Share

bab 2

Penulis: Amoyngapak
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-05 11:16:56

Ipar-Ipar Serakah

Bab 2

Pukul lima sore, aku dan Mas Samsul telah sampai di rumah bapak. Setelah mengucapkan salam, kami pun masuk. Ternyata semua sudah berkumpul, hanya tinggal aku dan suamiku saja. Tatapan sinis dari para adik suamiku beserta istri mereka menyambut kami. Aku dan Mas Samsul memcium punggung tangan bapak dan mamak. Tak lupa kami juga menyalami semua orang yang ada di sana satu persatu, meski sikap mereka sama sekali tak bersahabat dan tatapannya tidak enak dipandang mata.

"Cih! Sudah kayak ratu dan Raja saja datang terlambat, bikin orang menunggu saja. Memangnya kalian pikir kalian itu siapa, kami itu orang sibuk! Nggak kayak kalian pengangguran!" sinis Desrina mulai memercikan api pertengkaran.

"Jalanan macet, Sri. Lagi pula, kedatangan kami ke sini karena diundang oleh bapak. Kalau tidak, aku pun tidak sudi untuk bertemu denganmu!" ucapku tak kalah sinisnya.

"Halah, alesan!" celetuk Aulia ketus turut menimpali.

"Kamu nggak usah ikut-ikutan, Lia. Kamu itu menantu paling muda dan paling bontot pula! Jangan bersikap kurang ajar sama aku!" sentakku sinis.

Capek rasanya menanggapi sikap Desrina dan juga Aulia yang selalu saja merasa iri padaku. Mereka selalu menganggap aku bagaikan musuh bebuyutan yang harus dibasmi. Heran saja, padahal posisinya pun sama sepertiku, hanya menantu. Ditambah lagi, suaminya yang bernama Joko itu merupakan adik suamiku. Otomatis, mereka lebih muda dari aku dan juga Mas Samsul. Suamiku adalah anak tertua dari tiga bersaudara yang kesemuanya adalah laki-laki. Mas Samsul punya dua adik yaitu Joko dan Ardi si bungsu yang juga telah memiliki istri bernama Aulia asal Lampung.

Sri dan Aulia berdecak tak suka saat aku melawan ucapan mereka. Kedua istri adik iparku itu memang sangat kompak dalam memusuhiku.

"Sudah, sudah! Bapak meminta kalian semua berkumpul di sini bukan untuk melihat kalian bertengkar!" sentak Bapak mertuaku melerai.

"Kamu juga, Rindu! Sebagai menantu tertua itu seharusnya kamu tahu diri di mana posisimu. Selalu saja kalau datang pasti membuat onar!" omel lelaki berumur lima puluh enam tahun itu padaku.

Aku hanya diam saja, malas untuk menjawabnya. Selalu saja seperti itu, mereka yang membuat masalah tapi aku yang selalu kena imbasnya. Sikap pilih kasih kedua mertuaku itu memang sudah ketara sejak dulu. Namun, jika aku mengatakannya pasti mereka tidak akan terima meski faktanya memang seperti itu.

Mas Samsul menarikku duduk di kursi sebelahnya, menggenggam tangan kananku erat-erat. Aku tahu ia sedang berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak akibat ulah kedua adik ipar nggak ada akhlak itu.

"Sebelumnya bapak sama ibu sudah berunding, kami sepakat untuk membagi warisan sekarang juga, mumpung kami masih hidup dan belum pikun," ucap bapak mertua membuka pembicaraan.

"Kemarin Ardi telepon mamak, katanya Lia minta beli mobil. Jadi Ardi meminta bagiannya untuk dibagi secepatnya, karena itu mamak meminta bapak untuk mengumpulkan kalian semua di sini supaya bisa mendengarkan bagian kalian masing-masing," timpal ibu mertua.

'Jadi, bapak dan mamak mau membagi warisan karena itu. Ya ampun, Liä memang dari dulu nggak pernah berubah. Selalu saja meminta sesuatu yang di luar batas kemampuan suaminya. Kasihan bapak dan mamak,' batinku.

Namun, aku masih mencoba menahan untuk tidak bicara terlebih dahulu. Ingin tahu, sampai mana kedua mertuaku itu akan menuruti kemauan menantu kesayangan mereka.

"Untuk Samsul, kamu akan dapat bagian seperempat dari rumah ini. Sisanya bagian Joko sekaligus kebun jati yang ada di sebelah rumah Lek Warkem. Sementata Ardi akan mendapatkan semua sawah, kebun akasia, dan juga kebun sengon yang ada di sepanjang jalan menuju ke arah desa sebelah.

"Keputusan ini mutlak dan tidak boleh ada yang mengganggu gugat. Mulai besok, bapak akan mengurus semuanya ke notaris. Jika semua surat menyurat telah selesai, terserah kalian mau diapakan harta itu. Untuk masa tua bapak dan Mamak, kami memutuskan untuk ikut bersama Samsul. Karena dia anak tertua, maka sudah kewajibannya untuk mengurus kami saat kami sudah tidak bisa apa-apa!" putus bapak mertua seenaknya.

Dapat aku lihat, senyum kemenangan terukir di wajah semua ipar-iparku beserta istrinya dan juga ibu mertuaku.

Astaga! Pembagian warisan model apa begini. Suamiku anak tertua hanya mendapatkan lima ubin dari luas rumah yang sebesar dua puluh ubin. Sedangkan kedua adik suamiku mendapat bagian jauh yang lebih besar. Joko total tanah yang ia dapat sebanyak dua hektar lima belas ubin, sedangkan Ardi mendapat tujuh hektar tanah.

Apa adil begitu? Suamiku benar-benar dianak tirikan oleh kedua orang tuanya. Aku lihat Mas Samsul hanya diam menunduk, belum ada tanda-tanda perlawanan atau keberatan darinya. Aku jadi geram sendiri.

Bukan aku bermaksud serakah akan harta warisan suamiku. Hanya saja, entah kenapa aku merasa tidak terima suamiku diperlakukan seperti itu oleh keluarganya sendiri.

Bayangkan, selama ini setiap kali panen. Aku dan Mas Samsul hanya di jatah dua sampai tiga liter beras. Padahal, suamiku lah yang menggarap semuanya. Sementara adik-adiknya yang hanya terima beres masing-masing mendapatkan sepuluh karung gabah.

Tidak hanya itu, setiap kali kami semua berkumpul di rumah mertua. Aku dan Mas Samsul selalu dijadikan pembantu, sementara mereka hanya ongkang-ongkang kaki. Dan bodohnya suamiku mau saja di perintah ini dan itu oleh istri-istri adiknya. Serta masih banyak lagi perlakuan tidak adil yang aku dan suamiku terima selama ini.

Entah hati suamiku itu terbuat dari apa, mau saja dibodoh-bodohi oleh mereka. Aku benar-benar emosi setiap mengingatnya.

"Pak, kenapa bagiannya Mas Samsul nggak sekalian aja kasih ke Mas Ardi. Toh, Mas Samsul juga sudah punya rumah sendiri. Jadi aku rasa mereka tidak membutuhkan bagian rumah ini," ujar Aulia dengan kurang ajarnya.

Seketika amarahku langsung memuncak, aku benar-benar sudah tidak bisa bersabar lagi.

"Lia! Jangan kurang ajar kamu! Kamu itu tidak berhak mengatur dan ikut campur soal harta warisan suami. Kita ini hanya menantu, jadi sudah sewajarnya kita ikuti apa kata suami. Lagi pula, warisan yang bapak berikan pada kamu jauh lebih besar dari pada yang diterima oleh suamiku. Dasar kamu tidak tau malu!" hardikku penuh emosi.

"Heh, biang kerok! Apa yang dikatakan oleh Lia itu benar adanya, aku juga nggak sudi berbagi denganmu. Kalau nanti yang lima ubi itu dipotong, otomatis rumah ini harus di renovasi ulang, dong. Buang-buang duit aja!" Sri tiba-tiba menyahut sembari mendorong bahuku hingga aku tersurut beberapa langkah ke belakang.

Jelas aku tidak terima, baru saja aku ingin membalas perlakuannya, tiba-tiba suara seseorang menghentikanku.

"Diam!!!" teriak Mas Samsul membuatku urung membalas pada Sri.

Mas Samsul berdiri, lalu menunjuk ke arah mereka berdua dengan sorot mata penuh amarah. Napasnya pun terlihat semakin memburu tanda emosinya sudah sampai ke ubun-ubun.

Bab terkait

  • Ipar Ipar Serakah   bab 3

    Bab 3🍁 Perkara teflonAku masih ingat betul, bagaimana dulu saat aku tinggalkan Mas Samsul untuk bekerja ke luar kota. Hampir semua perabotanku di rumah ludes berpindah ke rumah mertua. Bahkan, ada beberapa yang sengaja di jual oleh ibu mertuaku tetapi beliau tidak mau mengaku. Setelah dua tahun lamanya, barulah semua itu terbongkar saat secara tidak sengaja Lek Siti menjual sebuah teflon keramik padaku. Teflon itu tak lain dan tak bukan adalah milikku, hadiah dari mamahku saat awal pernikahanku dengan Mas Samsul. Karena teflon itu bisa dikatakan limited edition, apalagi di bawah gagang teflon itu tertulis namaku dan juga Mas Samsul. "Lek, kalau boleh tau. Lek Siti dapat beli di mana teflon ini?" tanyaku sengaja memancingnya saat itu. Awalnya aku sama sekali tidak ingin suudzon saat hanya melihat sekilas dari dus yang dibawa oleh Lek Siti ke rumahku saat itu. Meskipun mamahku pernah bilang jika itu edition limited, tetapi bukan tidak mungkin kalau Lek Siti juga mampu membelinya b

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Ipar Ipar Serakah   bab 4

    Bab 4🍁 Panas Membara"Diam!! Selama ini aku sudah cukup diam dengan perlakuan kalian yang selalu saja bersikap semena-mena terhadap istriku. Tapi itu bukan berarti kalian bisa semakin berbuat kurang ajar pada Rindu. Dia istriku, kakak ipar kalian. Apa tidak bisa kalian sedikit saja menghargai dan menghormatinya?" bentak Mas Samsul sudah sangat emosi. Baru kali ini aku melihatnya semarah itu. Kilatan matanya sarat akan kebencian dan juga amarah. Semua orang mendadak diam, begitu juga dengan kedua mertuaku. "Emak, Bapak. Selama ini aku sudah selalu mangalah pada kalian, apa masih kurang? Sikap pilih kasih kalian padaku, selalu aku terima dengan lapang dada. Kalian memperlakukan istriku dengan semena-mena pun aku masih mencoba untuk diam. Rindu selalu mengajarkan aku untuk sabar menghadapi kalian, itu karena istriku percaya jika suatu saat kalian pasti akan berubah. Tapi nyatanya, kelakuan kalian malah semakin menjadi." Kini Mas Samsul beralih menatap ke arah kedua orang tuanya. Aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Ipar Ipar Serakah   bab 5

    Bab 5🍁 Pov. SamsulAku yang baru saja keluar dari kamar setelah mengganti sarung melihat Mamak menampar Rindu. Aku pun bergegas menghampiri mereka. "Ma, apa yang mamak lakukan pada istriku? Kenapa mamak menamparnya?" tanyaku pada Mamak yang terlihat sangat emosi, napasnya pun tampak menggebu dengan punggung yang naik turun. "Istrimu ini memang lantas ditampar, Samsul! Gara-gara dia kamu menjadi anak durhaka pada orang tua. Ajaran sesat apa yang sudah dia ajarkan padamu, hah?!" bentak Mamak dengan kilatan amarah yang terpancar dari kedua mata tuanya. Aku sampai bergidik melihatnya."Rindu tidak pernah mengajari hal buruk apapun padaku, Ma. Justru dia yang selalu mengingatkan aku agar tak menaruh dendam pada kalian atas perlakuan kalian selama ini. Jangan lupa, Ma, Rindu lah orang yang telah berhasil membujukku untuk pulang ke desa ini setelah dua tahun aku menjauhkan diri dari kalian karena sikap kalian terlalu membuatku sakit hati. Mama pasti tidak lupa bukan, bagaimana mama memoh

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-05
  • Ipar Ipar Serakah   bab 6

    Ipar Ipar SerakahBab 6🍁 Pov. SamsulAku berjalan sedikit cepat dengan membawa dua kilo gula merah buatan mamak. Jalanan desa yang terjal dan berbatu membuatku sedikit kesulitan. Desa kami pada masa itu merupakan desa tertinggal dan belum tersentuh aspal sama sekali. Berbeda dengan desa-desa sekitar yang sudah mulai di aspal dan mulus. Akhirnya aku sampai juga di warung Mbok Jum. Seperti biasa, aku menyerahkan dua kilo gula untuk ditimbang ulang olehnya. "Ini pas dua kilo ya, Sam. Ini uangnya." Mbok Jum memberikan empat lembar uang seribuan berwarna biru. Setelah menerima dan mengucapkan terima kasih, aku pun pamit untuk kembali pulang. Di jalan aku sedikit berlari karena takut terlambat ke sekolah. Begitu sampai di rumah, mamak, bapak, dan Joko sedang duduk di teras menungguku. Joko sudah rapi dengan tas barunya, sementara tas lama Joko mamak berikan padaku. Padahal tas itu sudah ada beberapa bagian yang bolong, tetapi memang tidak separah bekas tasku sebelumnya. "Sini, mana ua

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • Ipar Ipar Serakah   bab 7

    Bab 7Pov. RinduAku melihat Mas Samsul melamun, entah apa yang sedang ia pikirkan. Bahkan, es batu yang ia pegang untuk mengompres pipiku pun sudah terlihat mencair dan membasahi tangannya. "Mas ...." panggilku mengalihkan lamunannya. "Eh, ... Iya, Dek kenapa? Maaf mas tadi sedikit melamun," ujarnya sedikit kaget. Aku menatapnya lembut, kuberikan senyum termanis yang aku miliki. "Kamu sedang ngelamunin apa, Mas? Kejadian tadi?" tanyaku lembut. "Bukan, Mas hanya tiba-tiba saja jadi keingat masalalu. Saat mas kecil dulu bersama Joko," ujarnya tersenyum yang terkesan dipaksakan. Mas Samsul pun akhirnya menceritakan semuanya, mulai dari Joko kecil sampai lahirnya Ardi dan mereka tumbuh besar bersama. Tak terasa air mataku mengalir begitu saja, antara haru dan sedih. Ternyata sikap kedua mertuaku itu memang sudah seperti itu sejak dulu. Mungkin itulah yang menjadi salah satu alasan adik-adik beserta istrinya tak pernah menghargai suamiku. Miris memang, orang tua yang seharusnya me

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • Ipar Ipar Serakah   bab 8

    Bab 8"Cuih! Makanan apa ini! Asin sekali dan hampir basi!" hardik Desrina alias Sri tiba-tiba sembari melepehkan makanan dari mulutnya dan mengelap bibirnya menggunakan tissu makan yang memang telah di sediakan. Otomatis, semua pasang mata tertuju ke arahnya, lalu sebagian bergantian menatap ke arahku penuh curiga. "Sri, apa maksud kamu ngomong begitu! Rindu memasaknya itu semua dadakan, ya. Kamu nggak usah mengada-ada!" bentak Mas Samsul yang sedang berdiri di sebelahku. "Mengada-ada apanya sih, Mas! Orang ini benaran, kok! Coba aja kamu lihat di piringku sekarang, nggak higienis juga. Mana ada kecoanya lagi, kamu itu niat jualan apa mau ngeracunin pembeli, sih!" fitnah Sri dengan berteriak lantang seolah-olah dialah yang paling benar. Aku dan Mas Samsul langsung menghampiri meja Sri dan melihat ke arah piringnya untuk membuktikan semua perkataan yang ia tuduhkan padaku. Kami terperanjat ketika ada seekor kecoa tengah terlentang di atas makananan yang tersaji di piring Sri. "Lo

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • Ipar Ipar Serakah   bab 9

    Bab 9"Eh, mana bisa begitu?" protes Desrina tak terima. "Kamu mau coba-coba untuk mempermainkan kami, Sam?" tanya mamak mertua sengit. "Halah ...! Bilang aja gak punya duit!" timpal Aulia meremehkan suamiku. Namun wajah ketiganya kentara sekali terlihat panik. Aku hanya diam menyaksikan kepanikan dari mereka bertiga. Mas Samsul tertawa miring seakan-akan apa yang ada di dalam pikirannya dama denganku. "Kenapa? Takut?" tantang Suamiku. Mas Samsul itu semakin ditekan, dia akan semakin berontak sekarang. Berbeda dengan dulu yang bisanya hanya diam dan mengalah. Trio rusuh saling tatap seakan-akan saling memberi kode satu sama lain. "Si--siapa yang takut! Gak ada dalam kamus seorang Desrina Maharani itu takut pada orang miskin kayak kalian!" ujarnya sombong dan mendapat anggukan setuju dari mamak mertuaku dan juga Aulia. "Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang saja. Kebetulan tadi aku sudah meminta tolong pada Lek Warno pinjam mobil untuk bawa kita semua ke RS besar di kot

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • Ipar Ipar Serakah   bab 10

    Bab 10🚨 Sebelum melanjutkan membaca kisah Mas Samsul dan Rindu. Author ingin meminta waktunya sejenak untuk mengirimkan Al-fatihah yang dihadiahkan kepada Almarhum Mas Samsul ayahanda dari Ananda Keisya Salma Khoirunnisa. Karena hari ini tepat 10 tahun sudah kepergian beliau menghadap sang ilahi. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah, dan dilapangkan kuburnya. Amin amin Allahumma amin. 🚨🍁🍁🍁🍁Hari sudah semakin larut, tetapi aku dan Mas Samsul belum juga menemukan solusi untuk kami tidur malam ini. Selepas shalat tarawih masjid sudah kembali sepi, akhirnya kami pun kembali menelusuri jalanan tanpa arah tujuan. Semakin jauh kaki kami melangkah, semakin sepi pula jalanan yang kami lalui. Tiba-tiba terdengar suara guruh yang sangat kencang ditambah dengan sapuan angin yang lumayan kencang juga. Tak lama setelahnya, disusul dengan gerimis yang mulai berjatuhan satu persatu membasahi bumi tempat kami berpijak. "Ya Allah, hujan, Dek! Kita cari tempat berteduh dulu dari pad

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27

Bab terbaru

  • Ipar Ipar Serakah   bab 17

    🍁 Awal kedatangan Aulia. "Mbak, kenalin ini Aulia, calon istriku," ujar Ardian sembari memperkenalkan seorang gadis langsing, berkulit putih, dan bermata sipit. Sayangnya rambutnya di cat warna pirang dan pakaiannya sangat seksi. Aku menatapnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Penampilannya bak artis-artis yang wara-wiri di layar kaca, sungguh benar-benar hedon. Aku sampai terpana melihatnya, persis seperti boneka. Rupanya tak hanya aku saja yang terkesima, mamak mertua pun tak kalah kagetnya denganku. Terlebih lagi, matanya langsung silau melihat apa yang di pakai oleh calon menantunya itu terlihat mahal semua. "Ya ampun, Le. Kok ya kamu itu pintar sekali nyari calon istri, cantik banget persis kayak boneka!" seru mamak mertua dengan sorot mata berbinar bak melihat emas permata dan juha uang gepokan. Aulina menyalami punggung tangan kami semua dan menampilkan senyuman terbaiknya, membuat wajah ayunya bertambah berkali-kali lipat cantiknya dan tampak sangat elegant. Namun

  • Ipar Ipar Serakah   bab 16

    Pov. SriPerkenalkan, namaku Desrina Maharani atau biasa dipanggil dengan sebutan Sri. Aku menikah dengan Mas Joko karena sudah terlanjur hamil duluan. Awal pernikahan, ibu mertuaku sangat sayang padaku dan selalu memprioritaskan aku di atas segalanya. Terlebih lagi Setelah kelahiran Najwa yang merupakan cucu pertama di keluarga Mas Joko.Sebenarnya Najwa adalah cucu kedua di keluarga ini, cucu pertama yang sebenarnya adalah Vero yang merupakan anak Mas Samsul bersama mantan istrinya dulu yaitu Mbak Indah. Namun sayangnya, mereka bercerai akibat ulah mamak mertuaku dan Vero diasuh oleh ibunya. Vero dan Najwa hanya berbeda dua tahun saja, oleh sebab itu dulu aku begitu dekat dengan Mbak Indah. Sampai suatu hari, Mas Samsul membawa pulang seorang perempuan bernama Rindu setelah lima tahun bercerai dengan Mbak Indah. Awal perkenalan kami, aku sudah langsung tidak suka pada calon kakak iparku itu. Gayanya yang modis, tibuh terawat, kulit putih bersih dan juga perhiasan lengkap yang mene

  • Ipar Ipar Serakah   bab 15

    Kini kami semua sudah berada di rumah orang tua Mas Samsul. Seperti biasa, bak terdakwa aku menjadi pesakitan yang tengah diadili oleh keluarga toxic ini. "Ceraikan istrimu sekarang juga, Sam! Dia itu membawa pengaruh buruk terhadap keluarga kita, kamu lihat sendiri. Semenjak kedatangannya, keluarga kita tidak pernah tenang sedikit pun. Selalu saja ada masalah yang dia ciptakan sehingga memancing pertengkaran dengan adik-adikmu!" tegas bapak mertuaku seperti orang yang sudah kehilangan akalnya. Mas Samsul hanua diam, menatap tajam ke arah orang-orang yang ada di hadapannya. "Benar apa yang dikatakan bapakmu, Sam. Delapan tahun kalian menikah, tapi sampai detik ini belum ada tanda-tanda kehamilan dari istri kebanggaanmu itu. Kedua adikmu saja sudah punya dua anak, dan anak pertama mereka sudah besar-besar pula," timpal ibu mertuaku seakan-akan semakin menyiram bensin ke dalam api. "Sudahlah, Bu. Soal keturunan itu biarkan menjadi urusanku dan Mas Samsul, apa ibu dan juga kalian itu

  • Ipar Ipar Serakah   bab 14

    Semua mata orang-orang tertuju ke arah Joko. Mungkin dia kaget karena aku kini sudah berani melawan tidak seperti sebelumnya yang hanya bisa sabar, sabar, dan sabar setiap kali menghadapi kerusuhan mereka. "Sudah cukup dengan omong kosongmu yang tidak ada gunanya itu, Rindu! Selama ini aku menghargaimu karena kamu adalah istri dari abangku, tapi jangan mentang-mentang karena itu sekarang kamu bisa berucap kurang ajar!" sengitnya padaku. "Apa kamu bilang barusan, Jok! Aku, kurang ajar? Nggak salah kamu ngomong seperti itu, heuh? Bukankah selama ini kalian yang selalu bersikap kurang ajar padaku dan juga Mas Samsul. Dasar ipar-ipar tidak tahu diri!" ucapku tak kalah sengit. "Diam! Jika kamu terus bicara, jangan salahkan aku kalau detik ini juga kamu aku tampar, Rindu!" bentaknya yang sudah bersiap maju kehadapanku. "Hei!!! Sedikit saja kamu berani menyentuh wajah istriku, akan aku pastikan kamu pulang tinggal nama!" bentak Mas Samsul tiba-tiba yang langsung pasang badan di hadapanku

  • Ipar Ipar Serakah   bab 13

    Seminggu telah berlalu semenjak kejadian keributan anatara Mas Samsul dan juga Joko. Pagi ini, seperti biasanya aku membuka warung makanku, tetapi kali ini Mas Samsul tak ikut membantu karena sejak habis subuh tadi ia sudah pergi bersama temannya untuk melihat lahan yang akan mereka garap. Trio rusuh datang dan mulai duduk di salah satu meja yang selalu menjadi tempat mereka untuk ghibah dan makan gratis. Aku diam saja dan memilih sibuk untuk melayani para pembeli. "Assalamu'alaikum," sapa seseorang, rupanya itu adalah Lek Painem yang merupakan tetangga desa baru saja pulang dari kota. "Walaikum salam. Eh, Lek Painem, kapan pulang makin segar aja," godaku. "Ah, kamu bisa aja, Rin. Lek baru sampai tadi malam jam sembilan, kangen sama masakan kamu yang juara. Makanya Lek putusin untuk cepat-cepat ke sini, takut keburu kehabisan!" ujar Lek Painem. Kami pun tertawa bersama. "Monggo duduk dulu, Lek. Rindu layanin yang lainnya dulu, nanti Rindu temani Lek ngobrol," ujarku. Lek Painem

  • Ipar Ipar Serakah   bab 12

    🍁 Kembali ke tuntutan DesrinaIbu melengos pergi membawa kedua menantu kesayangannya. Lek Warno sang pemilik mobil sewaan sampai melongo melihatk aksi tri rusuh yang di luar batas nalar manusia. "Itu si Sari 'kan?" tanya Lek Warno sedikit linglung. "Iya, itu mamakku, Lek." jawab Mas Samsul yang kini menyandarkan kepalanya pada punggung sofa. "Edan! Aku nggak nyangka kalau ternyata sifatnya belum berubah juga dari dulu," celetuknya lagi. Mas Samsul merogoh kantung celananya lalu memberikan dua lembar uang berwarna merah pada Lek Warno sebagai bayaran sewa mobilnya. Meskipun mobil itu tidak jadi dipakai karena keburu trio kucrut itu ngibrit duluan, tetapi untuk datang ke sini tetap memakai bensin. Jadi ya, sebagai uang kompensasi saja lah. "Ini apa, Le?" tanya Lek Warno semakin kebingungan saat suamiku memberinya uang. "Uang ganti bensin, Lek," ujar Mas Samsul terus terang. "Ndak usah wes! Lha wong mobilnya saja ndak jadi di pakai, kok. Kalau sudah nggak ada urusan lagi, aky mau

  • Ipar Ipar Serakah   bab 11

    Semalaman sudah aku dan Mas Samsul berada di kantor satpol pp. Mau tidak mau, aku pun akhirnya menghubungi Masku yang malam itu juga bertolak ke Magelang. Akhirnya, kami di bawa ke Purwokerto untuk kembali ke rumah orang tuaku. Di sana, aku dan Mas Samsul memang sengaja merahasiakan kejadian yang sebenarnya pun dengan Mas Wahyu yang sudah aku mintai tolong untuk menjemput. "Kalian puasa tidak?" tanya Mamaku. "Insya Allah puasa, Ma." jawab kami serempak."Alhamdulilah." Perjalanan Magelang purwokerto hanya 4 jam saja. Mulai berangkat dari kantor satpol pp pukul delapan pagi, sampai di rumah orang tuaku jam satu siang. Satu jam kami gunakan untuk istirahat, mandi, dan berganti pakaian di area pom bensin tadi. Tentu saja itu semua kami lakukan agar tidak terlihat begitu lusuh saat bertemu orang tuaku nanti. Kami tak ingin membuat orang tuaku kepikiran. "Lebih baik sekarang kalian istirahat saja, tadi kamarnya sudah dibersihkan sama Mbak Darmi. Untung saja Wahyu tadi sempat ngasih ta

  • Ipar Ipar Serakah   bab 10

    Bab 10🚨 Sebelum melanjutkan membaca kisah Mas Samsul dan Rindu. Author ingin meminta waktunya sejenak untuk mengirimkan Al-fatihah yang dihadiahkan kepada Almarhum Mas Samsul ayahanda dari Ananda Keisya Salma Khoirunnisa. Karena hari ini tepat 10 tahun sudah kepergian beliau menghadap sang ilahi. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah, dan dilapangkan kuburnya. Amin amin Allahumma amin. 🚨🍁🍁🍁🍁Hari sudah semakin larut, tetapi aku dan Mas Samsul belum juga menemukan solusi untuk kami tidur malam ini. Selepas shalat tarawih masjid sudah kembali sepi, akhirnya kami pun kembali menelusuri jalanan tanpa arah tujuan. Semakin jauh kaki kami melangkah, semakin sepi pula jalanan yang kami lalui. Tiba-tiba terdengar suara guruh yang sangat kencang ditambah dengan sapuan angin yang lumayan kencang juga. Tak lama setelahnya, disusul dengan gerimis yang mulai berjatuhan satu persatu membasahi bumi tempat kami berpijak. "Ya Allah, hujan, Dek! Kita cari tempat berteduh dulu dari pad

  • Ipar Ipar Serakah   bab 9

    Bab 9"Eh, mana bisa begitu?" protes Desrina tak terima. "Kamu mau coba-coba untuk mempermainkan kami, Sam?" tanya mamak mertua sengit. "Halah ...! Bilang aja gak punya duit!" timpal Aulia meremehkan suamiku. Namun wajah ketiganya kentara sekali terlihat panik. Aku hanya diam menyaksikan kepanikan dari mereka bertiga. Mas Samsul tertawa miring seakan-akan apa yang ada di dalam pikirannya dama denganku. "Kenapa? Takut?" tantang Suamiku. Mas Samsul itu semakin ditekan, dia akan semakin berontak sekarang. Berbeda dengan dulu yang bisanya hanya diam dan mengalah. Trio rusuh saling tatap seakan-akan saling memberi kode satu sama lain. "Si--siapa yang takut! Gak ada dalam kamus seorang Desrina Maharani itu takut pada orang miskin kayak kalian!" ujarnya sombong dan mendapat anggukan setuju dari mamak mertuaku dan juga Aulia. "Ya sudah, kalau begitu kita berangkat sekarang saja. Kebetulan tadi aku sudah meminta tolong pada Lek Warno pinjam mobil untuk bawa kita semua ke RS besar di kot

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status