Warning 21+!! Berawal dari tantangan yang Jesslyn lakukan untuk membuktikan apakah Arion, atasannya itu yang di gosipkan seorang Gay, justru menyeretnya untuk terus berhubungan dengannya. Karena keadaan lah yang membuat Jesslyn bertahan dengan pekerjaan yang Arion beri untuknya, sebagai pemuas nafsu laki-laki itu, tentu membuat harga dirinya jatuh namun apa pedulinya itu jika uang yang lebih penting? Arion yang tak pernah tertarik dengan wanita manapun setelah masalalu yang membuatnya tak lagi tertarik dengan wanita justru menarik Jesslyn ke dalam kehidupannya. Ketika rasa nyaman dan cinta itu tumbuh sanggupkah ia melepas Jesslyn dan mengingkari janjinya pada sang masalalu? ... Cover by Pinterest Teks by Canva
View More"Kalian lihat! Pak Arion tak membawa seorang gadis untuk dibawa ke pesta ini"
Jesslyn menoleh ke arah yang ditunjuk teman satu divisinya, di atas panggung yang menampilkan tubuh atletis atasannya yang tengah memberikan beberapa ucapan pembuka pada acara ini.
"Sepertinya memang benar apa yang digosipkan selama ini, bahwa atasan kita itu seorang gay"
Jesslyn hanya memandang Rini, salah satu temannya yang berbicara, hanya ia yang tidak tau apa-apa karena baru beberapa hari bekerja di perusahaan Arion.
"Iya, aku ingat saat akan masuk ke ruangan Pak Arion, seorang gadis keluar dari sana dengan penampilan yang acak-acak namun raut wajahnya begitu kesal dan muram sepertinya dia ditolak oleh Pak Arion"
Keisa, seorang ibu satu anak yang duduk di sisi kanan Jesslyn ikut menimpali dan membuat keempat orang yang duduk di meja bundar itu makin mendekat karena obrolan yang begitu hangat, membicarakan atasannya di pesta perusahaan.
"Bagaimana jika kita membuktikan rumor ini?"
Semua mata memandang Jesslyn yang akhirnya membuka suara, karena sejak tadi ia hanya menyimak ketiga wanita yang mengelilinginya terus bicara.
"Bagaimana caranya?" Sea, gadis yang satu tahun dibawah Jesslyn namun sudah bekerja lama di perusahaan Arion itu bertanya membuat Jesslyn menjentikan jarinya karena secercah ide masuk ke dalam otaknya.
"Kita gunakan botol ini untuk menentukannya, siapapun yang ditunjuk oleh bibir botol, dia akan menggoda Pak Arion, bagaimana?"
Kedua teman Jesslyn mengangguk setuju namun tidak dengan Keisa membuat Jesslyn dan kedua temannya memandang wanita itu bertanya.
"Bisa-bisa aku diusir suamiku jika dia melihatku menggoda Pak Arion! Kalian saja aku tidak ikutan!"
Jesslyn berdecak dan akhirnya setuju, ia tau suami Keisa itu kepala manajer di perusahan Arion, cinta yang tumbuh di dalam kantor seperti kisah cinta di dalam novel.
"Baiklah, Mbak Keisa tidak perlu ikutan. Kita mulai?"
Kedua teman Jesslyn mengangguk, dan Keisa yang bertugas memutar botol kosong itu di atas meja, mereka bertiga berdebar menunggu botol tersebut berhenti dan memilih targetnya untuk menggoda Pak Arion.
Namun saat moncong botol itu berhenti di Keisa, wanita itu membulatkan matanya dan kembali memutar membuat tawa ketiga temannya pecah saat melihat reaksi wajahnya.
Namun tawa mereka berhenti saat melihat ujung botol itu terhenti di tubuh Jesslyn. Kedua temannya bersorak riang dengan pelan karena tak mau mengundang banyak pasang mata yang penasaran, namun tidak dengan Jesslyn yang terpaku kaget dan menyesali permainan yang dibuatnya.
"Bagaimana jika kita memutar ulang botolnya?"
"Tidak!" Ketiga temannya sontak kompak meneriakan kata tersebut, membuat bibir Jesslyn yang dilapisi gincu berwarna merah menyala itu mengerucut sebal.
"Baiklah akan ku lakukan!"
Jesslyn bangkit dari kursinya, gadis berbadan mungil dengan kulit pucatnya itu begitu terlihat cantik namun karena riasannya yang dibuat begitu mencolok, ia kini terlihat seperti wanita dewasa yang suka menggoda lawan jenisnya.
Jesslyn mengibaskan rambut panjang ikalnya, menghentakan kakinya yang dibalut heels 12 senti itu menuju ke arah pria yang baru saja turun dari atas panggung setelah memberikan salam pembukaan.
Langkah Jesslyn terhenti saat pria itu didekati oleh banyak rekan kerjanya, hingga Jesslyn harus berputar arah agar tak ikut bergabung dengan mereka.
Jesslyn berpikir, bahwa saat ini bukan waktu yang tepat karena pria itu nampak sibuk mendapat banyak tamu dari orang-orang penting yang datang.
Jesslyn yang hanya pegawai administrasi biasa pasti tak akan dikenal dan dihiraukan, dia hanya lulusan SMK jadi mereka pasti tidak akan meliriknya, kecuali jika fisiknya.
Jesslyn yakin pria-pria baya yang tengah mengerumuni Pak Arion juga tak akan melepas pandangan mata padanya yang memiliki tubuh wanita dewasa dan wajah yang masih belia.
Cukup banyak pria yang mendekatinya namun hanya memandang ia dari luarnya saja. Dan Jesslyn menolak mereka yang mendekat dengan kata-kata tajamnya sebelum para pria yang mendekat kaget dan membalikan kata-kata tajam untuknya.
Kembali ia fokuskan pada laki-laki yang memiliki tubuh atletis yang dibalut jas dan kemeja mahal itu tengah berbincang dan sepertinya akan cukup lama, membuat Jesslyn membalikan langkahnya untuk ke meja teman-temannya yang memperhatikannya.
"Sudah selesai?"
Jesslyn menggeleng dan kembali duduk, "Pak Bos sibuk, malu lah aku jika menggoda dia saat banyak tamu penting di sisinya"
Ketiga temannya tertawa pelan melihat wajah kesal Jesslyn. "Kalau begitu tunggu sampai malam makin larut, pasti Pak Bos akan melayani godaanmu"
Ucapan Rini diangguki kedua temannya membuat Jesslyn akhirnya menuruti permintaan mereka.
Akhirnya mereka berempat melupakan sejenak tentang rencananya, dan menikmati pesta itu. Hingga waktu yang sudah menunjukan pukul 10 malam dan pesta yang tadinya bertema formal kini mulai liar karena malam semakin larut dan para orangtua sudah kembali pulang menyisakan anak-anak muda yang butuh berpesta.
"Rencanamu bisa dimulai sekarang, Pak Arion sedang sendiri di sofa sana"
Rini menunjuk sosok Pak Arion yang tengah meminum alkoholnya dengan mata yang liar mengamati orang-orang di sekitarnya, Jesslyn yang sedari tadi tak pernah henti memperhatikan pria itu, kini sedikit ragu akan rencananya.
Ia cukup melihat bagaimana para gadis yang mendekat dan mencoba berdansa dengan Pak Arion ditolak tegas hingga beberapa gadis yang tak berhasil, menangis atau wajahnya memerah malu karena Pak Arion berhasil mempermalukan mereka.
"Bagaimana jika aku gagal?"
"Ya berarti Pak Arion memang seorang gay, lagipula jika kamu gagal dan malu Pak Arion tidak akan pernah melihatmu lagi, ingat posisi kita dan Pak Arion itu jauh berbeda dan dia tidak akan mengingatmu lagi"
Ucapan Sea mampu membuat hati Jesslyn kembali tenang dan ia tersenyum memandang ketiga temannya.
Baiklah, dia mulai kembali percaya diri. Mengambil sebuah minuman yang dibawa oleh beberapa waitress yang mondar-mandir, Jesslyn melangkahkan kakinya dengan segelas minuman Alkohol di tanganya.
Jujur saja ia tidak pernah minum, ia mengambil ini hanya agar terlihat lebih dewasa dan lebih sempurna untuk menjalani rencananya.
Dengan jantung yang berdebar Jesslyn memberikan senyum pada Pak Arion yang sudah memperhatikan ia dengan raut dinginnya. Ingin sekali Jesslyn membatalkan rencananya saat melihat tatapan dingin itu.
"Hai, boleh aku duduk di sini?"
Jesslyn berucap manja dengan sedikit membusungkan dadanya yang terlihat ingin mencuat keluar.
"Tidak!" Singkat, padat, dan jelas.
Jesslyn sedikit menganga, ia tau dirinya pasti ditolak dan melihat laki-laki itu yang berkata tidak, namun tangannya sibuk menyeruput alkohol dan kedua matanya masih memperhatikan tubuh Jesslyn dengan pandangan menghina.
"Kamu karyawan di perusahaan saya? Atau hanya seorang gadis SMP? Kenapa bisa masuk ke sini? Apa kamu datang bersama ayahmu, siapa nama ayahmu?"
Jesslyn mengerutkan dahinya, dia bukan gadis SMP, dia wanita dewasa yang berusia 25 tahun.
"Atau kamu hanya datang karena ingin mencoba makanan di sini? Siapa yang mengizinkanmu masuk?"
Pandangan remeh itu membuat Jesslyn mulai muak dan kesal terhadap laki-laki yang duduk di depannya ini, karena tak pernah bertatap muka Jesslyn pikir sikapnya akan baik hati namun ternyata Jesslyn salah. Pria ini begitu terlihat angkuh dan memandang rendah seseorang yang tak selevel dengannya hanya berdasarkan penampilan.
"Dengar ya Pak! Saya bukan gadis SMP! Dan saya datang juga bukan untuk meminta makanan! Lagi pula saya juga tidak serius untuk menggoda Bapak! Saya bahkan jijik dengan laki-laki pecinta sesama jenisnya!"
Karena kekesalannya Jesslyn tak menyaring ucapannya saat ia berbicara hingga kedua mata Arion hampir keluar karena mendengar ucapannya.
"Kamu bilang apa?"
Arion bangkit berdiri dan mengintimidasi Jesslyn menggunakan tatapan matanya yang begitu tajam menghunus ke dalam mata Jesslyn.
Namun Jesslyn tak terlihat takut, ia yakin Arion tidak akan mengetahuinya posisinya yang bekerja di kantor pria itu sebagai apa, lagipula ratusan orang di sini adalah karyawan pria ini.
"Pecinta kaum penis!" Jesslyn mendengus diikuti dengan tawa mengejeknya, namun wajahnya perlahan memucat melihat wajah Arion memerah dengan urat-uratnya yang bertonjolan dan Jesslyn takut jika Arion akan menamparnya atau memberikan ia sebuah bogeman mentah.
"Jadi kamu pikir aku itu Gay?!"
Suaranya yang menggeram marah membuat Jesslyn ragu untuk mengangguk, sepertinya dia harus kabur sebelum suasananya semakin kacau dan bisa saja Arion memecatnya karena sudah mengatakan hal buruk yang tidak mengenakan bagi pria ini.
Ayolah, dia orang besar, mudah untuk melakukannya bukan?
Jesslyn baru membalikan badannya ingin segera kabur, namun tarikan di tangannya membuat ia membentur dada keras Arion yang begitu harum maskulin saat Jesslyn tak sengaja mencium aromanya.
"Biar ku buktikan betapa normalnya aku padamu!"
Jesslyn terpaku dan hanya bisa diam saat tangannya ditarik Arion untuk masuk ke dalam lift dan membawanya ke sebuah suite room yang Jesslyn yakin harganya bisa sanggup membeli satu buah mobil.
Arion menariknya hingga masuk ke dalam kamar mewah pria itu, saat tubuh Jesslyn terjerembab di atas ranjang barulah ia sadar pada apa yang tengah terjadi.
"Kamu meragukan aku bukan?! Biar keraguanmu itu aku hapuskan sekarang juga, dan setelahnya kamu bisa pergi dan memberitahu orang-orang bahwa aku bukan pecinta penis! Seperti yang kamu katakan!"
Jesslyn meneguk salivanya kasar saat melihat gerakan Arion yang membuka jasnya dengan gaya yang begitu seksi di matanya.
Gadis itu menggeleng dan bangkit berdiri membuat kerutan di dahi Arion terpatri di wajah tampannya itu.
"Eum ... Bapak sudah membuktikannya, kalau begitu saya pergi"
Dengan gugup Jesslyn berjalan ingin meninggalkan Arion, namun pria itu tak mau melepasnya. Arion sudah membawa Jesslyn ke tempatnya dan ia akan melancarkan niatan Jesslyn yang ingin membawanya ke atas ranjang.
"Kenapa mau pergi? Bukankah ini maumu? Lagipula tidak perlu malu seperti itu! Aku yakin ini bukan yang pertama untukmu, betul? Kamu terlihat begitu mahir saat menggodaku tadi"
Wajah Jesslyn kembali semerah tomat saat dengan gerak pelan Arion membuka kemejanya yang kancingnya sudah dibuka semua. Ia pikir perut Arion itu buncit ternyata ia salah karena ada banyak kotak di sana yang Jesslyn pikir itu akan empuk jika dipegang.
Jesslyn tersentak saat tangannya ditarik dan diletakkan di atas perut Arion yang begitu menggoda matanya untuk meliarkan pandangannya ke bawah sana.
"Peganglah jika ingin"
Jesslyn sudah kehilangan kesadaran otaknya, karena sekarang ia mengikuti naluri seorang wanita yang begitu gemas ingin mengusap perut yang semula ia pikir empuk itu namun begitu keras saat ia pegang.
Tak sadar Jesslyn berulang kali menelan salivanya dan di mata Arion hal yang dilakukan Jesslyn membangkitkan bukit gairahnya yang ia pikir sudah mati.
"Tidak perlu berlama-lama"
Jesslyn menjerit kecil saat tubuhnya di dorong ke atas ranjang dan Arion merayap di atas tubuhnya.
"Tidak mungkin si pecinta penis bisa melakukan ini"
Belum Jesslyn mencerna perkataan Arion, bibir pria itu sudah menempel di bibirnya yang memberikan sebuah rasa geli di perutnya karena Jesslyn baru pertama kali merasakannya.
Mulanya bibir Arion hanya menempel sejenak sebelum mengulum lembut bibir Jesslyn membuat kedua manusia yang berada di atas ranjang itu menghembuskan napas dengan berat.
Lidah Arion menjulur dan mengusap bibir Jesslyn yang tertutup rapat sebelum membukanya dan membelit lidahnya.
Erangan Arion dan desahan Jesslyn mengalun, gadis itu sudah melupakan kegelisahan dan kegugupannya tadi, karena Arion yang memberikan sebuah rasa yang baru kali ini ia rasakan.
Tangan Arion turun dan mengusap pada kedua bongkah payudara Jesslyn yang mencuat ingin keluar, ia usap perlahan sebelum meremasnya, membuat Jesslyn memejamkan matanya menahan rasa nikmat yang baru ia rasakan hari ini.
Dengan bibir yang masih saling menempel, Arion begitu lihai membuka pakaian Jesslyn di bawahnya hingga kini gadis itu hanya tinggal memakai celana dalamnya.
Mencecap bibir gadis itu sebelum ciumannya ia turunkan ke leher putih Jesslyn, memberikan tanda supaya gadis itu sadar pada apa yang telah mereka lakukan.
Ciumannya terus turun hingga ke payudara Jesslyn yang begitu pas berada di genggaman tangannya yang lebar, Jesslyn tak berhenti meringis mendesah dan berteriak saat Arion menyentuh titik sensitif tubuhnya.
"Ahhh Bapak!"
Arion menghentikan cumbuannya pada salah satu payudara Jesslyn saat mendengar panggilannya yang keluar dari bibir Jesslyn.
"Panggil aku Arion!"
Jesslyn hanya mengangguk tak mampu bicara banyak. Gairahnya kini dipancing keluar oleh Arion dan dia begitu menikmatinya tanpa memikirkan bagaimana ke depannya nanti.
"Namamu? Aku belum tau namamu?"
Kedua tangan Arion memelintir pelan puncak payudara Jesslyn saat ia bertanya dan menikmati raut nikmat dan geli di wajah Jesslyn.
"Jes ... Jesslyn, Saya Jesslyn Pak, ahh"
Jesslyn menjerit sakit saat Arion menggigit puncak payudaranya. "Jangan panggil Bapak ingat?!"
Lagi, Jesslyn mengangguk kuat dan setelahnya bibir Arion mencumbu bibir merah Jesslyn dengan tangannya yang membuka penutup terakhir di tubuh Jesslyn.
Saat tubuh gadis itu sudah sepenuhnya naked, Arion bangkit untuk membuka celana bahannya yang menyimpan aset kebanggaannya.
Mereka kini sudah sama-sama telanjang, dan Jeslyn tak henti meneguk salivanya, ia begitu terpukau melihat torpedo yang ada di pusat tubuh atasannya yang begitu besar dan lansung membuatnya bergidik takut.
Ia membayangkan betapa sakit rasanya jika benda sebesar itu masuk ke dalam tubuhnya yang kecil.
Arion yang melihat kegugupan dan ragu yang kini kembali membayangi wajah Jesslyn dengan cepat kembali mencumbu bibirnya dengan satu tangannya ia layangkan ke pusat tubuh Jesslyn mengusap benda tersebut yang membuat Jesslyn berkali-kali tersentak kaget.
"Ahh ... Arion"
Mendengar desahan yang menyebut namanya, Arion tersenyum senang dan menurunkan bibirnya ke inti Jesslyn. Gadis itu begitu panik melihat wajah Arion yang kini berada di bawah tubuhnya dan mencium perut datarnya.
"Jangan ... Ahh Jangan di sana itu menjijikan!"
Arion tak mengindahkan ucapan Jesslyn, ia menahan tangan Jesslyn yang ingin mendorong keoalanya dari pusat tubuh Jesslyn. Dengan perlahan Arion mencium vagina Jesslyn, melihat bagaimana wajah memerah Jesslyn yang begitu terlihat menikmati namun masih dibalut rasa malu.
Dan lidah Arion beraksi untuk memanjakan pusat tubuhnya, Jesslyn menggigit bibirnya menahan erangan yang akan keluar saat lidah panas Arion membelah dirinya.
"Ahhh Arion ... Pergi, aku mau pipis!"
Ucapannya tak sesuai dengan perbuatan, karena Jesslyn justru menekan kepala Arion agar tetap menempel di pusat tubuhnya.
"Keluarkan Jesslyn, biarkan dia mengalir"
Jesslyn mengerang keras saat ledakan nikmat ia rasakan hingga membuat tubuhnya melemas.
Arion tersenyum senang, dan membersihkan cairan yang keluar dari tubuh Jesslyn yang entah mengapa kini ia sukai. Tubuhnya bangkit dan kembali mensejajarkan wajah mereka.
"Sikapmu seperti gadis yang baru mau diperawani"
Arion berucap di atas bibir Jesslyn, dan menekan kejantanannya di atas kemaluan Jesslyn, mengusapnya lembut ke atas dan ke bawah.
Dalam hati Jesslyn menganguk kuat, dia memang akan diperawani sebentar lagi oleh Arion, jika dia bilang belum pernah melakukannya apa Arion akan percaya?
Entah, Jeeslyn tidak tau karena belum ia membuka bibir kejantanan Arion sudah mulai menyelinap masuk dan membuatnya mendesis sakit.
Arion bahkan terlihat kesusahan saat miliknya di bawah sana kesulitan untuk dapat masuk.
Baru ujung kepalanya yang memasuki tubuh Jesslyn yang begitu rapat dan melihat wajah kesakitan gadis itu ia seakan ditampar oleh tangan tak kasat mata.
"Kamu perawan?"
Jesslyn tak menjawab, dia hanya meringis dan mencoba mendorong perut Arion dengan tenaganya yang melemas.
"Tenanglah, ini tidak akan sakit jika sudah biasa ... Aku akan melakukannya dengan perlahan- ohh ..."
Arion harus kembali memfokuskan dirinya untuk menghunus tubuh bawah Jesslyn menggunakan kejantanannya. Mengabaikan jerit Jesslyn, ia berhasil memasuki tubuh Jesslyn yang membuatnya bernapas lega namun terus menggeram nikmat karena milik gadis itu yang mencengkram erat miliknya.
"Astaga ... Jesslyn kamu begitu nikmat, aku tidak akan puas jika hanya satu kali melakukan percintaan panas ini! Jadi bersiaplah aku akan menggempurmu setelah ini"
Jesslyn tak mendengar dia tengah melawan rasa sakitnya saat merasakan tubuh Arion yang berada di dalamnya.
Setelah kesakitannya mereda, Arion menggerakan tubuhnya dan rasa sakit yang tadi Jesslyn rasakan kembali menerjangnya walau tak lama karena rasa sakit itu berganti dengan rasa nikmat yang membuatnya menjeritkan nama Arion berulang kali.
Arion yang tersenyum puas karena gadis itu tak lagi berteriak kesakitan terus menggoyangkan tubuh bawahnya, membawa mereka ke puncak kenikmatan yang sebentar lagi mereka rasakan.
Tak hanya Arion Jesslyn juga menunggu puncak itu datang, namun saat akan merasakannya Arion menghentikan gerakannya membuat decak tak terima Jesslyn layangkan dan Arion terkekeh karenanya.
Ia berganti posisi dengan Jesslyn yang kini berada di atasnya, gadis itu yang masih begitu awam hanya menggoyangkan tubuhnya maju dan mundur mencoba mencari kenikmatan yang tadi hampir ia raih.
Gerakan yang pelan dan begitu amatir itu mencipta senyum geli di bibir Arion. Sudah lama ia tidak melakukan hubungan intim dan saat memulainya Arion harus melakukannya bersama wanita yang yang masih begitu awam.
Namun tak mau munafik bahwa dia menyukainya dan sungguh menikmati.
Pandangan Arion kembali pada Jesslyn yang kedua matanya terpejam erat dengan bibirnya yang terbuka, menandakan bahwa gadis itu telah tiba di puncaknya, namun sayangnya Arion belum.
Arion kembali membalikan tubuh mereka berdua dan menggempur Jesslyn yang baru saja mencapai kenikmatannya, menyentak tubuh gadis itu hingga tak henti Jesslyn menjerit nikmat dibuatnya.
Arion juga ikut menggeram saat merasakan kejantanannya mulai mengeras di dalam tubuh Jesslyn dan bersiap menumpahkan laharnya. Dengan gerakan cepat ia terus memaju mundurkan pantatnya dan erangan nikmat kedua insan itu beradu dalam desah napas yang berhembus.
Namun Arion belum mau menghentikan percintaan ini, mereka memang istirahat sebentar, dan sekejap Arion kembali bangun dan melakukannya lagi dengan Jesslyn yang pasrah karena dia juga ikut menikmatinya.
Satu malam itu mereka habiskan dengan bercinta hingga tak kenal waktu.
Tbc...
Pernikahan akan terlaksana dalam waktu dekat ini, dan persiapannya pun sudah hampir sempurna.Bahkan Jesslyn tidak melakukan apapun, semua persiapan dilakukan oleh Arion serta kedua orangtua pria itu, dia hanya tinggal memilih apa yang paling disukanya dan akan dilaksanakan oleh Arion.Jesslyn sangat dimanjakan oleh keluarga Arion ini dan membuatnya nyaman akan kedekatan yang terjalin di keluarga tersebut.Jesslyn juga sudah kembali dekat dengan para temannya, mereka yang setiap hari minggu datang ke rumah keluarga Arion hanya demi melihat sang putra dan menemani Jesslyn main itu tak membuat Arion atau kedua orangtua itu risih.Ketiganya justru nampak bahagia karena bisa melihat Jesslyn tertawa dan bercanda gurau bersama teman-temannya yang jika datang akan berkumpul di halaman belakang rumah mereka yang luas.Terkadang Nyonya Narendra ikut bergabung dan memeriahkan acara kumpul mereka, Arion yang hanya melihat dari jauh bagaimana bahag
Jesslyn sudah duduk menunggu di kantin kantornya. Dia tau ketiga temannya akan datang kemari.Jesslyn menahan dan tak mau mempedulikan beberapa pasang mata yang menatap padanya. Karena kehebohan yang Arion lakukan pagi tadi, dan ketika dia keluar dari ruangan Haris tentu menjadi pusat perhatian namun Jesslyn menahannya karena dia hanya fokus untuk memikirkan apa yang akan dia katakan pada ketiga sahabatnya itu.Tiba di kantin pun masih belum ada karyawan yang datang karena memang belum masuk jam makan siang.Namun Jesslyn sudah duduk di mejanya yang dulu, meja dimana dia dan teman-temannya berkumpul yang letaknya berada di pojok ruangan dan sedikit tersembunyi.Sengaja mereka memilih meja itu karena kegiatan Jesslyn bersama teman-temannya itu suka bergosip.Memikirkan bagaimana dulu mereka membicarakan sesorang atau siapapun di meja ini memberinya kenangan yang lucu sekaligus merindukan masa-masa tersebut.&
Sesungguhnya jika bisa memilih, Jesslyn tidak mau ikut dengan Arion ke kantor.Sungguh dia masih takut, dan sakit hati jika mengingat bagaimana Arion yang merendahkannya saat itu.Meski Arion meyakinkan dia tidak akan ada ucapan jahat untuknya, namun di belakang pasti banyak yang akan membicarakannya."Hei ... Semuanya akan baik-baik saja, aku juga mau memberitahukan semuanya bahwa kamulah pemilik hatiku"Arion menggenggam satu tangan Jesslyn yang diletakan di atas pahanya dengan kepalan kuat.Arion mengurai kepalan tersebut dan menggandengnya dengan hangat. Arion mau menghilangkan kegugupan dan rasa takut yang kini memenuhi diri Jesslyn.Sampai dirinya tiba di parkiran kantornya pun, Jesslyn masih terlihat sangat gelisah dan wajahnya pucat. Jujur saja, Arion tidak mau menyiksa Jesslyn seperti ini, namun dia juga butuh Jesslyn untuk menunjukan pada orang-orang kantor betapa berharganya wanita itu untuknya."Ayo kita masuk"
Arion dengan segera menyelesaikan pekerjaannya, tepat ketika jam pulang kantor, dia yang biasanya keluar terakhir dari para pegawainya kini bahkan pulang lebih awal, karena perasaan rindunya yang membuncah mengingat Jesslyn berada di rumah kedua orangtuanya.Dia juga tidak sabar untuk menunjukan pada Jesslyn, tiga undangan yang sudah Joshua pilihkan.Setibanya Arion di rumah kedua orangtuanya, jantungnya berdebar cukup kuat karena dia tak sabar mengatakan pada Jesslyn, dia mau mulai mengurus semua persiapan pernikahan mereka, tentunya dibantu oleh keluarganya juga.Arion tak mau gegabah seperti dulu yang tidak pernah menanyakan pendapat orang lain, karena saat dia sedang berdiskusi pada Karen persoalan rencana pernikahan Karen yang saat itu menyerahkan segala padanya tanpa mau ikut membicarakan tak membuat semangat Arion surut.Semua dia lakukan sendiri dan setiap ia bertanya pada Karen wanita itu hanya tersenyum dan mengangguk.&nb
Pagi ini sarapan di meja makan yang sama dengan keluarga Arion membuat Jesslyn kembali merasakan kehangatan sebuah keluarga.Terlebih bagaimana Nyonya dan Tuan Narendra yang tak berhenti tertawa bahagia karena bermain dengan Gabriel di depannya.Tersenyum penuh raut bahagia memandang itu, Jesslyn menoleh ke sampingnya saat merasakan seseorang menggenggam tangannya dengan erat.Arion yang menjadi pelakunya nampak merasakan kebahagiaan yang sama sepertinya. "Aku tidak pernah melihat mereka tertawa bahagia seperti itu ..." Arion berbisik pelan yang bisa Jesslyn dengar, dan mendengar apa yang Arion katakan itu membuat Jesslyn kembali menatapkan kedua matanya pada kedua orangtuanya yang sangat senang bermain dengan Gabriel yang merespon dengan tawa dan kedipan matanya."Mereka senang dengan Gabriel"Arion yang juga memfokuskan pandangannya pada Kedua orangtuanya itu mengangguk setuju, "kehadiran Gabriel dan kamu ... Menguba
Bibir Arion dan Jesslyn kembali terpaut dan saling memberi lumatan.Tubuh Jesslyn juga telah rebah sepenuhnya di atas sofa panjang dengan di atas tubuhnya ada Arion yang masih menyerbu bibirnya tanpa menekan tubuhnya.Arion menunduk di atas Jesslyn, memperdalam ciumannya. Hingga dia dan Jesslyn membutuhkan napas barulah Arion melepas ciuman bibirnya.Meski hanya sebentar sebelum ia tempelkan bibirnya pada ceruk leher Jesslyn.Memberi hisapan pelan dan jilatan di sana, tersenyum senang saat mendengar rintihan pelan Jesslyn dan desah tertahan di bibirnya."Arhhion ..." Jesslyn memanggil lirih nama Arion saat ciuman pria itu perlahan turun ke dadanya yang masih terbalut dress nya.Arion memberi tanda di sana hingga kemudian dirinya bersiap merobek gaun mahal yang dibelinya di butik tadi, andai kata jika Jesslyn tidak mencegahnya."Jangan merusak gaunnya!"Jesslyn yang sudah mengetahui gerak tangan Arion yang ingin merobek kain dib
Setelah Jesslyn berhasil menghentikan tangis harunya, dia mulai melepas pelukan Arion yang hanya tersenyum geli padanya.Mulailah kedua orangtua Arion yang bertanya khawatir padanya. Namun Jesslyn berujar jika dia hanya terharu karena kehadirannya diterima dan mendapat perlakuan baik dari kedua orangtua Arion.Hal itu membuat Tuan dan Nyonya Narendra makin melihat betapa tulusnya Jesslyn, mereka makin menyukai wanita yang Arion bawa ini."Sayang sekali tidak ada Rafael, mungkin jika ada anak itu, dia akan meledek Kakaknya" Tubuh Jesslyn perlahan menegang mendengar saat Nyonya Narendra menyinggung persoalan Rafael.Meski Jesslyn berusaha melupakannya dan memaafkan, namun masih sangat berat jika mendengar nama pria itu, atau bahkan untuk bertemu."Kamu tau Jesslyn, Rafael pernah koma di rumah sakit karena Arion pukuli, kami berdua bahkan tidak tau alasan mereka bertengkar saat itu."Jesslyn tersenyum kaku dan meli
Jesslyn berdebar saat mobil Arion mulai memasuki pekarangan rumah kedua orangtuanya yang sangat megah.Arion juga menyadari bagaimana tegangnya wajah Jessyn, namun dia memilih mengusap tangan Jesslyn dan menenangkan wanita itu."Ayo masuk"Jesslyn mengangguk dan turun dari mobil, Arion membantu Jesslyn membawakan tasnya. Dan dengan tangan Arion yang merangkul pinggangnya, keduanya berjalan menuju pintu utama yang kini dibukakan oleh dua orang pelayan wanita muda.Jesslyn tersenyum pada kedua wanita yang tatapannya hanya tertuju pada Arion membuatnya sedikit kesal, bagaimana Arion yang juga tersenyum, meski senyuman pria itu ditujukan untuknya, karena Arion terus memandangnya."Tuan dan Nyonya menunggu di ruang tamu Tuan muda" Arion mengangguk mengerti dan terus merangkul pinggang Jesslyn melewati beberapa bagian rumahnya sebelum tiba di ruang tamu besar rumahnya.Sepanjang jalan Jesslyn juga meliarkan matanya untuk memuaskan kedua matanya ka
Jesslyn berkerut kening karena melihat Arion yang membawa mobilnya memasuki apartemen pria itu."Bukankah kita akan ke rumah kedua orangtuamu?"Arion menoleh sejenak pada Jesslyn sebelum pria itu beri anggukan. "Ya, kita akan ke rumah kedua orangtuaku, tapi malam nanti ... Karena pagi sampai sore ini aku mau menghabiskan waktu bersamamu dan Gabriel"Jesslyn yang mendengar itu sedikit melongo tak percaya. "Lalu mengapa kamu tidak bilang?! Aku sudah berdandan sangat rapih Arion!"Arion melirik Jesslyn dan mengusap lembut kepala wanita itu "karena jika aku bilang malam, kamu pasti tidak mau pergi pagi ini bersamaku"Jesslyn menghela napasnya pelan "kenapa kamu bisa berasumsi sendiri seperti itu? Jika kamu mengatakannya aku tidak mungkin berdandan secara berlebihan seperti ini"Arion terkekeh pelan dan menggeleng "tidak berlebihan menurutku, kamu cantik"Tak bisa dipungkiri wajah Jesslyn memerah malu akibatucapan Arion y
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments