Share

Bab 73

Author: Blade Armore
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Maaf, saya lupa. Maklum saja, ya." Dia menepuk punggung tanganku.

"Maaf, Bu. Apakah benar saya pernah dekat dengan Reinaldi?" tanyaku lagi.

"Dokter Reinaldi?" tanyanya balik dan aku mengangguk.

Kemudian wanita paruh baya yang tidak juga mengenalkan siapa namanya tersenyum dan berkali-kali menyentuh kaca matanya.

"Kalian cukup dekat. Setelah mbak datang ke rumah sakit, tanpa ada yang mengenali. Dokter Reinaldi sepertinya tertarik begitu saja dengan Mbak. Kami merasa heran, Mbak seperti magnet yang mampu menarik dokter Reinaldi yang begitu dingin dan pendiam. Padahal, kalian tidak saling kenal. Kedekatan makin intens, dan dokter Reinaldi mencari info tentang mbak karena enggak ingin kehilangan mbak. Namun, setelah tahu dia agak murung. Lalu, Dokter Reinaldi urung melaporkan mbak sebagai orang hilang. Dia terus merawat mbak, sampai luka di wajah mbak mengering. Lalu, Ririn mengetahui sesuatu yang dokter Reinaldi katakan pada ibunya, saat akan menikahi mbak. Tanpa ragu, dia menghub
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 74

    Punggung kekar itu terus menjauh hingga sampai tidak terlihat lagi oleh netraku. Debaran ini menguat, ketika dia menghilang. Huft. *** Tidak butuh waktu yang lama, Papa sudah keluar dari rumah sakit. Di saat aku menjemput papa pulang, pengacara mengabarkan jika semua usaha yang kurintis dulu, di kembalikan dengan mudah oleh mantan mertuaku tanpa pemaksaan yang berarti dan langsung kuminta pengacara untuk mengiklankan semuanya. Mungkin, mantan mertuaku sudah lelah, karena anak dan menantunya sedang berada di penjara. Sedangkan menantunya --Amar --,enggan membantu keluarga istrinya lagi. Kabarnya, lelaki itu sedang menggugat cerai istrinya. Di karenakan anak pertama mereka terbukti bukan darah daging Amar dan ternyata, Sintia tetap berhubungan dengan ayah dari anaknya. Sungguh hancur keluarga. "Sudah beres, Pa?" tanyaku ketika melihat mereka sudah siap. Papa mengacungkan dua jempolnya, dan tersenyum lebar. Mama memasang wajah masam, karena papa menggoda suster yang memeriksanya

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 75

    Lelaki yang pernah mengisi hatiku di masa muda itu pun pamit padaku dan kedua orang tuaku, lalu kami berjabat tangan layaknya sahabat lama. *** "Pa, Ma, aku lupa ngasih tau! Rumah kita sudah terjual dengan harga yang lumayan tinggi. Lusa, kita pindah. Semoga papa kuat di perjalanan." Aku mengabarkan kepindahan pada papa, setelah sampai di rumah. "Apapun yang terbaik untuk kamu, Nak." "Aku ingin hidup menjauh dari semua yang mengakibatkan hatiku terluka, Pa!" "Papa dan mama akan mendukung, semua yang keputusanmu jika, itu yang terbaik." Mama ikut berbicara. Aku lega, papa dan mama jauh berubah sikap dan sifatnya. Mungkin karena aku pernah terjatuh sangat dalam sehingga membuat mereka khawatir. "Apa yang perlu kita siapakan?" tanya Mama. "Enggak ada, Ma. Semua sudah di beresin mbok, hanya bawa baju saja. Sedangkan perabotan tidak di bawa, karena akan merepotkan." Aku menatap sekitarku, rumah yang penuh kenangan selama hampir empat tahun terakhir. Rumah tempatku mengeluh, tem

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 76

    "Maksud mama, kamu belum membuat akta kelahiran untuknya. Bukankah dia sudah waktunya sekolah tahun ini?" Aku bangkit dan duduk, menatap layar datar di hadapanku. Benar ucapan mama, aku lupa akan hal sepenting itu. "Aku akan mengurusnya, Ma." Aku meninggalkan mama sendirian dan meminta Mbok Asih untuk menemaninya. Mereka berdua seperti ibu dan anak, hanya saja tidak ada hubungan darah. "Halo, Nis. Bisa bantu carikan orang yang bisa membuatkan akte kelahiran untuk Mutiara?" Tanyaku melalui sambungan telepon. "Bisa, Mbak. Asal ada surat lahir, KTP orang tua dan KK." Aku berpikir sejenak, mana mungkin semua itu aku persiapkan. Identitas yang kupakai adalah identitas asli, tapi palsu. "Kamu bisa urus pergantian namaku, sesuai dengan yang asli dan kembali di masukan ke dalam KK orang tuaku?" "Akte untuk Mbak Gladis?" "Bukan, tapi untuk Mutiara." "Baik, Mbak. Aku cari jalan yang terbaik, supaya bisa buat Akte secepatnya." "Terima kasih," Aku memutus panggilan telepon da

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 77

    Tidak lama, muncul seorang wanita yang sering membantuku. Dia adalah istri Pak RT, "Gladis?" ucapnya tidak percaya. Aku mengangguk, membenarkan ucapannya yang seakan-akan tidak benar. "Masuk ... Masuk," Bu Rt memintaku masuk. "Duduk dulu, ya. Saya lagi masak, sebentar saya matikan dulu kompornya. Aku menunggu di ruang tamu, menatap poto-poto yang tergantung rapi di dinding. Tidak lama, bu RT kembali dengan membawa nampan berisi air minum. "Tambah cantik kamu. Dah lama sekali kita enggak ketemu!" ucapnya antusias. "Terima kasih, Bu. Bu, mau tanya tentang mantan mertua, apa benar beliau sudah ....?" "Iya, setelah hartanya kembali ke kamu, beliau terkena serangan jantung. Awalnya, warga enggak mau membantu keluarga mereka. Tapi karena kami memohon, alhamdulillah semua selesai hingga di makamkan." terang Bu RT. "Kenapa banyak yang enggak mau membantu, Bu?" tanyaku heran. Sepengetahuanku, keluarga Mas Aditya royal pada tetangga. "Hmmm, ini aib sebenarnya. Tapi ..." Bu RT ra

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 78

    Berkali-kali kuhembuskan napas panjang, agar penat di hati sedikit berkurang. Namun, perkataan Bu RT tidak bisa hilang dari ingatanku. Tapi, mencoba memantapkan hati. Semua bukan salahku dan aku akan menjaga Mutiara dengan baik, kelak akan memilihkannya pasangan yang terbaik. Rasanya, sangat lama melewati hari ini. Ingin segera pulang dan memeluk Mutiara. Ponselku berdering, ketika akan sampai di polsek tempat Mas Aditya di tahan sementara, sampai dia di pindahkan ke lapas. "Ya, halo. Dengan siapa?" "Mbak, ada Mas Kelvin." Kulihat lagi nomor yang menghubungiku, sepertinya ada sesuatu yang salah. "Bik Asih?" "Iya, mbak. Mas Kelvin enggak mau pergi, tadi sempat berkelahi dengan bapak. Sekarang lagi main dengan Mutiara di depan rumah," "Biarkan, saja! Nanti aku pulang secepatnya kalau sudah beres!" Sambungan di akhiri oleh Bik Asih yang takut ketahuan oleh Kelvin. Tadi, sewaktu papa melarang Kelvin datang, lelaki itu marah dan mengamuk di susul istrinya hingga mereka berteng

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 79

    "Jika aku pelacur, adikmu apa? Jika aku pelacur, dirimu apa? Jika aku pelacur, maka kamu lebih rendah daripada diriku!" ucapku tepat di depan wajahnya. Mas Aditya memundurkan kepalanya agar wajah kami tidak terlalu dekat namun, aku terus mengikuti pergerakannya. "Dulu, sewaktu aku tau kamu mengirim preman untuk membunuhku dan Mutiara, aku langsung berjuang untuk membalaskan dendamku juga anakku. Untung saja, Mutiara kembali dalam dekapanku, jika tidak!" ancamku. "Jika tidak apa?!" bentaknya, tapi aku tau dia mulai terintimidasi. "Jika tidak, aku akan memotong bagian yang sok suci. Akan tetapi, di sanalah tempat dosa terkumpul. Setelah terpotong, aku akan memberikannya pada anjing, dan melihatnya memakan dengan nikmat sesuatu yang ada pada bagian bawah tubuhmu. Jangan kamu kira aku enggak sanggup melakukannya!" Kali ini aku mengucapkannya dengan menatap matanya tanpa berkedip. Tanganku langsung menarik kepalanya, dan kubenturkan di meja. Lalu menekan kuat-kuat di meja. "Berani

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 80

    "Kelvin meminta cerai dari istrinya, dia ingin menikah denganmu. Tante dan om syok mengetahui hal itu, hingga om masuk rumah sakit. Aku tahu, Kelvin saat ini ada di rumahmu. Makanya, kamu memilih ke sini." terang Reinaldi. "Kalian para lelaki memang jenius dan bodoh jika berhubungan dengan wanita! Sudahlah, aku enggan membahas kalian." Reinaldi mendekat dan meraih tanganku. Memintaku untuk memikirkan soal permintaannya yang sudah lalu. Namun, tetap ku tolak dan mengatakan hal serupa dulu. "Jika jodoh, kita akan bertemu lagi!" Aku meninggalkannya sendiri dan menuju ke Anis. Memberikannya bahan untuk tes DNA. "Tolong, ya Nis." pintaku tulus dan Anis mengangguk. "Biarkan dia di sini, karena dia masih memiliki saham di sini." pesanku. Lalu aku meninggalkan butik, setelah menyapa pegawai yang lainnya. Langsung menuju rumah, untuk persiapan pindah esok hari. *** "Bik, ada makan enggak?" tanyaku saat masuk ke rumah. "Ada, mbak. Mau makan?" tanya Bik Asih. "Iya, laper nih." ja

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 81

    *** "Ma, Pa ini rumah baru kita, belum jadi milik kita sih!" ujarku dengan tersenyum kaku. "Kita mulai dari awal lagi, Nak." Papa mengusap punggungku. Kami masuk di dampingi oleh pemilik rumah, dan di perlihatkan beberapa ruangan yang sangat unik. Mutiara terlihat sangat senang, di sini banyak mainan anak-anak yang tidak di bawa oleh pemilik rumah. "Terima kasih, Pak. Untuk sisa pembayaran, akan saya transfer seminggu lagi." Aku mengatakannya dengan tidak enak hati. "Santai, Mbak. Semoga betah, bisa di beli," ujarnya dengan senyum mengembang, "ya, sudah, saya permisi dulu. Mari, Pak, Bu."Kami melanjutkan dengan menata baju-baju, mengganti sprai, dan gorden yang terlihat usang. Lalu, kami melihat sekitar untuk kedua kalinya. "Kayaknya, mama bakalan betah. Tempatnya asri dan luas, di belakang bisa kita tanami bunga dan lainnya." Mama terlihat terlalu antusias. "Ma, aku langsung liat cafe, ya. Supaya bisa cepat beroperasi, dan bisa menopang keuangan keluarga kita." Aku pamit beran

Latest chapter

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 140

    "Nanti, kalau Mutiara sudah besar, pasti bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Juga bisa tahu sebab akibat, serta tahu hubungan apa yang harus di jaga." Mas Kelvin tidak hentinya memberi nasehat pada putri kecilku, dari balik kemudinya. "Kamu maukan membantu papa Kelvin untuk merawat Papa Aditya?" tanya Mas Kelvin kemudian. Terdengar helaan napasnya lirih, dan mulutnya terkatup rapat. Aku hanya bisa memandanginya, tanpa ikut memberi nasehat padanya. "Mama maafin Papa Aditya?" tanya Mutiara dengan menatap mataku. "Mama sudah lama memaafkannya, Nak. Semakin ingin mama membencinya, maka kehidupan mama terasa hampa. Setelah mama mengikhlaskannya, semua mulai membaik. Percaya dengan mama, kamu akan mengerti dan tumbuh menjadi anak yang kuat!" ucapku dengan senyuman, aku tidak tahu, apakah Mutiara mengerti atau tidak dengan apa yang aku ucapkan. Mutiara tidak menanggapi perkataanku dan memilih menatap keluar jendela, saat aku ingin berkata lagi, Mas Kelvin mencegahku. Kami terus men

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 139

    Mas Kelvin memintaku untuk bertemu dangan mama dan papa, untuk melanjutkan pembicaraan mengenai pernikahan ini. Meskipun awalnya aku ragu padanya, tapi kini aku memantapkan diri untuk membina rumah tangga kembali. Kegagalan akan aku jadikan sebagai pelajaran berharga, dalam kehidupanku esok dan aku pun harus mengikuti jejak Mas Kelvin, merubah menjadi pribadi yang lebih baik. *** Hari pernikahan sudah dekat dan Mas Kelvin makin rajin memperdalam ilmu agamanya, dia mengatakan ingin menjadi imam yang baik bagiku dan Mutiara. Aku pun hanya bisa berpasrah pada Tuhan untuk kehidupanku selanjutnya. "Ma, nanti aku mau pakai baju yang ada di satu toko," ujar Mutiara, saat kami dalam perjalanan membeli kebutuhanku. "Baju apa, sayang?" tanyaku, dan Mutiara mengatakan , jika dia pernah melihat baju yang dipajang di toko dan memintaku untuk membelinya. "Kita buat saja!" tawarku, tapi Mutiara tetap kukuh pada keinginannya dan aku pun menyetujuinya. Kami meminta Mas Kelvin untuk mengantarkan p

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 138

    Aku melepas kepergian Mas Kelvin dengan perasaan tidak menentu, takut jika Mas Kelvin ditolak oleh anak semata wayangku. Meski pun, dulu dia bilang sangat bahagia kalau Mas Kelvin menikah denganku. "Sudah, perbanyak doa saja!" ujar mama Rini mengejutkanku. Mama dan mama Rini terlihat akur, sepertinya mereka semakin lengket setelah lama terpisah dan juga karena kehilangan orang yang mereka cintai. Aku ke kamar, memilih bekerja meskipun hanya bisa melalui online Memeriksa laporan yang diberikan oleh Anis dan suaminya, kemudian menggambar sketsa. Menunggu Mas Kelvin dan Mutiara datang dengan menyibukkan diri. "Ma, mama!" Suara Mutiara menggema di telingaku. Sepertinya aku ketiduran, karena terlalu bosan. Mencoba menyeimbangkan tubuh dan menggeliat, kemudian menyapa putri kecilku yang sudah berdiri manis di depanku. "Mutiara boleh bicara dengan mama?" tanyanya, yang membuat hatiku tergelitik. Aku mengangguk, dan tersenyum padanya. mengusap kepalanya dengan lembut. "Anak mama mau bic

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 137

    "Nak, kamu percaya dengan Allah yang menciptakan manusiakan?" tanyaku dan di jawab dengan anggukan olehnya. "Kamu tahu mutiara itu berasal dari mana?" tanyaku lagi. Mutiara diam, dia sepertinya sedang berpikir. Kemudaian dia menatapku lekat, kulihat matanya berkaca-kaca dan tidak lama dia memelukku erat. "Mama harap, kamu sudah mulai mengerti meski usiamu seharusnya belum memikirkan hal itu." Dengan lirih aku berbicara padanya. "Mah, kenapa papa jadi orang yang jahat dan enggak mau dengan aku?" tanya Mutiara dengan terisak. "Semua kuasa Tuhan, Nak. Kita manusia hanya bisa menjalankannya saja dan perbanyak doa, semoga semua akan baik-baik saja. Aku menceritakan ulang bagaimana kisah nabi Muhammad, yang tidak disukai orang-orang sekitarnya, termasuk keluarganya sendiri. "Tapi, kan orang tuanya bahagia atas kelahirannya, tidak denganku," jawab Mutiara. "Tapi nabi bersabar dengan semua yang terjadi padanya, itu hal yang penting, Nak." balasku dengan memeluk tubuh mungilnya. Mutiara

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 136

    Mutiara makin histeris, saat Mas Aditya terus berusaha mendekatinya. Membuat Om Alex menarik Mas Aditya keluar hingga ke jalan. Meski menolak, tenaga Mas Aditya tidak sebanding dengan Om Alex. Baru sekarang aku menyesal, kenapa aku tidak memberitahu Om Alex dulu. Mungkin, jika aku dulu mengabarkan perihal pengusiran Mas Aditya, aku tidak akan di posisi sekarang ini. Kupeluk Mutiara dengan erat, isakannya mengiris hatiku. Semua salahku, yang membiarkan masalah ini semakin berlarut-larut. Aku yang tidak tuntas membalaskan dendam, aku yang masih memakai hati saat ingin menghancurkan Mas Aditya. Mas Kelvin memintaku untuk membawa Mutiara masuk ke dalam, dan menenangkannya di kamar. Dia juga yang memberiku kekuatan, agar Mutiara ada tempat bersandar. "Mutiara tunggu om di dalam, ya, om mau ngobrol dulu dengan papa Mutiara," ujar Mas Kelvin yang jongkok, untuk setara dengan Mutiara. "Om, dia bukan papaku," bantah Mutiara dengan suara keras dan mas Kelvin hanya mengangguk saja, sambil me

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 135

    Hampir saja, aku terjungkal karena eratnya pegangan tangan Mas Aditya. Untung saja, Mas Kelvin menarik tanganku, setelah dia mendorong Mas Aditya menjauh. "Kamu enggak apa-apa?" tanya Mas Kelvin, memastikan kondisiku. Aku mengangguk, tanda baik-baik saja. Mas Kelvin kembali ke Mas Aditya dan memberikan laki-laki itu ultimatum. "Jika sekali lagi kamu mengganggu Gladis, maka kakimu akan patah. Akan aku pastikan itu!" ucapnya lantang. Mas Aditya ingin berdiri, tapi dicegah oleh Om Alex. "Pergunakan uangmu bukan untuk hal seperti ini. Bangunlah kepercayaan dirimu dan perbaiki hidupmu yang hancur, atau kamu akan semakin hancur dan tidak lagi memiliki apapun!" imbuh Om Alex dengan suara lembut. Semua orang di sekitarku memiliki sikap yang lemah lembut, meski telah disakiti. Hal inilah yang membentuk kepribadianku, walau awalnya keinginan membalas dendam sangat menggebu. Bisa sirna begitu saja, jika ada pengganti orang yang bisa mendampingi. "Mas pergilah, jika kamu sudah berubah baik

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 134

    Om Alex datang dengan wajah merah padam, aku tidak tau, jika dia kan kembali ke sini. Dia mendekati Mas Aditya dan menarik kerah bajunya."Sudah kukatakan sejak awal kamu menikah! Jangan pernah sia-siakan, Gladis dan Mutiara. Kamu malah menjadikannya pembantu dan selingkuh darinya. Maumu apa?" Terlihat Mas Aditya kesulitan bernapas.Orang suruhan Mas Aditya mencoba membantu bosnya itu, tapi dengan sekali tatapan tajam Om Alex, mereka kembali menjauh. Om Alex kembali menatap tajam Mas Aditya, yang mulai berkeringat, Mas Aditya tahu betul siapa lelaki yang ada di depannya. "Saya hanya ingin Gladis kembali ke saya, Om. Bukan ingin menyakitinya," ujar Mas Aditya tergagap.Satu tamparan mendarat di wajahnya dan cukup membuat Mas Aditya meringis menahan rasa sakit. Sepertinya, Om Alex makin mengencangkan genggaman tangannya di kerah baju Mas Adity, terlihat dari wajah lelaki yang pernah membersamaiku itu. Dia makin meringis dan kesulitan bernapas."Om, jangan sampai dia mat*!" pintaku.Aku

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 133

    Mas Kelvin memintaku dan Mama Rini untuk diam di sini saja, dan dia yang akan melihat ada apa di depan. Namun, rasa penasaranku tiba-tiba muncul. Entah siapa yang berteriak di luar sana. "Apa Mas Aditya!" gumamku seketika. Aku takut, mama Rini syok mengetahui tentang kedatangan lelaki brengsek, yang sebentar tobat, sebentar kumat. "Mama mau istirahat di kamar?" tanyaku, sebenarnya aku mengharapkan mama Rini segera ke kamar. "Iya," Seketika aku merasa lega. Aku memapah Mama Rini untuk masuk ke kamarnya dan langsung bergegas ke depan. Di sana suara riuh sudah mulai terdengar. Yang paling sesak, Mutiara melihat dari balik jemdela. "Nak, Oma Rini temani, ya, kasihan," pintaku dengan menepuk pundaknya. Mutiara tersentak, saat aku memergokinya, kemudia langsung menuju ke kamar mama Rini. 'Maaf, Nak. Belum waktunya kamu mengetahui permasasalahan orang dewasa.' Benar dugaanku, Mas Aditya yang sedang membuat runyam, entah apa mau laki-laki itu. Padahal, dia sudah berjanji, tidak akan m

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 132

    Mama Rini duduk diantara aku dan Mas Kelvin, memegang tangan kami berdua dalam gengaman tangannya. "Mama tidak akan mungkin merelakanmu dengan siapapun, tapi mama harus sadar, bahwa kamu perlu melanjutkan hidup. Walaaupun kamu menikah dengannya, kamu tetap jadi menantu mama, semoga kamupun beitu, Nak!" Suara Mama Rini bergetar, aku tahu perasaannya saat ini tidak bisa diobati oleh apapun. "Tante dan Reinaldi adalah orang yang paling dekat denganku, dari pada orang tuaku sendiri. Meski kita sempat jauh, tapi hubungan kita tetaplah erat." Mas Kelvin menatap Mama Rini dengan lekat dan menguatkan genggaman tangannya yang bisa kurasakan. Ingin sekali kutinggalkan mereka berdua, untuk berbincang lebih lama, tapi semua menyangkut diriku juga. Mau tidak mau, aku harus membersamai mereka berdua. "Jadilah anak mama untuk selamanya," pinta Mama Rini dengan merangkul kami berdua. Aku sangat tidak berdaya, jika sudah seperti ini. Entah hatiku terbuat dari apa, terlalu melow, kata mereka. "Men

DMCA.com Protection Status