Sakit hatiku, ketika lelaki yang kini menjadi suamiku, merenggut kesucianku dengan paksa, berkali-kali aku meminta dan memohon untuk tidak melakukannya, namun apa dayaku jika lelaki itu akhirnya dengan cepat menggagahi tubuhku.
"S-sakit, tolong jangan lakukan lagi," aku merintih kesakitan, ketika Tuan Zu kembali lagi meminta haknya.
"Tahan Ana, ini tidak akan sesakit yang pertama, layani aku malam ini hingga aku puas menikmati tubuhmu," jawabnya lalu kembali menyusuri tubuhku dan kembali menerobos liang kenikmatanku.
Akupun pasrah, melawanpun percuma, aku hanya akan kehilangan tenagaku nanti.
Tuan Zu, seperti seorang yang kelaparan saat menikmati tubuhku, entah berapa kali dia menggempur tubuhku yang sudah sangat lemas dan sudah gemetaran karena melayani dirinya saat ini.
Tuan Zu tak memberiku ampun malam itu, aku bagaikan sebuah mesin robot yang terus-terusan dia pakai untuk melampiaskan hasratnya kepadaku, tanpa boleh merasa lelah sedikitpun.
Akhirnya akupun jatuh limbung diatas ranjang, aku sudah tak memiliki tenaga lagi untuk melayani Tuan Zu.
Tuan Zu yang sudah melihatku sudah lemas, langsung tidur disisiku dan memelukku dengan erat.
"Terima kasih Ana, aku sangat puas malam ini," ucapnya dengan meraba-raba tubuhku dibagian depan.
Sungguh aku jijik mendengar kata-katanya tadi, tak ku sangka, malam pertamaku harus terenggut dengan cara seperti ini.
Aku tak bisa menahan air mataku, kutumpahkan air mataku hingga membasahi seluruh pipiku.
"Maafkan aku Arsen, maafkan aku," gumamku dalam hatiku, memanggil Arsen kekasihku.
***"*************
Pagi harinya, ketika matahari sudah mulai menyingsing, aku segera bangkit dari tempat tidurku, dengan merasakan selak*ng*nku yang terasa sakit, aku berusaha untuk bangkit dan meraih sebuah handuk yang ada diatas nakas. Ketika aku mulai bangkit, hatiku pilu saat melihat noda merah diatas ranjang tempat tidurku.
Kulihat Tuan Zu sangat lelap dalam tidurnya saat itu, segera aku berjalan ke arah kamar mandi dengan langkah tertatih-tatih.
Aku menangis ketika melihat tubuhku penuh tanda kepemilikan Tuan Zu, aku berusaha untuk menggosok-gosok tubuhku dengan sabun, namun aku merasa tubuhku masih saja tetap kotor.
Aku nyalakan shower dan kubasahi tubuhku dari atas hingga bawah, aku berharap bekas jamaan Tuan Zu, bisa segera hilang dari tubuhku, tapi aku masih tetap saja merasakan, bagaimana bibir dan tangannya menjamah tubuhku.
Aku menepuk-nepuk dadaku yang terasa sesak saat itu. Aku meringkup dan menekuk kedua kakiku, aku frustasi dengan menjambaki rambutku sendiri, lalu terlintas dalam pikiranku untuk mengakhiri hidupku.
Saat itu, aku melihat ada kotak peralatan mandi yang ada di tembok, segera aku langkahkan kakiku menuju ke arah kotak tersebut, lalu aku mulai pelan-pelan membuka kotak tersebut, kulihat ada sesuatu di sana, sebuah pisau pembersih yang kuyakini ini milik dari Tuan Zu.
Tanpa berpikir panjang akupun langsung mengambil pisau itu dan aku sayatkan di nadiku.
"Ihssss...ah...," rintihku menahan sakit yang luar biasa ketika pisau tersebut sudah merobek kulitku.
Aku menangis kembali, ketika darah sudah mulai bercucuran jatuh dihandukku, tatapanku nanar ketika melihat wajahku di depan cermin itu.
Beberapa menit berlalu hingga aku pun sedikit kehilangan kesadaranku, tak lama kemudian, aku mendengar suara ketukan pintu dari arah luar kamar mandi.
Tok..tok...tok..
"Ana, kau ada di dalam?".
Samar-samar aku mendengar suara Tuan Zu dari arah luar.
Aku tak menjawab, aku berharap diriku mati secepatnya, ketika Tuan Zu masuk ke dalam kamar mandiku.
Tak selang beberapa lama kemudian, kembali Tuan Zu memanggil namaku dengan suara yang cukup lantang saat itu. Namun perlahan-lahan kesadaranku mulai menipis hingga akhirnya tiba-tiba kurasakan gelap di sana.
Brugh....
Akupun limbung dan tak sadarkan diri saat itu.
****
Tuan Zu, merasa ada yang aneh dengan suara gemercik air dari dalam kamar mandi, tak ada sahutan ketika dirinya berkali-kali memanggil nama Aneisha dengan sebutan Ana.
Tuan Zu, semakin geram setelah Ana melewatkan waktu yang ditentukan oleh Tuan Zu, untuk segera keluar dari kamar mandi secepatnya.
"Kau jangan membuat kesabaranku habis Ana, cepat kamu keluar!" sentak Tuan Zu.
Karena tidak ada sahutan dari Ana, tak lama kemudian, Tuan Zu langsung menendang pintu kamar mandinya dengan satu kali tendangan, pintu kamar mandi tersebut langsung terbuka.
Tuan Zu langsung mulai masuk ke dalam, dilihatnya tubuh istri barunya yang sudah tergeletak di atas lantai.
Tuan Zu benar-benar terkejut saat itu, hingga akhirnya diapun langsung menggendong tubuh mungil Aneisha, Tuan Zu semakin cemas ketika wajah Aneisha sudah mulai memucat.
"Ana, kau tak apa-apa? Kau jangan membuatku takut Ana," Tuan Zu terlihat sangat ketakutan.
Segera dia menghubungi anak buahnya dan memerintahkan untuk segera menyiapkan mobilnya.
Sementara itu, Tuan Zu memakaikan pakaian untuk ana, sebelum akhirnya dia di bawa keluar menuju ke Rumah Sakit.
"Cepat buka pintunya!" seru Tuan Zu, kepada sopirnya.
"Baik Tuan," jawab sopir tersebut, lalu membukakan pintu untuk Tuan Zu.
Tuan Zu langsung memasukkan tubuh Aneisha terlebih dahulu, sebelum akhirnya Tuan Zu, masuk ke dalam mobilnya.
"Jalankan mobilnya!" titahnya dengan cepat.
"Baik Tuan!" jawab sopir tersebut lalu segera menyalakan mesin mobilnya dan langsung melajukan mobilnya menuju ke Rumah Sakit.
Beberapa menit kemudian, mobil merekapun akhirnya sampai di UGD.
Segera Tuan Zu menggendong tubuh Aneisha menuju ke ruang UGD. Dengan pengawalan yang cukup ketat, akhirnya Tuan Zu berhasil memasuki ruang UGD dan Aneisha langsung mendapatkan pertolongan dengan cepat.
Tuan Zu lalu memerintahkan Dokter, untuk segera menolong Aneisha.
"Cepat tolong dia!" ucap Tuan Zu dengan ucapan penuh intimidasi.
"Ba-baik, Tuan," jawab Dokter tersebut dengan nada gugup.
Tak selang beberapa lama kemudian, Dokter tersebut langsung memeriksa dan mengobati Aneisha, dengan cara menghentikan darahnya yang mengalir deras dari nadinya.
"Cepat hentikan pendarahannya!" Dokter berkata kepada perawat di sana.
"Baik, Dok," jawab perawat tersebut.
Setelah Dokter tersebut berhasil menyelamatkan nyawanya, Dokter tersebut langsung memberitahukan kepada Tuan Zu.
"Bagaiamana dengan istri saya Dok?" tanya Tuan Zu kepada Dokter.
"Istri anda selamat Tuan Zu, anda datang tepat waktu," jawab Dokter tersebut bernafas lega.
"Terima kasih Dok," jawab Tuan Zu menatap wajah istrinya yang terbaring lemah.
Tuan Zu, meminta istrinya untuk segera dipindahkan ke kamar VVIP, agar Tuan Zu bisa menjaga istrinya yang saat ini terbaring lemah.
"Sepertinya istri anda sedikit mengalami depresi," tutur Dokter tersebut, ketika melihat wajah dan juga diri Aneisha yang terlihat sangat tertekan saat itu.
"Jangan bicara omong kosong Dok," elak Tuan Zu langsung menatap nyalang ke arah Dokter tersebut.
Dokter itupun langsung terdiam, ketika Tuan Zu, menatap dirinya dengan tatapan nyalang.
"Maaf Tuan Zu, saya tidak bermaksud mengatakan hal itu," jawab Dokter dengan wajah ketakutan.
"Pindahkan istriku sekarang juga!" titahnya, lalu segera keluar dari ruangan UGD.
Beberapa saat kemudian, Aneisha di pindahkan ke ruang rawat inap VVIP.
Saat ini terlihat Tuan Zu sedang duduk disamping bankar istrinya yang terbaring lemah.
"Kenapa kamu melakukan ini Ana? Kenapa kau sungguh bodoh? Apa kurangnya aku? Disaat wanita lain ingin bersanding denganku, kau justru tertekan saat dirimu, aku jadikan istriku, kau sungguh lucu, Ana," ucap Tuan Zu, dengan mencium punggung tangan istrinya.
.....
3 hari kemudian...
Aneisha semakin membaik, Tuan Zu selalu menjaga dan selalu berada didekat Aneisha, semenjak dirinya dirawat di Rumah Sakit.
"Kau sudah lebih baik Ana?" tanya Tuan Zu, menatap wajahnya.
Aneisha memalingkan wajahnya, sungguh dia tak mau melihat wajah suaminya saat ini.
Malam pertama yang menimpanya, membuatnya cukup trauma.
"Kau tak ingin berbicara kepadaku Ana?" tanya Tuan Zu tersenyum manis dihadapan Aneisha yang saat ini terlihat sangat acuh.
Tak selang beberapa lama kemudian, seorang pengawal masuk dengan mendorong kursi roda.
"Tuan, kata Dokter, Nona Ana sudah bisa dibawa pulang," ucap Pengawal tersebut.
"Baiklah, siapkan Mobil, kita akan pulang sekarang!" jawab Tuan Zu.
"Baik, Tuan," jawab Pengawal tersebut dan langsung pergi meninggalkan kamar inap tersebut.
Tuan Zu, lalu menggendong tubuh Aneisha dan mendudukkannya di atas kursi rodanya, setelah itu didorongnya kursi tersebut menuju ke lobby Rumah Sakit.
"Kita akan pulang, sayang,"
Aneisha tak menjawab dia hanya terdiam seribu bahasa, ketika Tuan Zu berusaha mengajaknya untuk berbicara.
Sedikit kesal dengan sikap Aneisha saat ini, namun Tuan Zu berusaha untuk mengontrol emosinya saat itu.
Tak selang beberapa lama kemudian, mobil merekapun datang, Tuan Zu lalu mengangkat tubuh Aneisha menuju ke mobilnya, setelah itu diapun masuk ke dalam mobilnya, hingga beberapa menit kemudian, mobil tersebut akhirnya berjalan melesat menuju istanahnya.
***
Sesampainya di istanah rumahnya, Tuan Zu langsung disambut oleh ketiga istrinya yang saat ini sudah menunggu dirinya.
"Tuan Zu, kau lama sekali meninggalkan kami," ucap Cellyn dengan nada manjanya
"Cellyn benar, sebenarnya kalian bulan madu kemana?" tanya Jenny menatap sinis ke arah Aneisha yang saat ini duduk dikursi rodanya.
"Kenapa dengan istri ke-empatmu, Tuan Zu?" tanya Lili heran.
Mendengar pertanyaan dari ketiga istrinya, membuat Tuan Zu bingung, harus menjawab pertanyaan siapa terlebih dahulu.
"Bisakah kalian jangan menanyakan apapun kepadaku? Aku baru datang dan Ana harus beristirahat, kalian jaga dia selagi aku tidak berada di rumah, pekerjaanku sudah terbengkalai karena menjaga dirinya." tutur Tuan Zu menatap ketiga istrinya secara bergantian.
"Baik, Tuan Zu, kami akan menjaga istri mudamu," jawab Lilian dengan tersenyum penuh kemenangan.
Tanpa curiga, Tuan Zu mempercayakan Aneisha kepada ketiga istrinya.
Tuan Zu, segera mendorong kursi roda tersebut, masuk ke dalam kamar Aneisha, yang sudah dipersiapkan sebelumnya untuknya.
Semua istri Tuan Zu memang memiliki masing-masing kamar yanga berbeda. Namun diantara kamar ketiga istrinya, kamar Aneishalah yang sangat istimewah.
"Ana, aku tinggal sebentar, jika perlu apa-apa, kau mintalah bantuan kepada istriku yang lain."
Aneisha tampak terdiam dan tak menanggapi ucapan Tuan Zu.
Tuan Zu sekilas menatap wajahnya yang terasa sayu saat itu, segera Tuan Zu mencium bibir Aneisha dengan mesranya, setelah itu mengacak rambutnya, lalu bergegas pergi meninggalkan kamarnya.
Sementara itu, ketiga istri Tuan Zu, terlihat sangat cemburu kepada Aneisha, ketika Tuan Zu memperlakukannya dengan penuh kasih sayang.
"Ini tidak bisa dibiarkan," ucap Lilian kepada Jenny dan juga Cellyn.
"Iya Kakak, Tuan Zu nampaknya sangat mencintai wanita itu," sahut jenny dengan nada kesalnya.
"Kita harus membuat wanita itu segera pergi dari sini," Lilian berkata kepada kedua madunya, dengan menatap ke arah mereka berdua dengan tatapan seringai.
"Bagaimana caranya Kak?" tanya Jenny kemudian.
Tak lama kemudian, Lilian langsung membisikkan sesuatu rencana kepada kedua madunya.
Terlihat mereka bertiga nampak tersenyum penuh seringai, lalu mereka menuju ke kamar Aneisha.
Braaak....
Pintu kamar Aneisha langsung dibuka dengan kasar, betapa terkejutnya Aneisha, ketika pintu kamarnya dibuka secara kasar oleh ketiga istri Tuan Zu.
"Hei, jangan jadi istri Tuan Zu yang manja kamu! Cepat kau buatkan kami minuman!" perintah Lilian dengan penuh intimidasi.
Aneisha tak pedulikan mereka pada awalnya, namun tak lama setelah itu, Lilian dengan dibantu Jenny dan Cellyn, langsung menarik tangan Aneisha dengan kasarnya.
"Sakit.... Jangan sakiti aku," Aneisha terlihat kesakitan, ketika tangannya yang terluka ditekan oleh Lilian.
Aneisha dibawa menuju ke sebuah taman, di sana, Aneisha dipaksa untuk menyirami seluruh tanaman.
Ketika itu, terlihat salah satu pengawal yang melihat ketiga istri Tuan Zu, bersikap kasar kepadanya, saat itulah Pengawal tersebut berpikir untuk menolong Aneisha dari bullyan ketiga istrinya.
Ketika Aneisha disirami tubuhnya dengan air keran yang ada di sana, seketika tubuh Aneisha yang masih lemah, langsung jatuh limbung di sana.
Saat itulah sang Pengawal bernama Kim, datang menolong Aneisha yang saat itu tengah terbaring lemah tak berdaya diatas rumput taman, dia lalu menggendong tubuh Aneisha, dan mendudukkannya dikursi taman, lalu dirangkulnya tubuh Aneisha, untuk membuat tubuhnya tetap hangat.
Tanpa disadari, Tuan Zu yang saat itu tiba-tiba kembali ke rumahnya, langsung disambut oleh ketiga istrinya, yang saat ini tengah mengatakan sesuatu kepada Tuan Zu mengenai istri mudanya.
"Tuan Zu, istrimu ternyata tidak sakit, dia malah tengah asyik bermesraan dengan pengawalmu, Kim," Lilian berusaha memfitnah Aneisha dihadapan Tuan Zu.
Tuan Zu langsung menatap tajam kearah Lilian, yang saat itu tengah mengatakan sesuatu yang membuat dirinya sangat marah.
"Kau bicara apa istri pertamaku? Kau jangan coba-coba memfitnah adikmu itu, berlakulah baik kepadanya, jangan sekali-kali kau memfitnah dirinya," tekan Tuan Zu dengan mengangkat dagu Lilian dengan satu jarinya.
"Benar Tuan Zu, saat ini istrimu tengah bermesraan dengan Kim di taman belakang," sahut Jenny dengan menunjuk ke arah taman belakang.
Saat itulah, Tuan Zu langsung berjalan menuju taman belakang, lalu tak lama kemudian, langkah kakinya terhenti ketika melihat Aneisha tengah dipeluk oleh pengawalnya, Lim.
"Sedang apa kalian di sini? Kenapa kalian berselingkuh disaat aku tidak ada?".
Deg....
Bersambung
Mendengar suara bariton yang cukup mereka kenali suaranya, Lim langsung menoleh ke belakang, betapa terkejutnya ketika Tuan Zu menatapnya penuh kemarahan."Tuan Zu, ini tidak seperti yang kau pikirkan," ucap Kim yang saat itu terlihat sudah pucat pasi, ketika dia dituduh Tuan Zu berselingkuh dengan istrinya."Apa maksud dari semua ini, Kim? Kenapa kau merangkul istriku?" Tuan Zu berkata dengan rasa penuh kebencian.Aneisha yang saat itu masih Shock, langsung berdiri dan menatap wajah suaminya, yang saat ini menatap wajahnya dengan tatapan penuh kemarahan."Tuan, istri anda tadi disiram dengan menggunakan keran air, oleh ketiga istri Tuan Zu," Kim tampak berusaha untuk menjelaskan semuanya kepada Tuan Zu, tentang apa yang dilakukan ketiga istrinya kepada Aneisha saat itu.Mendengar Kim yang saat itu tengah mengadukan perbuatan mereka kepada Tuan Zu, ketiga istri Tuan Zu, terlihat sangat gugup dan cemas saat itu.Merekapun akhirnya dengan cepat menepis apa yang diucapkan oleh pengawal Tu
Tuan Zu, lalu menarik tubuh Aneisha yang sudah lemah tersebut, kesalah pahaman yang terjadi, membuat Tuan Zu gelap mata dan tak mau mencari tau kebenarannya saat itu.Aneisha lalu menangkupkan kedua tangannya kearah dadanya, ketika Tuan Zu tak menghentika siksaannya.Kreeeeek....Pakaian Aneisha lalu dirobek menjad dua bagian, tampak kulit mulus yang membungkus daging Aneisha, lalu ditatapnya tanda merah bekas kepemilikannya sendiri. Namun Tuan Zu, merasa itu adalah bekas tanda kepemilikan Kim, pengawalnya."Bahkan lelaki itu sudah memberikan tanda merah ditubuhmu, cih.. Kau sungguh wanita murahan Ana, tubuhmu bahkan gampang disentuh oleh pria lain," hina Tuan Zu, dengan menarik dagu Aneisha ke arahnya.Aneisha menangis, sungguh kejam Tuan Zu menuduhnya sebagai wanita murahan, yang gampang disentuh orang lain."Kau terlalu mudah terhasut Tuan Zu, tak bisakah kau menyelidiki terlebih dahulu apa yang terjadi? Kenapa kau begitu mudah menuduhku dan pengawalmu melakukan sesuatu yang tak pe
Lelaki itu adalah Tuan Xavier, seorang mafia yang terkenal dingin. Namun begitu lembut memperlakukan seorang wanita yang disukai olehnya.Tuan Zu tampakknya sangat kesal, ketika mendengar Tuan Xavier berkata itu dengannya.kedua manik matanya menunjukkan bara api kemarahan. Tuan Zuan lalu menarik tangan Aneisha ke arahnya.Ia mencengkram pergelangan tangannya dengan kasar, hingga pergelangan tangannya terlihat memerah."Aw sakit Tuan Zu, tolong berhenti menyakiti diriku," pekik Aneisha dengan berusaha untuk melepaskan pergelangan tangannya.Tuan Zu tak hiraukan tangisan Aneisha yang memekik kesakitan tersebut.Tuan Xavier begitu iba dengan wanita cantik yang ada di depannya, ingin dia menolong wanita tersebut. Namun Tuan Zu tak memberikan kesempatan kepada dirinya untuk menolong istrinya.Tuan Zu lalu memerintahkan pengawalnya untuk membawa Tuan Xavier pergi dari istanah miliknya."Sudah larut malam, pesta dihentikan. Sebaiknya kau pulang sekarang Xavier," usir Tuan Zu dengan mempersi
Tuan Zu tampak marah, ketika melihat Xavier masih berada di halaman rumahnya.Saat Tuan Zu mengusir dirinya, ia tak lantas pulang ke rumahnya, ia dengan santainya duduk di halaman rumahnya.Para pengawalnya tak bisa berbuat apa-apa, karena Tuan Xavier mengancam mereka, ia akan membatalkan semua kontrak kerja sama dengan Tuan Zu yang bernilai triliunan, jika mereka saat ini mengusir dirinya."Kenapa kalian masih membiarkannya berada di sini?" tanya Tuan Zu kepada salah seorang pengawal yang ada di sana."Maaf Tuan, saat itu kami tidak berani mengusirnya," jawab seorang pengawal dengan tertunduk takut."Kenapa kalian tidak berani mengusirnya? Katakan kepadaku, apa dia sedang mengancam kalian?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah pengawalnya dengan wajah geram."Maaf Tuan Zu, Tuan Xavier memang mengancam kami, jika kami berani mengusirnya, Tuan Xavier akan membatalkan kontrak kerja sama dengan Perusahaan Zuan Chan State Group yang bernilai triliunan," jawabnya dengan nada ketakutan.Tuan
Aneisha terkulai lemas, ketika Tuan Zuan telah habis-habisan menggempur dirinya. Sakit tubuh dan hatinya, diperlakukan seperti itu oleh Tuan Zuan."Tubuhmu menjadi canduku Ana, aku selalu menginginkanmu," ucapnya dengan mencium bibir Aneisha.Setelah Tuan Zu selesai menikmati tubuhnya, segera dia menggendong tubuh Aneisha dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi bersama."Aku akan memandikanmu, kau cukup diam dan tak perlu melakukan apa-apa, aku suka dengan pelayananmu semalam penuh," kata Tuan Zu dengan mendudukkan Aneisha di dalam bathup kamar mandinya.Tuan Zuan mengambil gagang showernya, lalu kemudian ia menyiramkannya ke tubuh Aneisha, perlahan-lahan tubuh polos itu ia berikan sabun cair dan ia gosok-gosok tubuh Aneisha dengan kedua tangannya.Aneisha hanya terdiam dan menahan rasa gelinya, ketika tangan jahil Tuan Zu mulai meraba dan memainkan bagian sensitifnya."Tuan Zu..," panggil Aneisha dengan suara lirihnya."Ada apa Ana?" tanya Tuan Zu, sambil menggosok tubuh Aneisha den
Aneisha cukup terkejut dengan suara panggilan pengawal Tuan Zu secara tiba-tiba, niatnya dia ingin menelpon kekasihnya. Namun akhirnya niatannya dia urungkan, setelah pengawal sudah menunggu dirinya di depan pintu ruangannya.Tak ingin pengawal itu curiga kepada dirinya. Segera dia membukakan pintu kamar tersebut dengan cepat.Ceklek.Saat dirinya keluar, ia terkejut ketika melihat dua pengawal sudah berdiri di hadapannya. "Nyonya Zu sudah selesai?" tanya seorang pengawal kepada Aneisha."Sudah," jawab Aneisha singkat."Biklah Nyonya, mari kami antar ke meja makan, Tuan dan Nyonya Zu sudah menunggu di meja makan," tutur pengawal tersebut dengan tersenyum.Aneisha lalu mengangguk dan segera pergi meninggalkan kamarnya, ia kemudian berjalan ke arah meja makan, dengan ditemani kedua pengawal Tuan Zu, yang sejak tadi mengekori dirinya hingga kini berada tepat di meja makan, dimana Tuan Zu dan ketiga istrinya telah menunggunya.Tuan Zuan berdiri dan menghampiri Aneisha, ia lalu meraih tan
Tuan Zuan Tampak curiga, ketika istrinya terlihat seperti ketakutan, ketika dirinya hendak pergi dari rumahnya.Melihat Aneisha yang sepertinya memiliki firasat akan dikerjai oleh Lilian, segera Lilian menghampiri dirinya dan berlaku manis di depan Tuan Zu."Ada apa Adik ke-4? Jangan manja seperti itu, Tuan Zu saat ini tengah sibuk, lebih baik kau ikut kami melihat-lihat taman yang ada di istanah ini," ajak Lilian dengan nada sopan.Tuan Zuan menatap wajah Lilian sejenak, ia tak mendapati wajahnya kini tengah gugup karena berbohong, iapun setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lilian saat ini."Lilian benar sayang, kau dan ketiga kakakmu, baiknya jalan-jalan di taman. Aku janji tidak akan meninggalkanmu lama-lama, aku akan segera kembali," jawabnya dengan mengacak pucuk rambut kepala Aneisha.Aneisha semakin cemas, ketika istri pertama Tuan Zu, akhirnya berhasil membuat Tuan Zu percaya dengan tipu dayanya "Tapi Tuan Zu, tak bisakah aku ikut saja denganmu?" ucap Aneisha dengan wajah ke
Aku terkejut, ketika seorang lelaki memanggilku kala itu, suara itu tak asing bagiku. Seketika akaupun membalikkan tubuhku dan menoleh ke arah samping.Saat itu aku tak yakin bahwa lelaki itu adalah lelaki yang aku kenal, dia berjalan ke arahku, tersenyum manis ke arahku. Saat itu, aku tidak yakin bahwa dirinya adalah Arsen kekasihku. Semakin lama semakin dia mendekatiku, barulah aku yakin, bahwa itu adalah Arsen kekasihku."Aneisha, apakah ini benar-benar kau?" tanya Arsen kepadamu dengan wajah tak percaya.Deg..Jantungku langsung mencelos, ketika mendengar suara itu adalah suara Arsen."Arsen, apa benar ini dirimu?" tanyaku dengan wajah penuh haru.Arsen tersenyum dan mengangguk kepadaku, ia kemudian merentangkan kedua tangannya, berharap aku memeluk dirinya saat itu.Sungguh, saat itu aku ingin memeluk dirinya. Namun entah mengapa, kakiku tiba-tiba tak bisa aku gerakkan.Air mataku benar-benar mengalir dengan deras, ada rasa rindu dan senang, campur aduk menjadi satu, ketika aku
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk