Saat tiba di kantor tadi, Arion memberi pesan pada Jesslyn agar tak perlu datang pagi ini, ada tiga temannya yang akan datang, namun sayang pesan yang ia kirim tak gadis itu baca sehingga saat ia selesai pertemuan dan mengajak ketiga temannya untuk masuk ke ruangan, di sana ia melihat Jesslyn yang sudah duduk meletakkan kepalanya dia atas meja.
Jelas sekali Jesslyn tak mau meliriknya karena Arion menatap dia dengan kesal.
"Jesslyn, kamu buatkan minuman dan bawakan ke ruang di sana" Arion akhirnya menyuruh Jesslyn membuatkan minuman, lebih baik saat dia akan memulai pembicaraan.
Melihat ketiga teman Arion yang jelas tertarik dengan Jesslyn membuat Arion sedikit geram, karena Jesslyn yang masih menjadi miliknya tentu ia tak rela jika wanita itu diminati oleh orang lain.
Setibanya di ruang pertemuan yang berada di dalam ruangannya, Arion dan ketiga orang berkemeja dan jas mahal itu kembali membicarakan masalah pe
Arion masih memeluk tubuh Jesslyn yang bergetar, dia mendesah kesal lantas melepas pelukannya untuk melihat wajah Jesslyn yang memerah dengan air mata yang keluar deras mengalir di kedua pipinya."Joshua tidak melihatnya" Jesslyn mengusap air matanya dan mengangguk, dia begitu takut jika Arion merealisasikan ucapannya untuk membagi tubuhnya dengan teman-teman pria itu, "sebenarnya apa yang kamu tangisi?!" Arion membentak kesal melihat air mata Jesslyn yang tak berhenti mengalir itu."Jangan biarkan mereka menyentuh saya! Saya tidak mau!"Arion tersenyum miring dan mencengkram kedua bahu Jesslyn "kamu pikir aku juga rela membagi tubuhmu dengan mereka? Selama kita masih menjalani perjanjian dan terikat peraturan yang sudah kamu tanda tangani tentu aku tak akan memberikan tubuhmu pada mereka semua"Jesslyn membuka matanya lebar dan menatap tak percaya pada Arion "Tapi bukankah-""Sejauh apa kamu menguping pembicaraa
Tubuh Jesslyn menegang dan napasnya menderu cepat karena kehadiran sosok pria asing yang sama terkejutnya menatap dia."Kamu siapa?"Jesslyn tak bisa menyembunyikan getar suaranya karena dilanda perasaan takut jika orang di depannya adalah salah satu teman Arion yang mau menggodanya.Ehh tunggu, bukankah Arion sudah bilang bahwa mereka tak bisa menyentuhnya? Tapi kenapa pria ini ada di depannya?"Harusnya aku yang tanya, kamu siapa dan mau apa di sini?"Pria yang berada di depan pintu itu melangkah maju dan mendekat pada Jesslyn yang lantas gugup dan berlari untuk mencari senjata yang bisa ia gunakan jika sewaktu-waktu pria itu menyerangnya."Kamu pencuri kan?!"Pria yang Jesslyn tuduh itu nampak tertawa pelan dan memberikan tatapan gelinya. "Menurutmu wajah tampanku ini terlihat seperti pencuri?"Kening Jesslyn berkerut tajam karena pria di hadapannya justru tertawa atas kalimat tanyanya. "Jadi syarat menjadi pencuri
"Ahhkk, Ar-Arionhh cukup!" Jesslyn mencoba menarik kepala Arion yang sedang menikmati tubuh bawahnya dan pria itu tak berhenti memberi jilatan juga hisapan di sana sehingga membuatnya menggelinjang dan mendesah akibat Arion yang memberinya nikmat seperti itu."Kamu menyukainya Jesslyn?" Arion melepas cengkraman Jesslyn dari rambutnya dan menatap wajah memerah wanita itu dari bawah tubuhnya. Jesslyn mengangguk kuat dengan kedua mata yang terpejam karena malu saat Arion berucap di dekat miliknya itu."Jawab dengan bibirmu Jesslyn" Arion memasukan ketiga jarinya pada lembah hangat Jesslyn hingga mampu membuat wanita itu membuka matanya tersentak akibat perlakuan Arion pada tubuh bawahnya."Iyahhh aku suka" Jesslyn mengangguk dengan bibirnya yang terus menggumamkan kata suka. Arion tersenyum puas dan menaiki tubuh Jesslyn hingga wajah mereka saling berhadapan dan pria itu bisa puas mencium bibir merah yang sudah bengkak akibat terlalu sering
Jesslyn menghembuskan napasnya perlahan, dia berjalan mendekati meja Joshua dan melihat bahwa pria itu tengah duduk di sana dan fokus pada layar komputer di depannya. Pria itu nampak masih sangat sibuk membuat Jesslyn sedikit khawatir jika pria itu mau menghiraukannya."Hai ... Pak Joshua"Jesslyn mencoba formal pada pria yang kini bahkan mengacuhkannya dan tak mau memberinya suara itu. "Jo!" Jesslyn berhasil membuat pria itu menatapnya dan Jeslyn tersenyum lebar karena pria itu hanya meliriknya sebentar sebelum kembali berkutat dengan komputernya.Jesslyn mendesah samar dan berdiri di depan meja Joshua hingga pria itu kini mengalihkan tatapannya padanya. "Ada apa?" suara yang terdengar jutek itu membuat Jesslyn takut ditolak sebelum ia menjelaskan.Akhirnya Jesslyn tetap memberikan kartu nama restoran tersebut ke hadapan Joshua yang menatapnya dengan alis berkerut. "Boleh aku meminta bantuanmu?" Joshua hanya diam menunggu Jesslyn
Jesslyn bangun dari tidurnya dengan perasaan yang sedikit gelisah, ia mengedarkan pandangannya dan terbangun masih di dalam ruang pribadi Arion.Ia mendesis pelan saat merasakan kepalanya yang berdenyut pusing dan kondisi tubuhnya yang menurun. "Aku demam?" Jesslyn memegang dahinya juga lehernya diikuti desah lelahnya.Ia mencoba bangkit dan mencari Arion namun baru ia mencoba duduk, tubuhnya mulai linglung dan merasakan kepalanya yang begitu sakit.Jesslyn tak suka jika ia tumbang seperti ini, ia hanya makin terlihat lemah. Jesslyn mencoba menguatkan dirinya dan bangkit untuk berjalan keluar meski ia masih merasakan sakit dan nyeri di bawah tubuhnya.Saat langkahnya sudah mencapai pintu, ia masih tak menemukan Arion, membuat perasaannya takut jika pria itu meninggalkan dia sendiri di kantor Arion yang suasana di luar kantor mulai gelap.Dengan berpegangan pada dinding di sampingnya, Jesslyn dapat berjalan ke dalam kamar mandi Arion dan mencoba mem
Arion mengusap pelan kepala Jesslyn, dia merasakannya betapa panas tubuh Jesslyn dan ia juga tak menampik bahwa wajah Jesslyn juga begitu pucat."Pak Arion? Sudah saatnya kita berangkat"Arion melirikintercomdi atas nakas saat mendengar panggilan Joshua. Dia menghela napasnya dan menekan benda tersebut untuk menjawab Joshua."Apa jadwalnya tidak bisa diundur?" Arion bertanya tanpa melepas pandangan dari wajah Jesslyn yang masih tertidur lelap."Tidak bisa Pak, dari sekertarisnya saya tau jika Pak Gara tidak suka saat ada orang yang memundurkan jadwal satu jam sebelum mereka bertemu. Beliau begitu disiplin waktu"Arion mendesah lelah dan mengangguk, mengiyakan ucapan Joshua. Setelahnya Arion mengusap kepala Jesslyn lagi. "Aku pergi dulu, tetaplah di sini, nanti setelah aku selesai pertemuan, aku akan membawamu ke dokter"Tak lupa Arion juga mengirimkan pesan ke ponsel Jesslyn agar wanita itu membaca pesa
Jesslyn mengerang pelan dan membuka kedua matanya dengan perlahan, mencoba membiasakan pada cahaya lampu yang menyorot begitu terang ke arah matanya.Saat ia mulai membiasakan pandangannya, Jesslyn mulai memindai sekelilingnya. Dia di rumah sakit.Karena aroma obat-obatan yang menusuk hidungnya juga ruangan yang familiar dengan fasilitas kamar rumah sakit. Karena tak mungkin kamar apartemen Arion berubah seperti ini.Jesslyn memijat keningnya yang berdenyut pening dengan tangan kirinya yang baru ia sadar tertempel infusan. Sepertinya kondisinya ini serius.Apa yang terakhir ia ingat?Dan terbayanglah malam dimana ia harus menerima Arion di dalam tubuhnya saat dia sedang dalam kondisi kurang baik. Mengingat itu, membuat dia mual dan takut karena mengingat rasa sakitnya.
Rafael mengerjap pelan, melihat Kean yang tak berhenti menyuap makanan yang baru ia pesankan untuknya. Ia memilih membawa Kean ke sebuah restoran terdekat dan tak lama setelah ia pesankan makanan dan makanan tersebut datang, Kean yang tak lagi merasakan perasaan canggung padanya setelah ia suruh pria itu menghabiskan makanannya kini makan dengan begitu lahap dan tak malu untuk memesan apapun pada pelayan yang melintas.Rafael memang tak mempermasalahkannya, dia hanya terkejut karena pria di depannya ini makan dengan begitu cepat dan terlalu terburu-buru layaknya takut jika ada seseorang yang akan memintanya."Bisakah kamu memelankan laju makanmu? Apa kamu tak takut tersedak?"Kean terbatuk dan tersenyum malu pada Rafael yang menatapnya dengan alis berkerut itu. "Maaf, aku belum pernah makan enak di restoran mahal seperti ini. Jadi apa sebenarnya yang mau kamu tanyakan padaku?"Kean mengambil gelas berisi airnya dan meminumnya untuk melancarkan makanan