Tuan Zuan Tampak curiga, ketika istrinya terlihat seperti ketakutan, ketika dirinya hendak pergi dari rumahnya.Melihat Aneisha yang sepertinya memiliki firasat akan dikerjai oleh Lilian, segera Lilian menghampiri dirinya dan berlaku manis di depan Tuan Zu."Ada apa Adik ke-4? Jangan manja seperti itu, Tuan Zu saat ini tengah sibuk, lebih baik kau ikut kami melihat-lihat taman yang ada di istanah ini," ajak Lilian dengan nada sopan.Tuan Zuan menatap wajah Lilian sejenak, ia tak mendapati wajahnya kini tengah gugup karena berbohong, iapun setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lilian saat ini."Lilian benar sayang, kau dan ketiga kakakmu, baiknya jalan-jalan di taman. Aku janji tidak akan meninggalkanmu lama-lama, aku akan segera kembali," jawabnya dengan mengacak pucuk rambut kepala Aneisha.Aneisha semakin cemas, ketika istri pertama Tuan Zu, akhirnya berhasil membuat Tuan Zu percaya dengan tipu dayanya "Tapi Tuan Zu, tak bisakah aku ikut saja denganmu?" ucap Aneisha dengan wajah ke
Aku terkejut, ketika seorang lelaki memanggilku kala itu, suara itu tak asing bagiku. Seketika akaupun membalikkan tubuhku dan menoleh ke arah samping.Saat itu aku tak yakin bahwa lelaki itu adalah lelaki yang aku kenal, dia berjalan ke arahku, tersenyum manis ke arahku. Saat itu, aku tidak yakin bahwa dirinya adalah Arsen kekasihku. Semakin lama semakin dia mendekatiku, barulah aku yakin, bahwa itu adalah Arsen kekasihku."Aneisha, apakah ini benar-benar kau?" tanya Arsen kepadamu dengan wajah tak percaya.Deg..Jantungku langsung mencelos, ketika mendengar suara itu adalah suara Arsen."Arsen, apa benar ini dirimu?" tanyaku dengan wajah penuh haru.Arsen tersenyum dan mengangguk kepadaku, ia kemudian merentangkan kedua tangannya, berharap aku memeluk dirinya saat itu.Sungguh, saat itu aku ingin memeluk dirinya. Namun entah mengapa, kakiku tiba-tiba tak bisa aku gerakkan.Air mataku benar-benar mengalir dengan deras, ada rasa rindu dan senang, campur aduk menjadi satu, ketika aku
Tuan Zuan menatapku dengan santai, ia terlihat memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.Ia hanya menatapku dan ingin melihat sikapku saat itu.Arsen tampak bingung, ketika melihat diriku terus menghindari dirinya saat ini. Aku tepiskan tangannya ketika dia hendak menyentuhku, karena saat itu, Tuan Zu tampak sedang menatap diriku penuh arti.Perlahan-lahan aku menghindari dirinya saat ini, hingga akhirnya Arsenpun kesal dan kini langsung menangkup wajahku dengan kedua tangannya. "Kau kenapa An? Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau ketakutan? Kemarilah, aku akan mengenalkanmu dengan kakakku," ucap Arsen tersenyum kepadaku.Aku menggelengkan kepalaku seketika, kutatap wajah Tuan Zu kini mulai menatap wajahku dengan tatapan penuh seringai, aku takut dan gugup saat itu."Tidak Arsen, tolong lepaskan aku," tolakku lalu melepaskan tangannya dari tanganku.Arsen terkejut melihat perubahan sikapku saat itu."Siapa wanita ini, Arsen?" tanya Tuan Zu dengan melirik wajahku."Di
Aku terkejut ketika mendengar suara Arsen saat itu."Tolong jangan sakiti dia, dia adalah calon istriku," ucap Arsen dengan nada mengiba.Kulihat Tuan Zu kini mengepalkan kedua tangannya, mulutnya mengatup rapat, wajahnya benar-benar bengis menatap Arsen saat itu.Meskipun Arsen adalah adik tirinya, tak sedikitpun Tuan Zu menganggap dia benar-benar seperti saudaranya sendiri.Tuan Zu, mencengkram kedua rahang Arsen dengan satu tangannya. Ia mengintimidasi dirinya, hingga membuat wajah Arsen seketika memerah menahan sakitnya, ketika tangan kekarnya hampir membuat rahang Arsen seperti mau patah."Berhentilah untuk menganggap dia sebagai calon istrimu Arsen, dia adalah istriku saat ini, kau jangan pernah menyentuh dirinya lagi, atau aku patahkan tangan dan kakimu nanti," ancam Tuan Zu menatap geram wajah adik tirinya.Arsen hanya terdiam, terlihat wajahnya mulai pucat saat itu, hingga aku memohon kepada Tuan Zuan, agar dirinya mau melepaskan Arsen."Tuan Zu, tolong lepaskan dia, aku berj
Aneisha sudah mulai lemah, setelah satu persatu isrti Tuan Zu memberikan cambukan kepada dirinya bergantian. Cetas.."Rasakan ini Ana," ucap Lilian dengan memukuli Aneisha di giliran terakhir."Aaaah, sakit..tolong hentikan mencambuki diriku," mohon Aneisha dengan merasakan punggungnya sudah mulai panas saat itu."Hahahahaha, percuma kau memohon Ana, masih tinggal tujuh cambukan lagi dariku," jawab Lilian dengan wajah penuh kemarahan.Tampak Tuan Zu saat ini sedang memperhatikan istri pertamanya yang saat ini memberikan cambukan kepada Aneisha.Tuan Zu menyaksikan penyiksaan itu dengan wajah penuh kemarahan, ia duduk di sebuah bar mini, sambil meminum wine menatap wajah Aneisha, yang saat ini sudah terlihat pucat tak berdaya."To-tolong aku, ampuni aku Tuan Zu," mohon Aneisha dengan nada melemah.Tuan Zu memalingkan wajahnya, karena tak mau menatap iba sang istri kesayangannya meminta pengampunan darinya.Setelah cambukan ke sepuluh, akhirnya Lilian menghentikan untuk mencambuk Aneis
Arsen tertawa sumbang, ketika mendengar ucapan dari kakak tirinya saat ini. Masihkah dia berpikir, bahwa dirinya kini baik-baik saja, setelah dia merebut kekasihnya?"Kau bertanya bagaimana diriku saat ini? Apa kau tak berpikir, bahwa saat ini aku tidak baik-baik saja, kau merebut dia dariku, kau membuat duniaku hancur Zuan Lee." ungkap Arsen dengan nada penuh kemarahan.Tuan Zu terdiam, terlihat dirinya tak ingin membuat Arsen tersulut emosinya lagi.Tuan Zu, lalu mengambil segelas minuman wine di mini bar, yang ada dalam kamar Arsen yang sangat luas itu. Ia kemudian memberikan minuman tersebut kepada adik tirinya."Minumlah dulu, dan tenangkan dirimu, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu," ucap Tuan Zu dengan memberikan minuman tersebut kepada Arsen.Arsen menoleh ke arahnya, lalu tersenyum miring ke arahnya. Ia meneguk langsung minumannya dan tak hiraukan kehadiran kakak tirinya.Beberapa waktu kemudian, suasana terlihat lebih dingin dari sebelumnya, kini saatnya Tuan Zu berbicar
Tuan Zu makin teriris, ketika melihat istri kesayangannya kini terlihat sangat memprihatinkan, ditambah dengan istrinya yang saat itu mengigau dan berkata bahwa Aneisha sangat membenci dirinya."Jangan katakan itu Ana, kau jangan membenci diriku, aku tidak mau jika kau berkata seperti itu kepadaku," gumam Tuan Zu dengan mencium punggung tangan Aneisha.Tak lama kemudian, terdengat suara ketukan dari luar."Tok..tok..tok..""Siapa?" tanya Tuan Zu dari dalam kamarnya ."Lim Tuan, ada Geo yang ingin bertemu dengan Tuan," jawab Lim dari luar kamar Tuan Zu."Suruh dia menungguku di ruang kerjaku," perintah Tuan Zu."Baik Tuan," jawab Lim, lalu segera dia pergi meninggalkan kamar Tuan Zu.Ia kemudian menuju ke ruang tamu, di mana saat itu Geo menunggu Tuan Zu."Tunggu Tuan Zu di dalam ruang kejanya, aku akan mengantarkan dirimu," ucap Lim lalu segera melangkahkan kakinya menuju ke arah ruang kerja Tuan Zu.Ceklek..Lim membuka pintu ruang kerja Tuan Zu tersebut, dan kini mempersilahkan Geo
Tubuh Geo tampak bergetar, ketika Tuan Zu menatap marah dan mengacungkan pistolnya ke arah wajah Geo."Baik Tuan Zu, aku akan mencari tau siapa keluarga Nyonya Zu."Jangan sampai kau membuat kesalahan lagi, atau kau akan aku buat tak bisa bernafas lagi," ancam Tuan Zu dengan tatapan mata elangnya."Ba-baik Tuan," jawab Geo dengan suara dan tubuh mulai bergetar.Tak lama kemudian, Tuan Zu menyuruhnya untuk segera pergi dari tempat ini."Baiknya kau pergi sekarang! Dan cepat kau kerjakan tugas yang aku berikan!" perintah Tuan Zu dengan menatap tajam ke arah Geo yang saat ini sudah mulai terlihat ketakutan."Baik Tuan," jawabnya, lalu segera pergi meninggalkan Tuan Zu.Setelah anak buahnya, Geo meninggalkan ruangan tersebut, Tuan Zu lalu kembali ke dalam kamarnya. Saat Tuan Zu masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba ia melihat Aneisha kini mulai mrngerjapkan kedua matanya dan mulai tersadar.Segera Tuan Zu datang menghampiri dirinya, ia melihat wajah Aneisha yang saat ini terlihat sudah tida
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk