Share

bab 8

Author: Amoyngapak
last update Last Updated: 2023-03-27 15:48:14

Bab 8

"Cuih! Makanan apa ini! Asin sekali dan hampir basi!" hardik Desrina alias Sri tiba-tiba sembari melepehkan makanan dari mulutnya dan mengelap bibirnya menggunakan tissu makan yang memang telah di sediakan.

Otomatis, semua pasang mata tertuju ke arahnya, lalu sebagian bergantian menatap ke arahku penuh curiga.

"Sri, apa maksud kamu ngomong begitu! Rindu memasaknya itu semua dadakan, ya. Kamu nggak usah mengada-ada!" bentak Mas Samsul yang sedang berdiri di sebelahku.

"Mengada-ada apanya sih, Mas! Orang ini benaran, kok! Coba aja kamu lihat di piringku sekarang, nggak higienis juga. Mana ada kecoanya lagi, kamu itu niat jualan apa mau ngeracunin pembeli, sih!" fitnah Sri dengan berteriak lantang seolah-olah dialah yang paling benar.

Aku dan Mas Samsul langsung menghampiri meja Sri dan melihat ke arah piringnya untuk membuktikan semua perkataan yang ia tuduhkan padaku. Kami terperanjat ketika ada seekor kecoa tengah terlentang di atas makananan yang tersaji di piring Sri.

"Loh, kok bisa? Padahal aku sudah pastikan kalau semua makanan yang aku masak dan sajikan itu higienis," ucapku menatap semua orang yang ada di sana.

Aku lihat Ibu dan Aulia saling tatap lalu saling memberi kode dengan kedipan mata, begitu juga dengan Sri. Aku jadi curiga, jangan-jangan mereka sengaja melakukan semua ini.

"Mau ngomong apa lagi kalian sekarang, heuh! Sudah jelas-jelas ada buktinya di depan mata, apa masih mau mengelak juga!" hardik Mamak dengan jari menunjuk ke arah wajahku dan Mas Samsul sambil berkacak pinggang dan nada bicara berapi-api.

"Makanya, Mbak, Mas. Kalian itu kalau gak becus jualan ya jangan jualan dong! Apalagi ini tuh makanan, masuk dan dicerna oleh tubuh. Bisa-bisa orang-orang yang memakan hasil olahan kalian keracunan dan mati!" timpal Aulia semakin mengompori.

"Astaghfirullah! Aku berani bersumpah kalau semua makanan ini aku olah dengan benar dan bersih! Masalah tiba-tiba ada kecoa di dalam piring Sri itu aku benar-benar nggak tahu. Tadi saat aku menyiapkan dan menyajikannya aku sudah benar-benar teliti!" ucapku membela diri.

"Halah, maling mana ada yang mau ngaku! Pokoknya sekarang kamu harus bayar ganti rugi. Aku harus memeriksakan diri ke rumah sakit, kecoa itu kan binatang jorok. Pasti sudah banyak kuman yang menempel di tubuhnya. Sini, bayar sekarang juga!" sentak Sri menadahkan telapak tangannya ke arah kami berdua.

"Enak saja! Aku tau akal bulus kalian yang ingin menghancurkan usahaku 'kan! Jangan kalian pikir aku dan Rindu itu bodoh, ya. Kalian pasti sengaja membawa binatang itu lalu menaruhnya di atas piring agar terkesan warung kami ini jorok, iya kan!" skak Mas Samsul langsung pada intinya.

"Jangan sembarang menuduh, ya! Mana buktinya kalau aku yang membawa binatang itu untuk memfitnahmu!" tantang Sri.

Tiba-tiba, seorang pembeli yang merupakan langganan di warungku ikut menimpali.

"Maaf sebelumnya saya tidak bermaksud untuk ikut campur, tapi sejauh saya menjadi langganan di warung Mbak Rindu. Belum pernah terjadi peristiwa seperti ini, bahkan saya sering memesan nasi box maupun takjil untuk setiap acara di kampus dan semuanya baik-baik saja. Bahkan, kebanyakan dari mereka sangat menyukai masakan Mbak Rindu. Jadi saya rasa, kejadian ini pasti ada unsur kesengajaan dari seseorang yang tidak menyukai usaha Mbak Rindu!" tuturnya panjang lebar.

Orang itu adalah Ali, salah satu mahasiswa di universitas terkenal di kota Jogja. Ia memang sedang pulang liburan ke rumahnya yang berada di desa Sebelah.

"Jadi kamu juga mau ikut-ikutan nuduh aku? Hati-hati lho, kamu juga bisa aku laporkan ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik!" ancam Sri lantang.

"Saya tidak menuduh, Mbak. Saya hanya mengatakan testimoni saja sebagai bahan pertimbangan dalam menyelesaikan kejadian ini," ujar Ali .

"Halah, jangan sok belain orang yang jelas-jelas salah, ya! Kamu itu seorang mahasiswa, harusnya kamu membela pihak yang benar, bukan malah membela mereka hanya karena alasan sudah jadi langganan. Dibayar berapa kamu untuk membela mereka?" tanya mamak mertuaku.

"Astaghfirullah!" Aku hanya bisa mengelus dada.

Karena suasana yang semakin tidak kondusif, aku pun akhirnya memutuskan untuk menutup warung jualanku dan mengajak ketiga trio rusuh untuk membicarakannya secara kekeluargaan saja. Untuk para pembeli yang sudah terlanjur datang tetap aku layani dan aku berikan gratis untuk mereka. Dari pada mubazir kan lebih baik dibagi-bagi untuk yang mau.

Alhamdulilahnya mereka sama sekali tidak terprovokasi dengan ucapan ketiga trio rusuh itu. Aku bersyukur karena para customer masih mau mempercayai ucapanku. Aku benar-benar harus memberi mereka pelajaran kali ini, karena sudah benar-benar keterlaluan.

"Duduk!" titah Mas Samsul pada trio rusuh setelah kami semua berada di ruang tamu rumahku.

Rumah ini, adalah hadiah dari orang tuaku. Mereka memberikan sejumlah uang dan menyuruhku juga Mas Samsul untuk membeli sebuah rumah agar tidak terus-terusan menumpang di rumah mertua.

Awalnya aku ingin membeli di pusat kota, tetapi karena waktu itu mamak mertua meminta aku dan Mas Samsul untuk tinggal tidak juah dari rumahnya. Akhirnya aku pun memutuskan untuk membeli rumah ini. Sebenarnya Mas Samsul sudah melarangku untuk membelinya karena ia bilang tidak mau hidup berdekatan dengan orang tuanya. Saat aku tanyai kenapa, dia hanya menjawab tidak ingin saja.

Menurutku, alasan Mas Samsul pada saat itu sulit aku terima. Karena sangat ambigu, andai ia menjelaskan dengan detail tentang alasannya sejak awal. Sudah pasti aku tidak akan mau membeli rumah ini dan tinggal di desa ini. Sayangnya, ia baru mengatakan alasannya menolak setelah aku dan juga keluarganya slek.

Kalau sudah begini, mau tidak mau aku harus sabar sambil mengumpulkan uang lagi untuk modal tambahan membeli rumah di pusat kota.

Kini di ruang tamu, kami berlima telah berkumpul. Aku duduk di sebelah suamiku, dan mereka duduk berendeng tiga di sofa panjang berhadapan dengan kami.

"Udah deh, nggak usah cari alasan lagi buat nggak ganti rugi. Tinggal kasih aja uang, udah beres. Ngapain harus dikumpulin dulu di sini, apa jangan -jangan sengaja mau pamer isi rumah!" ujar Sri membuka pembicaraan.

"Kamu bisa diam dulu nggak, Sri. Suamiku baru mau menjelaskan, biarkan dia bicara dulu," sahutku menegurnya.

"Mau ngomong apa lagi emangnya, semuanya sudah jelas, kok. Bukti ada, saksi banyak, mau apalagi, Sam? Mending cepetan kasih dutinya, biar Sri bisa cepat-cepat ke rumah sakit. Takut keburu semua penyakit yang ada di badan kecoa itu pindah ke tubuh menantuku!" Mamak mertua terlihat sudah sangat tidak sabar dan ingin aku memberikan uang itu pada menantunya.

"Nggak bisa semudah itu, Ma. Aku ingin kita pergi ke rumah sakit bersama-sama untuk memeriksa Sri sekarang juga. Jika memang terbukti semua tuduhannya itu benar, berapa pun uang ganti rugi yang dia minta akan aku berikan langsung. Cash, hari ini juga!" tantang Mas Samsul yang seketika membuat mereka bertiga melolot tak percaya.

Related chapters

  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 9

    Bab 9"Eh, mana bisa begitu?" protes Desrina tak terima. "Kamu mau coba-coba untuk mempermainkan kami, Sam?" tanya mamak mertua sengit. "Halah ...! Bilang aja gak punya duit!" timpal Aulia meremehkan suamiku. Namun wajah ketiganya kentara sekali terlihat panik. Aku hanya diam menyaksikan kepanikan dari mereka bertiga. Mas Samsul tertawa miring seakan-akan apa yang ada di dalam pikirannya dama denganku. "Kenapa? Takut?" tantang Suamiku. Mas Samsul itu semakin ditekan, dia akan semakin berontak sekarang. Berbeda dengan dulu yang bisanya hanya diam dan mengalah. Trio rusuh saling tatap seakan-akan saling memberi kode satu sama lain. "Si--siapa yang takut! Gak ada dalam kamus seorang Desrina Maharani itu takut pada orang miskin kayak kalian!" ujarnya sombong dan mendapat anggukan setuju dari mamak mertuaku dan juga Aulia. "Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang saja. Kebetulan tadi aku sudah meminta tolong pada Lek Warno pinjam mobil untuk bawa kita semua ke RS besar di kot

    Last Updated : 2023-03-27
  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 10

    Bab 10๐Ÿšจ Sebelum melanjutkan membaca kisah Mas Samsul dan Rindu. Author ingin meminta waktunya sejenak untuk mengirimkan Al-fatihah yang dihadiahkan kepada Almarhum Mas Samsul ayahanda dari Ananda Keisya Salma Khoirunnisa. Karena hari ini tepat 10 tahun sudah kepergian beliau menghadap sang ilahi. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah, dan dilapangkan kuburnya. Amin amin Allahumma amin. ๐Ÿšจ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐ŸHari sudah semakin larut, tetapi aku dan Mas Samsul belum juga menemukan solusi untuk kami tidur malam ini. Selepas shalat tarawih masjid sudah kembali sepi, akhirnya kami pun kembali menelusuri jalanan tanpa arah tujuan. Semakin jauh kaki kami melangkah, semakin sepi pula jalanan yang kami lalui. Tiba-tiba terdengar suara guruh yang sangat kencang ditambah dengan sapuan angin yang lumayan kencang juga. Tak lama setelahnya, disusul dengan gerimis yang mulai berjatuhan satu persatu membasahi bumi tempat kami berpijak. "Ya Allah, hujan, Dek! Kita cari tempat berteduh dulu dari pad

    Last Updated : 2023-03-27
  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 11

    Semalaman sudah aku dan Mas Samsul berada di kantor satpol pp. Mau tidak mau, aku pun akhirnya menghubungi Masku yang malam itu juga bertolak ke Magelang. Akhirnya, kami di bawa ke Purwokerto untuk kembali ke rumah orang tuaku. Di sana, aku dan Mas Samsul memang sengaja merahasiakan kejadian yang sebenarnya pun dengan Mas Wahyu yang sudah aku mintai tolong untuk menjemput. "Kalian puasa tidak?" tanya Mamaku. "Insya Allah puasa, Ma." jawab kami serempak."Alhamdulilah." Perjalanan Magelang purwokerto hanya 4 jam saja. Mulai berangkat dari kantor satpol pp pukul delapan pagi, sampai di rumah orang tuaku jam satu siang. Satu jam kami gunakan untuk istirahat, mandi, dan berganti pakaian di area pom bensin tadi. Tentu saja itu semua kami lakukan agar tidak terlihat begitu lusuh saat bertemu orang tuaku nanti. Kami tak ingin membuat orang tuaku kepikiran. "Lebih baik sekarang kalian istirahat saja, tadi kamarnya sudah dibersihkan sama Mbak Darmi. Untung saja Wahyu tadi sempat ngasih ta

    Last Updated : 2023-03-31
  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 12

    ๐Ÿ Kembali ke tuntutan DesrinaIbu melengos pergi membawa kedua menantu kesayangannya. Lek Warno sang pemilik mobil sewaan sampai melongo melihatk aksi tri rusuh yang di luar batas nalar manusia. "Itu si Sari 'kan?" tanya Lek Warno sedikit linglung. "Iya, itu mamakku, Lek." jawab Mas Samsul yang kini menyandarkan kepalanya pada punggung sofa. "Edan! Aku nggak nyangka kalau ternyata sifatnya belum berubah juga dari dulu," celetuknya lagi. Mas Samsul merogoh kantung celananya lalu memberikan dua lembar uang berwarna merah pada Lek Warno sebagai bayaran sewa mobilnya. Meskipun mobil itu tidak jadi dipakai karena keburu trio kucrut itu ngibrit duluan, tetapi untuk datang ke sini tetap memakai bensin. Jadi ya, sebagai uang kompensasi saja lah. "Ini apa, Le?" tanya Lek Warno semakin kebingungan saat suamiku memberinya uang. "Uang ganti bensin, Lek," ujar Mas Samsul terus terang. "Ndak usah wes! Lha wong mobilnya saja ndak jadi di pakai, kok. Kalau sudah nggak ada urusan lagi, aky mau

    Last Updated : 2023-03-31
  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 13

    Seminggu telah berlalu semenjak kejadian keributan anatara Mas Samsul dan juga Joko. Pagi ini, seperti biasanya aku membuka warung makanku, tetapi kali ini Mas Samsul tak ikut membantu karena sejak habis subuh tadi ia sudah pergi bersama temannya untuk melihat lahan yang akan mereka garap. Trio rusuh datang dan mulai duduk di salah satu meja yang selalu menjadi tempat mereka untuk ghibah dan makan gratis. Aku diam saja dan memilih sibuk untuk melayani para pembeli. "Assalamu'alaikum," sapa seseorang, rupanya itu adalah Lek Painem yang merupakan tetangga desa baru saja pulang dari kota. "Walaikum salam. Eh, Lek Painem, kapan pulang makin segar aja," godaku. "Ah, kamu bisa aja, Rin. Lek baru sampai tadi malam jam sembilan, kangen sama masakan kamu yang juara. Makanya Lek putusin untuk cepat-cepat ke sini, takut keburu kehabisan!" ujar Lek Painem. Kami pun tertawa bersama. "Monggo duduk dulu, Lek. Rindu layanin yang lainnya dulu, nanti Rindu temani Lek ngobrol," ujarku. Lek Painem

    Last Updated : 2023-03-31
  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 14

    Semua mata orang-orang tertuju ke arah Joko. Mungkin dia kaget karena aku kini sudah berani melawan tidak seperti sebelumnya yang hanya bisa sabar, sabar, dan sabar setiap kali menghadapi kerusuhan mereka. "Sudah cukup dengan omong kosongmu yang tidak ada gunanya itu, Rindu! Selama ini aku menghargaimu karena kamu adalah istri dari abangku, tapi jangan mentang-mentang karena itu sekarang kamu bisa berucap kurang ajar!" sengitnya padaku. "Apa kamu bilang barusan, Jok! Aku, kurang ajar? Nggak salah kamu ngomong seperti itu, heuh? Bukankah selama ini kalian yang selalu bersikap kurang ajar padaku dan juga Mas Samsul. Dasar ipar-ipar tidak tahu diri!" ucapku tak kalah sengit. "Diam! Jika kamu terus bicara, jangan salahkan aku kalau detik ini juga kamu aku tampar, Rindu!" bentaknya yang sudah bersiap maju kehadapanku. "Hei!!! Sedikit saja kamu berani menyentuh wajah istriku, akan aku pastikan kamu pulang tinggal nama!" bentak Mas Samsul tiba-tiba yang langsung pasang badan di hadapanku

    Last Updated : 2023-03-31
  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 15

    Kini kami semua sudah berada di rumah orang tua Mas Samsul. Seperti biasa, bak terdakwa aku menjadi pesakitan yang tengah diadili oleh keluarga toxic ini. "Ceraikan istrimu sekarang juga, Sam! Dia itu membawa pengaruh buruk terhadap keluarga kita, kamu lihat sendiri. Semenjak kedatangannya, keluarga kita tidak pernah tenang sedikit pun. Selalu saja ada masalah yang dia ciptakan sehingga memancing pertengkaran dengan adik-adikmu!" tegas bapak mertuaku seperti orang yang sudah kehilangan akalnya. Mas Samsul hanua diam, menatap tajam ke arah orang-orang yang ada di hadapannya. "Benar apa yang dikatakan bapakmu, Sam. Delapan tahun kalian menikah, tapi sampai detik ini belum ada tanda-tanda kehamilan dari istri kebanggaanmu itu. Kedua adikmu saja sudah punya dua anak, dan anak pertama mereka sudah besar-besar pula," timpal ibu mertuaku seakan-akan semakin menyiram bensin ke dalam api. "Sudahlah, Bu. Soal keturunan itu biarkan menjadi urusanku dan Mas Samsul, apa ibu dan juga kalian itu

    Last Updated : 2023-03-31
  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 16

    Pov. SriPerkenalkan, namaku Desrina Maharani atau biasa dipanggil dengan sebutan Sri. Aku menikah dengan Mas Joko karena sudah terlanjur hamil duluan. Awal pernikahan, ibu mertuaku sangat sayang padaku dan selalu memprioritaskan aku di atas segalanya. Terlebih lagi Setelah kelahiran Najwa yang merupakan cucu pertama di keluarga Mas Joko.Sebenarnya Najwa adalah cucu kedua di keluarga ini, cucu pertama yang sebenarnya adalah Vero yang merupakan anak Mas Samsul bersama mantan istrinya dulu yaitu Mbak Indah. Namun sayangnya, mereka bercerai akibat ulah mamak mertuaku dan Vero diasuh oleh ibunya. Vero dan Najwa hanya berbeda dua tahun saja, oleh sebab itu dulu aku begitu dekat dengan Mbak Indah. Sampai suatu hari, Mas Samsul membawa pulang seorang perempuan bernama Rindu setelah lima tahun bercerai dengan Mbak Indah. Awal perkenalan kami, aku sudah langsung tidak suka pada calon kakak iparku itu. Gayanya yang modis, tibuh terawat, kulit putih bersih dan juga perhiasan lengkap yang mene

    Last Updated : 2023-03-31

Latest chapter

  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 17

    ๐Ÿ Awal kedatangan Aulia. "Mbak, kenalin ini Aulia, calon istriku," ujar Ardian sembari memperkenalkan seorang gadis langsing, berkulit putih, dan bermata sipit. Sayangnya rambutnya di cat warna pirang dan pakaiannya sangat seksi. Aku menatapnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Penampilannya bak artis-artis yang wara-wiri di layar kaca, sungguh benar-benar hedon. Aku sampai terpana melihatnya, persis seperti boneka. Rupanya tak hanya aku saja yang terkesima, mamak mertua pun tak kalah kagetnya denganku. Terlebih lagi, matanya langsung silau melihat apa yang di pakai oleh calon menantunya itu terlihat mahal semua. "Ya ampun, Le. Kok ya kamu itu pintar sekali nyari calon istri, cantik banget persis kayak boneka!" seru mamak mertua dengan sorot mata berbinar bak melihat emas permata dan juha uang gepokan. Aulina menyalami punggung tangan kami semua dan menampilkan senyuman terbaiknya, membuat wajah ayunya bertambah berkali-kali lipat cantiknya dan tampak sangat elegant. Namun

  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 16

    Pov. SriPerkenalkan, namaku Desrina Maharani atau biasa dipanggil dengan sebutan Sri. Aku menikah dengan Mas Joko karena sudah terlanjur hamil duluan. Awal pernikahan, ibu mertuaku sangat sayang padaku dan selalu memprioritaskan aku di atas segalanya. Terlebih lagi Setelah kelahiran Najwa yang merupakan cucu pertama di keluarga Mas Joko.Sebenarnya Najwa adalah cucu kedua di keluarga ini, cucu pertama yang sebenarnya adalah Vero yang merupakan anak Mas Samsul bersama mantan istrinya dulu yaitu Mbak Indah. Namun sayangnya, mereka bercerai akibat ulah mamak mertuaku dan Vero diasuh oleh ibunya. Vero dan Najwa hanya berbeda dua tahun saja, oleh sebab itu dulu aku begitu dekat dengan Mbak Indah. Sampai suatu hari, Mas Samsul membawa pulang seorang perempuan bernama Rindu setelah lima tahun bercerai dengan Mbak Indah. Awal perkenalan kami, aku sudah langsung tidak suka pada calon kakak iparku itu. Gayanya yang modis, tibuh terawat, kulit putih bersih dan juga perhiasan lengkap yang mene

  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 15

    Kini kami semua sudah berada di rumah orang tua Mas Samsul. Seperti biasa, bak terdakwa aku menjadi pesakitan yang tengah diadili oleh keluarga toxic ini. "Ceraikan istrimu sekarang juga, Sam! Dia itu membawa pengaruh buruk terhadap keluarga kita, kamu lihat sendiri. Semenjak kedatangannya, keluarga kita tidak pernah tenang sedikit pun. Selalu saja ada masalah yang dia ciptakan sehingga memancing pertengkaran dengan adik-adikmu!" tegas bapak mertuaku seperti orang yang sudah kehilangan akalnya. Mas Samsul hanua diam, menatap tajam ke arah orang-orang yang ada di hadapannya. "Benar apa yang dikatakan bapakmu, Sam. Delapan tahun kalian menikah, tapi sampai detik ini belum ada tanda-tanda kehamilan dari istri kebanggaanmu itu. Kedua adikmu saja sudah punya dua anak, dan anak pertama mereka sudah besar-besar pula," timpal ibu mertuaku seakan-akan semakin menyiram bensin ke dalam api. "Sudahlah, Bu. Soal keturunan itu biarkan menjadi urusanku dan Mas Samsul, apa ibu dan juga kalian itu

  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 14

    Semua mata orang-orang tertuju ke arah Joko. Mungkin dia kaget karena aku kini sudah berani melawan tidak seperti sebelumnya yang hanya bisa sabar, sabar, dan sabar setiap kali menghadapi kerusuhan mereka. "Sudah cukup dengan omong kosongmu yang tidak ada gunanya itu, Rindu! Selama ini aku menghargaimu karena kamu adalah istri dari abangku, tapi jangan mentang-mentang karena itu sekarang kamu bisa berucap kurang ajar!" sengitnya padaku. "Apa kamu bilang barusan, Jok! Aku, kurang ajar? Nggak salah kamu ngomong seperti itu, heuh? Bukankah selama ini kalian yang selalu bersikap kurang ajar padaku dan juga Mas Samsul. Dasar ipar-ipar tidak tahu diri!" ucapku tak kalah sengit. "Diam! Jika kamu terus bicara, jangan salahkan aku kalau detik ini juga kamu aku tampar, Rindu!" bentaknya yang sudah bersiap maju kehadapanku. "Hei!!! Sedikit saja kamu berani menyentuh wajah istriku, akan aku pastikan kamu pulang tinggal nama!" bentak Mas Samsul tiba-tiba yang langsung pasang badan di hadapanku

  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 13

    Seminggu telah berlalu semenjak kejadian keributan anatara Mas Samsul dan juga Joko. Pagi ini, seperti biasanya aku membuka warung makanku, tetapi kali ini Mas Samsul tak ikut membantu karena sejak habis subuh tadi ia sudah pergi bersama temannya untuk melihat lahan yang akan mereka garap. Trio rusuh datang dan mulai duduk di salah satu meja yang selalu menjadi tempat mereka untuk ghibah dan makan gratis. Aku diam saja dan memilih sibuk untuk melayani para pembeli. "Assalamu'alaikum," sapa seseorang, rupanya itu adalah Lek Painem yang merupakan tetangga desa baru saja pulang dari kota. "Walaikum salam. Eh, Lek Painem, kapan pulang makin segar aja," godaku. "Ah, kamu bisa aja, Rin. Lek baru sampai tadi malam jam sembilan, kangen sama masakan kamu yang juara. Makanya Lek putusin untuk cepat-cepat ke sini, takut keburu kehabisan!" ujar Lek Painem. Kami pun tertawa bersama. "Monggo duduk dulu, Lek. Rindu layanin yang lainnya dulu, nanti Rindu temani Lek ngobrol," ujarku. Lek Painem

  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 12

    ๐Ÿ Kembali ke tuntutan DesrinaIbu melengos pergi membawa kedua menantu kesayangannya. Lek Warno sang pemilik mobil sewaan sampai melongo melihatk aksi tri rusuh yang di luar batas nalar manusia. "Itu si Sari 'kan?" tanya Lek Warno sedikit linglung. "Iya, itu mamakku, Lek." jawab Mas Samsul yang kini menyandarkan kepalanya pada punggung sofa. "Edan! Aku nggak nyangka kalau ternyata sifatnya belum berubah juga dari dulu," celetuknya lagi. Mas Samsul merogoh kantung celananya lalu memberikan dua lembar uang berwarna merah pada Lek Warno sebagai bayaran sewa mobilnya. Meskipun mobil itu tidak jadi dipakai karena keburu trio kucrut itu ngibrit duluan, tetapi untuk datang ke sini tetap memakai bensin. Jadi ya, sebagai uang kompensasi saja lah. "Ini apa, Le?" tanya Lek Warno semakin kebingungan saat suamiku memberinya uang. "Uang ganti bensin, Lek," ujar Mas Samsul terus terang. "Ndak usah wes! Lha wong mobilnya saja ndak jadi di pakai, kok. Kalau sudah nggak ada urusan lagi, aky mau

  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 11

    Semalaman sudah aku dan Mas Samsul berada di kantor satpol pp. Mau tidak mau, aku pun akhirnya menghubungi Masku yang malam itu juga bertolak ke Magelang. Akhirnya, kami di bawa ke Purwokerto untuk kembali ke rumah orang tuaku. Di sana, aku dan Mas Samsul memang sengaja merahasiakan kejadian yang sebenarnya pun dengan Mas Wahyu yang sudah aku mintai tolong untuk menjemput. "Kalian puasa tidak?" tanya Mamaku. "Insya Allah puasa, Ma." jawab kami serempak."Alhamdulilah." Perjalanan Magelang purwokerto hanya 4 jam saja. Mulai berangkat dari kantor satpol pp pukul delapan pagi, sampai di rumah orang tuaku jam satu siang. Satu jam kami gunakan untuk istirahat, mandi, dan berganti pakaian di area pom bensin tadi. Tentu saja itu semua kami lakukan agar tidak terlihat begitu lusuh saat bertemu orang tuaku nanti. Kami tak ingin membuat orang tuaku kepikiran. "Lebih baik sekarang kalian istirahat saja, tadi kamarnya sudah dibersihkan sama Mbak Darmi. Untung saja Wahyu tadi sempat ngasih ta

  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 10

    Bab 10๐Ÿšจ Sebelum melanjutkan membaca kisah Mas Samsul dan Rindu. Author ingin meminta waktunya sejenak untuk mengirimkan Al-fatihah yang dihadiahkan kepada Almarhum Mas Samsul ayahanda dari Ananda Keisya Salma Khoirunnisa. Karena hari ini tepat 10 tahun sudah kepergian beliau menghadap sang ilahi. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah, dan dilapangkan kuburnya. Amin amin Allahumma amin. ๐Ÿšจ๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ๐ŸHari sudah semakin larut, tetapi aku dan Mas Samsul belum juga menemukan solusi untuk kami tidur malam ini. Selepas shalat tarawih masjid sudah kembali sepi, akhirnya kami pun kembali menelusuri jalanan tanpa arah tujuan. Semakin jauh kaki kami melangkah, semakin sepi pula jalanan yang kami lalui. Tiba-tiba terdengar suara guruh yang sangat kencang ditambah dengan sapuan angin yang lumayan kencang juga. Tak lama setelahnya, disusul dengan gerimis yang mulai berjatuhan satu persatu membasahi bumi tempat kami berpijak. "Ya Allah, hujan, Dek! Kita cari tempat berteduh dulu dari pad

  • Ipar Ipar Serakahย ย ย bab 9

    Bab 9"Eh, mana bisa begitu?" protes Desrina tak terima. "Kamu mau coba-coba untuk mempermainkan kami, Sam?" tanya mamak mertua sengit. "Halah ...! Bilang aja gak punya duit!" timpal Aulia meremehkan suamiku. Namun wajah ketiganya kentara sekali terlihat panik. Aku hanya diam menyaksikan kepanikan dari mereka bertiga. Mas Samsul tertawa miring seakan-akan apa yang ada di dalam pikirannya dama denganku. "Kenapa? Takut?" tantang Suamiku. Mas Samsul itu semakin ditekan, dia akan semakin berontak sekarang. Berbeda dengan dulu yang bisanya hanya diam dan mengalah. Trio rusuh saling tatap seakan-akan saling memberi kode satu sama lain. "Si--siapa yang takut! Gak ada dalam kamus seorang Desrina Maharani itu takut pada orang miskin kayak kalian!" ujarnya sombong dan mendapat anggukan setuju dari mamak mertuaku dan juga Aulia. "Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang saja. Kebetulan tadi aku sudah meminta tolong pada Lek Warno pinjam mobil untuk bawa kita semua ke RS besar di kot

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status