Probo Lintang, Kerajaan yang ada didalam sebuah danau di tengah pulau jawa itu tercipta sebelum terjadinya perang besar di Kahyangan Selatan. Kerajaan itu sebelumnya dipimpin oleh seorang wanita bernama Rara Ayu Bumi, yang kemudian diberikan kepada suaminya, Jaka Geni. Dalam kepemimpinan Jaka Geni, Kerajaan kecil yang sebelumnya adalah wilayah kekuasaan Banyu Emas akhirnya berkembang menjadi Kerajaan besar dan tangguh. Bahkan Kerajaan itu adalah satu-satunya yang selamat dari Kutukan Para Dewa yang merasa kesal karena manusia tak lagi memuja mereka dan memilih untuk memuja Jaka Geni yang menjadi Maharaja Manusia kala itu.Amarah para Dewa menimbulkan bencana di semua kawasan yang ada di tanah jawa dengan hujan yang tak pernah berhenti selama bertahun-tahun. Akibatnya semua kawasan terpendam oleh banjir dan banyak manusia serta binatang ternak yang tewas karena ulah para Dewa yang tidak terima dengan tingkah manusia. Jaka Geni yang saat itu menjadi Maharaja manusia mewakili amarah manu
Bara Sena benar-benar dibuat terkejut dengan pengakuan dari dua anak Dewi Utari mengenai kemampuan ras Kristal Jiwa yang mampu melihat dirinya meskipun dia sudah menggunakan Jurus Hantu Menari. Dan baru kali itu Bara Sena tahu ada ras lain selain manusia, Dewa dan Iblis atau siluman."Kau belum pernah tahu tentang Ras Kristal Jiwa?" tanya gadis cantik itu.Bara menggelengkan kepalanya karena dia memang belum pernah tahu sama sekali mengenai ras tersebut. "Aku baru tahu ada ras Kristal Jiwa. Apakah kalian ini sebangsa dedemit atau manusia?" tanya Bara."Kami bukan sebangsa lelembut atau siluman. Kami mirip manusia namun darah kami berbeda dan tentu saja kami lebih kuat dari manusia sejak kami dilahirkan. Ada dua suku di Ras kami, yaitu Suku Biru dan Suku Merah. Mereka yang terlahir dengan Kristal Merah disebut sebagai Suku Merah dan mereka yang didahinya memiliki Kristal Biru disebut sebagai suku Biru. Kakak ku Umbara dan aku lahir dengan suku yang berbeda meski kami ini satu ibu." ka
Dewi Utari tak bisa berkata apa-apa mendapat pertanyaan dari Bara Sena. Sedari awal dia memang tak pernah menyangka anak-anak Jaka Geni yang berasal dari istri Ras manusia mampu bersaing dengan anak-anak Jaka yang berasal dari para dewa. siluman dan ras Kristal Jiwa seperti dirinya.Disaat mereka tengah saling diam karena tak ada topik yang bisa dibicarakan, datang dari kejauhan beberapa sosok yang tidak asing lagi bagi Bara Sena. Pucuk dicintai ulam pun tiba. Orang yang tengah dia dan keluarga Dewi Utari bicarakan ternyata datang. Mereka adalah Song Yue dan kedua saudaranya Hua Tian Geni dan Sua Ning Geni beserta dengan ibunya Dewi Song Hua."Kau sudah berada disini anak muda," kata Dewi Song Hua sambil tersenyum. Bara mendatangi wanita tersebut lalu memberinya hormat karena biar bagaimana pun wanita itu adalah salah satu calon mertuanya. Song Yue berusaha untuk tetap tenang setelah bertemu dengan Bara Sena. Namun tetap saja, dia tak bisa menyembunyikan wajah bahagianya. Dan semua it
Dewi Utari. Umbara Wisnu dan Suci Geni benar-benar dibuat terkejut dengan kecepatan Bara Sena menghindari serangan cepat putri Batara Geni dengan Dewi Utari tersebut."Bagaimana kau bisa bergerak secepat itu!?" seru Suci tak percaya dengan apa yang baru saja dia alami.Bara tersenyum tipis."Kau pikir aku lebih lambat darimu? Kau belum tahu siapa aku, gadis kecil..." ucap Bara sambil mengerahkan kekuatan angin di kedua kakinya dan bersiap untuk melesat. namun rupanya Suci lebih dulu menyerangnya karena rasa penasaran pada pemuda tersebut. Dia ingin tahu apakah tadi hanya kebetulan atau memang pria itu sangat cepat sampai bisa menghindari serangannya.Wuut!Tubuh Suci bagaikan sekelebatan bayangan yang tak bisa dilihat dengan mata telanjang. Mereka yang ingin melihat kecepatan gadis itu harus menggunakan kekuatan mata agar mampu mengikuti gerakan cepatnya. Orang-orang yang sebelumnya lalu lalang berjalan menikmati indahnya kota Probo Lintang berdamai-ramai menonton pertarungan Bara Sen
Bara Sena menatap tajam kearah Suci yang baru saja mendarat di lantai setelah sebelumnya dia melayang di udara untuk menghindari gelombang api yang tiba-tiba saja muncul dari dalam tubuh Pendekar Golok Iblis tersebut."Jadi kamu ini seorang iblis!?" seru Suci merasa kecewa karena ternyata pemuda tampan yang sempat membuat hatinya tertarik adalah seorang Iblis. Gadis itu belum begitu tahu mengenai jati diri sang Pendekar yang sudah melanglang Buana di Tanah Zhuo Guo."Kau hampir saja mencelakai ku dengan serangan aneh. Tentu saja aku tak mau tinggal diam..." sahut Bara dengan suara berat.Umbara yang sejak tadi mengamati dan kaget melihat wujud Iblis Bara Sena akhirnya dia pun ikut campur karena merasa Iblis itu sangat berbahaya. Dan tidak hanya Bara, beberapa pendekar yang ada disana juga mengepung pemuda tersebut."Iblis ini harus kita tangkap dan diadili!" teriak beberapa orang.Bara tersenyum sinis."Kalian ini memiliki mental setipis daun yang hanya berani saat bersama dengan daun
DUAAAARRR!Ledakan keras terdengar saat petir merah menyambar tubuh Bara Sena yang masih dalam wujud Iblis Neraka. Meski sudah menahan serangan petir itu menggunakan kekuatan perisai cahaya dan tangan Neraka miliknya, tubuh Bara Sena masih terdorong surut ke belakang hingga beberapa langkah. Pemuda itu terkejut merasakan dahsyatnya kekuatan petir merah milik Bayu Jaga Geni. Begitu juga dengan semua orang yang melihat petir merah tersebut. Karena mereka semua tahu, Bayu tidak memiliki kekuatan petir merah. Dia hanya memiliki petir putih yang tingkatannya berada di bawah merah, ungu, kuning, hitam dan biru. Lebih terkejut lagi Bayu Jaga Geni yang melihat Bara Sena nampak baik-baik saja setelah menahan petir merah yang dia keluarkan dari ujung jarinya."Dia bisa menahannya dengan mudah? Layak disebut Pemburu Dewa sejati seperti yang ayah katakan..." batin Bayu Jaga Geni sambil terus mengawasi Bara Sena yang masih menatap tajam kearahnya."Benar, aku adalah Bayu Jaga Geni. Raja di Keraj
Dewi Suci Geni masih saja ternganga tak percaya dengan apa yang dia lihat dalam cincin ruang pemberian dari Bara Sena. Hal itu jelas membuat ibunya sang Dewi Utari dan kakaknya Umbara menjadi penasaran dengan apa yang Suci lihat didalam cincin tersebut."Kenapa kau diam saja Suci!? Apa yang ada di dalam cincin itu?" tanya Dewi Utari."Suci! Kau tidak sedang berpikir aneh bukan!? Apa yang ada didalam cincin itu!?" Umbara ikut menimpali.Suci yang mendengar pertanyaan-pertanyaan dari kakak dan ibunya menutup kembali cincin yang ada di jarinya. Dia pun menoleh kearah kakak dan ibunya. Senyum lebar dan bahagia terlihat jelas dari raut wajahnya."Ada banyak harta di dalam cincin ini ibu...Aku jadi penasaran, kenapa Bara Sena memberikan ini semua kepada kita..." ucap gadis itu sambil tersenyum. "Harta...? Itu artinyha kerugian di tempat ini bisa kita tutupi?" tanya Dewi Utari merasa lega. Awalnya dia ingin meminta tolong kepada suaminya, Batara Geni untuk membayar kerugian yang terjadi di
Bara termenung selama beberapa saat. Hal itu tentu saja memancing kecurigaan Lu Xie bahwa pemuda itu menyembunyikan sesuatu darinya."Kau tak mau berterus terang...? Aku pikir kau membohongiku waktu kita berada di Tanah Larangan Gurun Sha..." kata Lu Xie membuat Bara semakin bingung dan kelabakan."Aku...Aku...Aaaaakhhh! Aku bingung harus berkata apa padamu!" kata Bara sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Lu Xie tersenyum dari balik cadar nya."Aku tahu, banyak rahasia yang kau sembunyikan...Aku sadar, aku tak mungkin menghentikan kegilaanmu. Tapi satu kata dariku untukmu...Aku adalah wanita yang tak ingin menjadi selir di hatimu. Dan kurasa, kau sudah melakukan itu padaku sejak kau menyatakan cintamu padaku waktu itu..." kata Lu Xie membuat Bara tertegun dan terdiam terpaku."Apakah kau menolak cintaku...?" tanya pemuda itu dengan perasaan gelisah tak karuan.Lu Xie tak menjawab. Dia menatap kearah langit. Lalu terdengar suaranya mendesah masygul."Entahlah...Dikatakan aku me
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu
Gandi melangkah ke depan sambil mengerahkan aura tenaga dalam miliknya sehingga kabut tipis itu pun tersibak. Saat itulah, terlihat satu sosok Naga dengan ukuran yang cukup besar muncul tepat di hadapannya menatap marah kearahnya. Naga tersebut memiliki warna yang serupa dengan tanah dan sedikit kehijauan pada bagian atasnya. Kedua matanya berwarna hitam dan memiliki titik merah pad pupilnya. Gandi mendengus keras lalu merubah wujudnya menjadi seekor Naga sempurna sama seperti Naga yang ada di hadapannya. Hanya saja, pada bagian kepalanya nampak mahkota Raja berwarna perak. Tubuh Naga Gandi juga lebih besar dari Naga Bumi tersebut.Naga berwarna tanah itu nampak mundur beberapa langkah setelah melihat perubahan wujud Gandi Wiratama. Dari sorot matanya jelas dia terkejut dan ketakutan karena aura yang Gandi tebarkan sangat menekan lawan."Naga Bumi, apakah kau ingin bertarung melawanku!?" tanya Gandi setelah dirinya berubah menjadi seekor Naga bersisik biru terang dengan sepasang Tandu
Setelah pembicaraan singkat di ruangan tersebut, Kusumadewi tiba-tiba mengarahkan tangannya ke depan dan saat itu juga dia membuat gerakan menebas. Nampak aura biru muncul dari bekas tebasan tersebut yang kemudian menderu ke depan sana lalu...Sring!Tiba-tiba di depan sana tercipta pecahan ruang yang tidak asing lagi bagi Gandi Wiratama. Karena pecahan ruang itu sangat mirip dengan apa yang pernah dia lihat di Turnamen Probo Lintang. Yakni pecahan ruang milik Chang Hao."Menciptakan pecahan ruang dengan mudah...Wanita ini sebenarnya sekuat apa?" batin Gandi.Kusumadewi menoleh kearah dua orang yang ada di dekatnya lalu mengajak mereka memasuki pecahan ruang tersebut. Namun sebelum pergi, dia meminta kepada Pragasena untuk tetap berada di gudang senjata karena pecahan ruang yang dia ciptakan hanya bisa dimasuki oleh tiga orang saja. Pragasena pun tidak keberatan dengan hal itu karena dia memang tidak begitu ingin memasuki wilayah yang pernah membuatnya ketakutan. Dia justru ingin meng
Kusumadewi yang awalnya berhati dingin pun menjadi lunak setelah melihat kebaikan Gandi Wiratama. Orang yang dia anggap remeh namun ternyata memiliki kemampuan yang berada di luar pemahamannya. Setelah wanita itu sembuh dari luka yang dia derita, Raja Naga Air itu pun melepaskan totokannya pada tubuh roh senjata tersebut."Kau sudah pulih," ucap Gandi sambil menyeka keringat yang membasahi dahi nya. Kusumadewi bangkit berdiri dengan wajah yang malu-malu."Terimakasih..." ucapnya dengan suara lirih dan mata menunduk. Gandi tersenyum sambil melambaikan tangan."Tak perlu berterimakasih. Biar bagaimana pun, kau itu kakak dari Dara Purbavati. Itu berarti, kau juga kakakku," kata Gandi santai tak tahu apa yang dirasakan oleh wanita di hadapannya tersebut.Kusumadewi terlihat aneh setelah mendengar ucapan Gandi. Dia menatap pemuda itu dengan sedikit sungkan. Ingin dia mengatakan sesuatu pada pemuda tersebut namun tenggorokannya terasa tersekat. Disaat yang sama, Dara datang bersama Pragasen
Nyai Kusumadewi menatap kearah Gandi yang terlihat tengah termangu. "Apa yang tengah dia pikirkan? Berani sekali dia mengalihkan perhatiannya saat berada di depanku...? Orang seperti ini akan mudah dikalahkan karena terlalu menganggap remeh lawan..." batin Kusumadewi. Namun di sisi lain dia masih sangat penasaran bagaimana cara Gandi bertahan dari serangan terkuat miliknya. Padahal serangan itu tak mudah untuk dipatahkan apalagi ledakan tersebut terkurung di dalam kubah hijau yang pastinya tingkat kekuatannya akan menjadi lebih dahsyat dari sebelumnya. Belum pernah ada yang selamat oleh serangan tersebut.Wanita itu tak tahu bahwa saat itu Gandi tengah berbincang dengan Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa milik sang pemuda. Mereka tengah membahas tentang Kahiyang Dewi yang masih menjadi pikiran Gandi Wiratama. Pembicaraan mereka benar-benar serius karena entah mengapa Gandi kembali teringat akan wanita Naga Api tersebut setelah dia menggunakan kekuatannya untuk bertahan dari gem
Srttttt!Tubuh Gandi bergerak secepat kilat diikuti kekuatan petir miliknya. Kusumadewi tak tinggal diam melihat serangan kilat tersebut. Dia segera membuat gerakan tangan yang kemudian disusul munculnya ratusan anak panah yang melayang di belakangnya."Ingin menyerangku? Coba dulu kekuatan Panah Penghancur Surga!" teriak Kusumadewi lalu dia pun mendorong tangan kanannya ke depan. Ratusan anak panah nampak berputar dan mengeluarkan kekuatan aneh bercahaya hijau. Sesaat kemudian panah-panah tersebut menderu kearah Gandi yang tengah melesat kearah roh wanita tersebut.Raja Naga Air itu terkejut melihat ratusan anak panah yang menderu kearahnya. Gandi segera berkelit dari serangan anak panah tersebut dengan kecepatan kilat yang dia miliki. Namun rupanya anak panah itu sudah mengunci tubuhnya sehingga saat panah berhasil dihindari, anak panah tersebut berputar kembali dan menyerang pemuda tersebut tanpa henti.Geram karena dikepung serangan ratusan anak panah, Gandi pun langsung menciptak