Chaterine Marissa, seorang gadis yatim piatu yang berusia dua puluh tahun. Ia terpaksa tinggal bersama kakak kandungnya yang berprofesi sebagai seorang anggota kepolisian di salah satu kota di bagian selatan Pulau Jawa. Marissa yang diam-diam menyukai kakak kelasnya sejak bangku SMP akhirnya mendapatkan balasan cinta. Akan tetapi ada sesuatu hal yang mengganjal hatinya. Ternyata ia pun memendam perasaan kepada salah satu anggota kakaknya, yang ia akui hanya sebagai teman dekatnya. Dimanakah akhirnya cinta Marissa berlabuh? Kepada Jevin sang cinta pertamanya atau kepada Anton yang tak lain adalah pria yang selama ini menemaninya ketika ia jauh dari sang kekasih?
View More"Jadi, itu alasan kamu minta cium setelah kamu sampai di sini?" Marissa hanya bisa mengangguk pasrah. Pikirannya kacau. Ia takut jika hal-hal yang ia bayangkan menjadi kenyataan. Ia takut jika Jevin meninggalkannya.Jevin menghela napasnya dengan kasar. Diusap pula mukanya dengan kasar. Ia tak menyangka jika aktifitas yang telah ia lakukan bersama kekasihnya hanyalah sekedar pelampiasan sang kekasih yang diselimuti ketakutan."Jadi mau kamu bagaimana, Ca?" ucap Jevin yang kini terdengar tegas.Marissa hanya bisa menunduk pasrah. Dijauhkan tubuhnya yang kini masih berada di dekap hangat sang kekasih. Air matanya tiada henti menuruni lereng pipinya. Sungguh, penampilan Marissa kali ini sangat berbeda dengan Marissa yang tadi dipenuhi napsu yang menggebu.Tiba-tiba...Tangan kekar Jevin merengkuh pinggang Marissa secara posesif. Dipeluknya sang kekasih dengan penuh kasih sayang. Pelukan itu berlangsung cukup lama. Jevin kini tengah berusaha meluruhkan
"Makan dulu yuk. Kamu belum makan dari siang loh." ucap Jevin yang kini masih memeluk erat kekasihnya itu."Nanti dulu sayang, aku telepon Kak Edgar dulu. Mau kabari dia kalau aku jadi menginap di sini."Jevin hanya menganggukkan kepalanya. Kini Jevin mencari posisi ternyamannya. Ia menciumi ceruk leher Marissa. Digigitnya dengan lembut dengan tujuan membuat tanda kepemilikan di leher jenjang sang kekasih."Jangan di leher dong, Babe. Nanti Edgar curiga kalau kita macem-macem.""Gak macem-macem kok, satu macem aja." jawab Jevin dengan santainya.Di detik berikutnya, tangan kekar milik Jevin berhasil menyusup ke dalam kaos yang Marissa kenakan. Desahan dan erangan manja keluar dari bibir tipis Marissa. Selanjutnya, Marissa membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah Jevin."Nanti dulu dong, sayang. Biar aku telepon Kak Edgar. Supaya gak ada yang menginterupsi kegiatan kita." upac Marissa dengan nada manja seraya mengalungkan tangannya
Kini waktu menunjukkan pukul 17.00, sedangkan Jevin dan Marissa masih bergelut di bawah selimut tebal. Baik Jevin maupun Marissa seolah lupa akan status mereka. Status yang belum diakui oleh agama maupun negara. Akan tetapi keduanya seakan tak mengindahkan hal itu, yang mereka pedulikan hanyalah kenikmatan duniawi yang kini tengah melanda."I wanna dance, the music's got me going, ain't nothing that can stop how we move, yeah..."Dering ponsel Marissa akhirnya menginterupsi kegiatan panas di antara keduanya. Dengan cepat Marissa mencari gawainya yang entah dimana keberadaanya karena tak sengaja terlempar."Halo kak, ada apa?" ucap Marissa yang kini masih berada di bawah kungkungan Jevin."Kok lama banget angkatnya? Kamu lagi apa sih?""Maaf kak, aku baru selesai mandi. Ini di hotel tempat Jevin menginap.""Kata Joshua, tadi kamu pergi gak pamit. Ada masalah apa sih dek?" tanya Edgar yang berusaha menyembunyikan rasa khawatir k
CUP...Pria itu dengan spontan mencium pipi Marissa.PLAK...Dengan segenap emosi, Marissa pun menampar sosok yang menutup matanya tadi."Gak sopan!" ucap Marissa yang sedikit berteriak."Sorry, Ris. Aku gak maksud kurang ajar ke kamu. Aku cuma mau bikin kejutan aja buat kamu.""Tapi gak kayak gini caranya!"Selera makan Marissa pun hilang karena hal tersebut. Kemudian dirinya pergi meninggalkan dua orang pria yang kini tengah menyesali perbuatannya.Fernando Anthony, lelaki yang baru saja berani mencium pipi Marissa dengan alasan ingin mengejutkan Marissa. Namun nyatanya? Marissa merasa bahwa dirinya benar-benar dilecehkan oleh orang yang ia percaya sebagai temannya.Hati Marissa hancur. Jujur saja, Jevin yang kini telah menjadi kekasihnya pun belum pernah mencium pipi Marissa, sedangkan Anton? Dengan sengaja ia melakukan halbodoh itu kepada Marissa. Air mata Marissa pun jatuh ketika mendapatkan perlakuan seper
Hari ini adalah hari pertama Marissa bekerja di kantor cabang. Jujur saja, sedari tadi pagi ketika ia membuka matanya, rasa gugup menyelimutinya. Meskipun sang kakak dan kekasihnya sudah memberikan suntikan semangat, tetap saja ia merasa gugup dan sedikit merasa tidak percaya diri. Jantungnya berdegup dengan sangat cepat ketika ia menginjakkan kaki di halaman gedung tersebut. "Selamat pagi, mba. Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang satpam dengan perut sedikit buncit yang bernama Sodikin. "Selamat pagi, pak. Maaf saya karyawan baru, bisa saya bertemu dengan Ibu Mitha atau dengan Pak Jo? Dan satu lagi pak, apa betul dua hari yang lalu ada mobil navara berwarna hitam yang diantar ke kantor ini dari kantor pusat?" tanya Marissa dengan bahasa dan tutur kata yang sopan. Sedangkan satu orang satpam lainnya menatap Marissa dengan tatapan yang sulit diartikan. Mungkin hampir seperti tatapan seekor predator yang melihat rusa buruannya di depan mata, ya tatapan kela
Ekhem...Edgar sengaja berdeham untuk memecahkan keheningan di antara Jevin dan adiknya. Sebenarnya Edgar tahu jika maksud kedatangan Jevin adalah ingin mengajak adiknya kejenjang yang lebih serius."Mau sampai kapan kalian cosplay jadi patung? Gak capek diam terus?""Kalau kakak perhatikan, kalian itu mirip sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Saling diam namun tetap saling merindu."Ucapan yang dilontarkan Edgar membuat keduanya saling tatap dan kemudian mereka tertawa bersama. Agaknya memang benar apa yang Edgar katakan. Jevin dan Marissa terlihat seperti dua sejoli yang tengah bertengkar namun tetap ingin dekat satu sama lain."Mohon ijin bang." ucap Jevin mengawali."Maksud dan tujuan saya ke sini ingin memberikan ini kepada Dik Ica." imbuh Jevin yang seraya mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah dari dalam saku celananya.Di dalamnya terdapat dua buah cincin. Satu cincin paja dan yang lain sebuah cincin emas dengan s
Kini waktu telah menunjukkan pukul 18.00, seharusnya dua jam yang lalu Edgar pulang, tetapi pria dengan tinggi badan 185 sentimeter itu tetap melanjutkan tugas-tugasnya yang belum selesai. Sesekali diliriknya sang adik yang kini tengah tertidur di salah satu kursi di depan meja kerjanya. Ada perasaan iba dan prihatin atas keadaan yang menimpa adiknya. Di usainya yang baru menginjak dua puluh tahun, Marissa harus menelan pil pahit karena kepergian kedua orang tuanya. Dibelainya kepala sang adik dengan penuh kelembutan."Kamu harus jadi wanita yang kuat, dik. Kak Edgar yakin, kamu mampu melewati semua ujian yang Tuhan berikan. Kakak akan jaga kamu semampu dan sekuat kakak. Apapun yang terjadi di depan nanti, kakak akan selalu ada untuk kamu. Kakak akan jadi orang pertama yang merengkuhmu." ucapnya lirih.Marissa yang sebenarnya sudah terbangun dari sepuluh menit yang lalu pun hanya bisa terdiam, berpura-pura bahwa dirinya masih tertidur dan memejamkan mata. Jujur s
"Maaf, dengan Mbak Chaterine Marissa? Adik dari Pak Edgar?" tanya Anton kepada Marissa yang diiringi dengan senyumnya yang memikat hati kaum hawa. "Saya sendiri." jawab Marissa. "Mari ikut saya, mbak." Entah bagaimana, ucapan yang dilontarkan Anton bagaikan mantra sihir yang mampu menghipnotis Marissa. Sedangkan kini, Marissa hanya berjalan mengekori Anton menuju ruang kerja Edgar. Sepertinya Marissa mulai tertarik kepada Anton. Marissa yang merasa bersalah atas insiden tak mengenakan siang tadi akhirnya memberanikan diri untuk memecahkan keheningan di antara keduanya. "Pak Anton, maafkan atas sikap saya siang tadi ya." ucap Marissa yang sedikit gugup. Anton yang merasa diajak bicara pun akhirnya menghentikan langkahnya dan menatap manik coklat milik Marissa. Ada segaris senyum terukir di bibir brigadir polisi satu itu. Senyum tulus nan ikhlas yang selalu ia berikan kepada siapapun yang ia temui. "Gak apa kok Mbak Chate
Setelah puas berkeliling mall dan membeli barang-barang kebutuhannya, akhirnya Marissa melangkahkan kakinya ke toko donat dan kopi yang masih berada di mall tersebut.“Kak, saya mau Jco donut 2 lusin, JPOPS 4 lusin, 1 Avocado Frappe Tre, 2 Caramel Jcoccino Tre." ucap Marissa menyebutkan pesanannya."Oh iya kak, yang Avocado less ice ya." ucap Marissa kemudian."Baik kak. Atas nama kak siapa?""Chaterine." jawab Marissa singkat."Untuk pembayarannya cash atau pakai card, kak?""Pake debit card bisa kan?" tanya Marissa kepada sang kasir."Bisa kak."Kemudian Marissa menyerahkan salah satu kartu debit miliknya guna membayar pesanannya. Sembari menunggu pesanannya, Marissa pun memilih duduk di salah satu kursi yang berada di sudut toko tersebut. Netranya tak sengaja terfokus pada seorang pria yang tengah berdiri di lobby mall tersebut."Itu Kak Jevin bukan sih? Tapi kok dari muka sama postur
Suasana berkabung masih menyelimuti rumah yang ditempati oleh sepasang kakak beradik. Kehilangan kedua orang tua secara bersamaan terasa amat sangat menyakitkan bagi mereka berdua. Rasanya bagaikan ribuan belati tajam menghujami tubuh mereka secara bertubi-tubi. “Dek…” “Adek ikut Kak Ega aja ya…” “Kakak gak tega kalau harus biarin kamu hidup sendirian di sini.” ujar pria yang bernama lengkap Edgar William Hadinata kepada adik semata wayangnya. “Kalau aku ikut kakak, siapa yang mau jaga ayah ibu, kak?” “Siapa yang mau jaga rumah?” “Terus gimana juga kuliah dan pekerjaanku?” kata Marissa sembari menahan air matanya agar tak jatuh dan membasahi pipinya. “Ayah ibu sudah bahagia dek. Kamu harus bisa ikhlas.” kata Edgar sambal memeluk tubuh ringkih adiknya. Kedua orang tua Edgar dan Marissa mengalami kecelakaan lalu lintas saat mereka sedang melakukan perjalanan dinas. Tabrakan beruntun di jalan tol mengakibatk
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments