Saking kesalnya, aku sampai tidak bisa menahan tawa. Kenneth terlalu memanjakan wanita ini, makanya dia berani bersikap begitu lancang dan tidak tahu malu.Aku menyunggingkan bibir, lalu mengejek, "Kamu anggota Keluarga Horgana? Seingatku, margamu bisa diubah juga karena diminta Ayah. Kakek juga nggak mengizinkanmu masuk ke kartu keluarga, 'kan?""Itu berarti, mobil ini memang milikku. Soalnya aku istri sah Kenneth." Aku melontarkan setiap kata dengan tegas. Ketika melihat ekspresi Solana berangsur masam, aku merasa sangat puas.Solana menggertakkan gigi dan membentak, "Kalian sudah mau bercerai!""Tapi, kami belum sah bercerai. Itu artinya, aku tetap istri sahnya, 'kan?" balasku sambil tersenyum sinis."Dasar nggak tahu malu!" Solana naik pitam. Dia memelototiku dan menghardik, "Cepat cerai kalau memang sudah mau cerai! Ngapain kamu terus mendekati Kenneth!""Gimana bisa kamu menyimpulkan kalau aku yang mendekatinya?" sindirku."Maksudmu?" Solana seperti mendengar sesuatu yang sulit d
Aku ingin tertawa melihat tingkah Kenneth ini, tetapi wajahku sangat sakit. Aku bertanya balik, "Memangnya kamu memberiku kesempatan bicara tadi?"Setiap kali ada masalah yang berkaitan dengan Solana, pria ini pasti terlihat sangat panik."Jasmine ...," panggil Kenneth."Sudahlah, dia menunggumu di mobil," selaku karena tidak ingin berbicara dengannya lagi. Sesudah itu, aku naik ke mobil.Ketika aku ingin menutup pintu, tangan besar Kenneth tiba-tiba menahan pintu. Dia berkata, "Kalau bisa, sembunyikan luka di wajahmu. Jangan sampai Kakek tahu. Kalau nggak, Kakek pasti ...."Setiap patah kata yang dilontarkan Kenneth bak jarum yang menusuk hatiku. Aku tidak memiliki keberanian untuk mendengarnya lagi, jadi langsung menutup pintu mobil secara paksa.Mataku berkaca-kaca. Aku langsung memalingkan wajah karena tidak ingin terlihat menyedihkan di hadapan Kenneth. Kemudian, aku menginjak pedal gas dan pergi.Begitu tiba di gerbang perusahaan, Lauren tiba-tiba meneleponku. Aku berdeham dan me
Aku tersenyum dan mencari tempat duduk, lalu menyesap teh yang dibawa oleh pelayan. Harum, segar, dan manis. "Kakek selalu memberi kami barang terbaik.""Pantas saja Ayah begitu menyayangimu. Mulutmu manis sekali!" ucap Christy sambil tersenyum menggoda.Aku pun menyunggingkan senyuman dan tidak berbicara lagi. Setelah mengobrol sesaat, Norman menyuruh kami semua untuk makan.Kakek duduk di kursi utama. Gunnar, Christy, dan adik sepupu duduk di sisi kanannya, sedangkan Kenneth, aku, ayah mertuaku, dan Solana duduk di sisi kiri.Terlihat jelas siapa yang posisinya lebih penting di sini. Solana tidak akan berani berkomentar meski merasa tidak puas.Solana berani mencari masalah denganku di luar, tetapi tidak akan berani macam-macam kalau di kediaman lama. Sekalipun aku bercerai dengan Kenneth, dia tetap harus tunduk kepadaku kalau di tempat ini. Kakek yang memberiku kepercayaan diri seperti ini.Aku mengunyah dengan pelan. Tiba-tiba, Christy mengambilkan lauk untukku dan berkata, "Jasmin
"Ya." Aku mengiakan dan duduk di samping. Ketika bertatapan dengan mata Kakek yang tajam, aku merasa sangat gelisah.Di ruang kerja yang luas ini, hanya ada aku, Kakek, dan Paman Norman yang sedang menyeduh teh. Sesuai dugaanku, Kakek langsung bertanya, "Kalian tetap mau bercerai?"Jantungku seolah-olah berhenti berdetak. Karena Kakek sudah tahu semua, aku tidak berniat untuk merahasiakan apa pun lagi. Aku membalas, "Ya ... gimana Kakek bisa tahu?"Kakek menghela napas, tetapi tidak marah karena kebohonganku. Dia berkata, "Kamu ini wanita mandiri dan keras kepala. Aku tahu kamu selalu memandang Kenneth, tapi hari ini kamu sama sekali nggak meliriknya."Kakek terdengar sangat menyayangkan pernikahan ini. Setelah mendengarnya, aku kehabisan kata-kata. Benar, kita tidak bisa menyembunyikan perasaan kepada seseorang. Meskipun mulut tidak berbicara, mata bisa berbicara.Kakek saja bisa menilai, tetapi Kenneth malah mengira aku menyukai pria lain. Aku menunduk untuk menyembunyikan kegetirank
Wulio berkata dengan ekspresi sedih, "Memang seperti yang kamu lihat. Keluarga Horgana bersalah kepada Lily. Aku yang nggak mendidik anakku dengan baik."Ibu mertuaku yang sudah meninggal punya nama yang sangat bagus, Lily. Mendengar ucapan Wulio, aku sangat terkejut. Ternyata, Lily bukan meninggal karena distosia. Dia didorong dari tangga saat hamil 10 bulan. Orang yang mendorong Lily adalah ibu tiri Kenneth.Pikiranku menjadi kacau. Padahal, Winda menganggap Kenneth seperti anak kandungnya sendiri dan menjadi lumpuh total demi menyelamatkan Kenneth. Winda sangat menyayangi Kenneth, tetapi kenapa dia malah mencelakai ibu kandung Kenneth? Hal ini sedikit tidak masuk akal.Sebelum aku menemukan jawabannya, Wulio bertanya, "Kamu nggak paham kenapa Winda sangat menyayangi Kenneth?"Aku menyahut, "Iya."Wulio mencibir dan menjelaskan, "Winda melakukannya hanya demi keuntungan. Semua itu triknya. Setelah ibu Kenneth meninggal, ayah mertuamu yang bodoh itu terus meminta untuk menikahi Winda.
Sekarang Wulio sudah berbicara seperti ini. Jadi, aku tidak mungkin menolaknya. Aku dan Kenneth sudah pisah rumah. Akta cerai hanya untuk membuktikan bahwa kami sudah putus hubungan secara sah. Tidak perlu terburu-buru.Apalagi, Wulio akan berulang tahun yang ke-80 satu bulan lagi. Itu waktu yang sangat singkat. Kemudian, Norman yang mengantarku keluar dari ruang kerja. Dia berujar, "Pak Wulio berbuat seperti ini karena takut kamu dan Pak Kenneth menyesal. Dia mau kalian pertimbangkan lagi untuk beberapa waktu."Aku mengatupkan bibirku. Ketika hendak bicara, ponselku berdering. Ada panggilan masuk dari nomor asing. Penelepon berucap, "Halo, apa ini keluarga Lauren?"Aku menyahut, "Iya."Penelepon membalas, "Ini dari Kantor Kepolisian Akasha. Tolong segera datang ke sini."Aku yang panik tidak sempat menanyakan apa yang terjadi. Panggilan telepon juga telah diakhiri. Aku buru-buru turun ke lantai bawah. Begitu keluar dari lift, aku melihat Solana yang marah-marah, "Kamu keterlaluan seka
Di depan orang lain, ekspresi Kenneth selalu tampak dingin. Jaket hitam yang dikenakan Kenneth membuatnya terlihat makin berwibawa. Aku tiba-tiba merasa khawatir saat Kenneth makin mendekat.Masalah ini lumayan parah. Jika Kenneth tidak ingin membesar-besarkan masalah, mungkin Lauren hanya perlu membayar ganti rugi. Namun, jika Kenneth tidak berniat mengampuni Lauren, dia yang berkuasa di Akasha bisa memenjarakan Lauren dengan mudah. Tidak perlu diragukan lagi, Kenneth pasti akan melindungi Solana.Sesuai dugaan, Kenneth berdiri di samping Solana dan bertanya, "Kamu mau bagaimana selesaikan masalah ini?"Aku mengepalkan tanganku dengan erat. Sebelum Solana menjawab, Lauren menarikku ke belakang dan menegaskan, "Aku akan bertanggung jawab sendiri. Masalah ini nggak ada hubungannya dengan Jasmine."Aku yang panik menyergah, "Lauren!"Lauren memandangku dan sengaja menyindir, "Apa yang mau kamu lakukan? Demi aku, kamu mau memohon pada mantan suamimu di depan umum atau pelakor nggak tahu m
"Waktu itu, kalau bukan karena Kakek buat keputusan sendiri, kamu nggak perlu begitu kesusahan," lanjut Solana.Lauren merasa kesal saat mendengar perkataan Solana. Kalau bukan karena aku menariknya, Lauren hendak berdebat dengan Solana lagi.Tiba-tiba, hujan turun. Aku merasa sangat kedinginan. Begitu masuk ke mobil, Lauren marah-marah, "Kenapa kamu tarik aku? Apa kamu nggak dengar omongannya? Sialan, dasar wanita tolol! Otaknya pasti bermasalah!""Aku sudah dengar," sahutku yang merasa tidak berdaya. Aku menjalankan mobil dan melanjutkan, "Pemikiran Kenneth sulit ditebak. Aku hanya ingin segera pergi sebelum dia berubah pikiran."Aku malas membuat perhitungan dengan Solana. Lauren bertanya, "Kamu nggak marah?""Nggak," jawabku. Aku hanya sudah terbiasa dengan hal ini.Kala ini, kehidupan malam di Akasha baru dimulai. Jalanan sangat padat. Lauren tiba-tiba tersenyum, lalu mendekatiku dan mengerjap seraya bertanya, "Kamu merasa puas, nggak?""Maksudnya?" tanyaku.Lauren menyahut, "Apa