Sukma Bima Sena dan sukma Dewi Arimbi sama-sama keluar dari raga kasarnya. Mereka berdua melayang di atas meja bundar tersebut dan saling tatap. Bima yang terlihat gagah dengan sosok aslinya membuat Dewi Arimbi tak mampu lagi membendung perasaan rindu yang selama ini menderu di dalam relung hatinya. Dia pun langsung memeluk pria itu dengan erat sambil mencurahkan air matanya. Wanita yang kuat dan tak Terkalahkan itu terlihat lemah di hadapan Bima Sena yang memeluk tubuhnya dengan lembut."Arimbi...Aku sangat merindukan dirimu..." bisik Bima."Aku lebih dari yang kau rasakan...Sudah sangat lama, aku merindukanmu. Kau pasti juga memikirkan Azalea bukan...? Jadi, siapa disini yang tersiksa?" kata Dewi Arimbi.Bima tersenyum sambil mengusap rambut panjang wanita itu dengan lembut dan penuh kasih sayang."Aku tahu itu...Kau lebih menderita dibanding diriku...Tapi, tetap saja...Aku sama menderitanya saat kau hilang dulu dan tahu-tahu sudah menjadi milik orang lain...Apakah kau tidak tahu ba
Bima Sena duduk di atas bangunan menara yang menjulang tinggi ke langit. Dia menatap kearah langit dengan tatapan mata kosong. Dia benar-benar tak habis pikir, kejadian yang dia rasakan semalam terasa sangat nyata. Tapi kenapa Dewi Arimbi seolah tidak merasakan apa-apa? pikir Bima.Disaat dia tengah berpikir keras dengan apa yang terjadi semalam, seseorang datang menghampiri dirinya. Dia adalah Sharma yang sebelumnya mengantar dia menuju ke Kerajaan Peri tersebut."Sepertinya anda sedang banyak masalah? Apakah ini menyangkut Dewi Arimbi?" tanya Sharma sambil duduk di sebelah pria itu.Bima menghela napas dalam-dalam."Entahlah Sharma...Apakah kau pernah menjalin kasih dengan seorang pria?" tanya Bima.Mata wanita cantik itu membesar mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Bima. Dia nampak bingung harus menjawab apa."Belum..." ucapnya sambil menunduk."Haah...Sudah aku duga. Kau tak akan tahu perasaanku saat ini seperti apa jika kau belum pernah menjalin cinta dengan siapa pun,
"Kau datang membawa banyak orang Patih Bima?" ucap Dewi Lanjar sambil tersenyum.Bima membalas senyuman tersebut."Mereka yang datang dengan sukarela untuk mengantarku." sahut Bima sambil kedua matanya tak lepas menatap dua sosok yang melayang di sebelah kanan dan kiri Dewi Lanjar. Seolah tahu apa yang tengah Bima tatap wanita itu pun tersenyum."Mereka adalah pengawal setiaku. Balung Ireng dan Balung Putih. Kau bisa melihat mereka adalah hal yang luar biasa," kata Dewi Lanjar."Aku pernah melihatnya dulu. Meski samar, aku masih mengingat mereka." kata Bima."Oh, begitukah? Hmmm...Sepertinya Dewi Arimbi mengalami hal yang luar biasa semenjak kedatangan dirimu, Patih Bima..." kata Dewi Lanjar."Sepertinya kau tahu hal itu sebelum aku memberitahumu. Apakah kau tahu tentang sumpah di Kerajaan Peri Pelindung?" tanya Bima.Dewi Lanjar menggelengkan kepalanya."Aku kurang paham. Tapi aku pernah mendengar bahwa setiap orang yang ingin menjadi penguasa di kerajaan itu harus berani bersumpah.
Bima dan rombongan Dewi Lanjar mendarat di danau Probo Lintang. Rupanya disana telah menanti banyak rombongan lain. Mereka antara lain adalah rombongan dari Laut Selatan yang dipimpin oleh Dewi Nawang Wulan. Lalu ada rombongan dari Kerajaan Wates yang dipimpin oleh Dewi Ambarwati bersama Dewi Maharani serta Mahadewi. Dan rombongan yang terakhir adalah Dewi Kematian alias Iyana Tunggadewi. Ternyata mereka saling berhubungan untuk berkumpul di atas danau tersebut dan masuk kedalam Kerajaan secara bersama-sama. Hal itu dikarenakan mereka berasal dari alam bawah kecuali Dewi Maharani, ibu dari Raja Bayu Jaga Geni."Kau datang cukup terlambat adik," ucap Dewi Nawang Wulan begitu Dewi Lanjar berhenti didepan mereka. Ratu Laut Utara bertemu dengan Ratu Laut Selatan. Dewi Lanjar turun dari Kereta Kencana bersama dengan Bima, Jung Seo dan Antasena yang langsung nangkring di pundak sang kekek. Dewi Nawang Wulan dan yang lainnya sama-sama memicingkan mata menatap kearah Bima Sena yang memiliki
Akhirnya hari itu juga semua calon peserta turnamen dan tamu agung yang diundang oleh Jaka Geni semuanya telah datang di Kerajaan Probo Lintang. Semua disambut dengan baik oleh keluarga Geni dan bahkan mendapat perlakuan yang luar biasa.Mereka mendapatkan tempat tinggal yang dibangun khusus secara terpisah dengan istana Kerajaan. Bayu Jaga Geni sudah menyiapkan tempat tinggal khusus bagi para tamu undangan yang tentu saja datang dari kalangan Dewa serta tempat tinggal untuk para peserta turnamen. Kedua tempat tinggal antara tamu dan peserta terpisah oleh tembok besar yang diatasnya terdapat dua menara dengan mata raksasa di bagian atasnya. Mata raksasa itu berguna untuk mengawasi semua yang dilakukan para tamu dan para peserta agar tidak melanggar aturan yang diberlakukan di Kerajaan. Raja Bayu benar-benar ketat tentang hal ini.Bara Sena yang semula hanya tinggal di penginapan kota akhirnya dia pun mendapatkan rumahnya sendiri di kawasan istana bersama para peserta yang lain. Begitu
Dewi Suci Geni yang merupakan anak dari Dewi Utari datang berkunjung ke tempat tinggal Bara Sena selama dia berada di Kerajaan Probo Lintang untuk mengikuti acara besar turnamen 100 tahun sekali. Kunjungan itu membuat Bara sedikit banyak mendapatkan berita mengenai anak-anak Jaka Geni dan beberapa hal mengenai turnamen yang sudah pernah diadakan sampai 4 kali tersebut. Dan Turnamen kali ini adalah turnamen ke lima.Bara terkejut setelah Suci memberitahu tentang Gandi Wiratama yang pernah bertarung melawan Kojiro Geni menggunakan Pedang Guntur Saketi. Senjata Dewa yang sejatinya adalah milik Jaka Geni. Hal itu memantik rasa penasaran yang sangat tinggi dari Bara Sena untuk menggali berita lebih dalam mengenai Gandi Wiratama yang menjadi masalah utamanya di Kerajaan ini."Bagaimana bisa Gandi memiliki Pedang Guntur Saketi? Bukankah pedang itu milik Paman Jaka Geni?" tanya Bara."Benar. Senjata itu memang milik ayah yang dia dapat dari Eyang Narada. Tapi ayah memberikan senjata itu sebag
Dewi Suci Geni yang terkejut dengan perlakuan Bara Sena terhadapnya tak bisa berkutik. Dia justru menikmati perasaan yang semakin bersemi di dalam hatinya sehingga dai berharap ciuman dari pemuda itu bukanlah yang terakhir. Setelah kunjungan itu, Bara Sena memanfaatkan waktu yang ada untuk meningkatkan tenaga dalam dengan menelan beberapa pil Sakti yang dia dapat sebelumnya dari pertempuran melawan para iblis di Zhuo Guo. Didalam Dunia Penyimpanan miliknya, diam-diam pemuda itu menciptakan satu senjata hebat yang dia ambil bahan mentahnya dari sisik Naga Kegelapan.Dengan kekuatan api neraka miliknya dan dibantu oleh Kahiyang Dewi, pemuda itu berhasil menciptakan satu senjata berupa sepasang pedang yang masih belum diberi kekuatan jiwa. Pedang itu Bara beri nama sebagai Sepasang Pedang Naga Iblis yang akan dia berikan kepada Kahiyang Dewi dan satunya lagi untuk dirinya sendiri."Akhirnya kau bisa menciptakan satu senjata Sakti mandraguna dengan bahan yang luar biasa keras ini. Dengan
Kojiro Geni melanjutkan serangannya meski dia tahu ada seseorang yang menghadang dirinya. Bara Sena sendiri pun terkejut melihat kedatangan tak terduga dari sosok yang belum dia kenal. Namun dari belakang kedua mata pemuda itu tidak menampik pesona seseorang yang muncul di hadapannya yang tak lain adalah seorang wanita. Aroma harum bunga dan rambut panjang tergerai yang berkibar membuat daya tarik yang tak biasa di mata Pendekar Golok Iblis tersebut.Tangan Kojiro Geni meluncur kearah sosok tersebut. Namun tiba-tiba dari dalam tanah sana muncul tangan merah yang memanjang dan bergerak sangat cepat dan langsung menangkap tangan anak Dewi Amaterasu tersebut.Grrrp!Kojiro sempat melenguh saat tangan merah besar itu memuntir tanganya sehingga dia terpaksa memutar badan. Wanita berparas cantik jelita dengan satu tanda merah di dahinya itu menatap tajam kearah pria muda berpakaian kuning tersebut dengan mata yang menyala merah."Kojiro, kau melakukan pelanggaran dengan menyerang peserta la
Di dalam ruangan yang luas itu, tak ada satu orang pun yang bersuara setelah melihat apa yang dilihat oleh Batara Geni di masa depan. Semua sama sekali tak pernah menyangka, bahwa dunia yang tengah mereka pijak itu akan hancur di masa yang akan datang tanpa ada satu pun Dewa yang bisa menahannya."Jadi selama ini kau melihat semua itu sendiri...Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan takut itu menghantui dirimu setiap hari menantuku...Tapi....Bagaimana bisa Dewa Antaga melakukan itu...?" kata Luo Bao.Jaka Geni memejamkan matanya lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan keras."Aku sendiri kurang tahu, alasan dia melakukan hal ini. Padahal dia sendiri tidak akan mendapat untung apa pun. Apa yang aku lakukan sekarang adalah untuk menunjukkan kepada kalian sesuatu yang kalian tak pernah lihat. Meski ini melanggar hukum langit dan bumi, aku tak peduli. Aku tak ingin kita hancur lebur hingga tak tersisa. Setidaknya kita sudah menyiapkan sesuatu sebelum perang ben
Gandi dan Bara yang tengah asyik melihat tarian para penari bertopeng dikejutkan dengan kedatangan rombongan wanita dari keluarga Geni. Mereka tak lain adalah Nawang Geni, Maya Geni, Zhou Yin, Sukma Geni, Xia Nian, Song Yue Geni, dan lain-lain. "Kenapa kalian datang ke tempat ini bagaikan laron? Apa yang membuat kalian kesini?" tanya Bara. Gandi sesekali hanya lirik-lirik denga Nawang Geni. Maya Geni yang memang sudah tahu apa yang terjadi antara suaminya dan kakak kandungnya tersenyum lalu mendekati pemuda tersebut."Kenapa kau malu-malu seperti itu? Dia memang sudah menjadi jodohmu. Aku tidak akan mempermasalahkannya," kata Maya Geni. Gandi menatap wanita yang tengah hamil anaknya tersebut. Dia tersenyum lalu mengusap pipi wanita cantik tersebut. Kemudian dia juga mengusap perut Maya Geni yang sedikit besar. "Dimana Rara Sinta?" tanya Gandi."Dia bersama Rara Andini di kediamanku. Tenang saja, ada banyak teman di sana jadi tak perlu khawatir," kata Nawang Geni menyahut. Gandi meng
Ruangan luas itu nampak ramai dan meriah. Semua orang yang hadir dalam acara tersebut berpakaian rapi. Mereka adalah para peserta Turnamen Probo Lintang yang berjumlah 40 peserta dan juga para tamu dari tiga kahyangan serta tamu-tamu lain dari dunia bawah.Batara Geni nampak berdiri dengan gagah sambil membalas sapa dari orang-orang yang lalu lalang. Di samping kanan dan kirinya berjalan mendampingi dirinya empat orang istri yaitu Dewi Luo Yin, Dewi Amaterasu, Iyana Tunggadewi dan Dewi Narashima. Empat istri itu mewakili 4 tempat. Dewi Luo Yin mewakili langit utara, Dewi Amaterasu mewakili langit timur, Iyana Tunggadewi mewakili dunia bawah dan Dewi Petir Narashima mewakili langit selatan.Sementara, 16 istri yang lain duduk bersama dalam satu meja. Meski sebenarnya mereka tidak begitu akur satu sama lain karena perbedaan, namun demi menjaga nama baik sang suami, mereka pun berbaur menjadi satu. Hanya Dewi Iswara yang selalu diam tak bersuara. Karena tidak ada satu pun istri Batara Ge
BLAAAARRRR!Di dalam bola air yang mengurung Kaisar Giok Merah terjadi ledakan petir yang sangat kuat namun tak membuat bola air itu pecah sama sekali. Kekuatan pengendalian petir milik Gandi benar-benar luar biasa hingga mampu mempertahankan bola air yang dia gunakan sebagai perantara untuk menyalurkan kekuatan petir miliknya. Dengan air yang membungkus tubuh Kaisar itu, membuat petir lebih cepat menjalar ke seluruh tubuh dan pertahanannya.Tentu saja itu menjadi bencana bagi Raja di lantai 60 tersebut karena dia harus tewas di tangan Raja Naga Air yang saat ini juga memiliki kekuatan Dewa Naga Petir yang setara dengan petir para putra Batara Geni.Saat bola air itu pecah dan berjatuhan bagai hujan ke tanah, sosok Kaisar Giok Merah pun melayang jatuh dalam keadaan tubuh yang hancur. Hu An muncul setelah Gandi menyelesaikan Ujian yang masih tergolong mudah untuknya."Waktunya naikke tempat yang lebih tinggi dan mengalahkan Raja yang sesungguhnya di ujian ini. Semakin banyak yang aku k
Gandi menatap ke depan dimana tubuh Dewa Naga Petir Trikala yang telah hancur oleh serangannya yang sangat mengerikan. Dia melihat sinar petir yang masih tersisa di atas tanah yang hancur. Di sekitar cahaya kilat itu nampak satu benda berwujud tulang yang telah patah. Gandi segera mendatangi benda tersebut dan mengambilnya. Saat tulang itu berada di tangan sang pemuda, tiba-tiba saja kekuatan petir meledak dan menyelubungi tubuhnya."Ini...Kekuatan Dewa Naga Petir!?" seru Gandi sambil menatap tulang tersebut."Sesuai janjiku bocah! Meski Hong Li mengurung jiwaku dan menjadikan diriku sebagai catur di tempat ini, tapi dia tidak bisa mendapatkan Harta Surgawi milikku yang sudah lama aku simpan! Setelah benda ini menjadi milikmu, kau akan memiliki setengan kekuatan dariku. Bukankah itu hal yang bagus untukmu? Hahahaha! Akhirnya aku menemukan orang yang cocok untuk mendapatkan warisan terakhirku...Kelak jika kau datang ke Kuil Naga Petir, sampaikan salamku kepada keluarga besar Trikala...
Gandi menatap tubuh Trikala yang nampak baik-baik saja setelah terkena serangan Pukulan Kilat Neraka miliknya. Seharusnya pukulan itu mampu menghancurkan tubuh Dewa Naga tersebut. Namun ternyata sang Dewa Naga sudah melapisi tubuhnya dengan kekuatan sisik Naga yang sama dengan miliknya."Jika dia menggunakan sisik naga, ini akan menjadi pertarungan yang cukup seru...Biar bagaimanapun, sisik itu adalah pertahanan paling kuat dibanding baja sekalipun!" batin Gandi.Trikala mengangkat tangan kanannya ke udara. Dari dalam tangan itu meluncur ke langit aura petir putih miliknya membentuk wujud pedang raksasa. Lalu saat dia mengayunkan tangannya, pedang petir raksasa itu pun membelah langit dan meluncur kearah Gandi Wiratama.Wuuung!Suara gemuruh dari Pedang raksasa itu menderu seolah ada badai yang tengah mengamuk. Gandi tak gentar meskipun dia akan menghadapi kekuatan mengerika itu."Kekuatan Dewa ya...Aku juga punya," ucapnya lalu dia menghentakkan kaki kanannya ke tanah. Dari dalam tu
Bara Sena menuntun tangan Shi Yun menuju ke peti mati yang tidak jauh darinya. "Tuan Hong Li..." entah kenapa, Kaisar Suci yang saat ini berada di dalam tubuh Shi Yun merasakan kesedihan yang luar biasa saat melihat sosok yang ada di dalam peti mati emas tersebut. Sosok Dewa Angin Hong Li yang pernah menjadi tuanya di masa lalu. Yang merawat dia sejak kecil hingga dewasa dan bahkan yang mempertemukan dia dengan Bara Sena di Makam Batu beberapa waktu yang lalu. Semua ingatan itu berputar di kepala gadis tersebut."Terima saja ingatan dari Shi Yun...Karena semua ingatan itu baik untuk dirimu. Dan tentu saja, kau akan menjadi Dewa tanpa perlu susah payah seperti di Kerajaan Binatang Surgawi. Nanti, ada saatnya kau bertemu langsung dengan Batara Geni dan memohon maaf secara langsung kepadanya. Biar bagaimana pun, keberadanmu disini juga karena restu darinya," kata Bara."Baik tuan..." "Shi Yun, ada orang yang sangat rindu padamu saat ini selain diriku. Mungkin kau akan langsung teringat
Bara Sena terengah-engah setelah dia mengerahkan hampir seluruh kekuatannya untuk membantu menyempurnakan penyatuan jiwa dan raga antara jasad Hu Shi Yun dan jiwa Kaisar Suci. Usahanya yang menguras tenaga akhirnya membuahkan hasil yang manis. Gadis yang pernah mengisi hidupnya itu kembali berdiri di hadapannya sambil tersenyum manis. Wajah pucat nya telah kembali segar. "Shi Yun..." lirih Bara dengan mata yang berkaca-kaca. Dia sama sekali tak menyangka gadis itu akan kembali bangkit setelah kematiannya hampir setahun yang lalu."Tuan...Tuan Bara..." ucap Shi Yun dengan wajah yang masih terlihat bingung."Shi Yun...saat ini pasti ingatan jiwa Kaisar Suci dan ingatan yang tersisa pada otak Shi Yun tengah saling bertumpuk. Dalam keadaan seperti ini, siapa yang terkuat untuk menjadi pemilik tubuh Shi Yun. Jika sisa ingatan dari kekasihku mampu mengambil alih ingatan Kaisar suci, maka itu akan lebih menguntungkan diriku. Mari kita tunggu..." batin Bara sambil menatap wajah cantik Shi Yu
Bara dan Gandi yang tengah berbincang teralihkan perhatian mereka saat terdengar suara dari arah peti mati Hu Shi Yun yang ada di depan sana. Mereka sama-sama melihat tangan putih pucat yang memegang tepian peti. Itu adalah tangan Shi Yun."Dia bangkit...Yang benar saja...Kau membangkitkan orang mati..." ucap Gandi dengan mata yang terbuka lebar-lebar menatap kearah peti tersebut. Entah mengapa dia merasa jantungnya berdetak kencang menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena ini baru pertama kalinya dia melihat mayat yang sudah hampir setahun bangkit kembali dari kematiannya.Bara tersenyum kecil."Sepertinya proses penyatuan jiwa dan raga berhasil, sekarang tinggal menyatukan pikiran dan inti Jiwa mereka agar keduanya sama-sama sejalan. Aku akan membantunya agar bisa melewati proses yang cukup sulit ini..." kata Bara."Apa yang akan kau lakukan?" tanya Gandi."Menyempurnakan kebangkitan kekasihku...Gandi, kau bisa bermain dulu di Pagoda Dewa. Jika kau ingin, kau bisa masuk ke