Home / Fantasi / Geger Kahyangan / 11.Rombongan Dari Langit

Share

11.Rombongan Dari Langit

Author: Gibran
last update Last Updated: 2024-10-13 10:50:14

Lian Xie yang merasa aneh dengan tubuhnya segera pergi setelah beberapa saat lamanya menyaksikan sepasang kekasih yang tengah asyik bercinta. Wanita itu melayang terbang menuju kearah sebuah menara yang tinggi di Kota Probo Lintang. Dia mendarat di atas atap menara setinggi hampir 100 tombak tersebut. Menara itu bukanlah satu-satunya bangunan tertinggi di Kota Probo Lintang. Di Istana Kerajaan sendiri ada 12 menara yang tingginya mencapai 500 tombak dengan aura petir menyelimuti ujung dari 12 menara tersebut.

"Apa yang tengah mereka lakukan di pagi hari seperti ini? Aku tak menyangka kekasihnya akan datang dan melakukan itu dengan bocah laknat itu...Tapi, bukankah seharusnya aku tidak masalah dia mau melakukan apa pun dengan wanita? Kenapa hatiku merasa tidak terima...? Ada apa sebenarnya dengan diriku...?" batin Lian Xie sambil menatap kearah langit dan menghela napas.

Sementara itu, Bara Sena dan Chang Mei yang tengah asyik bercinta akhirnya mencapai puncak kenikmatan setelah serangan beruntun dari Bara Sena tanpa henti menghujam tubuh wanita tersebut. Keduanya sama-sama kejang bagai seekor ayam yang baru disembelih. Keringat membasahi tubuh keduanya yang tidak mengenakan pakaian apa pun.

Bara terkapar di samping Chang Mei dengan napas terengah. Wanita itu menatap kesamping nya sambil tersenyum dan dadanya terlihat turun naik.

"Kakak selalu luar biasa..." kata Chang Mei sambil memiringkan tubuhnya dan kemudian memeluk Bara Sena yang tidur tengkurap.

"Kau juga, selalu memuaskan aku..." ucap Bara sambil tersenyum.

Tiba-tiba Chang Mei bangkit berdiri dengan wajah sedikit pucat. Hal itu tentu saja mengejutkan Bara Sena yang tengah bersantai setelah lelah menanjaki puncak kenikmatan.

"Ada apa Chang Mei?" tanya pemuda tersebut.

"Ada kakakku datang kesini! Cepat kenakan pakaianmu!" kata Chang Mei sambil segera mengenakan pakaiannya. Bara Sena denga cepat kembali mengenakan pakaian miliknya.

"Ada apa kakakmu kemari?" tanya Bara lagi.

"Entahlah, tapi yang jelas jika dia mencariku pastinya ada hal penting. Dia pasti kebingungan mencari penginapan ini..." kata Chang Mei yang sudah rapi dengan pakaian serba biru. Bara pun sudah selesai mengenakan pakaiannya yang lebih ringkas dibanding pakaian Chang Mei.

Tok-tok-tok!

Terdengar suara pintu yang diketuk dari luar. Dengan sedikit terburu-buru Bara berjalan mendekat pintu lalu menbukanya. Nampak sosok Chang Hao, kakak dari Chang Mei yang berdiri dengan mata menatap tajam kearah Bara Sena.

"Dimana adikku?" tanya Chang Hao dengan dingin. Bara tidak menyukai tatapan pria muda itu. Tatapan yang sama dengan anak-anak Jaka Geni lainnya. Tatapan merendahkan!

"Ada apa?" tanya Bara yang merasa ingin mencari masalah denga pria tersebut karena kesal dengan tatapan Chang Hao.

"Sebaiknya kau tidak mencari masalah dengan diriku. Atau kau akan menyesal...!" kata Chang Hao mengancam.

"Apa kau berpikir aku ini ketakutan setelah kau berkata seperti itu? Apa kau tidak pernah mengenal siapa Pemburu Dewa di Langit selatan? Hei...! Aku masih menjabat nama itu hingga sekarang...Jadi kau lah yang seharusnya berhati-hati." kata Bara membalas ancaman Chang Hao dengan nada tak kalah menyebalkan.

Chang Hao yang hampir terpancing amarahnya hanya menghembuskan napasnya keras-keras. Dia sadar, bertarung di luar arena hanya akan merugikan dia. Chang Mei yang tak ingin ada kericuhan di tempat itu segera muncul dari balik punggung Bara Sena.

"Ada apa kakak?" tanyanya setelah dia bertemu muka dengan sang kakak.

"Ibu memanggilmu. Hari ini, akan ada banyak tamu dari tiga langit. Sehingga kita harus menyambut mereka semua. Para Dewa dan Dewi sudah mendekati Probo Lintang termasuk ayah kita..." kata Chang Hao mengatakan niatnya datang ke penginapan tersebut.

"Oh...? Mereka datang juga akhirnya. Kakak Bara, maafkan aku. Sepertinya aku harus segera pergi sebelum terlambat." kata Chang Mei.

Bara menganggukkan kepalanya dan membiarkan kekasihnya itu pergi bersama Chang Hao. Setelah cukup jauh dari penginapan itu, anak sulung Chang Yun tersebut menanyakan sesuatu kepada Chang Mei.

"Apa yang kau lakukan di penginapan itu dengan dia?"

"Itu bukan urusanmu. Sebaiknya kau tak perlu ikut campur urusan orang lain," sahut Chang Mei ketus. Dia merasa kebahagiaannya yang baru dia nikmati hilang dalam sekejap setelah kemunculan Chang Hao. Dia menganggap kakaknya itu sebagai pengganggu.

"Aku bukan orang lain! Mei adikku! Aku ini kakakmu!" kata Chang Hao dengan nada sedikit tinggi.

"Cukup! Hentikan ucapanmu sebelum aku benar-benar marah..." kata Chang Mei sambil menghentikan langkahnya.

Chang Hao terdiam mendengar apa yang adiknya katakan. Dia sama sekali tak menyangka adiknya akan menjadi seperti itu setelah bergaul dengan Bara Sena. Tinjunya terkepal kuat.

"Semua ini karena ulahnya...Aku tak akan membiarkanmu bocah..." batin Chang Hao dengan perasaan kesal.

"Baiklah, aku tak akan banyak bertanya lagi," kata Chang Hao akhirnya mengalah. Dia tahu betul, Chang Mei adiknya itu sudah jauh berbeda dengan adik yang selama ini dia lindungi. Chang Mei sudah berada di Ranah Alam Dewa mendahului Chang Hao yang baru saja memasuki Ranah Alam Dewa beberapa waktu yang lalu.

t

Bara Sena keluar dari rumah penginapan tersebut. Dia melayang terbang ke langit dan dengan cepat menemukan keberadaan Lian Xie yang masih duduk melamun di atas atap menara kota.

"Apa yang dia lakukan disana?" batin Bara lalu segera menemui wanita tersebut. Namun belum sampai dia di menara kota, tiba-tiba saja dari arah langit Kerajaan Probo Lintang muncul lingkaran hitam yang sangat besar. Lalu dari dalam lingkaran itu muncul puluhan sosok yang terasa asing bagi Bara Sena. Namun ada satu sosok yang sangat dia kenal. Sosok itu adalah Batara Geni alias Jaka Geni yang turun bersama rombongan entah darimana.

"Aura mereka semuanya sangat mengerikan..." batin Bara sambil terus menatap sosok-sosok asing bagi pemuda tersebut. Jutaan orang di dalam Kerajaan Probo Lintang menyambut kedatangan para Dewa tersebut dengan berbaris di sepanjang jalan.

"Selamat datang Batara Geni..." ucap semua orang yang tidak lain adalah rakyat Probo Lintang. Bara benar-benar dibuat terpukau dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Paman Jaka Geni benar-benar luar biasa...Orang-orang ini menyembahnya dan menyambut kedatangannya dengan serempak tanpa ada yang mengendalikannya...Aku ingin menjadi seperti dia..." batin Bara sambil terus menatap kearah langit.

Setelah beberapa saat, Bara segera sadar bahwa sebelumnya dia ingin menemui Lian Xie. Namun saat dia menatap kearah menara, wanita itu sudah tidak ada ditempatnya. Bara celingukan kesana kemari. Karena tak tahu dimana wanita itu berada, pemuda tersebut segera terbang menuju ke Istana Probo Lintang dimana Batar Geni bersama rombongan para dewa dari Kahyangan mendarat.

"Aku penasaran, siapa saja yang datang kemari!" batin pemuda itu. Setelah Bara pergi, Lian Xie muncul dari balik menara. Rupanya dia bersembunyi dibalik menara agar Bara tidak bisa melihat keberadaannya.

"Kenapa aku jadi merasa malu bertemu dengan dia...? Seolah-olah aku ini memiliki salah padanya...Hm, para Dewa itu...Aku merasakan kekuatan mengerikan dari pria berpakaian serba putih dan tanpa mengenakan alas kaki. Siapa dia...?" batin Lian Xie yang belum pernah bertemu atau mengenal Jaka Geni sama sekali.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Geger Kahyangan   12.Kedatangan Para Dewa

    Bara Sena melayang turun di depan istana yang sudah dipenuhi banyak orang untuk menyambut kedatangan Jaka Geni yang turun dari langit bersama rombongan lain yang menggunakan kereta kuda terbang. Para Dewa yang ikut dalam rombongan Jaka Geni adalah Dewa Wisnu dan Dewa Angin Pawana yang masing-masing membawa anak untuk mengikuti turnamen yang diadakan di Probo Lintang tersebut.Bayu Jaga Geni dan semua pejabat istana langsung berlutut di hadapan Jaka Geni memberikan hormat kepada Mahadewa tersebut. Beberapa istri Jaka Geni yang ikut bersamanya adalah Dewi Narashima bersama anak-anaknya. Ada juga Dewi Gangga yang juga bersama anak-anaknya. Lalu ada Dewi Iswara Aninda putri dari Dewa Siwa yang juga datang bersama anak-anaknya.Suasana di depan istana itu terlihat meriah dan ramai oleh banyaknya orang yang ingin melihat sosok-sosok Dewa Dewi dari kahyanga. Kecantikan istri-istri Jaka Geni dan juga anak-anaknya membuat banyak pria hanya bisa ternganga dan berkhayal. Bara Sena sendiri yang j

    Last Updated : 2024-10-13
  • Geger Kahyangan   13.Salah Tingkah

    Bara Sena menatap sosok wanita berparas sangat cantik yang tak lain adalah Sukma Geni. Anak pertama Batara Geni dengan Dewi Kematian Iyana Tunggadewi. Setelah sang ibu menjabat sebagai Dewi yang bertugas di dunia kematian, Sukma Geni menggantikan posisi ibunya di Kerajaan Jagat Lelembut sebagai Ratu hingga saat ini. Kecantikan wanita itu tersohor di seluruh dunia bawah dan bahkan di dunia manusia sekalipun. Akan tetapi, tidak ada yang bisa menaklukan hati putri Jaka Geni tersebut. Hal itu dikarenakan syarat bagi siapa pun yang menginginkan dirinya adalah memberikan Api Abadi kepadanya sebagai mahar perkawinan. Mendengar nama Api tersebut saja sudah membuat semua orang berpikir seribu kali bagaimana cara mendapatkan api yang hanya ada di Neraka dan miliki satu-satunya Dewa yang paling di takuti di 3 dunia. Yaitu Dewa Yama sang pemilik Neraka Abadi yang penuh dengan kesengsaraan.Manusia jelas tidak mungkin, karena Iblis,siluman, dedemit dan bahkan Dewa saja tidak pernah terbayangkan s

    Last Updated : 2024-10-14
  • Geger Kahyangan   14.Pulau Angin

    Beberapa hari sebelum Bima berada di Kerajaan Probo Lintang, dia baru saja melakukan perjalanan di Hutan Awan Hitam. Sebuah tempat yang tidak asing bagi dirinya meski ratusan tahun telah berlalu. Jung Seo dan Antasena yang menemani pria dengan tubuh Dewa Bumi itu mendapatkan banyak cerita dari Bima tentang masa lalunya di Pulau Angin tersebut. Antasena sangat senang mendengar kisah perjalanan cinta sang kakek hingga dia meminta Bima untuk menggendongnya."Jadi, di tempat ini kakek bertemu dengan nenek Azalea?" tanya Anatasena."Benar, di Hutan ini, kakek melakukan perjalanan menuju ke Makam Iblis Tanduk Api bersama Arimbi hingga akhirnya kakek malah bertemu dengan Ratu Azalea nenekmu," kata Bima."Arimbi...? Apakah dia wanita yang pernah menjadi kekasih kakek?" tanya Antasena dengan mata sedikit membesar."Hm.." Bima menganggukkan kepalanya."Di Pulau ini masih ada beberapa keluarga Iblis meski tidak begitu kuat. Salah satunya adalah ras yang sama dengan Iblis Tanduk Api. Hanya saja,

    Last Updated : 2024-10-14
  • Geger Kahyangan   15.Sharma

    Langkah Bima Sena terhenti di depan sebuah jembatan yang sangat tidak asing bagi dirinya. Itu adalah jembatan yang pernah menguji kekuatannya untuk melewati jembatan tersebut. Sekarang jembatan itu nampak biasa saja dan hancur di beberapa bagian.Mereka pun melewati jembatan tersebut tanpa ada gangguan apa pun. Namun setelah mereka sampai di seberang, tiba-tiba saja terdengar satu suara mendesis yang cukup keras. Saat Jung Seo dan Bima menoleh ke belakang, nampak terlihat sosok ular yang sangat besar berdiri didepan mereka dari dalam jurang yang dalamnya mencapai puluhan tombak. Jelas ular itu sangat panjang sampai bisa berdiri di atas mereka dengan tatapan mata merah menyala."Aura ular ini sangat luar biasa...Mungkin dia setara dengan binatang Iblis Tingkat Alam Cakrawala..." kata Bima Sena. Tangannya bergerak kearah depan. Dari dalam tubuhnya keluar aura hijau yang kemudian membentuk tangan raksasa. Aura berwujud telapak tangan itu menderu kearah ular besar tersebut dan langsung me

    Last Updated : 2024-10-14
  • Geger Kahyangan   16.Dewi Arimbi

    Bima, Antasena dan Jung Seo terkejut mendengar Sharma yang menyebut nama Dewi Arimbi sambil berlutut di hadapan wanita tersebut. Entah mengapa tiba-tiba kedua mata Bima berkaca-kaca."Siapa yang kau bawa ini Sharma?" tanya sosok wanita berpakaian putih yang dipanggil Dewi Arimbi oleh Sharma sang Siluman Ular.Sharma mengangkat wajahnya lalu dia menunduk kembali."Mereka adalah orang penting untuk anda Dewi...Yang bertubuh besar dan gelap adalah Tuan Bima Sena dengan raga milik orang lain..." Dewi Arimbi nampak terkejut namun dia menahan diri dan menunggu pengikutnya itu melanjutkan ucapannya."Bocah yang digendong olehnya adalah cucu Tuan Bima...Lalu pria itu adalah kawan dari Tuan Bima. Hamba tidak mengetahuinya namun aura jiwanya menunjukan kalau dia itu seorang Dewa..." kata Sharma membuat Dewi Arimbi hampir mundur dua langkah jika dia tak segera menguasai perasaannya. Bima yang sedari tadi menatap kearah Dewi Arimbi langsung mengambil tindakan lebih lebih dulu. Dia melangkah men

    Last Updated : 2024-10-14
  • Geger Kahyangan   17.Bertemu Dewi Lanjar

    Ular Raksasa jelmaan dari Sharma mendarat di halaman depan sebuah istana yang berdiri megah dengan benteng setinggi 20 tombak dan dijaga ketat oleh ratusan prajurit bertelinga runcing. Mereka semua adalah makhluk dari bangsa peri. Dewi Arimbi turun dari atas kepala ular raksasa itu disusul Bima Sena dan yang lainnya.Ratusan prajurit berpakaian dan bersenjata lengkap menyambut kedatangan Dewi Arimbi dengan berbaris di sepanjang jalan menuju pintu masuk istana. Bima cukup merasa kagum dengan sambutan yang ditunjukkan para prajurit Kerajaan Peri tersebut. Meski Dewi Arimbi berasal dari dunia manusia yang kini menjelma menjadi seorang Dewa, mereka tetap menghormati pemimpin mereka dengan sungguh-sungguh.Hanya saja, beberapa mata tertangkap oleh Bima menatap kearahnya dengan tatapan penuh tanda tanya. Bima sadar, tubuhnya terlalu mencolok saat ini. Dia sedikit menyesal memiliki tubuh Dewa Bumi tersebut setelah bertemu dengan Dewi Arimbi, cinta lamanya."Kalau tubuhku terus sebesar ini, t

    Last Updated : 2024-10-14
  • Geger Kahyangan   18.Masa Depan

    Meja itu berbentuk bundar dan berukuran sedang untuk digunakan sebagai tempat minum teh sambil berbincang. Dengan cahaya lampu dari beberapa ekor kunang raksasa yang ditampung di dalam botol kaca besar, tempat itu menjadi terang benderang meski malam sudah datang.Bima dan Dewi Arimbi nampak duduk saling berhadapan. Dewi Arimbi duduk di kursi kayu sedangkan Bima duduk bersila di lantai kayu. Karena tubuhnya yang tinggi besar, meski dia duduk tetap saja dia lebih tinggi dari Dewi Arimbi yang duduk diatas kursi.Setelah kepulangan Dewi Lanjar dan anak-anaknya, Dewi Arimbi meminta Bima untuk menemui nya secara pribadi di ruangan khusus yang dia sediakan di dalam ruangan istirahatnya. Awalnya Bima menduga yang tidak-tidak dan merasa canggung jika sampai apa yang dia pikirkan menjadi nyata. Dia mengukur-ukur benda miliknya yang di perkirakan sebesar paha pria dewasa. "Tentu tidak akan muat..." batin Bima dengan pikiran kotornya yang mulai merasuk di kepalanya. Hal itu juga terpikirkan ole

    Last Updated : 2024-10-14
  • Geger Kahyangan   19.Takdir Bima & Arimbi

    Bima Sena tertegun mendengar apa yang Dewi Arimbi katakan. Dia baru saja mengetahui dua takdir yang akan dia alami di masa depan."Aku akan mati dan tak bisa bereinkarnasi. Tapi Azalea akan hidup...Apakah aku dan dia saling bertukar nyawa?" gumam pria itu sambil mengusap dagu."Bukan bertukar nyawa. Itu murni takdir yang tidak bisa dihindari. Karena waktu pastinya aku sama sekali tidak tahu. Kau akan mati dimana pun aku tidak tahu. Tapi mengenai kebangkitan Ratu Azalea, aku tahu siapa yang membangkitkan dia...Dan itu tidak bisa aku beritahukan padamu," kata Dewi Arimbi."Lalau, bagaimana dengan hubungan kita? Kau dan aku terpisah bukan karena kita yang mau...Apakah tidak ada kelanjutan atau keputusan dari hubungan kita di masa lalu?" tanya Bima.Dewi Arimbi tersenyum."Maaf kakang, kau dan aku tidak ditakdirkan saling memiliki...Tapi, kita bisa melawan takdir...Dengan melakukan pengorbanan darah..." kata Dewi Arimbi."Pengorbanan darah...? Apa itu?" tanya Bima."Kita berdua akan mengu

    Last Updated : 2024-10-14

Latest chapter

  • Geger Kahyangan   500.Dua Penjaga

    Gandi dan Dara mengikuti sosok roh senjata bernama Banyu Biru tersebut masuk ke dalam ruangan yang sangat luas. Bagi Dara Purbavati, itu adalah sebuah tempat yang penuh dengan kenangan saat dirinya masih bersama Empu Jagat Martapura. Namun bagi Gandi, ruangan dengan nuansa keemasan itu sangatlah luar biasa megah. Di dalam ruangan tersebut ada sepuluh pilar raksasa berjajar rapi dengan posisi lima di kanan dan lima di kiri dengan permadani hijau di tengah nya membentang sejauh puluhan tombak. Sepuluh pilar raksasa tersebut menopang bangunan raksasa yang merupakan ruangan inti dari Istana Abadi. Jika mengukur luas istana tersebut, bisa dikatakan sepuluh kali lebih besar dari keraton Kerajaan Naga Air milik Gandi. Dari kejauhan saja singgasana Empu Jagat tidak begitu terlihat. Selain karena jarak yang cukup jauh, juga ada semacam perisai menghalangi pandangan mata Gandi ke arah Singgasana yang berada di atas lantai istana dengan puluhan anak tangga tersebut."Luar biasa sekali...Pilar-p

  • Geger Kahyangan   499.Tombak Banyu Biru

    Gandi melayang mendekati Pragasena dan tiga roh senjata yang menanti dirinya. Mereka berempat tersenyum melihat Raja Naga Air yang menenteng Pedang Naga Langit di tangan kanannya."Kau sungguh benar-benar berhasil mengalahkan kakak Sarasvati...!? Kau mengerikan anak muda!" seru Bolo Satrio begitu takjub melihat keberhasilan Gandi membawa Pedang Naga Langit di tangannya. Padahal sebelumnya dia merasa tak yakin pemuda itu bisa kembali hidup-hidup setelah bertemu Sarasvati, roh pedang Naga Langit yang dia kenal sebagai wanita yang begitu dingin dan kejam tanpa ampun. Kusumadewi, Dara Purbavati dan Pragasena sama-sama tersenyum dan menatap kearah Gandi. Ketiganya seolah mengisyaratkan bahwa mereka ingin mendengar cerita dari Gandi tentang bagaimana cara dia mengalahkan Sarasvati yang memiliki temperamen paling buruk di antara keenam senjata dewa ciptaan Empu Jagat Martapura selain Pedang Tak Berwujud.Dan Raja Naga Air itu pun memahami apa yang para roh senjata itu inginkan. Singkat ceri

  • Geger Kahyangan   498.Kaisar Naga Langit

    Gandi memejamkan kedua matanya dan membiarkan Ki Ageng Samudra Biru mengambil alih tubuhnya. Saat itu juga, aura yang keluar dari tubuh Raja Naga Air itu berubah menjadi lebih kuat hingga berkali-kali lipat. Naga Langit yang merupakan Kaisar Long Yun menatap kearah Gandi dengan matanya yang menyala biru terang."Aura ini terasa sangat tak asing...Apakah itu kau, Biru?" tanyanya dengan suara yang besar padahal dia adalah Naga wanita. Gandi yang ada di dalam alam jiwa pun menjadi membayangkan seperti apa rupa dari wanita Naga tersebut. Tubuh Gandi yang saat itu dikuasai Ki Ageng Samudra Biru menyeringai kecil. Lalu dari dalam tubuhnya keluar aura Naga dengan ukuran yang luar biasa besar. Hampir lima kali lipat dari besarnya Naga Langit yang saat ini baru keluar separuhnya saja dari retakan ruang. Gandi pun berdiri di atas kepala naga raksasa tersebut sambil menatap Naga Langit dengan matanya yang juga menyala biru."Akhirnya kau menyadarinya. Lama tak jumpa, Long Yun," sahut Gandi. Ked

  • Geger Kahyangan   497.Roh Kaisar Naga

    Kepala Naga berukuran sangat besar itu keluar dari retakan ruang yang semakin besar. Gandi yang melihat hal itu pun hanya bisa terperangah karena tak menyangka sama sekali, Sarasvati bisa melakukan hal sehebat itu padahal dia hanyalah seorang roh pedang."Gandi, itu adalah perwujudan Naga Kuno seperti diriku. Dia adalah Naga Langit, Kaisar Long Yun." kata Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa Gandi."Kaisar Long Yun!? Kau mengenalnya?" tanya Gandi."Tentu saja aku mengenal semua Naga Kuno yang sepantaran dengan diriku. Tak kusangka, salah satu kenalan lama ku justru terkurung di tempat ini dan malah menjadi roh senjata temanku sendiri. Menyedihkan... Huh! Kenapa Empu Jagat merahasiakan hal ini dariku? Tapi sejujurnya aku sudah curiga sejak lama saat dia mengatakan bahwa dia telah membuat senjata bernama Pedang Naga Langit. Aku tak mengira, dia akan menggunakan jiwa dari Kaisar Long Yun untuk menjaga pedang tersebut. Aku belum tahu, bagaimana bisa dia mendapatkan Roh Kaisar Naga yan

  • Geger Kahyangan   496.Jurus Naga Perkasa

    Narashansa berkelit ke samping saat serangan datang menghujam. Lalu setelah Pedang itu lewat di sampingnya, dia pun melakukan serangan ke arah tubuh Sarasvati. Namun tiba-tiba tubuh wanita itu menghilang dan tahu-tahu sudah ada tepat di belakang tubuh Narashansa."Kau merepotkan saja!" umpat nya sambil mengayunkan pedang.Narashansa terkejut dan tak sempat untuk menghindar. Dia pun bertahan menggunakan Perisai petir miliknya. Meski sebenarnya dia tak yakin mampu menahan ayunan pedang kuat tersebut mengingat Gandi yang bertahan menggunakan Pedang Guntur Saketi saja jatuh ke bawah sana setelah dihantam aura pedang Naga Langit tersebut.Blaaarrrr!!!Ledakan menggelegar terdengar setelah pedang yang memiliki cahaya putih terang dengan semburat biru tua itu menghantam. Kening Narashansa nampak mengernyit menahan tekanan yang luar biasa dahsyat dari Pedang Naga Langit tersebut. Hingga akhirnya dia tak bisa lagi bertahan dari amukan Sarasvati.Tubuh Narashansa pun melayang jatuh menyusul Gan

  • Geger Kahyangan   495.Dewi Sarasvati

    Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan

  • Geger Kahyangan   494.Menuju Dunia Ruang Lain

    Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang

  • Geger Kahyangan   493.Ingin Mengembalikan Pukulan

    Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?

  • Geger Kahyangan   492.Dewi Narashansa

    Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status