Wanita itu mengangkat kepalanya dari bahu putrinya dan menyeka air matanya dengan lengan bajunya sambil berkata, "Tanyakan saja! Mari kita lihat bagaimana kamu masih mau berdalih di hadapan kebenarannya!"Pamela tersenyum sinis sambil bertanya dengan tenang, "Tadi, kamu bilang putrimu adalah murid terbaik yang disukai semua guru. Kalau begitu, setelah nilainya nggak keluar dan kalian nggak mendapatkan penjelasan apa pun dari pihak sekolah, kenapa kamu nggak membiarkan putrimu mengulang setahun lagi?""Kalau putrimu benar-benar sehebat yang kamu bilang, dia bisa mengulang setahun dan mengikuti ujian lagi. Kalau begitu, dia juga bisa masuk ke universitas ternama atau bahkan universitas yang lebih baik lagi. Kalaupun dia gagal ujian, dia juga bisa mengambil jalur lainnya, dia nggak harus langsung mengikutimu bertani sejak usia muda, 'kan?"Ekspresi wanita itu berubah. Kemudian, dia memelototi Pamela dengan penuh kebencian dan berkata, "Kamu bicaranya gampang sekali, ya. Memangnya mengulan
Di satu sisi, Darius memegang kepalanya seakan-akan dia merasa malu dan berkata, "Aduh! Sungguh malang! Kenapa aku, Darius Alister, bisa mengadopsi seorang putri yang begitu nggak tahu malu?!"Jovita merangkul lengan ayahnya sambil berkata, "Ayah, jangan bersedih karena anak durhaka itu! Ayah masih memiliki aku!"Wulan juga menimpali ucapan putrinya. "Benar, Darius! Kita masih memiliki Jovita! Kalau soal Pamela, mari kita berharap agar dia bisa bertobat dan mengembalikan keadilan orang lain!"Karena wanita itu bercerita dengan sangat mendetail, Frida benar-benar mulai kebingungan. Dia menatap cucu menantunya sendiri, tidak ingin memercayai bahwa anak yang dia sukai adalah orang seperti itu ....Pamela tetap berkata dengan tenang, "Pernyataanku masih sama. Kalian boleh mengatakan bahwa aku merebut nilai ujian orang lain, bahwa aku menggugurkan kandunganku juga boleh! Tapi, keluarkan barang buktinya. Kalau nggak, semuanya hanya pencemaran nama baik!"Wanita itu berkata, "Buktinya adalah,
Pada saat ini, dari belakang, terdengar suara pria yang rendah, diiringi dengan suara langkah kaki yang pelan-pelan mendekat.Semua orang pun menoleh, mereka pun seketika takjub dan terpesona melihat wajah yang tampan itu.Terutama Jovita, ini bukan pertama kalinya dia melihat Agam. Namun, saat dia melihat pria ini lagi, jantungnya berdetak sangat cepat, hingga tidak terkendali ....Pria ini pernah hampir menikahinya dan menjadi suaminya. Jika bukan karena Pamela si wanita jalang ini, posisi sebagai istrinya Agam adalah milik Jovita!Makin dipikirkan, Jovita makin merasa marah. Namun, dia hanya bisa melihat pria itu berjalan ke sisi Pamela dan duduk di sisi Pamela dengan elegan. Kemudian, pria ini juga mengambil cangkir Pamela dan meminum seteguk teh.Gerakan intim pria itu terhadap Pamela hanya membuat Jovita merasa murka!Bahkan gadis yang terus menangis dengan kepala tertunduk juga mengangkat kepalanya dan menatap pria tampan yang duduk di sisi Pamela dengan ekspresi terpesona ....
Semua orang di tempat sudah dewasa, jadi semuanya memahami arti kata "pengembalian" yang dikatakan wanita paruh baya itu.Kecuali Olivia.Olivia mengernyit sambil bertanya dengan penasaran, "Apanya yang dikembalikan?"Pertanyaan ini membuat semua orang menatap ke arahnya dengan tatapan kesal. Wanita paruh baya itu juga terdiam, tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan ini.Frida memukul tangan cucunya dengan kesal sambil berkata, "Anak kecil jangan menyela percakapan orang dewasa!"Olivia menarik tangannya yang agak kesakitan karena pukulan neneknya. Dia tidak mengetahui kesalahan kata apa yang dia katakan, jadi dia hanya memonyongkan bibirnya sambil berkata, "Nenek, aku bukan anak kecil, aku lebih tua setahun dari Pamela!"Frida seketika mengernyit dan berkata, "Nggak ada urusanmu di sini! Cepat pergi ke kamarmu!""Baiklah, aku diam saja!" seru Olivia.Dia tidak ingin kembali ke kamarnya, dia juga ingin tetap berada di ruang tamu untuk melihat akhir dari masalah ini.Meskipun di
Maksud Pamela, bisakah Agam lebih menjaga ucapannya di hadapan tetua keluarganya?Pamela bergeser ke satu sisi dengan kesal, untuk menjaga jarak dengan pria di sisinya.Namun, Agam tentu saja tidak membiarkannya menjauh, jadi Agam langsung merangkul gadis ini ke dalam pelukannya. Saat Pamela hendak meronta, Agam mendekat ke telinganya sambil berbisik dengan suara yang penuh kasih sekaligus mengancam, "Yang patuh, ya. Jangan gerak. Kalau nggak, Paman akan langsung menciummu di hadapan semua orang."Pamela benar-benar kesal dibuat pria ini. Pelukan Agam membuat Pamela benar-benar malu di hadapan Frida!Namun, Pamela juga tahu jelas bahwa pria ini tidak pernah asal bicara. Jika Pamela benar-benar meronta lagi, dia benar-benar akan dicium di hadapan semua orang ....'Sudahlah! Jangan melawan lagi!' pikir Pamela. Dia menyerah dan membenamkan wajahnya di dada pria itu untuk menghindari kenyataan ini. Dia menganggap dirinya tidak berada di tempat ini dan tidak ada yang melihatnya. Dia tidak i
"Selain itu, Pamela juga harus mengakui bahwa dia merebut hasil ujian putriku dan meminta maaf pada putriku di depan umum!" kata wanita paruh baya itu.Mendengar permintaan wanita itu, Pamela mengangkat kepalanya dari pelukan Agam, menoleh dan menatap wanita itu dengan tatapan konyol ....Namun, Agam malah memutar kembali kepala Pamela dengan tangannya yang besar, supaya Pamela kembali membenamkan kepalanya dalam pelukan Agam dan tidak melihat wanita yang menjijikkan itu, supaya tidak mengotori matanya.Agam melirik sekilas ke arah gadis muda yang hanya bisa menangis di sisi wanita paruh baya itu dengan tatapan dingin."Putrimu nggak pernah kuliah. Dengan riwayat pendidikannya, jelas-jelas dia nggak berkualifikasi untuk bekerja di Perusahaan Dirgantara," kata Agam.Wanita itu mengernyit dan berkata dengan kesal, "Putri saya memang nggak kuliah, tapi bukankah dia nggak bisa kuliah karena Pamela merebut posisinya?""Tuan Agam, sekarang, Pamela adalah istri Anda. Sepertinya kalian berdua
"Nala, ikuti ibu! Keluarga Dirgantara nggak manusiawi! Ibu pasti akan mencari cara lain untuk mendapatkan keadilan bagimu!" seru wanita paruh baya itu.Kemudian, dari luar, hanya terdengar suara teriakan kasar wanita paruh baya itu dan suara tangisan putrinya ....Wanita paruh baya itu dan putrinya sudah diusir ke luar, menyisakan tiga anggota Keluarga Alister yang masih bengong di dalam ruang tamu.Olivia berkacak pinggang sambil berjalan maju dan berkata dengan kesal, "Kenapa? Kalian bertiga masih belum mau pergi, ya? Mau bermalaman di Kediaman Dirgantara?"Ketiga anggota Keluarga Alister baru tersadar, mereka pun bergegas berdiri!Sebelum mereka pergi, Darius berkata dengan agak gelisah, "Nyonya, Tuan, ibu dan anak itu datang mencari masalah di tempat kami, mereka juga meminta pertanggungjawaban kami seperti ini. Hari ini, kami juga nggak berdaya, jadi kami membawanya mencari Pamela .... Kelak, kalau mereka menyinggung Keluarga Dirgantara, hal itu nggak ada hubungannya dengan Keluar
Sebelum Jovita berjalan keluar dari pintu Kediaman Dirgantara, dia menoleh dan melihat adegan ini, sehingga amarahnya hampir meledak!Atas dasar apa Pamela yang tumbuh di desa bisa mendapatkan kasih sayang dari Agam?!Awalnya, jika bukan karena gangguan Pamela, sekarang, orang yang bermanjaan dalam pelukan Agam adalah Jovita!'Tunggu saja. Masalah hari ini nggak akan berakhir seperti ini! Kalau aku nggak bisa hidup senang, jangan harap Pamela juga bisa hidup senang!' pikir Jovita....Agam menggendong Pamela ke lantai atas. Frida tersenyum sambil menatap mereka dari lantai bawah, dia pun tidak bisa menahan diri dari berkata dengan penuh emosi, "Memang benar, semua orang ada kelemahannya. Dulu, aku sama sekali nggak akan menyangka bahwa Agam juga bisa bersikap seperti ini!"Olivia mengangkat bahunya karena dia sudah lama terbiasa dengan hal itu!Selama ini, kakaknya tergila-gila dengan Pamela dan memang sudah berubah drastis.Pada saat ini, Tomi duduk di kursi roda sambil bergerak denga