Tuan Zu, lalu menarik tubuh Aneisha yang sudah lemah tersebut, kesalah pahaman yang terjadi, membuat Tuan Zu gelap mata dan tak mau mencari tau kebenarannya saat itu.
Aneisha lalu menangkupkan kedua tangannya kearah dadanya, ketika Tuan Zu tak menghentika siksaannya.
Kreeeeek....
Pakaian Aneisha lalu dirobek menjad dua bagian, tampak kulit mulus yang membungkus daging Aneisha, lalu ditatapnya tanda merah bekas kepemilikannya sendiri. Namun Tuan Zu, merasa itu adalah bekas tanda kepemilikan Kim, pengawalnya.
"Bahkan lelaki itu sudah memberikan tanda merah ditubuhmu, cih.. Kau sungguh wanita murahan Ana, tubuhmu bahkan gampang disentuh oleh pria lain," hina Tuan Zu, dengan menarik dagu Aneisha ke arahnya.
Aneisha menangis, sungguh kejam Tuan Zu menuduhnya sebagai wanita murahan, yang gampang disentuh orang lain.
"Kau terlalu mudah terhasut Tuan Zu, tak bisakah kau menyelidiki terlebih dahulu apa yang terjadi? Kenapa kau begitu mudah menuduhku dan pengawalmu melakukan sesuatu yang tak pernah kami lakukan. Kau bahkan tak pantas menjadi seorang pemimpin," Olok Aneisha dengan nada sedikit terbata-bata.
Mendengar olokan istrinya, Tuan Zu semakin murka, disiramkannya kembali air es tersebut, hingga Aneisha benar-benar kedinginan saat itu.
Tuan Zu bahkan berkali-kali memperk*sa istrinya yang dalam keadaan lemah tak berdaya.
Tubuh Aneisha, akhirnya limbung juga. Wajahnya sudah pucat pasi dan tubuhnya sudah terlihat tak berdaya, matanya sangat sayu, dan penampilannya tak lebih seperti ODGJ.
Melihat Aneisha yang sudah terlihat lemah, membuat Tuan Zu, tak tega melihatnya dalam keadaan tubuhnya yang sudah tak berdaya.
Tuan Zu lalu mengangkat tubuh Aneisha yang sudah lemah itu, menuju ruangan lain. Tuan Zu, lalu memberikan pakaian untuknya kembali dan memberikan ramuan gingseng, untuk memulihkan tubuh Aneisha yang terbaring lemah tak berdaya
"Minumlah, agar kau cepat pulih," ucap Tuan Zu, lalu memberikan minuman tersebut kepada Aneisha.
Tampak Aneisha meminum minuman gingseng tersebut, ketika Tuan Zu mulai membantu memberikan minuman tersebut kapadanya.
"Aku memberikan minuman ini, bukan aku khawatir kepadamu Ana, tapi aku ingin kau menerima hukuman dariku selanjutnya," ucap Tuan Zu lalu segera pergi meninggalkan ruangan tersebut.
****
Sementara itu, Kim kini tengah disiksa dengan dicambuk tubuhnya, dan dikurung dalam ruangan isolasi.
Tampak tubuhnya sudah membekas cambukan, darah mengalir disekujur tubuhnya, hingga dirinya sudah terlihat gemetaran dan tak berdaya.
Setelah menyiksa Kim, kedua pengawal yang menyiksanya, lalu berjalan keluar meninggalkan Kim yang tergeletak begitu saja di atas lantai.
***
Saat terjadi huru-hara di kamar Aneisha, Lilian tampak senang, ketika melihat Tuan Zu sudah murka kepada Aneisha.
"Akhirnya kau kena hukuman Tuan Zu, aku pastikan kau sebentar lagi akan dipermalukan dihadapan para tamu-tamunya," gumam Lilian dengan tersenyum miring.
Tak lama kemudian, dua wanita yang menjadi madunya, tampak terkejut ketika melihat Tuan Zu, yang saat itu menyeret tubuh Aneisha, menuju ruang penyiksaan.
"Kenapa Tuan Zu, tiba-tiba murka kepada istri kesayangannya itu?" tanya Cellyn menatap Jenny.
Jenny lalu mengedikkan kedua bahunya, dia sendiri tak tau apa yang saat itu terjadi dengan Aneisha dan Tuan Zu saat itu.
Tak lama kemudian, Lilian datang menegur mereka berdua.
"Ehem..." tegur Lilian dengan berdehem kepada mereka berdu.
Jenny dan Cellyn lalu menatap wajah Lilian, terlihat keduanya langsung tertunduk ketakutan, ketika melihat tatapan nyalang Lilian yang mengarahkan pandangannya kearah mereka berdua.
Lilian lalu menyilangkan kedua tangannya, tampak dirinya tersenyum miring ke arah mereka berdua.
Lilian terlihat masih kesal dengan dua madunya saat ini, disaat mereka sedang terpojok, mereka berdua tak mau bersama-sama memikul kesalahan yang mereka perbuat secara bersama-sama, buntut imbasnya Lilian yang kena batunya sendiri.
"Kalian pasti terkejut bukan? Kenapa istri ke-empat kesayangan Tuan Muda Zu, saat ini dikurung di ruangan isolasi?" tanya Lilian tersenyum miring.
Jenny dan Cellyn lalu bertukar pandang, tentu saja mereka merasakan ada sikap yang lain yang ditunjukkan oleh Lilian saat itu.
"Apa itu ulahmu?" tanya Jenny dengan tatapan penuh menelisik.
Lilian lalu menatap wajah kedua madunya yang sedikit ketakutan.
"Kenapa? Apa kalian mau mencobanya? Jangan meremehkan aku, Tuan Zu saja bisa terhasut olehku, apalagi untuk menghasut kalian berdua, agar kalian bisa merasakan seperti yang saat ini sudah dirasakan oleh Aneisha, sudah pasti Tuan Zu akan sangat mudah menerima hasutanku tentang kalian semua," Lilian mencoba mengintimidasi kedua madunya saat ini.
Cellyn dan Jenny langsung mendadak pucat pasi, ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Lilian saat ini.
"Kakak pertama, tolong jangan lakukan itu kepada kami," Cellyn berkata dengan nada memohon.
"Maafakan kami Kakak pertama, kami tadi benar-benar merasa terpojok, kami takut jika Tuan Muda Zu akan murka, jika kami tak mengatakan yang sebenarnya," Jenny berusaha menjelaskan kepada Lilian.
Lilian hanya tersenyum miring ke arah mereka, dengan sorot mata yang tajam, Lilian kini berkata kepada mereka berdua.
"Jika kalian tidak ingin posisi kalian bergeser, kalian harus mendukungku untuk menyingkirkan wanita itu dari rumah ini."
Cellyn dan Jenny langsung bertukar pandang, keduanya nampak berpikir sejenak, lalu tak lama kemudian, merekapun langsung mengangguk setuju.
"Baik Kakak pertama," jawab mereka bedua dengan mengangguk.
Lilian tampak tersenyum saat itu, Lilian lalu menceritakan semua yang dia lakukan kepada Kim dan juga Aneisha saat itu, hingga membuat Tuan Zu, terhasut dan langsung murka kepada mereka berdua.
Cellyn dan Jenny langsung menutup kedua mulutnya saat itu, mereka benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Lilian kepada mereka saat itu.
**
Setelah Tuan Zu, memberikan ramuan gingseng untuk Aneisha, Tuan Zu tak lantas beranjak dari sana.
Tuan Zu masih berdiri di depan ranjang Aneisha dengan menghisap cerutunya, sambil menunggu Aneisha tersadar kembali.
Tak selang beberapa lama kemudian, Aneisha terlihat mengerjapkan kedua matanya, meski dalam keadaan lemah, Aneisha mencoba untuk mengumpulkan sisa-sisa tenaganya yang masih tersisa saat ini.
Tuan Zu yang melihat Aneisha sudah tersadar, langsung tersenyum miring kepadanya.
"Jangan memaksakan tubuhmu untuk segera bangkit dari ranjangmu, simpan tenagamu untuk nanti malam, karena kau harus melayani para tamu undanganku." ucap Tuan Zu, lalu bergegas pergi meninggalkan Aneisha di ruangan itu sendiri.
Deg..
Jantung Aneisha langsung berdegub dengan kencang, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu kepadanya saat ini.
Nyatanya, penyiksaan yang diberikan kepada Tuan Zu tadi, ternyata masih belum usai saat ini.
Aneisha menangis dan menahan rasa sakit hatinya sendiri, baru beberapa hari dia menjadi istrinya, dia harus mengalami banyak cobaan dan hasutan dari orang-orang disekitar Tuan Zu. Dalam hatinya terbesit untuk melarikan diri dari tempat ini.
Aneisha mencoba untuk bangkit dari ranjangnya kembali, kali ini dia tidak boleh lemah oleh keadaan, semakin dia lemah, Tuan Zu akan semakin senang menyiksa dirinya.
Tak selang beberapa lama kemudian, beberapa orang datang ke ruang isolasi, dimana Aneisha kini tengah dikurung oleh Tuan Zu.
"Cepat bersihkan tubuhmu!" perintah perempuan berwajah garang kepada Aneisha.
Aneisha langsung tertegun melihat tiga wanita berpakaian pengawal, datang ke ruang isolasinya.
Aneisha lalu ditarik tubuhnya ke dalam kamar mandi, di sana Aneisha langsung dipaksa untuk mandi.
Tak selang beberapa menit kemudian, dua orang pengawal masuk ke dalam kamar mandi Aneisha. Mereka terkejut, ketika melihat Aneisha tak bergegas untuk membersihkan dirinya. Terlihat jelas saat itu, Aneisha masih lengkap mengenakan pakaiannya, hingga membuat pengawal perempuan tersebut semakin geram dibuatnya, karena Aneisha tidak kunjung juga menjalankan perintahnya.
Pengawal tersebut akhirnya mema dikan paksa Aneisha. Tubuh Aneisha lalu dipeganginnya oleh salah satu pengawal, satu pengawal lagi terlihat sedang melucuti semua pakaian Aneisha. Sempat Aneisha memberontak saat itu, namum usahanya sia-sia, kedua pengawal tersebut memiliki tenaga yang cukup kuat untuk melawan dirinya yang saat itu tengah memberontak kepada mereka.
Tak selang beberapa lama kemudian, satu pengawal langsung mengguyur tubuh Aneisha dengan shower, satu lagi memegang tubuhnya yang meronta-ronta tidak mau dimandikan oleh kedua pengawal tersebut.
Aneisha tak berdaya, ketika tubuhnya digeserkan ke tembok, lalu satu pengawal memegang kedua tangannya ke atas, satu pengawal lagi menyabuni tubuh ramping Aneisha.
Setelah beberapa menit kemudian, Aneishapun telah selesai dimandikan oleh kedua pengawal tersebut.
Tak cukup dengan itu saja, kini Aneisha di suruh memakai pakaian tarian yang sedikit terbuka dibagian perutnya.
Aneisha awalnya tidak mau memakai pakaian tersebut, namum dua pengawal itu, langsung memakaikan pakaian tersebut ketubuh Aneisha dengan paksa.
Tak selang benerapa menit kemudian, muncul seorang wanita dengan membawa peralatan riasannya.
Wanita itu langsung mendandani Aneisha, dengan tangannya yang sudah terampil merias wajah orang, membuat dirinya tak membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan riasan Aneisha.
Setelah Aneisha selesai dirias, tubuhnya diseret menuju kesebuah ruangan. Dua pengawal sedang menunggu perintah dari Tuan Zu untuk membawa Aneisha menuju ruang penyambutan tamu.
Beberapa menit kemudian, seorang pengawal lelaki sudah membisikkan sesuatu ditelinga pengawal perempuan tersebut.
Saat itulah, Aneisha lalu diseret menuju ke sebuah ruangan, di sana dia dipaksa menari dihadapan para tamu Tuan Zu.
Aneisha tidak mau keluar saat itu, dirinya terlalu malu untuk mempertontonkan tubuhnya dengan memakai pakaian yang sedikit terbuka itu.
"Tidak, aku tidak mau menari dengan pakaian ini!" tolak Aneisha.
Mendengar penolakan Aneisha, pengawal itupun langsung mendorong tubuh Aneisha keluar dari ruangannya tadi.
Tampak Aneisha terkejut, ketika dirinya sudah berada di tengah-tengah kursi para tamu yang hadir di sana.
Aneisha terlihat sangat malu, ketika mata para tamu lelaki itu nampak sedang menelanjangi tubuhnya, ketika mereka menatap Aneisha dari atas hingga bawah.
Aneisha langsung menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Kenapa kau hanya diam saja istiku?cepat kau menari sekarang!" suara bariton Tuan Zu, langsung terdengar cukup keras di ruangan tersebut.
Aneisha menggelengkan kepalanya, tampak air matanya sudan memenuhi pelupuk kedua matanya.
Tuan Zu tampak geram, segera dia melemparkan gelas di depan Aneisha, hingga pecahan beling itu berceceran di atas lantai.
"Cepat kau menari, atau aku buat lantai ini penuh dengan pecahan beling yang akan melukai telapak kakimu," perintah Tuan Zu dengan nada mengancam.
Aneisha tetap terdiam dan terus menunduk saat itu, hingga akhirnya Tuan Zu kembali melemparkan beberap gelas ke arah Aneisha, dan kali ini beling itu menancap ditelapak kakinya.
"Aw..sakit," Aneisha menahan sakit dan perih, ketika pecahan beling itu mengenaik telapak kakinya.
Saat itulah tiba-tiba datang seorang tamu, datang menghampiri dirinya dan memberikan jas miliknya untuk dipakaikan untuk menutupi tubuhnya.
Melihat hal itu, membuat Tuan Zu sangat kesal dan marah, tampak kini kebencian sudah memasuki relung hatinya.
Lelaki itu lalu memapahnya dan kini didudukkannya Aneisha disamping kursinya.
Tuan Zu mengepalkan kedua tangannya, tanpa terasa, dirinya langsung menghampiri istrinya, lalu menarik tangan Aneisha dengan kasar.
Saat itulah, pria tersebut langsung menepiskan tangan Tuan Zu, dari tangan Aneisha dengan menatap wajahnya sinis.
"Kenapa kau suka sekali memaksa wanita, Tuan Zu? Dia masih muda dan cantik, jika kau tidak berkenan untuk menjadikan istrimu lagi, ceraikan dia, maka akan aku nikahi dia," ucap lelaki itu dengan tersenyum miring ke arah Tuan Zu.
Deg
Bersambung
Lelaki itu adalah Tuan Xavier, seorang mafia yang terkenal dingin. Namun begitu lembut memperlakukan seorang wanita yang disukai olehnya.Tuan Zu tampakknya sangat kesal, ketika mendengar Tuan Xavier berkata itu dengannya.kedua manik matanya menunjukkan bara api kemarahan. Tuan Zuan lalu menarik tangan Aneisha ke arahnya.Ia mencengkram pergelangan tangannya dengan kasar, hingga pergelangan tangannya terlihat memerah."Aw sakit Tuan Zu, tolong berhenti menyakiti diriku," pekik Aneisha dengan berusaha untuk melepaskan pergelangan tangannya.Tuan Zu tak hiraukan tangisan Aneisha yang memekik kesakitan tersebut.Tuan Xavier begitu iba dengan wanita cantik yang ada di depannya, ingin dia menolong wanita tersebut. Namun Tuan Zu tak memberikan kesempatan kepada dirinya untuk menolong istrinya.Tuan Zu lalu memerintahkan pengawalnya untuk membawa Tuan Xavier pergi dari istanah miliknya."Sudah larut malam, pesta dihentikan. Sebaiknya kau pulang sekarang Xavier," usir Tuan Zu dengan mempersi
Tuan Zu tampak marah, ketika melihat Xavier masih berada di halaman rumahnya.Saat Tuan Zu mengusir dirinya, ia tak lantas pulang ke rumahnya, ia dengan santainya duduk di halaman rumahnya.Para pengawalnya tak bisa berbuat apa-apa, karena Tuan Xavier mengancam mereka, ia akan membatalkan semua kontrak kerja sama dengan Tuan Zu yang bernilai triliunan, jika mereka saat ini mengusir dirinya."Kenapa kalian masih membiarkannya berada di sini?" tanya Tuan Zu kepada salah seorang pengawal yang ada di sana."Maaf Tuan, saat itu kami tidak berani mengusirnya," jawab seorang pengawal dengan tertunduk takut."Kenapa kalian tidak berani mengusirnya? Katakan kepadaku, apa dia sedang mengancam kalian?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah pengawalnya dengan wajah geram."Maaf Tuan Zu, Tuan Xavier memang mengancam kami, jika kami berani mengusirnya, Tuan Xavier akan membatalkan kontrak kerja sama dengan Perusahaan Zuan Chan State Group yang bernilai triliunan," jawabnya dengan nada ketakutan.Tuan
Aneisha terkulai lemas, ketika Tuan Zuan telah habis-habisan menggempur dirinya. Sakit tubuh dan hatinya, diperlakukan seperti itu oleh Tuan Zuan."Tubuhmu menjadi canduku Ana, aku selalu menginginkanmu," ucapnya dengan mencium bibir Aneisha.Setelah Tuan Zu selesai menikmati tubuhnya, segera dia menggendong tubuh Aneisha dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi bersama."Aku akan memandikanmu, kau cukup diam dan tak perlu melakukan apa-apa, aku suka dengan pelayananmu semalam penuh," kata Tuan Zu dengan mendudukkan Aneisha di dalam bathup kamar mandinya.Tuan Zuan mengambil gagang showernya, lalu kemudian ia menyiramkannya ke tubuh Aneisha, perlahan-lahan tubuh polos itu ia berikan sabun cair dan ia gosok-gosok tubuh Aneisha dengan kedua tangannya.Aneisha hanya terdiam dan menahan rasa gelinya, ketika tangan jahil Tuan Zu mulai meraba dan memainkan bagian sensitifnya."Tuan Zu..," panggil Aneisha dengan suara lirihnya."Ada apa Ana?" tanya Tuan Zu, sambil menggosok tubuh Aneisha den
Aneisha cukup terkejut dengan suara panggilan pengawal Tuan Zu secara tiba-tiba, niatnya dia ingin menelpon kekasihnya. Namun akhirnya niatannya dia urungkan, setelah pengawal sudah menunggu dirinya di depan pintu ruangannya.Tak ingin pengawal itu curiga kepada dirinya. Segera dia membukakan pintu kamar tersebut dengan cepat.Ceklek.Saat dirinya keluar, ia terkejut ketika melihat dua pengawal sudah berdiri di hadapannya. "Nyonya Zu sudah selesai?" tanya seorang pengawal kepada Aneisha."Sudah," jawab Aneisha singkat."Biklah Nyonya, mari kami antar ke meja makan, Tuan dan Nyonya Zu sudah menunggu di meja makan," tutur pengawal tersebut dengan tersenyum.Aneisha lalu mengangguk dan segera pergi meninggalkan kamarnya, ia kemudian berjalan ke arah meja makan, dengan ditemani kedua pengawal Tuan Zu, yang sejak tadi mengekori dirinya hingga kini berada tepat di meja makan, dimana Tuan Zu dan ketiga istrinya telah menunggunya.Tuan Zuan berdiri dan menghampiri Aneisha, ia lalu meraih tan
Tuan Zuan Tampak curiga, ketika istrinya terlihat seperti ketakutan, ketika dirinya hendak pergi dari rumahnya.Melihat Aneisha yang sepertinya memiliki firasat akan dikerjai oleh Lilian, segera Lilian menghampiri dirinya dan berlaku manis di depan Tuan Zu."Ada apa Adik ke-4? Jangan manja seperti itu, Tuan Zu saat ini tengah sibuk, lebih baik kau ikut kami melihat-lihat taman yang ada di istanah ini," ajak Lilian dengan nada sopan.Tuan Zuan menatap wajah Lilian sejenak, ia tak mendapati wajahnya kini tengah gugup karena berbohong, iapun setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lilian saat ini."Lilian benar sayang, kau dan ketiga kakakmu, baiknya jalan-jalan di taman. Aku janji tidak akan meninggalkanmu lama-lama, aku akan segera kembali," jawabnya dengan mengacak pucuk rambut kepala Aneisha.Aneisha semakin cemas, ketika istri pertama Tuan Zu, akhirnya berhasil membuat Tuan Zu percaya dengan tipu dayanya "Tapi Tuan Zu, tak bisakah aku ikut saja denganmu?" ucap Aneisha dengan wajah ke
Aku terkejut, ketika seorang lelaki memanggilku kala itu, suara itu tak asing bagiku. Seketika akaupun membalikkan tubuhku dan menoleh ke arah samping.Saat itu aku tak yakin bahwa lelaki itu adalah lelaki yang aku kenal, dia berjalan ke arahku, tersenyum manis ke arahku. Saat itu, aku tidak yakin bahwa dirinya adalah Arsen kekasihku. Semakin lama semakin dia mendekatiku, barulah aku yakin, bahwa itu adalah Arsen kekasihku."Aneisha, apakah ini benar-benar kau?" tanya Arsen kepadamu dengan wajah tak percaya.Deg..Jantungku langsung mencelos, ketika mendengar suara itu adalah suara Arsen."Arsen, apa benar ini dirimu?" tanyaku dengan wajah penuh haru.Arsen tersenyum dan mengangguk kepadaku, ia kemudian merentangkan kedua tangannya, berharap aku memeluk dirinya saat itu.Sungguh, saat itu aku ingin memeluk dirinya. Namun entah mengapa, kakiku tiba-tiba tak bisa aku gerakkan.Air mataku benar-benar mengalir dengan deras, ada rasa rindu dan senang, campur aduk menjadi satu, ketika aku
Tuan Zuan menatapku dengan santai, ia terlihat memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.Ia hanya menatapku dan ingin melihat sikapku saat itu.Arsen tampak bingung, ketika melihat diriku terus menghindari dirinya saat ini. Aku tepiskan tangannya ketika dia hendak menyentuhku, karena saat itu, Tuan Zu tampak sedang menatap diriku penuh arti.Perlahan-lahan aku menghindari dirinya saat ini, hingga akhirnya Arsenpun kesal dan kini langsung menangkup wajahku dengan kedua tangannya. "Kau kenapa An? Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau ketakutan? Kemarilah, aku akan mengenalkanmu dengan kakakku," ucap Arsen tersenyum kepadaku.Aku menggelengkan kepalaku seketika, kutatap wajah Tuan Zu kini mulai menatap wajahku dengan tatapan penuh seringai, aku takut dan gugup saat itu."Tidak Arsen, tolong lepaskan aku," tolakku lalu melepaskan tangannya dari tanganku.Arsen terkejut melihat perubahan sikapku saat itu."Siapa wanita ini, Arsen?" tanya Tuan Zu dengan melirik wajahku."Di
Aku terkejut ketika mendengar suara Arsen saat itu."Tolong jangan sakiti dia, dia adalah calon istriku," ucap Arsen dengan nada mengiba.Kulihat Tuan Zu kini mengepalkan kedua tangannya, mulutnya mengatup rapat, wajahnya benar-benar bengis menatap Arsen saat itu.Meskipun Arsen adalah adik tirinya, tak sedikitpun Tuan Zu menganggap dia benar-benar seperti saudaranya sendiri.Tuan Zu, mencengkram kedua rahang Arsen dengan satu tangannya. Ia mengintimidasi dirinya, hingga membuat wajah Arsen seketika memerah menahan sakitnya, ketika tangan kekarnya hampir membuat rahang Arsen seperti mau patah."Berhentilah untuk menganggap dia sebagai calon istrimu Arsen, dia adalah istriku saat ini, kau jangan pernah menyentuh dirinya lagi, atau aku patahkan tangan dan kakimu nanti," ancam Tuan Zu menatap geram wajah adik tirinya.Arsen hanya terdiam, terlihat wajahnya mulai pucat saat itu, hingga aku memohon kepada Tuan Zuan, agar dirinya mau melepaskan Arsen."Tuan Zu, tolong lepaskan dia, aku berj
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk