Tak pernah dibayangkan oleh Aneisha sebelumnya, diculik oleh beberapa orang di rumahnya, lalu dipaksa menikah dengan seorang mafia kejam bernama Tuan Zu, yang sudah memiliki tiga orang istri. Ketika Aneisha sudah menjadi istri ke-4 Tuan Zu, penderitaan datang silih berganti menghampirinya, disiksa, dibully dan difitnah oleh ketiga istrinya, hingga membuat Aneisha tertekan dan akhirnya berusaha untuk mengakhiri hidupnya. Tindakan Aneisha akhirnya diketahui oleh Tuan Zu, hingga akhirnya Aneishapun selamat. Karena beberapa kali mencoba mengakhiri hidupnya tidak berhasil, Aneishapun berencana untuk pergi dari istanah Tuan Zu. Tuan Zu yang sangat mencintai istri ke-4nya itu, pada awalnya memperlakukan Aneisha sangat kasar dan selalu menyiksanya, hingga pada suatu ketika, Aneisha berhasil keluar dari istanahnya, Tuan Zu seperti kehilangan separuh nafasnya, dirinya mulai menyadari bahwa istri yang paling baik diantara ketiga istrinya adalah Aneisha. Aneisha yang saat itu sudah berhasil melarikan diri dari istanah Tuan Zu, akhirnya dipertemukan dengan Tuan Xavier yang tak lain adalah rekan dari Tuan Zu, ketika dirinya melarikan diri dari istanah Tuan Zu. Tuan Xavier akhirnya menolong Aneisha dan menjadikannya sosok wanita yang tangguh dan sangat cantik saat itu. Beberapa lama kemudian, Tuan Zu tak sengaja dipeetemukan oleh takdir, saat bertemu dengan Aneisha yang sudah berubah menjadi wanita tangguh dan buka lagi menjasi seorang wanita yang lemah yang dulu sering diintimidasinya. Tuan Zu semakin jatuh cinta dengan Aneisha, hingga dia memohon kepada Aneisha, untuk menerima dirinya kembali, tapi Aneisha menolaknya. Tuan Zu tak lantas menyerah, dirinya berusaha untuk mendapatkan cinta Aneisha, hingga akhirnya Tuan Zu, rela mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Aneisha. Saat itulah, Aneishapun sadar jika Tuan Zu sangat mencintai dirinya. Bagaimana kisah selanjutnya? Yuk kita langsung baca kisah selengkapnya.
View MoreBlam...
Lampu tiba-tiba mati, seketika seisi ruangan langsung menjadi gelap gulita, tampak seorang gadis terkejut, ketika lampu rumahnya yang tiba-tiba mati.
Wajahnya mulai ketakutan, sesaat suasana mendadak gelap gulita.
"Kenapa lampunya tiba-tiba mati? Ya Tuhan, aku takut sekali," gumam gadis itu sendiri.
Dengan wajah penuh ketakutan, iapun langsung memeluk bantal sofa yang ada di kursi sofanya.
Tak selang beberapa lama kemudian, terdengar suara langkah kaki beberapa orang, sudah memasuki rumahnya.
Tap..tap..tap..
Aneisha terpaku dalam diamnya, tatkala mendengar suara deru langkah kaki memasuki rumahnya. seketika hatinya mulai tak karuan, membayangkan jika ada rampok yang memasuki rumahnya dan akan merampok rumahnya.
Aneisha ketakutan, tubuhnya seketika mengeluarkan keringat dingin. Terlihat wajah dan tubuhnya sudah basah karena keringatnya sendiri.
"Siapa mereka? Ya Tuhan, kenapa aku mendengar suara langkah kaki memasuki rumah ini? Apa mereka adalah para perampok yang akan merampok rumahku?" kembali Aneisha bertanya dalam kegelisahan.
Tak ada penerangan sama sekali, membuat Aneisha sedikit kesusahan untuk mencari posisi ruangan yang ada di rumahnya, untuk bersembunyi dari orang-orang, yang saat ini memasuki rumahnya, dan terdengar seperti mencari penghuni rumahnya.
"Cari gadis itu sampai dapat!"
Suara lelaki itu, terdengar cukup keras di telinga Aneisha, hingga membuatnya ketakutan.
"Gadis? Siapa yang dia maksud itu? Apakah itu aku?" gumamnya dalam hati.
Bermaksud hati untuk mengambil benda pipihnya yang ada di atas nakasnya, tiba-tiba...
"Hei! aku menemukan gadis itu di sini!" teriak seorang lelaki yang saat itu tengah menemukan keberadaan Aneisha di sebuah sudut ruangan.
Aneisha bingung, bagaimana mereka bisa menemukan dirinya dalam keadaan kegelapan? Tentu dia tak pernah menyangka, jika mereka memakai sebuah alat khusus, yang bisa digunakan untuk melihat situasi ruangan gelap.
Tak selang beberapa lama kemudian, beberapa orang menghampiri dirinya, lalu segera menarik tubuhnya dari tempat duduknya disofa.
"Aw.. Sakit!" pekik Aneisha ketika lengan tangannya ditarik keras oleh lelaki tersebut.
"Diam kamu! Teriak sekali lagi, aku akan memperkosamu!" sentak lelaki itu dengan suara keras.
Aneisha langsung terdiam, air matanya mulai mengalir dengan derasnya, tatkala Lelaki itu berkata dengan nada penuh intimidasi.
Aneisha ketakutan, kerongkongannya terasa kering, tubuhnya mulai melemah dan jantungnya sudah mulai berdegub dengan kencang.
Beberapa saat kemudian, beberapa orang kini berjalan kearah mereka, Aneisha tampak kebingungan dan tubuhnya mulai gemetaran, ketika orang-orang itu mulai banyak berkerumun di ruangan tersebut.
"Bawa wanita itu, sekarang!" titah seorang lelaki yang terlihat seperti bos mereka.
Tanpa banyak bicara, mulut Aneisha dilakban dan kedua tangannya diikat kebelakang.
Aneisha diangkat tubuhnya, menuju ke mobil yang sudah terparkir di halaman rumahnya.
Setelah itu, dirinya langsung dimasukkan ke dalam mobil, lalu ke dua matanya ditutup dengan kain penutup, hingga membuat Aneisha tak bisa melihat apapun di sana.
"Emmpp..emmmp,"
Aneisha terdengar menjerit meminta tolong. Namun tiba-tiba, dua orang itu langsung duduk di kedua sisi Aneisha, lalu menghimpit tubuh mungilnya.
Aneisha langsung terdiam, dua orang tersebut sudah mampu mengintimidasi dirinya. Satu orang yang saat ini duduk di samping Aneisha, mengatakan sesuatu kepada bosnya.
"Cantik juga dia, Bos," ujar salah seorang dari mereka yang memuji kecantikan Aneisha.
"Tentu saja dia cantik, dia adalah pilihan bos kita, jangan pernah kalian berani menyentuh dirinya!" jawabnya dengan nada tegas.
"Iya, Bos," jawab lelaki itu ketakutan.
"Cepat kau lajukan mobilnya, menuju markas sekarang!" titahnya sembari menunjuk, ke arah jalan.
"Baik, Bos," jawab seorang driver.
Segera mobil itupun melaju dengan cepat, lalu kemudian menyusuri jalan yang sepi, untuk menuju ke arah markas mereka.
Dalam hati Aneisha bertanya-tanya, mengapa Mereka menculik dirinya dan akan dibawa kemanakah dirinya saat ini.
Aneisha semakin ketakutan, ketika mobil tersebut sudah melaju menyusuri sebuah jalan, yang dirinya tidak tau kemana arah tujuannya.
Beberapa orang membicarakan dirinya dan menyebutkan nama seorang lelaki dengan memanggil Tuan Zu. Orang itu mengatakan, jika dia adalah dalang dibalik penculikan ini. Tentu saja Aneisha bingung dan tidak mengenal siapa Tuan Zu, yang mereka maksudkan itu.
Bahkan Aneisha dibilang tidak memiliki musuh, apalagi keluarganya dari keluarga yang sederhana dan tak mengenal orang-orang yang berpengaruh.
Aneisha berdo'a dan berharap seseorang dapat menolong dirinya nanti.
Dua puluh menit berlalu, akhirnya merekapun tiba di sebuah Markas, yang tak diketahui di mana alamatnya.
Dengan kedua mata masih tertutup dan kedua tangan masih terikat, Aneisha lalu ditarik keluar dari mobil tersebut, tampak satu orang mencengkram lengannya dengan kasar, lalu segera menarik tubuhnya masuk kesebuah markas yang ada di sana.
Aneisha menangis, tubuhnya bergetar dan telapak kakinya terlihat terluka, ketika dirinya beralan tanpa menggunakan alas kaki.
Setelah masuk kedalam markas tersebut, Aneisha lalu didorong masuk ke dalam sebuah kamar.
Tak selang beberapa lama kemudian, ikatan tangan dan penutup kedua mata Aneisha dilepaskan.
"Jangan pernah berteriak! Karena akan sia-sia saja kau melakukan itu, tak akan ada satu orangpun mendengar teriakanmu,"
Ancamnya dengan menatap Aneisha penuh dengan tatapan intimidasi.
Aneisha hanya terdiam, dirinya benar-benar ketakutan, ketika berada di tempat asing baginya.
"S-siapa kalian? kenapa kalian membawaku kesini?" tanya Aneisha dengan nada bergetar.
"Kau tidak perlu tau siapa kami, lebih baik kau bersihkan dirimu, kau akan segera tau alasannya, untuk apa kau dibawa ke markas ini," jawabnya, dengan memberikan pakaian Ganti dan juga perlengkapan mandi untuk dirinya.
"Siapa yang menyuruh kalian? apa salahku, hingga kalian menculikku dan membawaku ke tempat ini?" tanya Aneisha dengan menaikkan intonasi nada bicaranya.
"Jangan banyak bicara gadis kecil, cepat lakukan apa yang aku perintahkan kepadamu, atau aku suruh anak buahku untuk menelanjangimu, lalu memandikanmu!" serunya dengan menaikkan dua oktav nada bicaranya.
Aneisha seketika ketakutan, mendengar apa yang dikatakan oleh orang tersebut. Aneisha segera menganggukkan kepalanya, seraya berkata kepada lelaki itu.
"Jangan, Tuan, Saya bisa melakukannya sendiri," jawab Aneisha dengan wajah ketakutan.
Lelaki itu tampak tersenyum penuh seringai, Aneisha lalu bergegas menuju ke kamar mandi untuk segera membersihkan dirinya.
Sementara itu, Lelaki yang tadi berbicara dengan Aneisha, segera mengeluarkan gawainya, dan menelpon seseorang dibalik sambungan selulernya.
Kring!!!
"Hallo Tuan...,"
"Hmmm, bagaimana dengan tugas yang aku berikan kepada kalian? apa, kalian berhasil membawa gadis itu?"
"Iya Tuan, kami berhasil membawa gadis tersebut, dan membawanya ke markas kita," jawabnya dengan cepat.
"Persiapkan dirinya, aku akan segera kesana untuk membawa gadis itu, turut serta ke rumahku. Aku akan menikah dengan gadis itu besok pagi,"
"Siap, Tuan,"
Tak lama setelah itu, telepon itupun ditutup, segera lelaki itu, mempersiapkan penyambutan untuk Tuan Muda Zu.
Sementara itu, Aneisha yang sudah selesai membersihkan dirinya dan sudah mengganti pakaiannya, kini terlihat menangis di depan cermin yang ada disudut kamarnya.
Dia pasti tidak menyangka jika malam ini, adalah malam yang tak pernah dibayangkan oleh Aneisha sebelumnya, Diculik dan disekap oleh seseorang, yang dia sendiri tidak tau siapa mereka.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya.
Tok..tok..tok..
Aneisha bergegas mengusap air matanya yang membasahi kedua pipinya. Tanpa menjawab, diapun segera membuka pintu kamarnya..
Ceklek...
Setelah pintu kamarnya ia buka, dengan cepat tangan Aneisha ditarik keluar kamarnya oleh seseorang, lalu di bawanya ke sebuah ruangan.
"Duduk!" Titahnya dengan tatapan penuh intimidasi.
Aneisha langsung duduk ketakutan, tanpa berani melawan ataupun memberontak, karena Aneisha melihat beberapa orang yang sudah berisap berjaga disemua sudut ruangan kamar tersebut.
Tak selang beberapa lama kemudian, seorang wanita datang kearah Aneisha dengan membawa peralatan make up.
"Dandani dia yang cantik, jangan sedikitpun kamu membuat kesalahan, buatlah riasanmu berguna, kau harus bisa merubah wajahnya lebih cantik dari sekarang, agar dirinya terlihat sempurna atau kau tau akibatnya," ucapnya dengan penuh ancaman.
Wanita itupun langsung mengangguk ketakutan, terlihat jelas tangannya sampai gemetaran ketika hendak mengeluarkan peralatan make upnya dari dalam Kotak make up.
"B-baik, Tuan!" jawabnya dengan nada bergetar.
"Aku beri waktu lima belas menit, kau harus sudah selesai mendandani dirinya," tegasnya sembari menatap wajah wanita itu.
"B-baik, Tuan," jawab wanita itu ketakutan.
Lelaki itupun, duduk di hadapan mereka berdua, menunggu dan memperhatikan bagaimana Wanita tersebut mendandani Aneisha.
Wanita itu pun, segera mengeluarkan alat-alat riasnya, tak lama kemudian wanita itupun dengan lihainya, memberikan sentuhan risannya kewajah Aneisha.
Beberapa menit kemudian, wanita itu sudah menyelesaikan tugasnya, merias dan mengubah wajah Aneisha dengan sosok wanita yang sangat anggun dan cantik, melalui tangan lincahnya.
Hanya membutuhkan waktu yang tak kurang dari lima belas menit, akhirnya wanita itu mengatakan kepada lelaki yang di depannya, bahwa tugas meriasnya sudah selesai.
Lelaki itu menatap wajah Aneisha yang sudah terlihat cantik sempurna, meski tak terlalu banyak memakai riasannya.
"Sudah selesai Tuan, apa saya boleh pergi?" tanya wanita itu, dengan nada ketakutan.
Lelaki itu berjalan kearah Aneisha, lalu menyuruh wanita perias tersebut untuk pergi.
"Pergilah! Ini sudah cukup sempurna," jawabnya dengan tersenyum kearah Aneisha.
"Baik Tuan, terima kasih," wanita itu berucap, lalu segera pergi meninggalkan mereka berdua.
Tak selang beberapa lama kemudian, Tuan Mudapun akhirnya datang ke markasnya.
Lelaki itupun bergegas keluar dan menyuruh Aneisha menunggu Tuannya di dalam kamar khusus, lalu menguncinya dari luar.
Lelaki itupun langsung keluar dan menyambut kedatangan Tuan Muda Zu.
"Selamat datang, Tuan Muda," sambut lelaki itu, lalu menundukkan kepalanya.
"Terima kasih atas sambutannya Geo, di mana gadis itu sekarang?" tanyanya tak sabar ingin bertemu dengan gadis tersebut.
"Dia ada di kamarmu, Tuan," jelasnya dengan tersenyum.
"Bagus Geo, aku suka cara kerjamu, kalau begitu, aku akan menemuinya sekarang!"
"Silahkan, Tuan! ini kunci kamarnya," ucap Geo sembari memberikan kunci tersebut kepada Tuan Zu.
Tuan Zu lalu bergegas menuju ke kamarnya, lalu segera membuka pintu kamarnya.
Ceklek.
Ketika pintu tersebut dibuka, segera lelaki itu langsung masuk ke dalam kamarnya.
Tap..tap..tap
Suara langkah kaki itu pun terdengar begitu dekat, hingga Aneisha yang saat itu tengah duduk diatas ranjangnya, langsung bangkit dan berdiri.
Aneisha terkejut, ketika lelaki itu tiba-tiba berjalan kearahnya, ruangan kamar yang begitu gelap, membuat dirinya tak bisa mengenali wajah lelaki tersebut.
Aneisha langsung memundurkan langkah kakinya kebelakang, ketika Tuan Zu terus bergerak maju kearahnya.
Aroma maskulin dari tubuhnya, membuat Aneisha bertanya-tanya siapa sosok yang ada didepannya saat ini.
"Kau siapa? Kenapa kau menculikku?" tanya Aneisha ketakutan.
Tuan Zu, tak lantas menanggapi pertanyaannya, dia bergerak ke depan dengan maksud untuk menyalakan lampunya. tak lama kemudian, lampu tersebut menyala dan terlihatlah wajah lelaki yang ada di depannya saat ini dengan jelas.
Lelaki yang memiliki wajah tampan dengan tubuh gagah sempurna. Lelaki itu tersenyum dan menjawab pertanyaan Aneisha.
"Aku adalah calon suamimu," ucap Tuan Muda Zu dengan tersenyum menyeringai
Deg..
Bersambung
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments