Share

6 - Hukuman

Penulis: Caty Perii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-04 20:50:14

Jesslyn memejamkan kedua matanya saat Arion yang berada di bawah sana tak berhenti memberinya nikmat dari lidah pria itu yang terus menjelajahi inti dirinya.

"Buka matamu saat aku menyatukan diri denganmu!"

Jesslyn membuka kedua matanya melihat wajah Arion yang sudah sejajar dengan wajahnya, sebelum pria itu melebarkan kedua kakinya dan mengusap miliknya dengan kejantanannya yang sudah tegak sempurna.

"Ah.. Bapak!"

Jesslyn mengerang kecil saat Arion menggodanya degan mengeluar masukkan miliknya di bawah sana.

"Stop panggil Bapak ketika aku menyentuhmu, aku bukan Bapakmu!"

Jesslyn hanya mengangguk dan memejamkan kedua matanya saat dengan perlahan Arion memasukkan miliknya.

"Ahh Arion! Pelan ..." Jesslyn tersentak kaget saat Arion kembali melepasnya dan pria itu bangkit membawa tubuhnya duduk dengan tubuh yang saling berhadapan. Pria itu tersenyum miring melihat wajah Jesslyn yang kecewa namun juga diliputi gairah. 

"Bergeraklah, kamu yang memimpin. Kamu selalu memejamkan kedua matamu saat aku  menyentuhmu" wajah Jesslyn merona merah, menatap ke bawah sana saat milik Arion menggesek miliknya mencipta lenguh pelannya.

"Bergerak Jesslyn, kamu hanya mau berdiam diri seperti ini?" Jesslyn mengerang pelan dan mencoba menggerakkan tubuhnya naik turun dengan begitu perlahan, sementara dia yang berusaha menormalkan napas dan gerakannya, lain dengan Arion yang mengetatkan rahangnya karena gerak amatir yang Jesslyn lakukan membuatnya tersiksa. 

Tak tahan yang Arion rasakan, pria itu mendorong tubuh Jesslyn agar kembali rebah ke atas ranjang dan ia kembali mengambil alih permainan. Mencoba mencari kesenangan dan kepuasan  mereka berdua sebelum lenguhan dan desahan lega itu tercipta di bibir keduanya saat puncak kenikmatan berhasil mereka raih. 

Arion yang tengah mengatur napasnya itu rebah di samping Jesslyn yang sudah menutup kedua matanya karena rasa lelah yang dirasakannya namun begitu puas ia menerimanya. "Jangan tidur, aku masih belum selesai denganmu" 

Jesslyn melirik Arion yang menatapnya dengan tajam membuatnya meneguk salivanya kasar. Saat pria itu kembali memajukan wajahnya ingin memagut bibirnya kedua tangan Jesslyn menahan dadanya dan menatap kedua mata elang yang menyorot tajam padanya itu.

"Ada apa?"

Jesslyn mengatur napasnya sejenak sebelum ia mengungkapkan apa yang ingin dikatakan. "Setelah ini selesai saya boleh pergi kan?" Kedua pandangan Arion menggelap sebelum desisan sinis itu keluar dari bibirnya. 

"Ini sudah malam, kamu mau kemana?" 

"Ada- ada suatu kepentingan yang harus saya lakukan" Arion mendengus dan bangkit dari atas ranjang membuat kening Jesslyn berkerut bingung. "Pak? kenapa turun?" 

Bodoh, ya Jesslyn mengapa mempertanyakan hal itu, seharusnya ia senang karena Arion tak lagi  menjajah tubuhnya. Arion menatap Jesslyn sebentar "Pergilah, dan besok kamu sudah memulai bekerja padaku!" 

Jesslyn mencoba duduk dan menahan Arion yang akan masuk ke dalam kamar mandi. "Tapi bolehkah saya datang agak siang besok?" Arion membalikkan badannya seutuhnya pada Jesslyn yang kembali merona karena melihat tubuh polos Arion, "tidak boleh terlambat, aku tunggu di ruanganku" 

Jesslyn menggeleng, dia harus menyerahkan uang itu besok jika tak ingin adiknya kembali disakiti. Dengan menyeret selimut yang ada di bawah kakinya Jesslyn berlari pelan untuk mencegah Arion yang akan masuk ke dalam kamar mandi. 

"Pak tolong, izinkan saya datang terlambat besok" 

Arion melirik tubuh Jesslyn sebelum senyum miringnya pria itu sunggingkan. "Apa yang akan kamu lakukan untuk merubah jawabanku? Kamu tau aku paling tak suka dibantah orang lain, terlebih orang tersebut sangat jauh dariku" 

Jesslyn sungguh merasa terhina namun dia juga tak mau kalah untuk mendapat izin atasannya itu, karena nyawa adiknya lebih berharga dibanding hanya dibentak atau dimarahi oleh pria di depannya ini. "Saya harus apa  supaya  Bapak mengizinkan? Apa saya harus menyerahkan tubuh lagi?"

Arion mengangkat sebelah alisnya dan dengan gaya angkuhnya pria itu melipat kedua tangannya di depan dada demi memberi tatapan mengintimidasi pada Jesslyn. "Kamu pikir seberapa hebat tubuhmu sampai bisa merubah keputusanku? Meski aku tengah candu pada tubuh mu itu, namun tidak semua yang aku perintahkan dapat dibayar mudah dengan tubuhmu!" 

Arion menyentil kening Jesslyn hingga membuatnya memerah sebelum pria itu menutup pintu dengan bantingan kerasnya membuat Jesslyn yang tengah mengusap bekas sentilan Arion itu terlonjak di tempatnya. Jesslyn berdecak kesal dan memilih untuk kembali memakai pakaiannya kembali, dan bergerak keluar dari apartemen Arion, tugasnya sudah selesai untuk memuaskan pria  itu, dan Arion juga sudah menyuruh dia pergi tadi. 

Dengan membawa cek yang ia masukkan ke dalam tasnya dan memegang benda itu begitu  erat takut akan ada seseorang yang mengambilnya, Jesslyn memanggil sebuah taksi untuk mengantarnya pulang ke rumah Kostnya untuk membersihkan tubuh yang begitu lengket. 

Jesslyn melihat jam di dalam ponselnya dan dia mendesis kaget karena sudah hampir pukul 10 malam. Dia tak sadar sudah sangat lama ia dan Arion bermain tadi. Mengenyahkan bayangan yang terlintas di otaknya yang menayangkan kejadian barusan membuat rona wajah Jesslyn terlihat. Hingga sang supir yang tengah mengemudi terheran karena perubahan wajah yang Jesslyn tunjukan melalui spion mobilnya.

Arion yang baru selesai membersihkan dirinya tak kaget saat tak menemukan Jesslyn di dalam kamarnya, gadis itu pasti pergi setelah membawa cek pemberiannya. Arion duduk di atas ranjang dan membuka laci terbawah yang ada di samping ranjangnya. Mengambil sebuah figura kecil yang menampilkan wajah Karen tengah tersenyum membuat hatinya menghangat dan menjeritkan kata rindu. 

"Memang tak ada wanita setulus dirimu Karen..."

***

Setibanya Jesslyn di rumah, gadis itu segera mengambil handuknya dan membawanya ke kamar mandi, dia sudah begitu lelah dan tubuhnya sangat kotor. Merasakan setiap tetes air dingin itu mengguyur tubuhnya membuat Jesslyn mendesah lega, tak  lupa ia juga menggosok semua tubuh yang sudah Arion sentuh dan memberi bekas. 

Dia hanya tak mau esok saat pergi bekerja akan banyak orang bertanya mengenai rahang juga lehernya yang dipenuhi jejak merah. Meski tak banyak namun setiap bekas yang Arion beri tak cukup dibasuh dengan air sepertinya esok Jesslyn harus menutup semua bekas ini  menggunakan Make-up.

Jesslyn yang selesai membersihkan tubuhnya itu berjalan menuju sofa sembari membawa ponselnya untuk melihat pesan yang masuk. Ada dari dokter yang menangani Adiknya dan mengabari bahwa Kean sudah membuka kedua matanya sore tadi sebelum kembali terpejam karena kondisi adiknya yang masih lemah itu. 

Karena memang kondisinya yang begitu lelah, Jesslyn tertidur di sofa dan mengabaikan panggilan telepon yang masuk ke dalam ponselnya.

Saat bangun Jesslyn tau di luar sana sudah mulai pagi karena mendengar suara ayam yang mulai berkokok. Gadis itu bangkit dan mulai mempersiapkan dirinya untuk berangkat kerja jika saja teleponnya tak berdering dan menampilkan sebuah nomor yang tak Jesslyn kenali.

Dengan ragu gadis itu mengangkatnya dan tersentak karena sebuah bentakan keras menyapa telinganya saat ia mengangkat panggilan tersebut.

"Kenapa panggilanku sejak semalam kamu abaikan?! Kamu tidak kabur kan?!"

Jesslyn mendesis pelan "Tidak! Aku akan bawakan uangnya pada kalian!! Aku juga tidak akan kabur. Tapi berjanjilah jangan pernah lagi mengusik hidupku dengan adikku!"

"Oke, serahkan uangnya pada alamat yang sudah ku kirim padamu! Jika tidak aku akan menghabisi nyawa adikmu yang terbaring di rumah sakit itu!

Panggilan diputus secara sepihak dan Jesslyn memaki orang tersebut yang mengganggu waktu paginya. Jesslyn melihat ponselnya dan kedua matanya terbuka lebar melihat pesan dari sang Boss yang menyuruh ia datang pagi ini.

Jesslyn menggigit bibirnya, apa yang harus dia katakan sekarang? Bukankah dia sudah meminta izin semalam meski laki-laki itu tak mengizinkannya.

Ternyata Arion memang sungguh-sungguh melarangnya datang terlambat.

Memutar otak dengan alasan yang tengah dia cari untuk dikirimnya pada sang atasan, lalu setelah mendapatkannya dan dia percaya diri, Jesslyn menutup matanya sekilas saat selesai kembali membaca pesan yang akan dikirimkan.

Ia menekan tombol kirim dan secepatnya menonaktifkan ponsel. Biarlah dia kena omel atau hukuman dari Arion nanti. 

**

'Maaf sebelumnya Bapak Arion yang terhormat, hari ini saya tidak bisa datang tepat waktu ke kantor karena ada satu lain hal, sebelumnya juga saya sudah meminta izin pada Bapak, dan hari ini sungguh sangat penting untuk saya jadi saya harus pergi dan menyelesaikan masalah saya sendiri sebelum saya pergi  ke kantor nanti. 

Terimakasih Pak, dan mohon maaf sekali lagi :)'

Arion meremas ponsel di tangannya saat menerima pesan dari gadis itu, Jesslyn sungguh belum mengenal dirinya dan nampaknya gadis itu ingin bermain-main dengannya. Baiklah akan Arion lakukan nanti saat gadis itu tiba. 

Jika Jesslyn pikir Arion itu tipe pria pemaaf dia salah, Arion itu tak mudah memaafkan seseorang jika kekesalannya terhadap orang tersebut akan hilang dan hal tersebut membutuhkan waktu yang sangat panjang. 

Maka dari itu orang-orang yang berada di dekatnya sebisa mungkin tak membuat  Arion marah atau setidaknya tatapan pria itu  tak menjadi lebih tajam dan keruh saat menatap seseorang karena Arion mampu melakukan apapun. 

"Joshua, kamu sudah menyediakan meja dan kursi baru di ruanganku?" 

Arion melirik Joshua yang tengah menyetir di depannya, dan anggukan laki-laki itu membuat Arion mengangguk senang "Nanti kamu ambilkan semua barang wanita itu, dan bawa ke dalam ruanganku" 

"Baik Pak" 

Arion menolehkan kepalanya pada jalanan yang berada di sampingnya, memikirkan Jesslyn hanya membuat otak dan tubuh bawahnya pening, jika Jesslyn mampu membuat gairahnya mudah sekali naik wanita itu juga mampu membuat kepalanya berdenyut pening karena tingkah semaunya yang wanita itu layangkan. 

Sedangkan Jesslyn yang merasakan hatinya gundah  itu tengah duduk tak tenang di dalam bank yang menunggu namanya dipanggil. Dia merasakan bahwa Aroin tengah menyimpan amarah besar yang akan dilayangkan untuknya. 

Bagaimana jika ia dipermalukan?

Atu bagaimana jika ia dipecat lalu menyuruhnya untuk mengembalikan uang tersebut?

Tidak, tentu Jesslyn tak mau itu terjadi. Akhirnya ia memilih menyalakan ponselnya untuk melihat apakah Arion menghubunginya, namun belum ponselnya menyala namanya sudah dipanggil dan Jesslyn mengurungkan niatnya untuk membuka ponsel miliknya. 

"Silahkan Nyonya, uangnya sudah siap"

Jesslyn tersenyum dan mengikuti petugas bank yang berjalan di depannya menuju satu ruangan yang menyimpan uang satu milyarnya.  melihat tiga tas besar yang ada di atas kursi membuat Jesslyn meneguk salivanya kasar, ia sangat tergugah untuk menyimpan salah satu diantaranya. 

"Security  kami akan mengantar tas ini ke dalam kendaraan anda Nyonya" 

Jesslyn mengangguk dan berucap terimakasih, dengan dibantu dua petugas keamanan tersebut Jesslyn memasuki sebuah taksi yang sudah ia pesankan untuk mengantar  dia ke tempat kemarin dia bertemu dengan orang-orang yang mencelakai adiknya tersebut. 

Setibanya di bangunan tua itu Jesslyn nampak mengatur napasnya, melihat dua orang laki-laki yang mendekat ke arah mobilnya dan tentu Jesslyn mengenal salah satunya, pria yang kemarin ia temui dan membuat sang adik terbaring di rumah sakit. 

"Mana uangnya?!"

"Ada di dalam bagasi! Kalian ambil lalu berjanji jangan pernah menggangguku ataupun adikku!" 

Kedua pria yang tengah mengeluarkan tas  tersebut tersenyum sinis saat membuka ketiga tas di hadapannya. "Aku curiga kamu mendapatkan uang sebanyak ini dalam waktu dua hari, jika tidak meminjam di bank kamu pasti menjadi pelacur yang dibayar mahal oleh seseorang, jadi yang mana yang kamu lakukan itu?"

Jesslyn tersentak kaget saat kedua pria itu mendekat padanya "Kalian mau apa?! jangan macam-macam!!"

Kedua pria berbadan besar tersebut nampak tertawa dan saling melirik "kami sangat yakin kamu pasti menjual tubuhmu itu bukan? sehingga mendapat uang yang sangat banyak, bagaimana jika kamu memberikan tubuhmu pada kami? tenanglah kami juga akan membayarmu" 

Jesslyn menggeleng takut dan mencoba menendang dua pria yang makin kurang ajar padanya itu "Kalian sudah mendapat apa yang kalian mau! jangan menggangguku brengsek!!"

Jesslyn menjerit saat satu orang pria  menariknya dan mencoba memeluk tubuhnya, Jesslyn sudah begitu ketakutan dan mungkin dia akan pingsan jika tak ada seseorang yang menariknya dan membawa ia masuk ke dalam tasi yang dia naiki mengabaikan teriakan tak terima dua pria tadi.

Kemudian taksi itu berjalan meninggalkan tempat kejadian dan Jesslyn mampu mendesah lega dengan air mata yang mengalir di matanya, dia tau dia sudah kehilangan harga dirinya namun jika ada seseorang yang kurang ajar padanya tentu Jesslyn akan terluka. 

"Pak, terimakasih banyak" 

Jesslyn melirik si supir taksi yang membantu ia tadi, melihat senyum yang terpatri di wajah pria baya itu membuat hati Jesslyn mendesah lega "Sama-sama Mbak, saya sudah curiga sama orang-orang itu tadi, dan saya tentu gak bisa diam ketika melihat mereka makin kurang ajar pada Mbaknya, karena saya juga punya anak perempuan, saya tidak mampu membayangkan jika anak saya berada di posisi yang sama dengan Mbaknya." 

Jesslyn mengembangkan senyumnya dan menghapus air matanya, dia sanggat bersyukur atas pertolongan supir taksi ini. 

Jesslyn tiba di kantor tepat saat jarum pendek menunjukkan pukul 9 pagi, dia memasuki ruang kerjanya dengan pandangan aneh di setiap orang yang melihatnya. "Rini, mejaku kenapa kosong?"

Jesslyn bertanya pada Rini yang masih menatap dia dengan pandangan bingung lalu setelanya temannya tersebut menarik dia menuju keluar ruangan agar bisa bicara empat mata. 

"Jujur padaku, kamu menerima pekerjaan yang Pak Arion beri?" Jesslyn baru mengingatnya, dan dia mengangguk menatap Rini yang kedua matanya kini membulat sempurna. "Pantas! Kamu tau, tadi sekertaris Pak Arion sendiri yang datang ke ruangan kita dan menyuruh orang-orang itu memindahkan barang-barangmu"

Kedua mata Jesslyn ikut terbuka "Jadi barang-barangku ada di atas sana?"

Rini mengangguk kuat  "Kamu hutang penjelasan lagi Jesslyn!" Jesslyn tersenyum tipis dan mengangguk, "kalau begitu aku naik dulu, kamu kembalilah bekerja" 

Rini mencebikkan bibirnya dan memeluk Jesslyn, "Kita tak seruangan lagi, kini kita terpisah" Jesslyn tertawa pelan dan memeluk tubuh Rini "Ya, aku pun berat meninggalkanmu"

"Ingat jam makan siang nanti kamu harus bercerita pada kami" 

"Iya Rini, sudah sana masuk" 

Rini tersenyum dan melambai pada Jesslyn yang membalas lambaiannya sebelum ia beranjak ke dalam lift dan menuju lantai dimana ruangan Arion berada. Jantungnya tentu berdebar keras, dan dia begitu takut hukuman apa yang Arion layangkan untuknya nanti.

Saat lift berdenting di lantai yang ditujunya, langkah Jesslyn perlahan bergerak pada tempat Joshua, sekertaris Arion yang tengah berkutat dengan surat-surat di tangannya. "Maaf, apa-"

"Masuklah, Pak Arion menunggumu" 

Jesslyn tersenyum tipis, dia bahkan belum selesai berucap namun ucapannya sudah dipotong. "Apa Pak Arion marah?" Jesslyn bertanya pelan dan melihat  tatapan datar Joshua yang tak mengatakan apa-apa sudah memberikan jawaban untuk Jesslyn. 

Gadis itu mengangguk mengerti sebelum permisi untuk pergi ke belakang dan berhadapan dengan pintu kaca buram di depannya ini. Menarik dan menghembuskan napasnya dulu sebelum Jesslyn beranikan dirinya untuk mengetuk pintu di hadapannya. 

Namun tak mendengar jawaban Jesslyn mencoba mengulangi ketukannya agar lebih keras hingga kepalan tangannya memerah. "Masuk saja lansung" Jesslyn menoleh pada Joshua yang berbicara padnya tanpa memandangnya membuat ia berdecak, sikap pria  itu begitu datar dan terkesan cuek. 

Jesslyn membuka pintu kaca itu dan pandangannya lansung tertuju pada  meja dan barang-barangnya yang ada di dekat pintu masuk, lalu kepalanya ia torehkan pada sosok Arion yang duduk di meja sana tengah mengerjakan sesuatu di dalam laptopnya. 

"Pak Arion maaf  saya baru datang" 

Arion masih diam dan menganggap layak ya tak ada orang di dalam ruangannya tersebut. "Pak?" Jesslyn mencoba lebih dekat dan memanggil sang atasan namun masih tak ada jawaban hingga Jesslyn menjadi bingung sendiri. 

Wanita itu mengusap lengannya dan meliarkan pandangannya ke penjuru ruangan sebelum ia alihkan lagi pada Arion yang masih sama seperti posisinya. Jesslyn sungguh tak suka berada dalam posisi seperti ini. 

"Pak? saya boleh duduk?" 

Karena tak mendapati jawaban sang Boss Jesslyn melayangkan langkahnya menuju meja barunya. Dan baru kedua bokongnya menyentuh kursi suara bernada Bass itu memenuhi penjuru ruangan membuat bulu kuduknya berdiri.  

"Siapa yang menyuruhmu duduk di situ?!" 

Jesslyn kemudian bangkit dan kembali berdiri menatap Arion yang menatap dia dengan sorot marahnya yang baru Jesslyn akui begitu menakutkan. 

"Ma-maaf Pak" 

"Kemari!" dengan tanda dari tangannya, Arion memanggil Jesslyn agar mendekat padannya. Kedua kaki kecil Jesslyn layangkan hingga tiba di depan meja Arion, namun pria itu masih meminta  ia mendekat dan saat tubuhnya sudah berdiri di sisi sang atasan, tiba-tiba saja pria itu menariknya dan menjatuhkan dia di meja kerjanya yang besar. 

"Apa aku memberimu izin untuk datang terlambat? atau aku memberimu izin untuk duduk di kursi itu?"

Jesslyn yang terbaring tengkurap di atas meja Arion dengan kedua kaki yang masih menjuntai itu hanya menggeleng menahan jeritan kaget saat tangan besar Arion menaikkan rok span miliknya hingga kedua bongkahan pantatnya terlihat bersama celana dalam miliknya itu. 

"Jawab!"

"Tidak Pak ..."

Jesslyn menggigit bibirnya saat merasakan jemari Arion menurunkan celana dalamnya dan mempertontonkan kedua pantatnya yang polos. "Aku paling tak suka ada seseorang yang yang membantahku!" 

"Dan kamu melakukannya ..."

Jesslyn menjerit sakit saat dengan tiba-tiba Arion memasukan kedua jemarinya ke dalam liang intinya dan menggerakkannya dengan begitu cepat, saat rasa perih karena kondisi liangnya yang tadi belum siap dan kini Jesslyn sudah merasakan nikmat saat kedua jari Arion mulai mengocok kasar miliknya. 

"Nikmat Jesslyn?" Arion menambah satu lagi jarinya dan terus mengocoknya dengan kuat. Jesslyn hanya mampu mengangguk dengan desah nikmat yang ia tahan agar  tak keluar. Melihat tubuh Jesslyn yang mulai bergetar, Arion mencabut ketiga jarinya dan membuka celana dalam Jesslyn sebelum ia simpan benda itu dan mengusir Jesslyn. 

Dia sengaja menghukum Jesslyn, saat gadis itu ingin meraih puncaknya Arion jelas menghentikannya dan mengusir wanita itu, sementara Jesslyn yang merasakan betapa kecewanya dia hanya bisa menunduk dan berjalan dengan rasa tak nyaman yang disebabkan intinya yang masih berdenyut meminta kepuasan yang belum didapatinya. 

"Ini hanya hukuman ringan untukmu! Lain kali bantah aku dan akan aku berikan yang lainnya" 

Jesslyn yang sudah terduduk di kursinya hanya mengalihkan wajahnya yang memerah, dia sungguh kesal dengan Arion saat ini. 

TBC...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nietha
kurang ajar arion, dikira enak apa di gntungin,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Hello!! Mr. CEO   7 - Mulai Tinggal Bersama

    Jesslyn merapatkan kakinya, dia sungguh tak nyaman saat di bawah sana, miliknya itu tak tertutupi apapun lagi. Wanita itu melirik Arion yang masih sibuk dengan laptopnya dan tak menghiraukannya yang tadi sudah membuatnya frustasi karena perbuatan Arion yang menghentikan permainan saat dia ingin meraih puncak.Berdiam diri di ruangan Arion dan tak melakukan apapun juga membuat kantuknya datang sehingga tak jarang Jesslyn menutup mulutnya karena sering menguap. Matanya sudah berat dan dia membutuhkan waktu untuk merebahkan kepalannya.Saat kantuknya kembali datang, Jesslyn tak tahan untuk tak berbicara pada Arion yang masih seperti robot di kursi sana, "Pak, apa tidak ada sesuatu yang bisa saya kerjakan?"Arion melirikkan kedua matanya pada Jesslyn sebelum pria itu beri gelengan. Jesslyn mendesah lelah, "tapi saya ngantuk jika tak ada kerjaan" Arion hanya diam dan tak menghiraukan Jesslyn.Wanita itu berdecak sebal dan meletakkan kepalanny

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • Hello!! Mr. CEO   8 - Tamu tak Diharap

    "Ini kamarmu, mulai hari ini sampai hari jum'at besok kamu resmi tinggal di apartemenku"Jesslyn hanya menganggukkan kepalanya mengerti, kamar yang ditunjuk Arion tentu Jesslyn ingat, tempat mereka bercinta setelah dia menandatangani kertas perjanjiannya dengan Arion."di depannya adalah kamarku, ingat! Jangan pernah masuk ke dalam kamarku tanpa aku suruh, dan jangan mengacau di apartemenku. Selalu siap saat aku memanggilmu"Jesslyn kembali mengangguk dan Arion menyuruh Jesslyn untuk masuk ke dalam kamarnya melalui kode dari wajahnya."Masuklah, istirahat di dalam sana"Arion kemudian berlalu meninggalkan Jesslyn dengan menutup pintu kamarnya, pria itu mendesah pasrah dan melihat bingkai foto Karen yang terpajang besar di kepala ranjangnya.Senyumnya tersungging lebar, meski dia menikmati percintaan panasnya dengan Jesslyn, terkadang rasa bersalah dan sedih ia rasa jika ia mengingat Karen. Kekasih hatinya yang telah lama pergi.Jessly

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-06
  • Hello!! Mr. CEO   9 - Penyesalan Keisa

    Arion mendesahkan napasnya gusar, ia melirik Jesslyn yang sedang meneliti laporan sebelum akan diberikan padanya, kedua telinga wanita itu tersumpal olehearphoneyang memutar musik. Sejak semalam, Arion gagal menyentuh Jesslyn dan mengingat malam tadi membuatnya berdecak sebal. Semalam saat ia dengan langkah lebar untuk melanjutkan permainan mereka, ia justru menemukan Jesslyn yang tertidur. berusaha keras untuk Arion membangunkannya namun wanita itu tak mau bangun dan memilih melanjutkan tidurnya. Pikirannya ia akan tetap menggagahi Jesslyn ketika wanita itu tertidur, tapi tentu itu sama sekali bukan dirinya, ia menginginkan melihat wajah memerah Jesslyn saat wanita itu mencapai puncak surga dunia. Dan paginya saat ia akan meminta Jesslyn memainkan miliknya, Joshua sudah tiba di apartemennya untuk menjemput dia ke kantor. Kini Arion justru melihat Jesslyn yang nampak santai bekerja di meja sana tanpa memikirkan dia yang be

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Hello!! Mr. CEO   10 - Kebenaran yang Mengejutkan

    "Benar, tidak mau aku antar pulang?"Jesslyn mengangguk yakin, sudah 4 kali Arion bertanya dan meyakinkan dia untuk diantar pulang namun Jesslyn tetap menolaknya.Ia tidak ingin lansung pulang ke rumah kostnya. Melainkan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi sang adik."Yaudah Pak, saya pulang duluan ya"Jesslyn yang selesai membereskan barang-barangnya pamit pada Arion yang masih duduk di kursinya. Arion mengangguk dan memperhatikan punggung Jesslyn yang sudah pergi meninggalkan dia sendiri di dalam ruangannya.Dan sebelum ia tiba di rumah sakit terlebih dahulu Jesslyn membelikan buah untuk Kean.Memasuki rumah sakit, Jesslyn menemui dokter Abi yang menjelaskan kondisi Kean setelah ia menanyakannya. "Kondisinya sudah lumayan baik, sepertinya dua hari lagi dia juga sudah bisa pulang"Jesslyn tersenyum lega dan mengucapkan terimakasih sebelum ia melanjutkan jalannya ke kamar rawat Kean.Membuka pintu di hadapannya dan ia

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Hello!! Mr. CEO   11 - Mencegah Kehamilan

    "Kamu gak pulang Kak?"Jesslyn yang baru saja keluar dari kamar mandi, menatap Kean yang duduk di atas ranjang sembari menanyakan pertanyaan itu padanya.Wanita itu menggeleng menjawab tanya Kean "Udah malam, malas juga mau cari kendaraan. Aku nginep aja ya?"Kean tersenyum dan mengangguk "Iya boleh, aku jadi ada temennya juga"Jesslyn meletakkan tasnya di atas sofa yang tersedia di ruang rawat Kean yang tidak besar itu."Bukannya kemarin-kemarin juga ada temannya?"Kean menggeleng dan mengalihkan pandangannya dari Jesslyn karena wajah pria itu sedikit merona. Nampak Jesslyn masih tak mau berhenti menggoda adiknya itu."Masa sih? Lalu sama perawat tadi itu apa? Sampe disuapin loh""Ck! Kakak apasih, dia yang suka sama aku, dia maksa mau suapin Kean padahal mah Kean nya gak mau!"Kedua mata Jesslyn memicing tajam dengan senyum menggoda yang terpatri di bibirnya membuat wajah Kean makin memerah malu. "Udah ah Kak, jadi Kak

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • Hello!! Mr. CEO   12 - Rafael dan rasa penasarannya

    Sepanjang hari yang dilakukan Jesslyn hanya tidur di atas ranjang atau sekedar keluar untuk mencari makan. Kegiatan ini sungguh tak ada bedanya ketika dia sedang libur di rumah. Bukankah katanya dia ingin pergi jalan?Namun jika hatinya berkeinginan begitu tidak dengan tubuhnya yang memilih kasur sebagai tujuan akhirnya.Ya, bersantai seharian di atas ranjang itu kenikmatan yang tak ada duanya.Dan disela waktu santainya itu, ada yang mengganggu karena ia mendengar sebuah ketukan di pintu kostnya. Bangkit dengan perasaan kesal untuk membuka pintu, dia justru terkejut karena kedatangan Rini yang membawa dua kantung plastik besar berisikan makanan itu."Jesslyn!! Astaga kamu harus membantuku!"Jesslyn menahan keterkejutannya saat Rini tiba-tiba saja datang dan berbicara padanya. "Ada apa? Kamu bisa mengatakannya padaku" Jesslyn membawa masuk Rini dan ia dudukan temannya itu ke sofa di ruang tamunya."Aku butuh bantuanmu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11
  • Hello!! Mr. CEO   13 - Mencuri Dengar

    Pintu kamar itu terbuka dan menyorot sinar terang yang masuk melalui celah pintu yang terbuka di dalam kamar yang begitu gelap tersebut, Seorang yang membuka pintu tersebut melangkah masuk dan berjalan melalui sebuah nakas yang diatasnya terletak sebuah dompet yang menjadi incarannya untuk masuk ke dalam kamar ini.Mengambil dengan perlahan isi di dalamnya dan setelah apa yang diinginkannya didapat, orang tersebut kembali keluar dan menutup pintu, menghapus jejaknya seolah tak pernah memasuki kamar tersebut.**"Sebelum tidur, pintu rumah dikunci, lalu saat mau berangkat besok jangan lupa bawa kuncinya. Tadi aku sudah bilang sama Ibu kost kalau kamu sementara tinggal di sini, aku lansung berangkat dari rumah sakit"Rini memberi hormat pada Jesslyn dan tertawa pelan saat wanita itu justru memukul pelan dahinya. "Baiklah, hubungi aku jika ada masalah" Rini mengangguk dan melambaikan tangan pada Jesslyn yang kini

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-12
  • Hello!! Mr. CEO   14 - Arion peduli?

    Saat tiba di kantor tadi, Arion memberi pesan pada Jesslyn agar tak perlu datang pagi ini, ada tiga temannya yang akan datang, namun sayang pesan yang ia kirim tak gadis itu baca sehingga saat ia selesai pertemuan dan mengajak ketiga temannya untuk masuk ke ruangan, di sana ia melihat Jesslyn yang sudah duduk meletakkan kepalanya dia atas meja. Jelas sekali Jesslyn tak mau meliriknya karena Arion menatap dia dengan kesal. "Jesslyn, kamu buatkan minuman dan bawakan ke ruang di sana" Arion akhirnya menyuruh Jesslyn membuatkan minuman, lebih baik saat dia akan memulai pembicaraan. Melihat ketiga teman Arion yang jelas tertarik dengan Jesslyn membuat Arion sedikit geram, karena Jesslyn yang masih menjadi miliknya tentu ia tak rela jika wanita itu diminati oleh orang lain. Setibanya di ruang pertemuan yang berada di dalam ruangannya, Arion dan ketiga orang berkemeja dan jas mahal itu kembali membicarakan masalah pe

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13

Bab terbaru

  • Hello!! Mr. CEO   77- Akhir Bahagia

    Pernikahan akan terlaksana dalam waktu dekat ini, dan persiapannya pun sudah hampir sempurna.Bahkan Jesslyn tidak melakukan apapun, semua persiapan dilakukan oleh Arion serta kedua orangtua pria itu, dia hanya tinggal memilih apa yang paling disukanya dan akan dilaksanakan oleh Arion.Jesslyn sangat dimanjakan oleh keluarga Arion ini dan membuatnya nyaman akan kedekatan yang terjalin di keluarga tersebut.Jesslyn juga sudah kembali dekat dengan para temannya, mereka yang setiap hari minggu datang ke rumah keluarga Arion hanya demi melihat sang putra dan menemani Jesslyn main itu tak membuat Arion atau kedua orangtua itu risih.Ketiganya justru nampak bahagia karena bisa melihat Jesslyn tertawa dan bercanda gurau bersama teman-temannya yang jika datang akan berkumpul di halaman belakang rumah mereka yang luas.Terkadang Nyonya Narendra ikut bergabung dan memeriahkan acara kumpul mereka, Arion yang hanya melihat dari jauh bagaimana bahag

  • Hello!! Mr. CEO   76 - Teman

    Jesslyn sudah duduk menunggu di kantin kantornya. Dia tau ketiga temannya akan datang kemari.Jesslyn menahan dan tak mau mempedulikan beberapa pasang mata yang menatap padanya. Karena kehebohan yang Arion lakukan pagi tadi, dan ketika dia keluar dari ruangan Haris tentu menjadi pusat perhatian namun Jesslyn menahannya karena dia hanya fokus untuk memikirkan apa yang akan dia katakan pada ketiga sahabatnya itu.Tiba di kantin pun masih belum ada karyawan yang datang karena memang belum masuk jam makan siang.Namun Jesslyn sudah duduk di mejanya yang dulu, meja dimana dia dan teman-temannya berkumpul yang letaknya berada di pojok ruangan dan sedikit tersembunyi.Sengaja mereka memilih meja itu karena kegiatan Jesslyn bersama teman-temannya itu suka bergosip.Memikirkan bagaimana dulu mereka membicarakan sesorang atau siapapun di meja ini memberinya kenangan yang lucu sekaligus merindukan masa-masa tersebut.&

  • Hello!! Mr. CEO   75 - Kehebohan di Kantor

    Sesungguhnya jika bisa memilih, Jesslyn tidak mau ikut dengan Arion ke kantor.Sungguh dia masih takut, dan sakit hati jika mengingat bagaimana Arion yang merendahkannya saat itu.Meski Arion meyakinkan dia tidak akan ada ucapan jahat untuknya, namun di belakang pasti banyak yang akan membicarakannya."Hei ... Semuanya akan baik-baik saja, aku juga mau memberitahukan semuanya bahwa kamulah pemilik hatiku"Arion menggenggam satu tangan Jesslyn yang diletakan di atas pahanya dengan kepalan kuat.Arion mengurai kepalan tersebut dan menggandengnya dengan hangat. Arion mau menghilangkan kegugupan dan rasa takut yang kini memenuhi diri Jesslyn.Sampai dirinya tiba di parkiran kantornya pun, Jesslyn masih terlihat sangat gelisah dan wajahnya pucat. Jujur saja, Arion tidak mau menyiksa Jesslyn seperti ini, namun dia juga butuh Jesslyn untuk menunjukan pada orang-orang kantor betapa berharganya wanita itu untuknya."Ayo kita masuk"

  • Hello!! Mr. CEO   74 - Tuan Keras Kepala

    Arion dengan segera menyelesaikan pekerjaannya, tepat ketika jam pulang kantor, dia yang biasanya keluar terakhir dari para pegawainya kini bahkan pulang lebih awal, karena perasaan rindunya yang membuncah mengingat Jesslyn berada di rumah kedua orangtuanya.Dia juga tidak sabar untuk menunjukan pada Jesslyn, tiga undangan yang sudah Joshua pilihkan.Setibanya Arion di rumah kedua orangtuanya, jantungnya berdebar cukup kuat karena dia tak sabar mengatakan pada Jesslyn, dia mau mulai mengurus semua persiapan pernikahan mereka, tentunya dibantu oleh keluarganya juga.Arion tak mau gegabah seperti dulu yang tidak pernah menanyakan pendapat orang lain, karena saat dia sedang berdiskusi pada Karen persoalan rencana pernikahan Karen yang saat itu menyerahkan segala padanya tanpa mau ikut membicarakan tak membuat semangat Arion surut.Semua dia lakukan sendiri dan setiap ia bertanya pada Karen wanita itu hanya tersenyum dan mengangguk.&nb

  • Hello!! Mr. CEO   73 - Rencana Pernikahan

    Pagi ini sarapan di meja makan yang sama dengan keluarga Arion membuat Jesslyn kembali merasakan kehangatan sebuah keluarga.Terlebih bagaimana Nyonya dan Tuan Narendra yang tak berhenti tertawa bahagia karena bermain dengan Gabriel di depannya.Tersenyum penuh raut bahagia memandang itu, Jesslyn menoleh ke sampingnya saat merasakan seseorang menggenggam tangannya dengan erat.Arion yang menjadi pelakunya nampak merasakan kebahagiaan yang sama sepertinya. "Aku tidak pernah melihat mereka tertawa bahagia seperti itu ..." Arion berbisik pelan yang bisa Jesslyn dengar, dan mendengar apa yang Arion katakan itu membuat Jesslyn kembali menatapkan kedua matanya pada kedua orangtuanya yang sangat senang bermain dengan Gabriel yang merespon dengan tawa dan kedipan matanya."Mereka senang dengan Gabriel"Arion yang juga memfokuskan pandangannya pada Kedua orangtuanya itu mengangguk setuju, "kehadiran Gabriel dan kamu ... Menguba

  • Hello!! Mr. CEO   72 - Gabriel Tian Narendra

    Bibir Arion dan Jesslyn kembali terpaut dan saling memberi lumatan.Tubuh Jesslyn juga telah rebah sepenuhnya di atas sofa panjang dengan di atas tubuhnya ada Arion yang masih menyerbu bibirnya tanpa menekan tubuhnya.Arion menunduk di atas Jesslyn, memperdalam ciumannya. Hingga dia dan Jesslyn membutuhkan napas barulah Arion melepas ciuman bibirnya.Meski hanya sebentar sebelum ia tempelkan bibirnya pada ceruk leher Jesslyn.Memberi hisapan pelan dan jilatan di sana, tersenyum senang saat mendengar rintihan pelan Jesslyn dan desah tertahan di bibirnya."Arhhion ..." Jesslyn memanggil lirih nama Arion saat ciuman pria itu perlahan turun ke dadanya yang masih terbalut dress nya.Arion memberi tanda di sana hingga kemudian dirinya bersiap merobek gaun mahal yang dibelinya di butik tadi, andai kata jika Jesslyn tidak mencegahnya."Jangan merusak gaunnya!"Jesslyn yang sudah mengetahui gerak tangan Arion yang ingin merobek kain dib

  • Hello!! Mr. CEO   71 - Saling Mencinta

    Setelah Jesslyn berhasil menghentikan tangis harunya, dia mulai melepas pelukan Arion yang hanya tersenyum geli padanya.Mulailah kedua orangtua Arion yang bertanya khawatir padanya. Namun Jesslyn berujar jika dia hanya terharu karena kehadirannya diterima dan mendapat perlakuan baik dari kedua orangtua Arion.Hal itu membuat Tuan dan Nyonya Narendra makin melihat betapa tulusnya Jesslyn, mereka makin menyukai wanita yang Arion bawa ini."Sayang sekali tidak ada Rafael, mungkin jika ada anak itu, dia akan meledek Kakaknya" Tubuh Jesslyn perlahan menegang mendengar saat Nyonya Narendra menyinggung persoalan Rafael.Meski Jesslyn berusaha melupakannya dan memaafkan, namun masih sangat berat jika mendengar nama pria itu, atau bahkan untuk bertemu."Kamu tau Jesslyn, Rafael pernah koma di rumah sakit karena Arion pukuli, kami berdua bahkan tidak tau alasan mereka bertengkar saat itu."Jesslyn tersenyum kaku dan meli

  • Hello!! Mr. CEO   70 - Dicintai (2)

    Jesslyn berdebar saat mobil Arion mulai memasuki pekarangan rumah kedua orangtuanya yang sangat megah.Arion juga menyadari bagaimana tegangnya wajah Jessyn, namun dia memilih mengusap tangan Jesslyn dan menenangkan wanita itu."Ayo masuk"Jesslyn mengangguk dan turun dari mobil, Arion membantu Jesslyn membawakan tasnya. Dan dengan tangan Arion yang merangkul pinggangnya, keduanya berjalan menuju pintu utama yang kini dibukakan oleh dua orang pelayan wanita muda.Jesslyn tersenyum pada kedua wanita yang tatapannya hanya tertuju pada Arion membuatnya sedikit kesal, bagaimana Arion yang juga tersenyum, meski senyuman pria itu ditujukan untuknya, karena Arion terus memandangnya."Tuan dan Nyonya menunggu di ruang tamu Tuan muda" Arion mengangguk mengerti dan terus merangkul pinggang Jesslyn melewati beberapa bagian rumahnya sebelum tiba di ruang tamu besar rumahnya.Sepanjang jalan Jesslyn juga meliarkan matanya untuk memuaskan kedua matanya ka

  • Hello!! Mr. CEO   69 - Dicintai

    Jesslyn berkerut kening karena melihat Arion yang membawa mobilnya memasuki apartemen pria itu."Bukankah kita akan ke rumah kedua orangtuamu?"Arion menoleh sejenak pada Jesslyn sebelum pria itu beri anggukan. "Ya, kita akan ke rumah kedua orangtuaku, tapi malam nanti ... Karena pagi sampai sore ini aku mau menghabiskan waktu bersamamu dan Gabriel"Jesslyn yang mendengar itu sedikit melongo tak percaya. "Lalu mengapa kamu tidak bilang?! Aku sudah berdandan sangat rapih Arion!"Arion melirik Jesslyn dan mengusap lembut kepala wanita itu "karena jika aku bilang malam, kamu pasti tidak mau pergi pagi ini bersamaku"Jesslyn menghela napasnya pelan "kenapa kamu bisa berasumsi sendiri seperti itu? Jika kamu mengatakannya aku tidak mungkin berdandan secara berlebihan seperti ini"Arion terkekeh pelan dan menggeleng "tidak berlebihan menurutku, kamu cantik"Tak bisa dipungkiri wajah Jesslyn memerah malu akibatucapan Arion y

DMCA.com Protection Status