“Cecilia, mulai sekarang kau ikut Tuan Wong.” Mendengar ucapan Angel, ibu tirinya, Cecilia hanya diam. Raut wajahnya datar seperti kolam beku. Gadis itu berusaha menguasai emosinya. Dari balik kacamata hitamnya, Cecilia menatap Travis Wong di seberang meja. Laki-laki yang duduk dengan kedua kaki terbuka lebar itu jelas-jelas orang yang berbahaya. Pria berambut pirang kusam itu bersikap urakan. Seluruh tubuhnya bertato. Secara keseluruhan dia memiliki aura yang terasa intimidatif. Para penjaga berbadan besar di tempat ini mematuhi Travis dan menyebutnya “Bos”. Beberapa menit lalu, ketika Cecilia tiba di sini, Travis Wong baru selesai menghajar dua orang pria dengan tangan kosong. Kedua pria itu terkapar telanjang, wajah mereka babak belur dihantam bogem mentah. Travis bangkit dari sofa, menghampiri Cecilia. Dilepasnya kacamata Cecilia, lantas dia amati kedua mata Cecilia baik-baik. “Eh, gadis manis, benarkah kau buta?” “Ya, dia buta, Tuan.” Pertanyaan Travis untuk Cecilia dijaw
Selama beberapa saat Marcus biarkan gadis itu merenung di ranjangnya. Lagipula, Marcus tidak dapat mengelak, gadis itu memang sangat sedap dilihat. Marcus ingin terus memandangnya. Duduk bersilang kaki, mata Marcus menelusuri wajah Cecilia yang merona. Butir-butir air mata yang berjatuhan dari manik zaitun Cecilia membasahi bibir yang kemerahan. Marcus harus mengakui, Cecilia adalah gadis tercantik yang pernah dia temui langsung. Marcus dapat melihat bekas-bekas cumbu di leher, bahu dan tulang selangka Cecilia. Tubuh ramping itu bertulang besar, berdada busung. Pinggulnya menyerupai gelas jam pasir. Tubuh yang pasti akan digemari kaum pria itu begitu kontras dengan wajah polos Cecilia yang kekanakan. Tubuh Marcus pun bereaksi. Marcus tidak bisa membedakan, apakah dia tergoda oleh kecantikan Cecilia, atau ini sisa efek minuman semalam. Tadi malam, Travis membuat Marcus mabuk, dan Travis telah pula meracuni minuman Marcus dengan obat perangsang. Akibatnya, Marcus tidak dapat berpi
Setelah berbulan-bulan menghadapi berbagai perlakuan kejam Angel, Cecilia terlatih untuk tidak bereaksi terhadap apapun yang dilontarkan Angel kepadanya. Bagi Cecilia, diam seperti batang kayu adalah cara bertahan hidup. Cecilia tahu, semakin dilawan, Angel akan semakin sadis.Cecilia pun menggunakan cara yang sama untuk menghadapi Marcus. Cecilia akan terus diam sampai Marcus bosan dan membuangnya.Tapi Angel dan Marcus dua individu berbeda. Diamnya Cecilia pada Marcus pun memberikan efek yang berbeda.Yang Angel inginkan adalah seluruh harta Cecilia, sementara yang Marcus inginkan adalah Cecilia sendiri.Diamnya Cecilia membuat Marcus merasa tertantang. Marcus ingin membuat Cecilia bicara kepadanya. Tentu bukan bicara dengan marah seperti sekarang, melainkan dengan mesra.***“Jual Cecilia Song padaku.”Waktu makan malam, kedua tuan muda Wong kembali bertatap muka di ruang makan.“Haaah?!” Mendengar permintaan kakaknya, Travis terkejut sampai berdiri dari kursinya.“Aku serius,” sah
Cecilia membeku. Otot-otot di wajahnya menegang karena dia menggigit geraham kuat-kuat.Marcus tersenyum. Jantung Marcus pun, seperti Cecilia, berdebar lebih cepat.Marcus merasa menggoda akal Cecilia jauh lebih menyenangkan daripada pemanasan sebelum bercinta.“Saya bisa membedakan gelap dan terang …” ucap Cecilia. “Dan terkadang saya bisa menangkap beberapa warna walaupun sangat samar ….”“Oh ya?”Cecilia tidak tahu apakah jawabannya meyakinkan Marcus atau tidak. Senyum Marcus yang ringan dan misterius tidak berubah. Sorot matanya yang tajam pun tidak beralih dari mata Cecilia.Cecilia menahan napas, hampir terserang panik. Cecilia ingin meronta, tapi dia terus mengingatkan diri. Jangan lepas kendali, itu hanya akan memperburuk keadaan.Marcus meninggalkan kecurigaannya, dan kembali mencumbu Cecilia.“Karena kau buta, indra perabamu pasti lebih sensitif.”Marcus menggerakkan tangan Cecilia untuk menyentuh tubuh pria itu.“Kau boleh menyentuhku di manapun kau suka, Cecilia.”***Hamp
“Tumben kau menelepon,” ujar Krystal yang masih sibuk di kantor.“Apa kau tahu bahwa Marcus menyewa pelacur?” tanya Travis dengan nada menyindir.“Oh ya?” Krystal terdengar oke. “Lalu kenapa?”“Marcus menyewa pelacur itu untuk melayaninya secara eksklusif selama sebulan.”“Kurasa itu lebih baik daripada Marcus tidur dengan perempuan berbeda setiap malam.”“Bagaimana kalau kakakku jatuh cinta pada pelacur itu?”Krystal tidak menjawab. Travis mendengus tertawa. Rupanya Krystal pun merasakan cemburu.“Kau calon Nyonya Wong, sebaiknya kau lakukan sesuatu untuk mempertahankan statusmu di rumah ini sebelum seorang pelacur mencurinya,” hasut Travis. “Sejujurnya, Cecilia Song sangat cantik. Sepertinya dia juga hebat di ranjang. Kakakku sudah bolos dua hari menemani pelacur itu.”Tanpa menanggapi Travis, Krystal memutuskan sambungan.***Ketika Marcus kembali ke kantor, sekretarisnya menyambutnya dengan setumpuk tugas. Dalam tiga hari, setidaknya ada sepuluh janji temu yang harus dijadwalkan u
Setelah Krystal menciumnya, wajah Marcus berubah suram seketika. Sambil memalingkan pandangan, Marcus melepaskan jasnya untuk menutupi tubuh Krystal. “Untuk apa kau di sini?” tanya Marcus sambil memunggungi Krystal. “Kenapa kau tidur dengan pelacur?” balas Krystal murka. “Kenapa kau tidak pernah menyentuhku?” Marcus tidak menjawab. Amarah Krystal pun semakin menjadi. “Marcus, aku tunanganmu! Aku juga sahabatmu sejak SMA! Lebih dari sepuluh tahun aku mendampingimu … kau tahu aku mencintaimu … tapi kau ….” Krystal menjerit dan tangisnya pecah. Marcus memejamkan mata, memijat pangkal hidung. Dia ingin pergi, tapi perbuatan itu hanya akan membuat Krystal semakin histeris. Krystal mulai melempar barang-barang di sekitarnya ke arah Marcus. Begitulah Krystal apabila mengamuk, tidak terkendali. Jika Marcus meninggalkannya, Krystal pasti akan melampiaskan emosinya pada pelayan. Setelah membuat ranjang porak-poranda dan membanting semua barang dari atas nakas, Krystal menampar Marcus.
“Jadi seperti ini rupanya pelacur yang berani menggoda tunanganku! Astaga! Kau terlihat murahan!”Wanita yang menyebut Cecilia pelacur itu berkacak pinggang. Dia kurus dan jangkung seperti model, dan hak stilettonya membuat wanita itu sangat menjulang. Wanita itu memiliki wajah yang tidak asing, kemungkinan besar hasil bedah kecantikan di Gangnam.Wanita itu mulai bersumpah-serapah dan menyerang Cecilia dengan membabi-buta.Perlahan, rupa wanita yang mengaku sebagai tunangan Marcus itu berubah menjadi wajah Angel. Dan Cecilia kembali berada di rumah ayahnya, menerima siksa dari ibu tirinya. Cecilia tidak bisa bergerak ataupun bersuara, namun dia dapat mendengar hatinya berteriak.‘Bangunlah, Cecilia! Ini bukan waktumu mati! Kau masih harus membalaskan dendam ayahmu!’Telinga Cecilia berdengung nyaring ketika dia terbangun. Semua yang dilihatnya seolah berputar.Marcus di sisi ranjangnya. Marcus tampak kacau, dengan rambut berantakan dan kantong mata hitam yang kentara.Cecilia hampir
“Marcus! Kenapa pukul segini kau masih belum ada di kantor?! Jangan lupa kau harus menjamu Tuan Richard Ng dari Macao sebelum makan siang!”Itu bukan suara gagak, ataupun omelan ibu mertua. Itu suara Kevin Lau, wakil CEO Wong Enterprise. Kevin menelepon Marcus saat mobil Marcus masih di tengah jalan.“Bibi Susan bilang semalam kau tidak pulang dan Hana bilang kau sempat ditahan polisi! Apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa aku selalu jadi orang terakhir yang tahu?!”Karena audio ponsel Marcus disambungkan ke perangkat audio mobil, Cecilia dapat menyimak omelan Kevin.“Sebentar lagi aku sampai di kantor,” sahut Marcus. “Suruh Hana menyiapkan pakaianku.”“Heeei, kau belum menjawab pertanyaan—”Tap. Marcus menekan sebuah tombol di setir dan memutus sambungan. Pria itu menghela napas berat.Saat itu gedung pencakar langit yang dia tuju sudah tampak seratus meter di hadapan. Cecilia melirik Marcus. Cecilia merasa tidak nyaman karena Marcus membawanya ke kantor, tapi tak ada yang dapat dia k
Pukul 10 malam, Marcus tiba di kamar tidurnya.Sejak Marcus memandangi wajah Cecilia yang terlelap di sofa, sebab tampaknya wanita itu tertidur kala sedang membaca buku sambil menunggu kedatangan suaminya.Dengan sangat hati-hati Marcus menggendong Cecilia, memindahkan wanita itu ke atas ranjang. Cecilia sedikit mengerang ketika Marcus meletakkannya. Dan tepat saat Marcus sedang menyelimutinya, mata wanita itu terbuka.“Sayang?” bisik Cecilia. “Kau sudah pulang?”Marcus tersenyum. “Apa aku membangunkanmu?”“Memang tadinya aku berniat untuk tidur sebentar.” Cecilia menguap. “Kau sudah makan?”“Tentu saja. Kau tampak lelah, Cecilia. Tidurlah kembali.” Marcus mengecup kening Cecilia dan mengusap pipinya.“Tapi aku belum makan,” keluh Cecilia. “Dan aku lapar.”“Oh.” Marcus tersentak kaget. “Mau kubuatkan sesuatu?”Cecilia meringis dan menganggukkan kepala.“Baiklah, ayo.” Marcus mengangkat ketiak Cecilia, menggendong sang istri di depan. Marcus berjalan ke arah pintu sambil mencumbui Ceci
Bergeming di tempatnya berdiri, Marcus tertegun menyaksikan kericuhan di ruang sidang usai tuan hakim memutuskan dirinya tak bersalah dan bebas.Setelah polisi membawa Travis, Jerry dan Krystal pergi untuk penyelidikan, Cecilia bergegas menemui suaminya.Cecilia pun berlari ke dalam pelukan Marcus. Air mata wanita itu berderai. Mereka bercumbu singkat, lalu sambil memandang wajah istrinya, Marcus tampak kebingungan.“Cecilia … kau baik-baik saja? Mengapa kau datang bersama Travis? Dan … apa yang baru saja terjadi?” Marcus bertanya gugup.“Kebakaran di rumah kita terjadi karena Travis. Dia juga menculikku dan Olivia malam itu. Namun, selama Travis menyekap kami di rumahnya, aku menggunakan kesempatan itu untuk mengumpulkan bukti-bukti kejahatannya,” terang Cecilia tegas.Marcus terpana mendengarkan ucapan istrinya.Lantas Cecilia melanjutkan, “Pada saat Jackson menemuiku semalam, aku langsung menghubungi detektif pribadiku dengan menggunakan ponsel Jackson. Aku minta Jackson menjelaska
Empat hari kemudian.Tubuh Cecilia menggigil ketika ia melihat secarik kertas yang disodorkan Travis ke arahnya. Cecilia tahu isi kertas itu. Kertas itu adalah surat permohonan cerai yang harus dia tandatangani, syarat yang harus dipenuhi, jika dia ingin melihat persidangan Marcus.Travis menunggu dengan tidak sabar.Travis menggebrak meja. “Ayolah, Cecilia, berikan tanda tanganmu! Jangan buang-buang waktu! Sidangnya dimulai satu jam lagi!”Hari ini Travis juga harus hadir di persidangan itu sebagai saksi.“Kita tidak boleh terlambat datang, bukan?”“B-baiklah ….” Dengan tangan gemetar Cecilia meraih pulpen dan membubuhi kertas itu dengan tanda tangannya. “A-aku sudah melakukannya ….”“Jackson!” Travis memanggil Jackson, yang kini menjadi tangan kanannya. “Mari kita berangkat!”“Ya, Tuan.” Jackson membungkuk dan melirik Cecilia.Jackson menyaksikan bagaimana Travis meraih tangan Cecilia dengan kasar dan menyeret wanita itu ke mobil. Sejujurnya Jackson merasa sangat iba dan sangat bers
Marcus yang sedang berduka memikirkan nasib istri dan anaknya, tiba-tiba mendapat kejutan baru lagi, kali ini dari kantor pengacara Li & Associates.Seperti yang sudah Cecilia wanti-wanti sebelum Marcus kembali dari Guangzhou, Li & Associates yang diberikan tanggung jawab penuh oleh CEO yang sekarang menjabat (Travis) untuk merombak ulang manajemen di Wong Enterprise, dikabarkan oleh media bahwa mereka ‘telah menemukan kecurangan CEO terdahulu (Marcus)’.Sekelompok jaksa mendatangi tempat di mana Marcus menetap selama rumahnya direnovasi pasca kebakaran. Mereka datang dengan membawa surat perintah penyidikan. Artinya, Marcus telah ditetapkan sebagai tersangka, atas kasus penggelapan dana pegawai.“Anda sebagai bos telah dengan sengaja melakukan tindakan korupsi, seperti memotong gaji pegawai tanpa alasan yang sah atau menggunakan gaji pegawai untuk kepentingan pribadi!” Begitulah yang disampaikan kepala jaksa kepada Marcus. “Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, And
Di balik kabut tebal dan pepohonan lebat, mansion keluarga Wong yang telah berusia lebih dari satu dasawarsa berdiri megah dan gagah, terpencil dari keramaian kota. Kemegahannya kini diselimuti asap hitam pekat, menandakan kobaran api yang melahap habis bangunan megah tersebut.Suara sirine pemadam kebakaran memecah kesunyian malam, membawa para petugas ke tempat kejadian. Api berkobar dengan ganas, melalap setiap sudut mansion. Asap tebal menyelimuti area, menyulitkan upaya pemadaman.Para petugas berjibaku melawan api, berusaha menyelamatkan apa pun yang masih bisa diselamatkan. Namun, upaya mereka terhambat oleh struktur bangunan yang tua dan rapuh, serta kondisi yang gelap dan penuh asap.Setelah berjam-jam berjuang, api akhirnya berhasil dipadamkan. Namun, mansion yang dulunya megah kini hanya tinggal puing-puing yang menghitam.Keesokan paginya, seorang detektif bernama Victor Huang ditugaskan untuk menyelidiki kasus kebakaran ini. Detektif Huang memiliki reputasi yang baik dala
Selama Marcus jauh dari rumah untuk mengusut kasus pembunuhan Mikey Han, Marcus selalu menghubungi Cecilia setiap malam, untuk memastikan kondisi di rumah mereka aman.Marcus juga telah memastikan bahwa keamanan di kediaman Wong dijaga ketat, mengingat bahwa pembunuh Mikey Han juga mengincar nyawa Marcus, dan mungkin nyawa keluarga Marcus.Sekelompok bodyguard profesional bertugas menjaga kediaman Wong 24/7. Mereka terlatih dalam berbagai teknik bela diri dan penggunaan senjata api. Bodyguard ini selalu berpatroli di sekitar rumah, baik di dalam maupun di luar. Mereka juga memantau kamera pengawas dan siap merespons setiap tanda-tanda bahaya. Bodyguard ini juga terhubung dengan pusat kendali yang dilengkapi dengan sistem alarm dan komunikasi canggih.Jaringan kamera pengawas yang canggih dipasang di seluruh bagian rumah, baik di dalam maupun di luar. Kamera ini dapat merekam gambar dan suara dengan kualitas tinggi, bahkan dalam kondisi minim cahaya. Rekaman kamera pengawas disimpan di
Tiga minggu kemudian setelah kematian Mikey Han atau Han Tae-Sung, kegemparan dan kepanikan terjadi di Yusan Developers.Jay Kim, yang seharusnya menggantikan Mikey menjabat sebagai presiden komisaris Yusan Developers, tiba-tiba ditangkap oleh Interpol dan FBI di Hawaii dengan tuduhan mendalangi beberapa kegiatan ilegal di Amerika.Lalu, di rapat direksi, muncul orang baru yang benar-benar asing.Perut buncit orang itu sangat maju seperti wanita hamil yang tak kunjung melahirkan. Kening dan telapak tangannya selalu berkeringat. Segelintir helai uban di atas kepalanya disisir menyamping untuk menutupi botaknya yang tak merata.Matanya yang kecil terselip di antara kelopak yang tebal penuh lemak. Hanya dengan melihat matanya saja Marcus Wong langsung tahu orang itu bukanlah orang yang bisa dipercaya. Mata yang sungguh licik dan mesum.Orang itu, Don Choi, memiliki 30% saham Yusan. Hal itu menjadikannya pemegang saham terbesar nomor satu di Yusan. Pemegang saham terbesar nomor dua adalah
Di dunia yang terancam oleh kekuatan jahat dan bahaya tak terduga, masih dapat ditemukan para individu luar biasa yang ditakdirkan untuk bersatu. Itu adalah misi awal Robert dan Oskar mengumpulkan pasukan mereka. Mereka adalah para avengers, masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan unik, dan mereka berasal dari latar belakang yang berbeda.Pertemuan pertama mereka penuh dengan kekacauan dan kebingungan. Para calon anggota pasukan rahasia Robert dan Oskar, yang saat itu masih belum saling mengenal, sebagian besar diambil dari jalanan. Mereka terbiasa bekerja sendiri-sendiri, namun Robert dan Oskar memberikan mereka berbagai misi untuk menyatukan perbedaan mereka dan membuat mereka saling mendukung dan bekerja sama.Pertempuran sengit antar gangster dan penjahat melanda berbagai kota. Oskar memimpin pasukan, dibantu oleh Robert yang gesit di belakang layar. Meskipun mereka memiliki kekuatan luar biasa, para Avengers hampir kewalahan oleh jumlah gangster yang tak terhitung jumlahnya
Awal sakit hati Robert terhadap para penguasa dan para pemimpin militer adalah setelah dia mengamati penderitaan rakyat. Rutin Robert hilir-mudik mengunjungi teman-teman misteriusnya di berbagai distrik abu-abu ataupun distrik lampu merah. Robert pun betah menginap berhari-hari di rumah para “kamerad”-nya dan mulai terobsesi dengan literatur-literatur sayap kiri.Distrik-distrik itu begitu padat dan pengap. Hiruk-pikuk khas perkampungan kumuh perkotaan acap membuat Robert senewen. Dengan was-was ia mengikuti kawannya menelusuri gang-gang sempit yang kotor, becek, dengan bau sampah dan tinja tak putus-putus menusuk hidung.Bau busuk itu menembus masker yang selalu Robert pakai untuk menyamarkan wajahnya. Di sepanjang gang-gang yang ia dan kawannya lewati, orang-orang bertampang sangar dan bersuara nyaring melakukan berbagai aktivitas sehari-hari, tampak begitu semarak sekaligus menegangkan.Dari beranda sebuah rumah petak terdengar keributan. Seorang perempuan tua berkelahi dengan seor