Sebelumnya, semangkuk sup herbal yang dimasak oleh Frida membuat Pamela mimisan ....Mendengar cucunya mengungkit kejadian yang memalukan itu, Frida merasa malu. Dia menjulingkan matanya pada cucunya, lalu tersenyum pada Pamela dengan rasa bersalah dan juga rasa sayang."Pamela, sebelumnya, Nenek nggak sengaja. Kali ini, Nenek nggak akan membiarkanmu meminum terlalu banyak sup herbal setiap hari! Nenek melihatmu terlalu kurus, jadi Nenek mau memberimu makan lebih banyak. Kalau minum sup itu sesekali, nggak akan kenapa-kenapa, kok," kata Frida.Pamela mengangguk sambil tersenyum dan berkata, "Iya, aku tahu Nenek melakukannya demi kebaikanku."Cucu menantunya ini imut, patuh dan juga bijak, membuat Frida menyukainya. Sekarang, Frida sangat menyukai Pamela, tetapi dia merasa kesal dengan cucu sulungnya itu. Dia pun mengernyit dan berseru, "Agam, Nenek bukan mau mengataimu! Tapi, selama ini, bagaimana cara kamu menjaga Pamela? Kenapa Pamela menjadi sekurus ini?!"Agam juga menarik sebuah k
Seusai berbicara, Pamela meninggalkan ruangan ini dan mengikuti pembantu itu ke luar.Agam tahu bahwa Pamela memiliki hubungan yang rumit dengan "keluarganya", jadi Agam merasa khawatir dan ingin pergi mengikuti Pamela ...."Agam!"Namun, sebelum dia bisa pergi, dia mendengar suara kakeknya yang berwibawa.Agam menoleh dan bertanya pada kakeknya, "Ada apa, Kakek?"Dengan ekspresi masam, Tomi mengubah arah jalan kursi rodanya sambil berkata, "Datanglah sebentar ke kamarku, ada yang mau kutanyakan padamu."Agam berbalik dan melirik bayangan Pamela sekilas. Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia mengikuti kakeknya ke kamar kakeknya....Begitu Pamela pergi ke pintu Kediaman Dirgantara, dia pun melihat mobil sport model lama yang berwarna merah milik Jovita.Jovita juga melihat Pamela, kedua matanya yang dirias dengan tebal langsung terbelalak!Pamela membiarkan pembantu yang berada di sisinya kembali melakukan pekerjaannya. Kemudian, Pamela berjalan keluar dari pintu Kediaman Dirgantara d
"Pamela, dulu, kamu melakukan begitu banyak perbuatan buruk dan mencelakai begitu banyak orang di desa. Sekarang, kamu malah menjadi menantu Keluarga Dirgantara dengan tenang di sini! Aku benar-benar menyesal sudah membesarkanmu!"Darius turun dari sisi penumpang mobil sport itu sambil memarahi Pamela dengan amarah yang masih menggebu-gebu, seperti sebelumnya.Wulan juga turun dari mobil dengan tampang senang atas penderitaan orang lain.Melihat kedatangan Darius dan Wulan, Pamela tetap tenang, dia berkata, "Paman Darius, apa maksud ucapanmu barusan? Perbuatan buruk seperti apa yang kulakukan? Hingga kalian repot-repot datang sekeluarga untuk menyerangku?"Darius menunjuk Pamela dengan penuh amarah sambil berseru, "Kamu nggak tahu apa yang kamu lakukan? Dulu, aku seharusnya membunuhmu supaya kamu nggak mempermalukanku! Dasar anak durhaka!"Anak durhaka? Pamela merasa bahwa kata-kata yang Darius gunakan untuk memarahinya sangat konyol.Darius tidak membesarkannya. Dari dulu, Darius juga
Tanpa sungkan-sungkan, Pamela berkata, "Kalau ada yang mau kalian katakan, katakan saja di sini. Kalau nggak mau, pergilah. Aku nggak mau buang-buang waktu di sini."Darius tidak senang melihat sikap Pamela yang arogan, jadi dia berseru, "Apa katamu? Pamela, jangan lupa, siapa yang membesarkanmu hingga sekarang!"Pamela merasa konyol mendengar ucapan Darius, dia pun berkata, "Tentu saja aku nggak akan melupakan siapa yang membesarkanku. Orang yang membesarkanku adalah Petapa Sujan dari kuil di desa, bukan kamu, Paman Darius.""Kamu!" Darius merasa marah hingga dia terdiam seribu bahasa, dia juga tidak bisa mempertahankan sikapnya sebagai seorang ayah angkat lagi ....Pada saat ini, Wulan berjalan maju dan merangkul lengan Darius. Dia membuang napas dan berkata dengan sinis, "Darius, sekarang, Pamela sudah menjadi menantu di Keluarga Dirgantara. Mana mungkin dia masih menganggap kita sebagai ayah dan ibu angkatnya!"Mendengar Darius menyebut dirinya sendiri sebagai ayah angkatnya, Pamel
Pamela tetap menggelengkan kepalanya dengan tegas, lalu pergi memapah Frida sambil berkata, "Nenek, dia benar-benar bukan ayahku."Frida bertanya dengan gelisah, "Kalau begitu, untuk apa mereka datang mencarimu? Apakah Nenek perlu mencarikan seseorang untuk membantumu menyelesaikan masalah ini?"Sikap Frida membuat Pamela merasakan kehangatan dalam hatinya. Pamela pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya lagi dan berkata, "Nenek, jangan khawatir. Aku akan menyelesaikan masalah ini dengan baik. Nenek baru makan, jadi Nenek istirahat saja di dalam!"Kemudian, Pamela kembali menoleh dan menatap Olivia yang masih berdiri di satu sisi."Olivia, sini, temani Nenek ke dalam, jangan biarkan Nenek khawatir," kata Pamela.Olivia jarang-jarang mendengar ucapan Pamela, tetapi dia menganggukkan kepalanya dan menggantikan Pamela memapah neneknya ke dalam.Frida masih merasa khawatir, tetapi melihat sikap cucu menantunya yang bersikeras agar dia tidak ikut campur, dia juga tidak mengucapkan apa p
Pintu mobil sport itu terbuka, lalu dua wanita turun dari mobil itu. Salah seorang wanita itu terlihat berusia sekitar 40 hingga 50 tahun, sedangkan wanita lainnya terlihat berusia 20-an tahun, keduanya berpakaian sangat sederhana.Gadis berusia 20-an tahun itu memiliki gaya rambut kepang dua. Dia mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana denim yang sudah usang, sepatu kainnya juga sudah kotor.Pamela menatap kedua wanita itu berjalan mendekat dalam diam. Dia merasa bahwa kedua wanita ini tampak familier, tetapi dia tidak bisa mengingat di mana dia pernah melihat mereka.Ketika mereka berjalan mendekat, wanita yang lebih tua itu memelototi Pamela dengan penuh kebencian."Pamela, kamu hidup senyaman ini, tapi kamu membuat hidup putriku sengsara!" seru wanita itu.Dari ucapan ini, Pamela bisa mendengar bahwa kedua wanita ini memiliki hubungan ibu dan anak. Pamela mengamati "ibu" itu sambil bertanya, "Maaf, kamu siapa, ya?"Wanita yang lebih tua itu berkata dengan penuh kebencian, "Jangan
Reaksi Frida membuat Pamela merasa heran, tetapi juga terharu.Ucapan Frida benar. Orang-orang ini datang untuk mencari masalah di Kediaman Dirgantara. Sebelum mereka merasa cukup membuat masalah di hadapan Keluarga Dirgantara, mereka tidak akan berhenti berulah.Sambil memikirkan hal ini, Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Baiklah, sesuai ucapan Nenek saja."Frida juga menganggukkan kepalanya, mencapai kesepakatan dengan cucu menantunya. Dia berjalan maju dua langkah dan menunduk untuk melihat kedua wanita yang masih menangis sambil berlutut di lantai."Kalian berdua, jangan menangis. Kalau kalian menangis seperti ini sambil berlutut di depan Kediaman Dirgantara, orang lain akan mengira bahwa Keluarga Dirgantara sedang berduka!" kata Frida dengan serius.Kedua wanita itu merasa terintimidasi oleh sikap Frida yang tegas, sehingga suara mereka mengecil. Wanita yang lebih tua itu berkata, "Nyonya, kami bukan sengaja, tapi Pamela benar-benar membuat keluarga kami terlalu menyedi
Wanita itu meraih tangan putrinya. Dengan ekspresi sedih, dia membuang napas berat dan menangis sambil berkata, "Begini, Nyonya. Kami adalah penduduk Desa Morawa. Dulu, Nala, putriku dan Pamela bersekolah di SMA yang sama dan juga adalah teman sekelas."Pamela sedang meminum teh di samping Frida. Mendengar ucapan itu, Pamela menatap gadis yang terus menundukkan kepalanya itu. Sepertinya gadis ini benar-benar teman sekelasnya, tetapi gadis ini tidak familier baginya.Frida mengiakan ucapan itu dan berkata, "Putrimu teman sekelas Pamela pada masa SMA, terus?"Wanita itu melanjutkan ucapannya. "Pada masa SMA, prestasi Pamela sangat buruk. Dia nggak belajar dengan baik di sekolah, sering bolos dan bergaul dengan sekumpulan preman di luar sekolah," kata wanita itu.Frida mengernyit, dia tidak terlalu memercayai ucapan wanita itu. Dia pun menoleh dan menatap cucu menantunya yang patuh dan bijak itu, dia sama sekali tidak merasa bahwa Pamela adalah gadis nakal.Ekspresi Pamela tampak cuek. Sa
Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m
"Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon
Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,
Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,
Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.
Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,
Phillip menaikkan alisnya sambil berkata, "Jangan khawatir, paling-paling hanya jari tangannya yang disentuh, nggak akan jadi masalah besar. Cedera otot dan tulang akan pulih dalam beberapa bulan. Kalian bisa merawatnya dengan baik di rumah, dijamin dia akan segera pulih."Lesti tidak tega mendengarnya, dia bergegas ke arah Phillip untuk memukulnya, tetapi sebelum berhasil mendekat, pengawal sudah menghentikannya.Fabian juga khawatir, dia segera memeluk Lesti erat-erat ke sisinya, "Kalau benar nggak ada hubungannya dengan Ririn, dia pasti akan keluar dengan selamat, tetapi kalau sebaliknya, kamu harusnya tahu ...."Suara Fabian tiba-tiba berubah dingin. Dia tidak pernah menyangka penculikan putri kandungnya ternyata berhubungan dengan putri tirinya ini.Namun, dia juga tidak terlalu bodoh dan langsung bertanya, "Bagaimana seorang gadis seperti Ririn bisa membawa Dian?""Bahkan kaca mobilnya pecah, pasti ada yang membantunya.""Mungkinkah ada hubungannya dengan ayah kandung Ririn?"Phi
"Benar aku menemui ayah kandungku, tapi hanya satu kali, aku nggak berniat kembali ke sisinya!""Kalau nggak, aku pasti sudah dari dulu meninggalkan Keluarga Sandiga, tapi aku peduli padamu, Ayah. Ayah sudah menjagaku selama bertahun-tahun, aku sudah menganggapmu sebagai ayah kandungku. Kenapa Ayah memperlakukan kami seperti ini?""Sekarang Phillip berbicara nggak bermoral dan melimpahkan semua kesalahan padaku. Ayah harus melihat kebenarannya!"Lesti mengangguk berulang kali, tapi di saat bersamaan, dia penasaran, kapan Ririn menemui Juko?Gadis itu tidak mengatakan apa pun padanya, tapi malah tertangkap oleh Phillip.Sepertinya kejadian yang menimpa Dian memang berhubungan dengannya. Lesti hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya agar Phillip tidak berlama-lama di sana.Dia sama sekali tidak punya pemikiran seperti itu, apalagi untuk rujuk dengan Juko.Dia hanya ingin melahirkan putranya dengan selamat di Keluarga Sandiga. Kelak Keluarga Sandiga akan menjadi milik putranya, d
Phillip paling benci ditunjuk orang saat berbicara dengannya. Dia bangkit dari duduknya, seketika tubuhnya lebih tinggi dari Fabian."Kamu masih berani mengaku sebagai ayah kandungnya Dian, kalau aku jadi kamu, aku akan memilih diam dan menyingkir.""Demi putri orang lain, kamu menuduhku mengancam Ririn. Dari ekspresi bersalahnya saja sudah cukup membuktikan kalau masalah ini berhubungan dengannya.""Sekalipun nggak percaya padaku, minimal gunakan otakmu. Pantas saja Perusahaan Sandiga semakin terpuruk, cepat atau lambat akan tamat di tanganmu."Phillip tidak lagi memberi muka. Saat mengucapkan kata-kata ini, dia mundur berulang kali, memegangi dadanya dan hampir kehabisan napas.Lesti melupakan tubuh lemahnya dan maju beberapa langkah, "Begini caramu berbicara dengan ayah mertuamu? Apa Ririn pernah menyinggungmu? Sebelumnya dia bahkan menyukaimu, Ririn masih kecil, kenapa kamu memperlakukannya seperti ini?"Dia mengatakannya berulang kali, tetapi sikap Phillip sudah jelas dan para pen