Pamela tersenyum dengan cuek dan berkata, "Baiklah, kalau begitu, lain hari, aku akan pergi mengganggumu di Perusahaan Dirgantara!"Agam tersenyum sambil mendekati Pamela dan berkata, "Kalau begitu, sebelum itu, biar Paman ganggu kamu dulu, ya?"Agam mau mengganggu Pamela?Sebelum Pamela bisa mencerna maksud ucapan Agam, rasa panas yang membara menyerang bibirnya, tatapannya dipenuhi oleh wajah tampan pria ini ....Pamela ditahan di kepala ranjang sambil dicium secara paksa oleh pria ini. Saat Pamela tersadar, dia langsung mendorong dada pria ini dengan kuat!Namun, karena perbedaan kekuatan yang jelas di antara kedua orang ini, sekuat apa pun Pamela mendorong, tubuh pria ini sama sekali tidak bergerak.Karena Pamela tidak bisa mendorong pria ini, dia hanya bisa menyerah dan tidak lagi menyia-nyiakan tenaganya. Dia merangkul leher pria itu dan membalas ciuman itu dengan penuh semangat.Agam tercengang sesaat, jelas-jelas dia terkejut dengan respons antusias gadis ini. Kemudian, dia ter
Sebelumnya, semangkuk sup herbal yang dimasak oleh Frida membuat Pamela mimisan ....Mendengar cucunya mengungkit kejadian yang memalukan itu, Frida merasa malu. Dia menjulingkan matanya pada cucunya, lalu tersenyum pada Pamela dengan rasa bersalah dan juga rasa sayang."Pamela, sebelumnya, Nenek nggak sengaja. Kali ini, Nenek nggak akan membiarkanmu meminum terlalu banyak sup herbal setiap hari! Nenek melihatmu terlalu kurus, jadi Nenek mau memberimu makan lebih banyak. Kalau minum sup itu sesekali, nggak akan kenapa-kenapa, kok," kata Frida.Pamela mengangguk sambil tersenyum dan berkata, "Iya, aku tahu Nenek melakukannya demi kebaikanku."Cucu menantunya ini imut, patuh dan juga bijak, membuat Frida menyukainya. Sekarang, Frida sangat menyukai Pamela, tetapi dia merasa kesal dengan cucu sulungnya itu. Dia pun mengernyit dan berseru, "Agam, Nenek bukan mau mengataimu! Tapi, selama ini, bagaimana cara kamu menjaga Pamela? Kenapa Pamela menjadi sekurus ini?!"Agam juga menarik sebuah k
Seusai berbicara, Pamela meninggalkan ruangan ini dan mengikuti pembantu itu ke luar.Agam tahu bahwa Pamela memiliki hubungan yang rumit dengan "keluarganya", jadi Agam merasa khawatir dan ingin pergi mengikuti Pamela ...."Agam!"Namun, sebelum dia bisa pergi, dia mendengar suara kakeknya yang berwibawa.Agam menoleh dan bertanya pada kakeknya, "Ada apa, Kakek?"Dengan ekspresi masam, Tomi mengubah arah jalan kursi rodanya sambil berkata, "Datanglah sebentar ke kamarku, ada yang mau kutanyakan padamu."Agam berbalik dan melirik bayangan Pamela sekilas. Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia mengikuti kakeknya ke kamar kakeknya....Begitu Pamela pergi ke pintu Kediaman Dirgantara, dia pun melihat mobil sport model lama yang berwarna merah milik Jovita.Jovita juga melihat Pamela, kedua matanya yang dirias dengan tebal langsung terbelalak!Pamela membiarkan pembantu yang berada di sisinya kembali melakukan pekerjaannya. Kemudian, Pamela berjalan keluar dari pintu Kediaman Dirgantara d
"Pamela, dulu, kamu melakukan begitu banyak perbuatan buruk dan mencelakai begitu banyak orang di desa. Sekarang, kamu malah menjadi menantu Keluarga Dirgantara dengan tenang di sini! Aku benar-benar menyesal sudah membesarkanmu!"Darius turun dari sisi penumpang mobil sport itu sambil memarahi Pamela dengan amarah yang masih menggebu-gebu, seperti sebelumnya.Wulan juga turun dari mobil dengan tampang senang atas penderitaan orang lain.Melihat kedatangan Darius dan Wulan, Pamela tetap tenang, dia berkata, "Paman Darius, apa maksud ucapanmu barusan? Perbuatan buruk seperti apa yang kulakukan? Hingga kalian repot-repot datang sekeluarga untuk menyerangku?"Darius menunjuk Pamela dengan penuh amarah sambil berseru, "Kamu nggak tahu apa yang kamu lakukan? Dulu, aku seharusnya membunuhmu supaya kamu nggak mempermalukanku! Dasar anak durhaka!"Anak durhaka? Pamela merasa bahwa kata-kata yang Darius gunakan untuk memarahinya sangat konyol.Darius tidak membesarkannya. Dari dulu, Darius juga
Tanpa sungkan-sungkan, Pamela berkata, "Kalau ada yang mau kalian katakan, katakan saja di sini. Kalau nggak mau, pergilah. Aku nggak mau buang-buang waktu di sini."Darius tidak senang melihat sikap Pamela yang arogan, jadi dia berseru, "Apa katamu? Pamela, jangan lupa, siapa yang membesarkanmu hingga sekarang!"Pamela merasa konyol mendengar ucapan Darius, dia pun berkata, "Tentu saja aku nggak akan melupakan siapa yang membesarkanku. Orang yang membesarkanku adalah Petapa Sujan dari kuil di desa, bukan kamu, Paman Darius.""Kamu!" Darius merasa marah hingga dia terdiam seribu bahasa, dia juga tidak bisa mempertahankan sikapnya sebagai seorang ayah angkat lagi ....Pada saat ini, Wulan berjalan maju dan merangkul lengan Darius. Dia membuang napas dan berkata dengan sinis, "Darius, sekarang, Pamela sudah menjadi menantu di Keluarga Dirgantara. Mana mungkin dia masih menganggap kita sebagai ayah dan ibu angkatnya!"Mendengar Darius menyebut dirinya sendiri sebagai ayah angkatnya, Pamel
Pamela tetap menggelengkan kepalanya dengan tegas, lalu pergi memapah Frida sambil berkata, "Nenek, dia benar-benar bukan ayahku."Frida bertanya dengan gelisah, "Kalau begitu, untuk apa mereka datang mencarimu? Apakah Nenek perlu mencarikan seseorang untuk membantumu menyelesaikan masalah ini?"Sikap Frida membuat Pamela merasakan kehangatan dalam hatinya. Pamela pun tersenyum sambil menggelengkan kepalanya lagi dan berkata, "Nenek, jangan khawatir. Aku akan menyelesaikan masalah ini dengan baik. Nenek baru makan, jadi Nenek istirahat saja di dalam!"Kemudian, Pamela kembali menoleh dan menatap Olivia yang masih berdiri di satu sisi."Olivia, sini, temani Nenek ke dalam, jangan biarkan Nenek khawatir," kata Pamela.Olivia jarang-jarang mendengar ucapan Pamela, tetapi dia menganggukkan kepalanya dan menggantikan Pamela memapah neneknya ke dalam.Frida masih merasa khawatir, tetapi melihat sikap cucu menantunya yang bersikeras agar dia tidak ikut campur, dia juga tidak mengucapkan apa p
Pintu mobil sport itu terbuka, lalu dua wanita turun dari mobil itu. Salah seorang wanita itu terlihat berusia sekitar 40 hingga 50 tahun, sedangkan wanita lainnya terlihat berusia 20-an tahun, keduanya berpakaian sangat sederhana.Gadis berusia 20-an tahun itu memiliki gaya rambut kepang dua. Dia mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana denim yang sudah usang, sepatu kainnya juga sudah kotor.Pamela menatap kedua wanita itu berjalan mendekat dalam diam. Dia merasa bahwa kedua wanita ini tampak familier, tetapi dia tidak bisa mengingat di mana dia pernah melihat mereka.Ketika mereka berjalan mendekat, wanita yang lebih tua itu memelototi Pamela dengan penuh kebencian."Pamela, kamu hidup senyaman ini, tapi kamu membuat hidup putriku sengsara!" seru wanita itu.Dari ucapan ini, Pamela bisa mendengar bahwa kedua wanita ini memiliki hubungan ibu dan anak. Pamela mengamati "ibu" itu sambil bertanya, "Maaf, kamu siapa, ya?"Wanita yang lebih tua itu berkata dengan penuh kebencian, "Jangan
Reaksi Frida membuat Pamela merasa heran, tetapi juga terharu.Ucapan Frida benar. Orang-orang ini datang untuk mencari masalah di Kediaman Dirgantara. Sebelum mereka merasa cukup membuat masalah di hadapan Keluarga Dirgantara, mereka tidak akan berhenti berulah.Sambil memikirkan hal ini, Pamela menganggukkan kepalanya dan berkata, "Baiklah, sesuai ucapan Nenek saja."Frida juga menganggukkan kepalanya, mencapai kesepakatan dengan cucu menantunya. Dia berjalan maju dua langkah dan menunduk untuk melihat kedua wanita yang masih menangis sambil berlutut di lantai."Kalian berdua, jangan menangis. Kalau kalian menangis seperti ini sambil berlutut di depan Kediaman Dirgantara, orang lain akan mengira bahwa Keluarga Dirgantara sedang berduka!" kata Frida dengan serius.Kedua wanita itu merasa terintimidasi oleh sikap Frida yang tegas, sehingga suara mereka mengecil. Wanita yang lebih tua itu berkata, "Nyonya, kami bukan sengaja, tapi Pamela benar-benar membuat keluarga kami terlalu menyedi