Langkah Bima Sena terhenti di depan sebuah jembatan yang sangat tidak asing bagi dirinya. Itu adalah jembatan yang pernah menguji kekuatannya untuk melewati jembatan tersebut. Sekarang jembatan itu nampak biasa saja dan hancur di beberapa bagian.Mereka pun melewati jembatan tersebut tanpa ada gangguan apa pun. Namun setelah mereka sampai di seberang, tiba-tiba saja terdengar satu suara mendesis yang cukup keras. Saat Jung Seo dan Bima menoleh ke belakang, nampak terlihat sosok ular yang sangat besar berdiri didepan mereka dari dalam jurang yang dalamnya mencapai puluhan tombak. Jelas ular itu sangat panjang sampai bisa berdiri di atas mereka dengan tatapan mata merah menyala."Aura ular ini sangat luar biasa...Mungkin dia setara dengan binatang Iblis Tingkat Alam Cakrawala..." kata Bima Sena. Tangannya bergerak kearah depan. Dari dalam tubuhnya keluar aura hijau yang kemudian membentuk tangan raksasa. Aura berwujud telapak tangan itu menderu kearah ular besar tersebut dan langsung me
Bima, Antasena dan Jung Seo terkejut mendengar Sharma yang menyebut nama Dewi Arimbi sambil berlutut di hadapan wanita tersebut. Entah mengapa tiba-tiba kedua mata Bima berkaca-kaca."Siapa yang kau bawa ini Sharma?" tanya sosok wanita berpakaian putih yang dipanggil Dewi Arimbi oleh Sharma sang Siluman Ular.Sharma mengangkat wajahnya lalu dia menunduk kembali."Mereka adalah orang penting untuk anda Dewi...Yang bertubuh besar dan gelap adalah Tuan Bima Sena dengan raga milik orang lain..." Dewi Arimbi nampak terkejut namun dia menahan diri dan menunggu pengikutnya itu melanjutkan ucapannya."Bocah yang digendong olehnya adalah cucu Tuan Bima...Lalu pria itu adalah kawan dari Tuan Bima. Hamba tidak mengetahuinya namun aura jiwanya menunjukan kalau dia itu seorang Dewa..." kata Sharma membuat Dewi Arimbi hampir mundur dua langkah jika dia tak segera menguasai perasaannya. Bima yang sedari tadi menatap kearah Dewi Arimbi langsung mengambil tindakan lebih lebih dulu. Dia melangkah men
Ular Raksasa jelmaan dari Sharma mendarat di halaman depan sebuah istana yang berdiri megah dengan benteng setinggi 20 tombak dan dijaga ketat oleh ratusan prajurit bertelinga runcing. Mereka semua adalah makhluk dari bangsa peri. Dewi Arimbi turun dari atas kepala ular raksasa itu disusul Bima Sena dan yang lainnya.Ratusan prajurit berpakaian dan bersenjata lengkap menyambut kedatangan Dewi Arimbi dengan berbaris di sepanjang jalan menuju pintu masuk istana. Bima cukup merasa kagum dengan sambutan yang ditunjukkan para prajurit Kerajaan Peri tersebut. Meski Dewi Arimbi berasal dari dunia manusia yang kini menjelma menjadi seorang Dewa, mereka tetap menghormati pemimpin mereka dengan sungguh-sungguh.Hanya saja, beberapa mata tertangkap oleh Bima menatap kearahnya dengan tatapan penuh tanda tanya. Bima sadar, tubuhnya terlalu mencolok saat ini. Dia sedikit menyesal memiliki tubuh Dewa Bumi tersebut setelah bertemu dengan Dewi Arimbi, cinta lamanya."Kalau tubuhku terus sebesar ini, t
Meja itu berbentuk bundar dan berukuran sedang untuk digunakan sebagai tempat minum teh sambil berbincang. Dengan cahaya lampu dari beberapa ekor kunang raksasa yang ditampung di dalam botol kaca besar, tempat itu menjadi terang benderang meski malam sudah datang.Bima dan Dewi Arimbi nampak duduk saling berhadapan. Dewi Arimbi duduk di kursi kayu sedangkan Bima duduk bersila di lantai kayu. Karena tubuhnya yang tinggi besar, meski dia duduk tetap saja dia lebih tinggi dari Dewi Arimbi yang duduk diatas kursi.Setelah kepulangan Dewi Lanjar dan anak-anaknya, Dewi Arimbi meminta Bima untuk menemui nya secara pribadi di ruangan khusus yang dia sediakan di dalam ruangan istirahatnya. Awalnya Bima menduga yang tidak-tidak dan merasa canggung jika sampai apa yang dia pikirkan menjadi nyata. Dia mengukur-ukur benda miliknya yang di perkirakan sebesar paha pria dewasa. "Tentu tidak akan muat..." batin Bima dengan pikiran kotornya yang mulai merasuk di kepalanya. Hal itu juga terpikirkan ole
Bima Sena tertegun mendengar apa yang Dewi Arimbi katakan. Dia baru saja mengetahui dua takdir yang akan dia alami di masa depan."Aku akan mati dan tak bisa bereinkarnasi. Tapi Azalea akan hidup...Apakah aku dan dia saling bertukar nyawa?" gumam pria itu sambil mengusap dagu."Bukan bertukar nyawa. Itu murni takdir yang tidak bisa dihindari. Karena waktu pastinya aku sama sekali tidak tahu. Kau akan mati dimana pun aku tidak tahu. Tapi mengenai kebangkitan Ratu Azalea, aku tahu siapa yang membangkitkan dia...Dan itu tidak bisa aku beritahukan padamu," kata Dewi Arimbi."Lalau, bagaimana dengan hubungan kita? Kau dan aku terpisah bukan karena kita yang mau...Apakah tidak ada kelanjutan atau keputusan dari hubungan kita di masa lalu?" tanya Bima.Dewi Arimbi tersenyum."Maaf kakang, kau dan aku tidak ditakdirkan saling memiliki...Tapi, kita bisa melawan takdir...Dengan melakukan pengorbanan darah..." kata Dewi Arimbi."Pengorbanan darah...? Apa itu?" tanya Bima."Kita berdua akan mengu
Sukma Bima Sena dan sukma Dewi Arimbi sama-sama keluar dari raga kasarnya. Mereka berdua melayang di atas meja bundar tersebut dan saling tatap. Bima yang terlihat gagah dengan sosok aslinya membuat Dewi Arimbi tak mampu lagi membendung perasaan rindu yang selama ini menderu di dalam relung hatinya. Dia pun langsung memeluk pria itu dengan erat sambil mencurahkan air matanya. Wanita yang kuat dan tak Terkalahkan itu terlihat lemah di hadapan Bima Sena yang memeluk tubuhnya dengan lembut."Arimbi...Aku sangat merindukan dirimu..." bisik Bima."Aku lebih dari yang kau rasakan...Sudah sangat lama, aku merindukanmu. Kau pasti juga memikirkan Azalea bukan...? Jadi, siapa disini yang tersiksa?" kata Dewi Arimbi.Bima tersenyum sambil mengusap rambut panjang wanita itu dengan lembut dan penuh kasih sayang."Aku tahu itu...Kau lebih menderita dibanding diriku...Tapi, tetap saja...Aku sama menderitanya saat kau hilang dulu dan tahu-tahu sudah menjadi milik orang lain...Apakah kau tidak tahu ba
Bima Sena duduk di atas bangunan menara yang menjulang tinggi ke langit. Dia menatap kearah langit dengan tatapan mata kosong. Dia benar-benar tak habis pikir, kejadian yang dia rasakan semalam terasa sangat nyata. Tapi kenapa Dewi Arimbi seolah tidak merasakan apa-apa? pikir Bima.Disaat dia tengah berpikir keras dengan apa yang terjadi semalam, seseorang datang menghampiri dirinya. Dia adalah Sharma yang sebelumnya mengantar dia menuju ke Kerajaan Peri tersebut."Sepertinya anda sedang banyak masalah? Apakah ini menyangkut Dewi Arimbi?" tanya Sharma sambil duduk di sebelah pria itu.Bima menghela napas dalam-dalam."Entahlah Sharma...Apakah kau pernah menjalin kasih dengan seorang pria?" tanya Bima.Mata wanita cantik itu membesar mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Bima. Dia nampak bingung harus menjawab apa."Belum..." ucapnya sambil menunduk."Haah...Sudah aku duga. Kau tak akan tahu perasaanku saat ini seperti apa jika kau belum pernah menjalin cinta dengan siapa pun,
"Kau datang membawa banyak orang Patih Bima?" ucap Dewi Lanjar sambil tersenyum.Bima membalas senyuman tersebut."Mereka yang datang dengan sukarela untuk mengantarku." sahut Bima sambil kedua matanya tak lepas menatap dua sosok yang melayang di sebelah kanan dan kiri Dewi Lanjar. Seolah tahu apa yang tengah Bima tatap wanita itu pun tersenyum."Mereka adalah pengawal setiaku. Balung Ireng dan Balung Putih. Kau bisa melihat mereka adalah hal yang luar biasa," kata Dewi Lanjar."Aku pernah melihatnya dulu. Meski samar, aku masih mengingat mereka." kata Bima."Oh, begitukah? Hmmm...Sepertinya Dewi Arimbi mengalami hal yang luar biasa semenjak kedatangan dirimu, Patih Bima..." kata Dewi Lanjar."Sepertinya kau tahu hal itu sebelum aku memberitahumu. Apakah kau tahu tentang sumpah di Kerajaan Peri Pelindung?" tanya Bima.Dewi Lanjar menggelengkan kepalanya."Aku kurang paham. Tapi aku pernah mendengar bahwa setiap orang yang ingin menjadi penguasa di kerajaan itu harus berani bersumpah.
Ratusan ribu pasukan air milik Gandi menerjang pasukan Ratu Mayadwipa. Peperangan tak dapat dielakkan lagi. Para dewa yang membantu Bara dan Gandi pun mengamuk begitu sampai di kaki gunung. Karena kaki pasukan sebanyak itu terikat oleh rantai ungu milik Bara, dengan mudah para pasukan air membunuh mereka menggunakan Pedang maupun tombak.Para Raja yang melihat itu nampak geram namun tak bisa berkutik karena rantai ungu yang melilit tubuh mereka. Dalam sekejap mata, ribuan bahkan puluhan ribu prajurit Mayadwipa tewas di tangan pasukan air dan para dewa yang menyerang mereka secara serempak. Mayat berjatuhan dalam keadaan terpenggal kepalanya atau pun terpotong tubuhnya. Banyak pula yang mati karena luka tusuk dan anak panah air yang menancap bagaikan besi.Keadaan yang tak menguntungkan tersebut memaksa para Raja mengeluarkan bekal rahasia yang dibawa dari Kerajaan Mayadwipa."Lepaskan semua peliharaan Ratu! Biarkan mereka mengamuk!" teriak Raja Agra memberi perintah kepada tiga Raja l
Xue Ruo berniat untuk menerobos pertahanan lawan yang masih berjarak belasan ribu tombak dari puncak gunung tersebut. Namun dia masih menahan diri melihat Lian Xie memegang pundaknya."Tahan dulu amarahmu. Jika kau kesana sekarang, bisa jadi kau akan masuk ke dalam perangkap orang-orang aneh yang baru saja datang melalui celah ruang." kata Lian Xie mengingatkan.Xue Ruo pun menuruti apa kata Lian Xie. Bagaimana pun juga, dia merasa tidak perlu meluapkan amarah tanpa berpikir panjang. Karena dia pernah mengalami hal yang buruk akibat kecerobohannya tersebut. Wanita itu akhirnya bisa menahan diri dan menunggu saran dari Lian Xie yang dirasa lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.Pasukan Raja Agra bersama para pengawal istana mulai bergerak maju. Lingkaran hitam raksasa pun ikut bergerak kearah gunung mengikuti langkah para prajurit yang berjumlah ratusan ribu. Para Raja yang lain pun ikut bergerak dengan perintah di tangan Raja Agra melalui telepati.Hu Shi Yun menoleh kearah Rui Y
Wung!Sepuluh Pedang Es raksasa meluncur dari atas langit menuju ke bawah sana dimana ratusan ribu prajurit manusia iblis terpana dibuatnya. Raja Agra pun terpaku sejenak karena hantaman gelombang petir merah masih belum usai ditambah serangan mematikan sadari atas langit."Kekuatan apa yang sebenarnya kami hadapi? Apakah ini alasan Ratu mengutus setengah prajurit Kerajaan ke tempat ini? Karena lawan memiliki kekuatan yang mengerikan..." batin Raja Agra.Tiba-tiba muncul pecahan ruang di atas ratusan ribu pasukan tersebut. Lalu keluar beberapa sosok dari dalam pecahan ruang tersebut dan langsung mengayunkan senjata mereka kearah langit.Wusss!Tiga sinar putih menderu membentuk sabit raksasa. Lian Xie terkejut merasakan aura kuat dari serangan tiga sosok yang baru saja muncul tersebut. Dan ternyata benar, serangan itu memang sangat kuat. Itu terbukti saat tiga cahaya berbentuk sabit tersebut membabat putus tiga pedang es raksasa milik Dewi Es Lian Xie. Setelah itu terciptalah ledakan
Dewi Es Lian Xie mendengus geram melihat apa yang tengah dilakukan oleh para prajurit bawahan Raja Agra. Lu Xie yang juga melihat hal itu tak tinggal diam. Dia berniat untuk membantu wanita tersebut menggunakan kemampuan petir merah miliknya."Jangan membantuku Lu Xie! Biarkan aku yang menangani para serangga ini. Kau tetap ditempat dan menjaga mereka berdua. Aku yakin, musuh mengincar Gandi dan Bara yang membawa pusaka dari Bayantaka dan reruntuhan Kuno." kata Lian Xie.Lu Xie mengangguk dan tetap berada di tempatnya sambil menatap kearah langit dimana puluhan lingkaran portal muncul dan mengeluarkan Pedang Es raksasa."Wanita ini, dia memiliki banyak kekuatan yang tak terbayangkan olehku..." batin Lu Xie.Para Raja yang lain yang juga melihat lingkaran biru tersebut segera saling berhubungan melalui telepati jarak jauh. "Apa yang terjadi di wilayah Agra?" tanya Raja Ungrama."Ada Dewa dengan kekuatan es yang menjadikan kami sasaran Pedang Es raksasa miliknya. Saat ini kami akan ber
Belasan ribu tahun yang lalu, seorang wanita dari ras Iblis bernama Mayadwipa atau yang disebut sebagai Tujuh Iblis Kehancuran datang ke tanah kutukan yang ada di dalam wilayah Kerajaan Naga Air dan menaklukkan Kerajaan manusia iblis serta binatang Iblis di sana. Para Raja Manusia Iblis yang menyerah pun menjadi bawahan sang Wanita Iblis yang memang memiliki kekuatan sangat mengerikan. Tidak ada satu pun Raja Kerajaan dari ras manusia iblis maupun ras bintang Iblis yang mampu melawan Ratu Mayadwipa sehingga mereka pun dipaksa untuk tunduk kepada wanita Iblis tersebut.Para Raja tidak menyadari, bahwa waktu itu Mayadwipa datang dalam keadaan tengah terluka setelah pertarungannya melawan Sasaka. Kedatangannya telah mengubah pandangan dua ras tersebut terhadap Pencipta mereka, yakni Empu Jagat Martapura yang kala itu sudah melemah setelah menciptakan Tombak Banyu Biru dan senjata terakhir sebagai kuncinya, yakni Pedang Pembuka Kehidupan.Setelah Empu Jagat meninggal, Mayadwipa pun menjad
Bara dan Gandi sama-sama duduk bersila untuk memulihkan diri setelah pertarungan besar yang mereka lakukan sementara para pengikut mereka berjaga di berbagai titik di atas puncak gunung. Kedua pemuda itu duduk di tengah lahar yang mendidih dimana tepat di bagian tengah nya ada sebongkah batu raksasa yang mereka gunakan untuk duduk.Pragasena, Dara Purbavati bersama dua Naga Penjaga Banyu Segara dan Sri Wedari ikut menjaga di atas puncak gunung di sisi sebelah timur. Iblis Mata Perak Du Khan melayang di udara sendiri sambil sedekap tangan dan kedua mata yang tertutup. Sementara, Dewi Es Lian Xie berada di sebelah barat bersama Lu Xie nampak berjaga-jaga sambil mengawasi sekitar.Hu Shi Yun dan Rui Yun berdiri di sisi sebelah selatan. Sedangkan Xue Ruo berada di sisi utara bersama Du Khan namun dia duduk bersila di bawah sementara Iblis Mata Perak itu melayang di udara."Apa kau merasakannya Nona Xue?" tanya Du Khan melalui telepati."Apa yang kau rasakan? Aku tak merasakan apa pun," ta
Gandi terkejut saat melihat Pedang Guntur Saketi memberikan reaksi padanya. Seolah-olah senjata tersebut sangat senang telah kembali bertemu tuannya. Pemuda itu pun mencabut Pedang itu dari dalam tanah. Seketika kekuatan petir menyeruak dari dalam Pedang dan menyambar kearah langit."Apakah kau merindukanku?" ucap Gandi sambil memainkan pedangnya dengan gerakan-gerakan kecil. Pertarungan besar itu akhirnya berakhir setelah pasukan Bayantaka yang masih tersisa kurang lebih dua ratus ribu itu mundur. Setelah kabar kematian Bayantaka dan Ansika serta dua sayap Bayantaka yang tak lain adalah Ragil dan Swirta tewas dalam peperangan tersebut tersiar oleh Bara, mereka pun mundur secara teratur dan dipimpin oleh prajurit muda yang menurut kabar adalah calon penerus Bayantaka.Setelah ratusan ribu prajurit itu mundur, Bara pun menyeringai senang. Dia keluarkan Kotak Penangkar Jiwa yang dia dapatkan dari Guo Jiu. Lalu pemuda itu pun mengarahkan benda tersebut ke bawah sana dimana puluhan atau
Gandi dan Bara sama-sama tercekat melihat apa yang dilakukan oleh Bayantaka. Dalam keadaan tubuh setengah hancur setelah terkena serangan kuat dari Raja Naga Air itu dia masih bisa berdiri dan bahkan berusaha menyerap puluhan ribu jiwa dari pasukan manusia iblis yang telah mati."Tak bisa dibiarkan dia menyerap jiwa-jiwa itu lagi! Kita harus segera membunuhnya!" teriak Bara lalu dia pun mengerahkan gerbang merah miliknya untuk berpindah tempat. Gandi pun melakukan hal yang sama. Kedua portal merah dan biru itu muncul di belakang Bayantaka. Sekejap kemudian pedang milik Gandi bergerak cepat menusuk ke arah punggung dan Golok Iblis milik Bara menebas pinggul manusia iblis tersebut.Duaaarrr!!!Belum sempat dua senjata dewa itu menyentuh tubuh Bayantaka, tiba-tiba ledakan besar terjadi dari dalam tubuh makhluk yang dalam keadaan penuh luka tersebut. Bara dan Gandi pun sama-sama tertahan oleh aura ledakan yang sangat kuat. "Apa yang terjadi!?" seru Gandi sambil bertahan dari aura ledakan
Dara segera meluncur kearah Gandi yang sudah siap dengan Pukulan Sakti nya. Wanita cantik tersebut melayang di samping sang Raja Naga Air. Dia menatap kearah bola kekuatan yang ada di telapak tangan Gandi."Kekuatan apa yang kau kerahkan suamiku?" tanyanya penasaran."Ini adalah Pukulan Sakti yang belum ada namanya. Tapi biarlah seperti ini..." ucap Gandi."Kakang juga memiliki kekuatan api...? Aku baru menyadarinya. Kakang benar-benar hebat!" kata Dara sambil menatap takjub. Dipuji oleh wanita cantik tersebut membuat Gandi merasa sedikit tersipu."Kekuatan api ini kebetulan saja aku memilikinya. Tapi sejujurnya, aku tak suka menggunakan kemampuan orang lain seperti yang dilakukan oleh dia," kata Gandi sambil melempar pandangan matanya kearah Bara yang tengah sibuk menahan Tameng Raja bersama dua leluhur kuno."Jadi api didalam tubuhmu adalah kekuatan orang lain...Pantas saja seorang Naga Air bisa memilikinya. Apa kakang tidak sadar, dua kekuatan itu bisa menimbulkan bencana?" tanya D