Pagi diiringi rinai hujan, Jaka membawa Lintang yang sudah mules mau melahirkan ke RS. Jaka ditemani ibu Gita ibunya Lintang membawa Lintang ke RS menggunakan taxi. Terlihat Jaka sangat gelisah.
"Sabar ya sayang!" Ucapnya sambil mengelus punggung istrinya. "Mas, bisa cepat sedikit ngga!" Pinta Jaka pada supir. Supir pun menaikkan kecepatannya.
Lintang memasuki ruang bersalin diiringi Jaka. Bidan mengobservasi keadaan Lintang.
"Bukaan tiga ya Bu." Ucap bidan.
Kemudian dokter datang memeriksa keadaan Lintang. "Kita tunggu sampai sempurna ya Bu pembukaannya." Ucap dokter.
Tidak menunggu terlalu lama, selang dua jam pembukaan sudah sempurna, Bidan pun menyuruh Lintang mencoba mengeden.
"Tarik nafas yang dalam ya Bu, lalu hembuskan!!!" Intruksi bidan. Lintang pun menuruti. "Ayo terus Bu!!! Kepalanya sudah terlihat." Beritahu bidan.
"Yang kuat sayang, yang kuat!!!" Jaka memberi semangat.
"Sakit mas, sakit. Aku ngga kuat."
"Sedikit lagi sayang, sedikit lagi, bertahanlah!"
"Ibu coba lagi ya Bu! kasian bayinya kalau kelamaan. Ayo Bu, Kepalanya sudah terlihat, yang kuat ngedennya Bu!" Lintang semakin lemas. Bidan pun mengurut perut Lintang dengan kuat agar bayi Lintang bisa keluar. Tapi tak membuahkan hasil banyak. "Sobek! Sobek!!!" Perintah bidan yang mengurut ke bidan yang sedari tadi menunggu di depan kepala bayi. Bidan itu pun langsung mengambil gunting dan menyobek liang Lintang.
"Owek... Owek... Owek... " Tangis bayi kecil yang keluar dari liang Lintang.
"Selamat Pak, bayinya perempuan." Ucap bidan yang membantu persalinan Lintang. Air mata haru langsung menetes dari mata Jaka. "Kami bersihkan dulu ya Pak." Bidan membawa bayinya.
"Cantik seperti kamu sayang." Ucap Jaka sembari mengecup kening Lintang. "Terima kasih ya sayang." Lintang hanya tersenyum lemas tak berdaya. "Kita beri nama sesuai yang sudah kita siapkan ya sayang. HUMAIRA AZ ZAHRA." Ucap Jaka.
Bidan menyerahkan bayinya ke Jaka. "Bayinya sangat cantik Pak."
"Terima kasih Bu." Ucap Jaka sambil tersenyum. Kemudian Jaka mengumandangkan adzan di telinga kanan Humaira, dan iqomat detelinga kiri. "Jadi putri ayah yang solehah ya sayang." Ucap Jaka sembari mengecup pipi anaknya yang kemerahan.
*****
"Ayah kapan cari kerjaan lagi?" Tanya Lintang pada Jaka.
"Tabungan kita kan cukup bunda. Ayah ingin di samping bunda dan Humaira, setidaknya sampai Humaira bisa jalan."
"Kelamaan ayah. Uang dari toko kan ngga seberapa. Bunda kangen pengen shopping ke mall." Rengek Lintang.
"Humaira belum juga empat puluh hari bunda, masa bunda sudah mikir mau ke mall?"
"Bunda sudah jenuh di rumah terus Ayah."
"Ya ampun bunda. Sabar ya! Kan kasian kalau Humaira di bawa ke mall masih kecil begini."
"Kata siapa bunda mau bawa Humaira? Yang ada repot ayah. Humaira nanti ibunya bunda yang jagakan!"
"Bunda, Humaira kan perlu ASI nya bunda."
"Nanti bunda pompakan ASI bunda."
"Ya sudah terserah bunda saja." Jaka mengalah.
"Nanti minta uangnya ya ayah."
"Iya."
"Ya sudah bunda siap-siap dulu."
"Tunggu bunda! Bunda mau ke mall sekarang?" Jaka terkejut.
"Tahun depan Ayah. Ya sekarang lah Ayah. Bunda sudah sangat jenuh di rumah saja ngurus Humaira." Rengeknya.
"Bunda pergi sama siapa?"
"Sama teman-teman bunda Ayah. Ayah siapin uangnya ya. Satu juta ada kan Yah? Bunda siap-siap dulu." Lintang beranjak ke kamar mandi. Jaka hanya bisa menghela nafas panjang.
Lintang sudah siap berangkat. Dia mengenakan mini dress berwana peach tanpa lengan. Rambut panjangnya digerainya. Wajahnya mengenakan riasan yang natural, membuat Lintang semakin cantik.
"Bunda kok cantik banget sih?" Tanya Jaka.
"Ayah kenapa? Cemburu ya bundanya mau ke mall?" Goda Lintang.
"Wangi banget lagi."
"Uangnya mana Ayah?" Lintang menadahkan tangannya. Jaka pun menyerahkan sepuluh lembar uang seratus ribu rupiah. "Terima kasih Ayah." Ucap Lintang sambil mengecup pipi Jaka. "Bunda berangkat." Lintang keluar. Dia berpapasan dengan ibunya Jaka. Dia cuek saja.
"Lintang mau kemana Jaka?" Tanya bu Ratna.
"Ngumpul sama teman-temannya di mall Bu."
"Kamu ngga ikut?"
"Ngga lah Bu. Jaka lagi seneng main sama Humaira. Biar ajalah Lintang senang-senang. Kasian dia jenuh di rumah."
"Humaira mana?"
"Lagi sama neneknya Bu."
*****
Usai kumpul bersama teman-temannya, Lintang pergi ke rumah kontrakan Dito. Dito yang terlihat jenuh memasang muka masam.
"Mas kok cemberut gitu? Ngga senang ya didatengin?"
"Lama sekali sih? Aku sudah kelamaan libur nih."
"Kan aku ngumpul sama temanku dulu mas. Mas ngga sabaran banget sih, aku baru lahiran, nifas pula, masa iya aku keluyuran, bisa curiga suamiku mas."
"Kamu bawa uangnya kan?"
"Iya bawa mas."
"Mana?"
"Diirit ya mas! Mas kan tau suamiku ngga kerja di tambang lagi. Pengeluaran kami juga banyak." Lintang menyerahkan lima lembar uang seratus ribu.
"Segini kan cuma cukup tiga hari Lintang. Mau diirit gimana lagi?"
"Nanti suamiku bisa curiga kalau aku boros banget, aku kan di rumah saja, beda dengan dulu aku alasan ngumpul sama teman dan lain-lain."
"Ya bisa-bisa kamu lah Lintang. Kamu kan tau mas cuma ngandelin uang pemberian kamu. Cari kerjaan susah."
"Iya mas, Lintang ngerti. Mas mau minta diservice apa tidak? Kalau ngga Lintang pulang nih."
"Kan itu juga yang aku tunggu dari kamu sayang." Dito memeluk tubuh Lintang dari belakang.
*****
Lintang pulang sangat larut. Ibunya menariknya ke dalam kamar.
"Pasti kamu menemui Dito lagi. Berapa kali ibu sudah bilang, berhenti berhubangan dengan laki-laki kere itu. Kenapa kamu masih saja memelihara parasit itu Lintang?" Marah bu Gita.
"Lintang mencintai mas Dito Bu. Berapa kali Lintang bilang, jangan campuri hubungan Lintang dengan mas Dito." Bantah Lintang.
"Lintang, Jaka itu ada di sini, kalau dia memergoki kamu bagaimana? Kalau kamu dia ceraikan, mau makan apa kita Lintang?"
"Ayolah Bu, mas Jaka ngga akan ceraikan Lintang. Mas Jaka sangat mencintai Lintang. Melirik perempuan lain saja dia tidak berani."
"Terserah kamu Lintang. Ibu mohon kamu batasi pertemuan kamu dengan Dito! Ini untuk kebaikan kita semua."
"Ih, Ibu bawel banget sih. Pokoknya Ibu ngga usah pusing! Sudah, titik!!!" Lintang pergi meninggalkan kamar ibunya.
*****
Mohon votenya ya readers
Mohon kritik dan sarannyaTerima kasih readersHappy reading!!!Jaka menggendong Humaira kecil yang masih bangun. Diliriknya jam dinding, sudah pukul delapan malam."Lintang belum pulang juga Nak Jaka?" Tanya bu Gita."Iya Bu. Hapenya tidak bisa dihubungi.""Keluyuran kemana lagi sih si Lintang?" Kesal bu Gita."Sudah ngga papa Bu. Sebentar lagi Humaira juga tertidur.""Ma'afkan Lintang ya Nak." Ucap bu Gita. Jaka mengangguk.Lintang datang dengan santainya, seolah tak merasa memiliki kewajiban sebagai ibu. Dia sering meninggalkan Humaira bersama Jaka dan ibunya."Bunda, kok malam pulangnya?" Tanya Jaka."Ayah, bunda kan tidak tiap hari keluarnya." Jawab Lintang cuek. "Bunda mandi dulu ya Ayah." Lintang masuk ke dalam kamar mandi. Jaka hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya.Humaira sudah tertidur pulas. Diletakkan Jaka Humaira di dalam boxnya. Jaka menunggu
Empat Tahun KemudianWati menyiapkan barang-barangnya dan anak-anak, termasuk barang Humaira. Hari ini mereka akan pergi ke Berau setelah Jaka resmi bercerai dengan Lintang istri pertamanya."Bunda, Humaira apa nanti akan pindah sekolah di sana?" Tanya Humaira pada Wati."Tentu sayang. Karena Humaira akan lebih lama bersama Ayah dan Bunda Wati. Kalau Ayah cuti baru Ayah pulang bawa Humaira ketemu bunda Lintang.""Apa Ayah berantem sama bunda Lintang?""Tidak sayang. Ayah dan bunda Lintang baik-baik saja.""Bunda Wati mau kan anggap Humaira seperti anak Bunda?""Tentu saja sayang." Wati mengecup kening Humaira."Sudah siap berangkat?" Tanya Jaka yang sedang menggendong Habibi."Sudah Bang." Jawab Wati.Mereka pun diantar bang Rahman dan ibu ke bandara yang tidak jauh dari rumah bu Lastri.
Jaka mencoba menyadarkan Wati yang ambruk. Diletakkannya botol minyak kayu putih yang terbuka di depan hidung Wati. Perlahan Wati mulai bereaksi. Wati terbaring di sofa ruang tengah. Anak-anak menungguinya."Ada apa?" Tanya Jaka khawatir."Abang, bisa tinggalkan Wati sendiri dulu!" Pinta Wati."Ada apa? Aku suamimu Wati, bagaimana Aku meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini?" Jaka semakin khawatir. Wati beranjak dan mengambil posisi duduk bersender. Dia menatap anak-anaknya. Air matanya meleleh. "Ada apa?" Tanya Jaka sambil memegang kedua lengan atas Wati."Aditya, ajak adikmu ke ruang depan sebentar ya! Mamah mau bicara sama Bapak." Pinta Wati. Aditya mengangguk dan membawa Habibi ke ruang depan."Telpon dari siapa tadi?""Bang, Wati yakin Abang tidak akan bisa menerima kabar buruk ini.""Kabar buruk apa Wati?""Abang, Wati minta ma'af."
Jaka duduk di sofa di depan TVrumah ibunya. Wajahnya memperlihatkan ke gusarannya."Jaka, cerita lah pada Ibu! Ada masalah apa?" Ibu duduk di samping Jaka."Jaka bingung Bu harus mulai dari mana.""Apa Kamu sedang ada masalah dengan Wati?" Jaka mengangguk. "Apa yang dipermasalahkan?""Laki-laki bajingan itu Bu.""Ada apa lagi? Dia sudah tenang Jaka.""Dia menularkan penyakit terkutuk kepada kami semua." Kesal Jaka sambil menekan keningnya dengan kelima jarinya."Maksud Kamu penyakit apa Jaka?" Ibu terkejut."Aids Bu. Aids.""A... Apa?" Ibu sangat terkejut. "Astagfirullah Jaka. Kenapa bisa begitu?""Ntah Bu. Wati tidak pernah cerita tentang mantan suaminya itu. Yang Jaka tau hanya mantan suaminya itu melakukan KDRT kepada Wati.""Desi!!!" Teriak bu Ratna memanggil adiknya Jaka. Desi yang sedang di dapur membuat kopi dan teh menghampiri ibu dengan satu gelas kop
Wati dan Jaka sampai di halaman rumah bu Lastri. Jaka memarkir roda duanya. Habibi yang duduk di teras bersama bu Lastri langsung berlari menghampiri ibu dan bapaknya."Ibu... Bapak... " Teriaknya. Jaka langsung meraih tubuh mungil Habibi. Habibi memeluk erat Jaka."Bagaimana Wati?" Tanya bu Lastri tak sabar. Wati langsung memeluk bu Lastri dan tangisnya pecah. "Semua baik-baik sajakan?" Tanya bu Lastri cemas."Alhamdulillah Bu. Alhamdulillah hasilnya negatif." Ucap Wati bahagia."Alhamdulillah ya Allah. Alhamdulillah." Ucap ibu dengan mata yang basah. "Alhamdulillah Allah masih melindungi kalian sekeluarga.""Iya Bu. Wati sangat bersyukur. Tadi di Rumah Sakit Wati ditanya, apa saat hamil Wati tidak melakukan pemeriksaan untuk ibu hamil. Itu lah salah Wati. Wati hanya USG saja. Tanpa melakukan tes lain-lainnya.""Alhamdulillah Allah masih melindungi kalian Wati." Ibu menggenggam erat tangan Wati. "Tapi..." Bu La
Wati menunggui Humaira di Rumah Sakit bersama bu Gita. Lintang harus bekerja seperti biasanya jadi dia tidak bisa menunggui Humaira. Sudah tiga hari Humaira di rawat di Rumah Sakit. Wajah gadis kecil itu semakin pucat. Jaka sampai sekarang belum muncul di hadapan Humaira. Wati menggenggam erat tangan Humaira."Bunda, kenapa ayah belum datang juga? Apa ayah marah pada Humaira?" Tanya Humaira sedih."Ma'afkan ayah sayang. Ayah sedang sibuk." Jawab Wati sekenanya."Ayah tidak sayang lagi kan pada Humaira?""Ayah sangat sayang Humaira. Ayah harus menyelesaikan pekerjaan ayah sayang.""Sampai kapan Humaira harus menunggu ayah?" Humaira mulai menangis. Wati pun tak sanggup menahan air matanya. Tiba-tiba darah keluar dari hidung Humaira. Buru-buru Wati mengambil tisu untuk membersihkan darah yang keluar."Bu, Humaira mimisan." Ucap Wati sedikit panik."Iya, dari hari pertama sudah begitu Wati. Dan kemarin Humair
Wati menjemput anak-anak di rumah bu Lastri. Mata Wati sembab karena sepanjang jalan dia terus menangis. Sesampainya bertemu ibunya dia langsung memeluk erat ibunya."Ada apa Wati?" Tanya bu Lastri cemas."Humaira Bu. Humaira.""Humaira kenapa?" Ibu semakin cemas."Humaira divonis leukimia Bu.""Leukimia? Kanker maksud Kamu Wati?" Bu Lastri sangat terkejut."Iya Bu.""Innalillahi wa innailaihi roji'un.""Kasian Humaira Bu.""Apa Jaka sudah tau?" Wati menggeleng. "Cepatlah beri tahu Jaka. Semoga hatinya bisa luluh. Ibu khawatir Wati. Bukankah banyak orang yang tidak bisa bertahan kalau punya penyakit itu?" Bu Lastri tak kuasa menahan tangis. Wati mengangguk.*****Wati keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililitnya di dada. Jaka menghampirinya dan langsung menyambar bibirnya."Abang... " Ucap Wati. Dilepas Jaka handuk yang melilit tubuh Wati. "Jangan sekarang
Lintang tiba di depan ruang perawatan Humaira. Dilihatnya bu Gita dan Wati duduk di depan ruangan."Ada apa Bu? Kenapa duduk di luar? Humaira kenapa?" Lintang panik dan ingin menerobos ke dalam. Ibu Gita dengan sigap menarik tangan Lintang."Jaka ada di dalam. Biarkan dia bersama Humaira!" Ucap bu Gita. Tapi Lintang justru semakin ingin masuk ke dalam. Dia menerobos pintu tanpa mengetuk terlebih dulu. Wati mengekorinya. Lintang berlari kepelukan Jaka yang sedang duduk di samping Humaira yang terbaring. Jaka terperanjat.Wati mematung melihat pemandangan itu. Hatinya begitu panas. Dadanya terasa sesak. Wati terbakar cemburu.Mata Jaka tertuju pada Wati. Sedikit pun dia tidak membalas pelukan Lintang. Ingin sekali Jaka berteriak pada Lintang. Tapi tangan Humaira menggenggam erat tangannya."Ayah jangan marah lagi ke bunda!" Pinta Humaira. Wati beranjak ke luar ruangan. Kemudian pergi. Bu Git