Share

4.Uji Kemampuan

Dewi Utari. Umbara Wisnu dan Suci Geni benar-benar dibuat terkejut dengan kecepatan Bara Sena menghindari serangan cepat putri Batara Geni dengan Dewi Utari tersebut.

"Bagaimana kau bisa bergerak secepat itu!?" seru Suci tak percaya dengan apa yang baru saja dia alami.

Bara tersenyum tipis.

"Kau pikir aku lebih lambat darimu? Kau belum tahu siapa aku, gadis kecil..." ucap Bara sambil mengerahkan kekuatan angin di kedua kakinya dan bersiap untuk melesat. namun rupanya Suci lebih dulu menyerangnya karena rasa penasaran pada pemuda tersebut. Dia ingin tahu apakah tadi hanya kebetulan atau memang pria itu sangat cepat sampai bisa menghindari serangannya.

Wuut!

Tubuh Suci bagaikan sekelebatan bayangan yang tak bisa dilihat dengan mata telanjang. Mereka yang ingin melihat kecepatan gadis itu harus menggunakan kekuatan mata agar mampu mengikuti gerakan cepatnya. Orang-orang yang sebelumnya lalu lalang berjalan menikmati indahnya kota Probo Lintang berdamai-ramai menonton pertarungan Bara Sena melawan Suci Geni yang tentu saja bukan pertarungan resmi alias tanpa ijin dari Kerajaan tersebut.

Kedua mata Bara sempat mengeluarkan cahaya putih karena dia mengerahkan kekuatan angin sebelum akhirnya tubuhnya kembali bergerak menghindari serangan. Kali ini dia tidak menjauh untuk menghindari serangan cepat Suci. Dia hanya berkelit dengan cepat dan masih berdiri di tempat yang sama. Serangan kembali gagal, akhirnya Suci pun menghujani Bara Sena dengan serangan-serangga cepatnya. Umbara sama sekali tak menyangka ada orang yang mampu menghindari serangan Suci dengan mudah.

"Dia sudah menyiapkan kekuatan yang meningkatkan kecepatannya untuk melawan Kojiro, tapi malah ketemu lawan yang lebih sulit dilawan seperti ini..." batin Umbara. Dia sendiri tak mampu melawan adiknya dalam urusan kecepatan. Di tambah sang adik itu menggunakan kecepatan untuk meningkatkan daya serangan dan kerusakan yang sangat mematikan jika sampai mengenai lawannya. Dan semua serangan cepat Suci berhasil dihindari dengan mudah oleh Bara Sena.

Setelah melayangkan hampir seribu serangan, Suci dengan terengah-engah melompat mundur. Keringat membasahi wajahnya yang cantik.

"Tak bisa dipercaya...Semua serangan ku tak ada yang menyentuh tubuhnya sama sekali!" ucap gadis itu dengan napas terengah. Seribu pukulan lebih dua layangkan dengan mengeluarkan tenaga dalam yang tidak sedikit tentu sangat menguras tenaganya. Namun semua itu hanyalah sia-sia saja karena tak ada satupun serangan yang mengenai tubuh si Pendekar Golok Iblis.

Dewi Utari dan Umbara sempat menahan napas melihat Suci yang menyerang Bara begitu cepat dan singkat namun langsung mundur begitu saja setelah semua serangannya gagal.

"Ada apa dengan Suci? Kenapa dia tidak bisa menyentuh tubuh anak Bima sama sekali? Latihannya selama ini menjadi sia-sia..." kata Dewi Utari sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Suci belum selesai Ibu. Aku yakin dia belum menyerang secara penuh. Karena dia ragu..." kata Umbara.

"Apa yang dia ragukan?" tanya Dewi Utari sambil mengernyitkan kening.

Umbara tersenyum kecil.

"Ibu ini seperti gadis belia saja, apakah ibu tak bisa menebak perasaan Suci? Dia bertarung dengan perasan ragu dan setengah-setengah. Aku bisa mengetahuinya karena aku sering duel melawan dia saat latihan. Harusnya, Suci lebih dari ini..."kata Umbara.

Dewi Utari terdiam mendengar ucapan anaknya tersebut. Dia tak menyangka bahwa Suci adalah gadis yang bisa saja tertarik dengan lawan jenisnya. Apalagi pemuda yang dia lawan memiliki paras tampan dan menawan. Hal itu menjadikan dia teringat dengan masa lalu saat dia merawat Jaka Geni yang hampir saja mati di tangan musuh.

"Jatu cinta...? Anak Gadis ku sudah mulai mengenal perasaan suka terhadap lawan jenis...Hal ini akan menjadi kabar gembira di keluarga kami. Tapi, Bara Sena sudah menjadi kekasih orang lain. Apakah Suci merasa baik-baik saja jika benar dia menyukai bocah itu?" batin Dewi Utari.

Suci segera mengatur napasnya untuk kembali memulihkan aliran darahnya yang sempat kacau karena menggunakan kekuatan besar tanpa henti untuk menyerang Bara Sena. Kakak dan ibunya tidak tahu bahwa dia sejak awal sudah menyerang Bara dengan bersungguh-sungguh. Dia melakukan itu setelah serangan pertama gagal mengenai Bara Sena. Awalnya dia memang menyerang dengan ragu dan tidak bersungguh-sungguh. Dan setelah dia serius pun hasilnya tetap saja sama.

"Apakah kau sudah selesai?" tanya Bara sambil menatap tajam dengan mata yang berkilat putih pertanda dia tengah siap dengan kekuatan angin miliknya.

"Aku baru saja akan memulai. Tadi itu hanya pemanasan..." sahut Suci yang mulai merasa kesal karena pertanyaan Bara tadi terdengar meremehkan dirinya.

"Hahaha! Baik! Kalau begitu, aku akan menguji kemampuan Ras Kristal Jiwa...Bersiaplah!" ucap Bara lalu tiba-tiba tubuhnya menghilang dari pandangan begitu saja.

Terkejut semua orang melihat tubuh Bara Sena yang menghilang dari pandangan mata mereka. Namun Suci masih bisa melihat gerakan Bara yang sangat cepat tersebut meski masih saja samar karena saking cepatnya. Dan dalam waktu sekejap mata saja, pemuda itu sudah berada di depan Suci.

Dengan cepat gadis itu membuat gerakan jungkir balik ke belakang sambil melancarkan tendangan kearah dagu Bara Sena. Untungnya pemuda itu segera menarik kepala ke belakang sehingga kaki gadis itu lewat tepat didepan matanya. Setelah jungkir balik dan kedua kakinya menapak di lantai, tubuh Suci langsung bergerak menyerang denga sangat cepat.

Tak!

Bara menahan serangan tersebut menggunakan tangannya. Saat itulah pemuda tersebut melenguh keras. Dia merasakan tangan kanannya tersebut menjadi mati rasa. Dengan cepat dia menarik kembali tangnany kemudian kaki kirinya bergerak menyapu kearah pinggang si gadis. Sadar adanya serangan yang berbahaya, Suci segera melompat di udara lalu jungkir balik sekali ke belakang dan mendarat di lantai dengan sempurna.

Sementara itu, Bara Sena segera melompat mundur dan memeriksa tangan kanannya yang terasa mati rasa. Sejurus kemudian tangan kanannya tersebut mulai merasakan sakit yang begitu mengerikan. Bara Sena sempat hampir berteriak setelah dia terkejut dengan rasa sakit yang tiba-tiba muncul dan terasa menghisap jiwanya.

"Suci langsung menggunakan Pukulan Mentari Pagi Tahap Sembilan milik Ibu. Mampus bocah itu!" batin Umbara yang melihat Bara Sena tengah kesakitan.

Tangan kanan pemuda itu terlihat membiru. Suci yang melihat keadaan Bara langsung merasa khawatir dan segera berlari kearah pemuda tersebut berniat untuk menolongnya. Namun tiba-tiba dari dalam tubuh pemuda itu keluar gelombang api yang sangat kuat hingga membuat semua orang disana panik dan berlarian menghindari api tersebut.

Suci pun tertahan oleh gelombang api tersebut hingga akhirnya dia melompat di udara untuk menghindarinya.

"Gila...! Dia memiliki Api Tingkat Neraka!?" seru gadis itu dalam hati.

Sosok Bara Sena yang awalnya adalah pemuda tampan itu kini berubah menjadi sosok Iblis Neraka dengan wujud yang hampir sempurna. Kobaran api merah dan panas membara itu membuat orang-orang menjauh dari sana karena ketakutan.

"Ada Iblis disini!" teriak mereka panik.

Aliran lahar yang memercik ke tanah nampak menyala seperti berdenyut mengaliri tangan kanan Bara Sena yang sebelumnya membiru.

"Hampir saja kau membuat aku buntung...Apa jadinya jika aku tak bisa menggunakan tangan kanannya untuk meremas-remas...Pasti akan menyebalkan bukan, gadis cantik?" kata Bara dengan suara yang sama sekali berbeda. Suaranya berubah menjadi lebih besar dan berat.

"Iblis Neraka...? Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan iblis yang ada dalam cerita itu?" batin Dewi Utari dengan wajah pucat karena takut terjadi sesuatu terhadap anak gadisnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status