuku adalah orang kaya. Rumahnya besar dan luas. Bahkan meja makan ini juga terlihat mewah. Dirancang dengan finishing glossy, permukaan meja menampilkan lis hitam membingkai bagian kaca tempered. Bagian kaki terlihat mulus menopang dengan kokoh, sedangkan ukurannya tetap space-saving dan bisa menampung sekitar 4-6 orang. Tapi yang tersedia di depan mata hanya kangkung dan tempe goreng. Sangat tidak selaras dengan kenyataan yang ada.Sebenarnya aku juga tidak mempermasalahkan menu tersebut. Tapi, sejak aku masuk ke rumah ini memang terasa ada banyak hal yang putriku sembunyikan.Tidak ada pembantu, kulkas kosong, AC mati. Semua itu tidak umum terjadi di kalangan pengusaha seperti Kevin.Hari ini aku sengaja menginap agar tahu apa yang sebenarnya terjadi pada rumah tangga anakku. Memang orang tua tidak berhak ikut campur dengan masalah rumah tangga anak. Tapi kurasa semua ini tidak benar. Kalaupun mau berhemat, tentu tak separah ini.Setahuku omset me
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more
BAB: 4
Hari ini istriku telah sukses memerasku. Mana mungkin periksa perut habis enam juta. Lagi pula dia dapat dokter dari mana sih?Nggak meyakinkan.Tapi memang perutku sudah agak baikan setelah minum ob@t yang diberikan istriku. Sayangnya dia tidak memperlihatkan kemasan ob@t tersebut. Entah ia simpan di mana. Dia datang ke kamar cuma membawa gelas panjang serta tiga jenis ob@t berbentuk tablet dan kaplet yang tak kutahu merk-nya."Ini obat apa? Kamu nggak merac*niku kan?" tanyaku sebelum menelan.Aira mengulas senyum dan berkata, "Kalau mau merac*n aku nggak akan memanggilkan dokter. Cukup sian!d@."Tenggorokanku seketika susah menelan ludah. Benar juga."Lagian itu dokter prakteknya di mana sih? Mahal banget. Apa tidak ada dokter yang lebih murah?""Kamu ya, Mas! Masalah kesehatan saja masih perhitungan. Mas tahu sendiri kan kalau sehat itu mahal. Makanya, selagi sehat jangan terlalu memikirkan kantong. Pikir juga isi perut. Setelah sakit baru deh. Kelabakan. Enak kan kalau sakit nggak
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more
BAB: 5
"Maaf, Pak Kevin! Orderan yang dipesan tidak dapat dibatalkan. Terima kasih!""Heh, tunggu!"Aira ...! Kepalaku rasanya mau pecah. Apakah ini yang dinamakan ujian dalam rumah tangga?Menit kemudian ketika mau mandi bel pintu berbunyi. "Siapa sih, pagi-pagi ganggu saja!" gerutuku.Dari kamar aku ke depan. "Paket, Pak. Totalnya enam ratus ribu!" Pria itu menenteng bungkusan berwarna hitam. Jam segini sudah mengganggu."Paket apa? Aku nggak pernah pesen-pesen begituan! Bawa pulang sana!""Ini adalah baju pesanan Bu Aira. Begini, Pak! Di olshop kami selalu ada perjanjian. Barang yang sudah dipesan dan diantar ke rumah tidak dapat dikembalikan lagi. Aku sudah capek-capek ke sini lho, Pak?""Aku nggak ada anggaran uang untuk barang yang nggak penting seperti itu! Kalau memang itu pesanan Aira, suruh dia yang bayar."Kurir berseragam biru elektrik itu menatapku secara intens. Dia memindai penampilanku dari ujung kaki sampai ke ujung rambut. "Orang kaya kok perhitungan.""Eh, kamu bilang apa
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more
BAB 6
Aira berjalan menuju nakas. Kemudian mengambil buku dan pulpen. Lalu duduk di ranjang memunggungiku. Entah apa yang dia tulis.Menit kemudian ...Glotak.Buku ia lempar ke punggungku. "Baca!"Aku menoleh. Memegang buku kecil itu. Lalu berkata, "Maksudmu apa melempar-lempar punggunggu dengan buku seperti ini? Apa nggak bisa menyerahkan dengan pelan?" Aira mematung dalam posisi yang sama. Sumpah, aku mati gaya dalam memahami sikapnya. Buat yang masih jomlo, mendingan kalau memutuskan menikah jangan melihat wajahnya yang cantik saja. Tapi cari tahu dulu sifat-sifat buruknya. Karena mengenali pasangan dalam waktu singkat itu sulit."Baca saja, Mas! Tidak buta huruf kan?" Ih. Tanganku memuk*l tanpa menyentuh badannya. Lalu kembali duduk dalam posisi nyaman. Rentetan tulisan tangan berjejer sampai bawah. Gaji rata-rata koki, gaji rata-rata cleaning servis ... seratus ribu/jam? "Apa maksudmu menulis gaji provesi orang? Lagi pula mana ada gaji OG/OB sebanyak itu? Ngarang. Kalau memang ad
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more
BAB 7
Aku berlari ke luar rumah. Baru sampai di daun pintu sudah terdengar suara cangkulan. Aku menuju sumber suara, dan benar, Aira dan ibu sedang menggali tanah. Aku menatap mereka dari kejauhan dan kuteriaki, "Kalau mau mencangkul di sawah sana!" Aku pun mentertawakan kegiatan istri yang menurutku tak bermanfaat. Mungkin dia mau menanam bunga. Ah, dasar wanita. Sukanya mengerjakan sesuatu yang tak berguna.Aira menoleh padaku. Masih dengan tatapan sini. Bibirnya yang berwarna pink itu tak mengembang sedikit pun. Kalau hubunganku dengan istri seperti ini terus, kapan akan punya keturunan.Aku berjalan cepat mendekati istri dan ibu mertuaku. Wanita paruh baya itu menatapku sembari mengulas senyum. Berbeda sekali dengan putrinya. Akhir-akhir ini sering sekali melipat wajah dan bibirnya."Sudah bangun, Vin? Kalau bisa, bangun tidur sebelum subuh supaya bisa salat subuh," ujar Ibu. Dia memang sering menasehatiku dengan kata-kata yang sama. Andai dia tahu kalau aku bangun kesiangan juga kare
last updateLast Updated : 2023-01-19
Read more
BAB 8
"Aku tidak percaya lagi padamu. Kamu cuma mementingkan uangmu itu. Tak pernah peduli dengan perasaanku. Aku mau pulang saja."Aku tak bisa hidup tanpamu Aira ...! Entah bagaimana caranya agar aku bisa meyakinkan wanita yang mampu mengambil hatiku.Tak mudah bagiku jatuh cinta pada lawan jenis. Hidupku terlalu monoton. Cuma kerja, kerja, dan kerja tanpa memikirkan apa itu cinta. Tapi ketika mengenal Aira, hidupku terasa lebih berwarna. Kudekap tubuh kecil di hadapanku dan menguncinya dengan kedua tangan. Tak akan kubiarkan istriku pergi begitu saja dari hidupku."Dengarkan aku, aku akan menuruti keinginanmu untuk mencari ART. Tapi beri aku waktu. Karena mencari ART juga harus selekif."Tubuh yang sejak tadi tak bisa diam, meronta, menggeliat seperti ular, dan berusaha lepas dari genggamanku mulai tenang."Aku nggak percaya sebelum ada hitam di atas putih," ujarnya lirih. Aku menghela bafas perlahan, lalu mengeluarkannya. Perempuan sangat ribet. Terpaksa aku mengiyakan dari pada membia
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more
BAB 9
Mam-pus. Gara-gara berdebat dengan Aira, aku sampai lupa kalau teman-temanku akan datang ke rumah. Aku belum menyediakan jamuan apa-apa."O-oke, Brow!""Jangan lupa teh merahnya. Biar lebih asyik ngobrolnya. Selena juga ikut lho.""Apa?!" Aku menutup mulut karena nada terlalu keras. Aira yang dari tadi cuek langsung menoleh dengan tatapan tajam. Aku pun memunggunginya, tapi tetap bisa kilihat dari sudut mata kalau Aira penasaran. "Kenapa Selena harus ikut? Aku dan istriku sedang tak baik-baik saja. Kamu malah mengajak dia. Kamu mau rumah tanggaku berakhir sekarang juga?" lirih suaraku. Kupastikan Aira tak bisa mendengar."Maaf, Brow. Dia memaksa. Aku bisa apa?"Aku meremas rambutku yang semakin terasa panas."Sebentar lagi kita sampai," seru Zaki.Panggilan diakhiri.Aku membalik badan. Aira berdiri tegap di belakangku dengan tangan dilipat sejajar dada."Sayang, tolong bantu aku kali ini saja. Temanku mau ke rumah." Aku menangkupkan kedua tangan sejajar dada dengan tangan memelas. B
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more
Bab 10
POV MERTUAMeski cuma sebentar, aku merasa senang karena bisa bertemu dengan putri semata wayangku. Aku bisa melepas kerinduan padanya. Tapi, ada sedikit keganjalan dalam hati ketika mengingat Aira sempat mengeluh ingin pisah dari suaminya.Mudah-mudahan apa yang dikeluhkan oleh putriku bisa segera menemui titik terang. Jangan sampai ikatan pernikahan yang mereka jalankan kandas begitu saja. Setiap pernikahan memiliki ujian sendiri-sendiri. Bisa dari pasangan, orang tua, atau saudara. Dan putriku saat ini diuji dengan pasangannya.Mobil sudah memasuki aspal yang sudah cukup rusak, berlubang sana-sini. Ini artinya sebentar lagi akan masuk ke perkampunganku. Kulihat kanan-kiri jalan hanya ada pohon jati dan ilalang. Berbeda jauh keadaannya dari kota yang baru saja kuinjak. "Wah, Bu Aminah sudah pulang!"Tetangga menyapaku ketika mobil bak melintas di depan rumah pemilik warung.Aku hanya mengulas senyum pada wanita-wanita seumuranku itu. Mereka memang tidak ada kerjaan lain selain me
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status