Arion mendesahkan napasnya gusar, ia melirik Jesslyn yang sedang meneliti laporan sebelum akan diberikan padanya, kedua telinga wanita itu tersumpal oleh earphone yang memutar musik. Sejak semalam, Arion gagal menyentuh Jesslyn dan mengingat malam tadi membuatnya berdecak sebal. Semalam saat ia dengan langkah lebar untuk melanjutkan permainan mereka, ia justru menemukan Jesslyn yang tertidur. berusaha keras untuk Arion membangunkannya namun wanita itu tak mau bangun dan memilih melanjutkan tidurnya.
Pikirannya ia akan tetap menggagahi Jesslyn ketika wanita itu tertidur, tapi tentu itu sama sekali bukan dirinya, ia menginginkan melihat wajah memerah Jesslyn saat wanita itu mencapai puncak surga dunia. Dan paginya saat ia akan meminta Jesslyn memainkan miliknya, Joshua sudah tiba di apartemennya untuk menjemput dia ke kantor.
Kini Arion justru melihat Jesslyn yang nampak santai bekerja di meja sana tanpa memikirkan dia yang be
"Benar, tidak mau aku antar pulang?"Jesslyn mengangguk yakin, sudah 4 kali Arion bertanya dan meyakinkan dia untuk diantar pulang namun Jesslyn tetap menolaknya.Ia tidak ingin lansung pulang ke rumah kostnya. Melainkan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi sang adik."Yaudah Pak, saya pulang duluan ya"Jesslyn yang selesai membereskan barang-barangnya pamit pada Arion yang masih duduk di kursinya. Arion mengangguk dan memperhatikan punggung Jesslyn yang sudah pergi meninggalkan dia sendiri di dalam ruangannya.Dan sebelum ia tiba di rumah sakit terlebih dahulu Jesslyn membelikan buah untuk Kean.Memasuki rumah sakit, Jesslyn menemui dokter Abi yang menjelaskan kondisi Kean setelah ia menanyakannya. "Kondisinya sudah lumayan baik, sepertinya dua hari lagi dia juga sudah bisa pulang"Jesslyn tersenyum lega dan mengucapkan terimakasih sebelum ia melanjutkan jalannya ke kamar rawat Kean.Membuka pintu di hadapannya dan ia
"Kamu gak pulang Kak?"Jesslyn yang baru saja keluar dari kamar mandi, menatap Kean yang duduk di atas ranjang sembari menanyakan pertanyaan itu padanya.Wanita itu menggeleng menjawab tanya Kean "Udah malam, malas juga mau cari kendaraan. Aku nginep aja ya?"Kean tersenyum dan mengangguk "Iya boleh, aku jadi ada temennya juga"Jesslyn meletakkan tasnya di atas sofa yang tersedia di ruang rawat Kean yang tidak besar itu."Bukannya kemarin-kemarin juga ada temannya?"Kean menggeleng dan mengalihkan pandangannya dari Jesslyn karena wajah pria itu sedikit merona. Nampak Jesslyn masih tak mau berhenti menggoda adiknya itu."Masa sih? Lalu sama perawat tadi itu apa? Sampe disuapin loh""Ck! Kakak apasih, dia yang suka sama aku, dia maksa mau suapin Kean padahal mah Kean nya gak mau!"Kedua mata Jesslyn memicing tajam dengan senyum menggoda yang terpatri di bibirnya membuat wajah Kean makin memerah malu. "Udah ah Kak, jadi Kak
Sepanjang hari yang dilakukan Jesslyn hanya tidur di atas ranjang atau sekedar keluar untuk mencari makan. Kegiatan ini sungguh tak ada bedanya ketika dia sedang libur di rumah. Bukankah katanya dia ingin pergi jalan?Namun jika hatinya berkeinginan begitu tidak dengan tubuhnya yang memilih kasur sebagai tujuan akhirnya.Ya, bersantai seharian di atas ranjang itu kenikmatan yang tak ada duanya.Dan disela waktu santainya itu, ada yang mengganggu karena ia mendengar sebuah ketukan di pintu kostnya. Bangkit dengan perasaan kesal untuk membuka pintu, dia justru terkejut karena kedatangan Rini yang membawa dua kantung plastik besar berisikan makanan itu."Jesslyn!! Astaga kamu harus membantuku!"Jesslyn menahan keterkejutannya saat Rini tiba-tiba saja datang dan berbicara padanya. "Ada apa? Kamu bisa mengatakannya padaku" Jesslyn membawa masuk Rini dan ia dudukan temannya itu ke sofa di ruang tamunya."Aku butuh bantuanmu
Pintu kamar itu terbuka dan menyorot sinar terang yang masuk melalui celah pintu yang terbuka di dalam kamar yang begitu gelap tersebut, Seorang yang membuka pintu tersebut melangkah masuk dan berjalan melalui sebuah nakas yang diatasnya terletak sebuah dompet yang menjadi incarannya untuk masuk ke dalam kamar ini.Mengambil dengan perlahan isi di dalamnya dan setelah apa yang diinginkannya didapat, orang tersebut kembali keluar dan menutup pintu, menghapus jejaknya seolah tak pernah memasuki kamar tersebut.**"Sebelum tidur, pintu rumah dikunci, lalu saat mau berangkat besok jangan lupa bawa kuncinya. Tadi aku sudah bilang sama Ibu kost kalau kamu sementara tinggal di sini, aku lansung berangkat dari rumah sakit"Rini memberi hormat pada Jesslyn dan tertawa pelan saat wanita itu justru memukul pelan dahinya. "Baiklah, hubungi aku jika ada masalah" Rini mengangguk dan melambaikan tangan pada Jesslyn yang kini
Saat tiba di kantor tadi, Arion memberi pesan pada Jesslyn agar tak perlu datang pagi ini, ada tiga temannya yang akan datang, namun sayang pesan yang ia kirim tak gadis itu baca sehingga saat ia selesai pertemuan dan mengajak ketiga temannya untuk masuk ke ruangan, di sana ia melihat Jesslyn yang sudah duduk meletakkan kepalanya dia atas meja. Jelas sekali Jesslyn tak mau meliriknya karena Arion menatap dia dengan kesal. "Jesslyn, kamu buatkan minuman dan bawakan ke ruang di sana" Arion akhirnya menyuruh Jesslyn membuatkan minuman, lebih baik saat dia akan memulai pembicaraan. Melihat ketiga teman Arion yang jelas tertarik dengan Jesslyn membuat Arion sedikit geram, karena Jesslyn yang masih menjadi miliknya tentu ia tak rela jika wanita itu diminati oleh orang lain. Setibanya di ruang pertemuan yang berada di dalam ruangannya, Arion dan ketiga orang berkemeja dan jas mahal itu kembali membicarakan masalah pe
Arion masih memeluk tubuh Jesslyn yang bergetar, dia mendesah kesal lantas melepas pelukannya untuk melihat wajah Jesslyn yang memerah dengan air mata yang keluar deras mengalir di kedua pipinya."Joshua tidak melihatnya" Jesslyn mengusap air matanya dan mengangguk, dia begitu takut jika Arion merealisasikan ucapannya untuk membagi tubuhnya dengan teman-teman pria itu, "sebenarnya apa yang kamu tangisi?!" Arion membentak kesal melihat air mata Jesslyn yang tak berhenti mengalir itu."Jangan biarkan mereka menyentuh saya! Saya tidak mau!"Arion tersenyum miring dan mencengkram kedua bahu Jesslyn "kamu pikir aku juga rela membagi tubuhmu dengan mereka? Selama kita masih menjalani perjanjian dan terikat peraturan yang sudah kamu tanda tangani tentu aku tak akan memberikan tubuhmu pada mereka semua"Jesslyn membuka matanya lebar dan menatap tak percaya pada Arion "Tapi bukankah-""Sejauh apa kamu menguping pembicaraa
Tubuh Jesslyn menegang dan napasnya menderu cepat karena kehadiran sosok pria asing yang sama terkejutnya menatap dia."Kamu siapa?"Jesslyn tak bisa menyembunyikan getar suaranya karena dilanda perasaan takut jika orang di depannya adalah salah satu teman Arion yang mau menggodanya.Ehh tunggu, bukankah Arion sudah bilang bahwa mereka tak bisa menyentuhnya? Tapi kenapa pria ini ada di depannya?"Harusnya aku yang tanya, kamu siapa dan mau apa di sini?"Pria yang berada di depan pintu itu melangkah maju dan mendekat pada Jesslyn yang lantas gugup dan berlari untuk mencari senjata yang bisa ia gunakan jika sewaktu-waktu pria itu menyerangnya."Kamu pencuri kan?!"Pria yang Jesslyn tuduh itu nampak tertawa pelan dan memberikan tatapan gelinya. "Menurutmu wajah tampanku ini terlihat seperti pencuri?"Kening Jesslyn berkerut tajam karena pria di hadapannya justru tertawa atas kalimat tanyanya. "Jadi syarat menjadi pencuri
"Ahhkk, Ar-Arionhh cukup!" Jesslyn mencoba menarik kepala Arion yang sedang menikmati tubuh bawahnya dan pria itu tak berhenti memberi jilatan juga hisapan di sana sehingga membuatnya menggelinjang dan mendesah akibat Arion yang memberinya nikmat seperti itu."Kamu menyukainya Jesslyn?" Arion melepas cengkraman Jesslyn dari rambutnya dan menatap wajah memerah wanita itu dari bawah tubuhnya. Jesslyn mengangguk kuat dengan kedua mata yang terpejam karena malu saat Arion berucap di dekat miliknya itu."Jawab dengan bibirmu Jesslyn" Arion memasukan ketiga jarinya pada lembah hangat Jesslyn hingga mampu membuat wanita itu membuka matanya tersentak akibat perlakuan Arion pada tubuh bawahnya."Iyahhh aku suka" Jesslyn mengangguk dengan bibirnya yang terus menggumamkan kata suka. Arion tersenyum puas dan menaiki tubuh Jesslyn hingga wajah mereka saling berhadapan dan pria itu bisa puas mencium bibir merah yang sudah bengkak akibat terlalu sering
Pernikahan akan terlaksana dalam waktu dekat ini, dan persiapannya pun sudah hampir sempurna.Bahkan Jesslyn tidak melakukan apapun, semua persiapan dilakukan oleh Arion serta kedua orangtua pria itu, dia hanya tinggal memilih apa yang paling disukanya dan akan dilaksanakan oleh Arion.Jesslyn sangat dimanjakan oleh keluarga Arion ini dan membuatnya nyaman akan kedekatan yang terjalin di keluarga tersebut.Jesslyn juga sudah kembali dekat dengan para temannya, mereka yang setiap hari minggu datang ke rumah keluarga Arion hanya demi melihat sang putra dan menemani Jesslyn main itu tak membuat Arion atau kedua orangtua itu risih.Ketiganya justru nampak bahagia karena bisa melihat Jesslyn tertawa dan bercanda gurau bersama teman-temannya yang jika datang akan berkumpul di halaman belakang rumah mereka yang luas.Terkadang Nyonya Narendra ikut bergabung dan memeriahkan acara kumpul mereka, Arion yang hanya melihat dari jauh bagaimana bahag
Jesslyn sudah duduk menunggu di kantin kantornya. Dia tau ketiga temannya akan datang kemari.Jesslyn menahan dan tak mau mempedulikan beberapa pasang mata yang menatap padanya. Karena kehebohan yang Arion lakukan pagi tadi, dan ketika dia keluar dari ruangan Haris tentu menjadi pusat perhatian namun Jesslyn menahannya karena dia hanya fokus untuk memikirkan apa yang akan dia katakan pada ketiga sahabatnya itu.Tiba di kantin pun masih belum ada karyawan yang datang karena memang belum masuk jam makan siang.Namun Jesslyn sudah duduk di mejanya yang dulu, meja dimana dia dan teman-temannya berkumpul yang letaknya berada di pojok ruangan dan sedikit tersembunyi.Sengaja mereka memilih meja itu karena kegiatan Jesslyn bersama teman-temannya itu suka bergosip.Memikirkan bagaimana dulu mereka membicarakan sesorang atau siapapun di meja ini memberinya kenangan yang lucu sekaligus merindukan masa-masa tersebut.&
Sesungguhnya jika bisa memilih, Jesslyn tidak mau ikut dengan Arion ke kantor.Sungguh dia masih takut, dan sakit hati jika mengingat bagaimana Arion yang merendahkannya saat itu.Meski Arion meyakinkan dia tidak akan ada ucapan jahat untuknya, namun di belakang pasti banyak yang akan membicarakannya."Hei ... Semuanya akan baik-baik saja, aku juga mau memberitahukan semuanya bahwa kamulah pemilik hatiku"Arion menggenggam satu tangan Jesslyn yang diletakan di atas pahanya dengan kepalan kuat.Arion mengurai kepalan tersebut dan menggandengnya dengan hangat. Arion mau menghilangkan kegugupan dan rasa takut yang kini memenuhi diri Jesslyn.Sampai dirinya tiba di parkiran kantornya pun, Jesslyn masih terlihat sangat gelisah dan wajahnya pucat. Jujur saja, Arion tidak mau menyiksa Jesslyn seperti ini, namun dia juga butuh Jesslyn untuk menunjukan pada orang-orang kantor betapa berharganya wanita itu untuknya."Ayo kita masuk"
Arion dengan segera menyelesaikan pekerjaannya, tepat ketika jam pulang kantor, dia yang biasanya keluar terakhir dari para pegawainya kini bahkan pulang lebih awal, karena perasaan rindunya yang membuncah mengingat Jesslyn berada di rumah kedua orangtuanya.Dia juga tidak sabar untuk menunjukan pada Jesslyn, tiga undangan yang sudah Joshua pilihkan.Setibanya Arion di rumah kedua orangtuanya, jantungnya berdebar cukup kuat karena dia tak sabar mengatakan pada Jesslyn, dia mau mulai mengurus semua persiapan pernikahan mereka, tentunya dibantu oleh keluarganya juga.Arion tak mau gegabah seperti dulu yang tidak pernah menanyakan pendapat orang lain, karena saat dia sedang berdiskusi pada Karen persoalan rencana pernikahan Karen yang saat itu menyerahkan segala padanya tanpa mau ikut membicarakan tak membuat semangat Arion surut.Semua dia lakukan sendiri dan setiap ia bertanya pada Karen wanita itu hanya tersenyum dan mengangguk.&nb
Pagi ini sarapan di meja makan yang sama dengan keluarga Arion membuat Jesslyn kembali merasakan kehangatan sebuah keluarga.Terlebih bagaimana Nyonya dan Tuan Narendra yang tak berhenti tertawa bahagia karena bermain dengan Gabriel di depannya.Tersenyum penuh raut bahagia memandang itu, Jesslyn menoleh ke sampingnya saat merasakan seseorang menggenggam tangannya dengan erat.Arion yang menjadi pelakunya nampak merasakan kebahagiaan yang sama sepertinya. "Aku tidak pernah melihat mereka tertawa bahagia seperti itu ..." Arion berbisik pelan yang bisa Jesslyn dengar, dan mendengar apa yang Arion katakan itu membuat Jesslyn kembali menatapkan kedua matanya pada kedua orangtuanya yang sangat senang bermain dengan Gabriel yang merespon dengan tawa dan kedipan matanya."Mereka senang dengan Gabriel"Arion yang juga memfokuskan pandangannya pada Kedua orangtuanya itu mengangguk setuju, "kehadiran Gabriel dan kamu ... Menguba
Bibir Arion dan Jesslyn kembali terpaut dan saling memberi lumatan.Tubuh Jesslyn juga telah rebah sepenuhnya di atas sofa panjang dengan di atas tubuhnya ada Arion yang masih menyerbu bibirnya tanpa menekan tubuhnya.Arion menunduk di atas Jesslyn, memperdalam ciumannya. Hingga dia dan Jesslyn membutuhkan napas barulah Arion melepas ciuman bibirnya.Meski hanya sebentar sebelum ia tempelkan bibirnya pada ceruk leher Jesslyn.Memberi hisapan pelan dan jilatan di sana, tersenyum senang saat mendengar rintihan pelan Jesslyn dan desah tertahan di bibirnya."Arhhion ..." Jesslyn memanggil lirih nama Arion saat ciuman pria itu perlahan turun ke dadanya yang masih terbalut dress nya.Arion memberi tanda di sana hingga kemudian dirinya bersiap merobek gaun mahal yang dibelinya di butik tadi, andai kata jika Jesslyn tidak mencegahnya."Jangan merusak gaunnya!"Jesslyn yang sudah mengetahui gerak tangan Arion yang ingin merobek kain dib
Setelah Jesslyn berhasil menghentikan tangis harunya, dia mulai melepas pelukan Arion yang hanya tersenyum geli padanya.Mulailah kedua orangtua Arion yang bertanya khawatir padanya. Namun Jesslyn berujar jika dia hanya terharu karena kehadirannya diterima dan mendapat perlakuan baik dari kedua orangtua Arion.Hal itu membuat Tuan dan Nyonya Narendra makin melihat betapa tulusnya Jesslyn, mereka makin menyukai wanita yang Arion bawa ini."Sayang sekali tidak ada Rafael, mungkin jika ada anak itu, dia akan meledek Kakaknya" Tubuh Jesslyn perlahan menegang mendengar saat Nyonya Narendra menyinggung persoalan Rafael.Meski Jesslyn berusaha melupakannya dan memaafkan, namun masih sangat berat jika mendengar nama pria itu, atau bahkan untuk bertemu."Kamu tau Jesslyn, Rafael pernah koma di rumah sakit karena Arion pukuli, kami berdua bahkan tidak tau alasan mereka bertengkar saat itu."Jesslyn tersenyum kaku dan meli
Jesslyn berdebar saat mobil Arion mulai memasuki pekarangan rumah kedua orangtuanya yang sangat megah.Arion juga menyadari bagaimana tegangnya wajah Jessyn, namun dia memilih mengusap tangan Jesslyn dan menenangkan wanita itu."Ayo masuk"Jesslyn mengangguk dan turun dari mobil, Arion membantu Jesslyn membawakan tasnya. Dan dengan tangan Arion yang merangkul pinggangnya, keduanya berjalan menuju pintu utama yang kini dibukakan oleh dua orang pelayan wanita muda.Jesslyn tersenyum pada kedua wanita yang tatapannya hanya tertuju pada Arion membuatnya sedikit kesal, bagaimana Arion yang juga tersenyum, meski senyuman pria itu ditujukan untuknya, karena Arion terus memandangnya."Tuan dan Nyonya menunggu di ruang tamu Tuan muda" Arion mengangguk mengerti dan terus merangkul pinggang Jesslyn melewati beberapa bagian rumahnya sebelum tiba di ruang tamu besar rumahnya.Sepanjang jalan Jesslyn juga meliarkan matanya untuk memuaskan kedua matanya ka
Jesslyn berkerut kening karena melihat Arion yang membawa mobilnya memasuki apartemen pria itu."Bukankah kita akan ke rumah kedua orangtuamu?"Arion menoleh sejenak pada Jesslyn sebelum pria itu beri anggukan. "Ya, kita akan ke rumah kedua orangtuaku, tapi malam nanti ... Karena pagi sampai sore ini aku mau menghabiskan waktu bersamamu dan Gabriel"Jesslyn yang mendengar itu sedikit melongo tak percaya. "Lalu mengapa kamu tidak bilang?! Aku sudah berdandan sangat rapih Arion!"Arion melirik Jesslyn dan mengusap lembut kepala wanita itu "karena jika aku bilang malam, kamu pasti tidak mau pergi pagi ini bersamaku"Jesslyn menghela napasnya pelan "kenapa kamu bisa berasumsi sendiri seperti itu? Jika kamu mengatakannya aku tidak mungkin berdandan secara berlebihan seperti ini"Arion terkekeh pelan dan menggeleng "tidak berlebihan menurutku, kamu cantik"Tak bisa dipungkiri wajah Jesslyn memerah malu akibatucapan Arion y