Share

#7. Imun dari Hukum

“Jadi seperti ini rupanya pelacur yang berani menggoda tunanganku! Astaga! Kau terlihat murahan!”

Wanita yang menyebut Cecilia pelacur itu berkacak pinggang. Dia kurus dan jangkung seperti model, dan hak stilettonya membuat wanita itu sangat menjulang. Wanita itu memiliki wajah yang tidak asing, kemungkinan besar hasil bedah kecantikan di Gangnam.

Wanita itu mulai bersumpah-serapah dan menyerang Cecilia dengan membabi-buta.

Perlahan, rupa wanita yang mengaku sebagai tunangan Marcus itu berubah menjadi wajah Angel. Dan Cecilia kembali berada di rumah ayahnya, menerima siksa dari ibu tirinya. Cecilia tidak bisa bergerak ataupun bersuara, namun dia dapat mendengar hatinya berteriak.

‘Bangunlah, Cecilia! Ini bukan waktumu mati! Kau masih harus membalaskan dendam ayahmu!’

Telinga Cecilia berdengung nyaring ketika dia terbangun. Semua yang dilihatnya seolah berputar.

Marcus di sisi ranjangnya. Marcus tampak kacau, dengan rambut berantakan dan kantong mata hitam yang kentara.

Cecilia hampir tidak mengenali pria itu. Begitu melihat Cecilia siuman, Marcus segera memanggil dokter.

“Bagaimana perasaan Anda, Nona?” tanya dokter jaga yang didampingi seorang polisi.

“Pusing …” jawab Cecilia lirih. “Mual ….”

Dokter memeriksa Cecilia dengan cepat.

“Normal, Anda hanya pengar,” kata dokter. “Anda minum terlalu banyak semalam.”

“Apa semalam saya membuat masalah?” Cecilia bergumam serak.

“Itulah yang ingin kami tanyakan.” Polisi menyisipkan penyelidikan dalam percakapan ringan itu. “Anda ingat apa yang terjadi pada Anda?”

Cecilia mengangguk lemah. “Sedikit ….”

“Bisa Anda ceritakan, kenapa ada memar besar di wajah Anda?”

“Seorang perempuan memukuli saya …” jawab Cecilia. “Lalu, saya lari darinya, dan Tuan Travis membawa saya ke hotel ….”

“Siapa perempuan yang memukuli Anda?”

“Dia … mengaku sebagai … tunangan Tuan Marcus.”

Dokter dan polisi tampak terkejut berbarengan.

“Dan siapa Tuan Travis?”

“Adik Tuan Marcus.”

“Di mana lokasi Anda dan Tuan Marcus saat Anda dipukul?”

“Saya di rumah Keluarga Wong dan Tuan Marcus mungkin masih di kantor.”

“Lalu dari mana Anda dapatkan luka-luka Anda yang lain?” Dokter sedikit menyingkap pakaian Cecilia dan menunjuk bekas luka cambuk di pinggang. “Misalnya luka-luka ini.”

“Ibu tiri saya—” Cecilia tertegun sambil menatap polisi. “Apakah Anda polisi?”

“Benar.”

Cecilia tidak menyangka dia sedang bicara dengan polisi. Mungkin ini kesempatan untuk melaporkan kejahatan ibu tirinya. Mendadak Cecilia merasa gugup.

“Ibu tiri Cecilia kerap menyiksanya, karena itulah saya mengambil Cecilia dari rumahnya.”

Sebelum Cecilia sempat mengatakan sesuatu, Marcus segera mendahului.

“Saya lengah kemarin, tapi saya bersumpah, penganiayaan seperti ini tak akan terjadi lagi pada Cecilia. Perempuan yang kemarin menganiaya Cecilia memang pernah menjadi tunangan saya. Bagaimanapun, saya dan perempuan itu telah membuat kesepakatan, dia tidak akan datang ke rumah saya tanpa izin.”

“Apa Tuan Marcus pernah menyakiti Anda?” Polisi mengabaikan ucapan Marcus dan tetap menginterogasi Cecilia.

“T-tidak, tapi ibu tiri saya—”

“Sudahlah, Sayang, sekarang kau aman bersamaku.” Marcus memotong ucapan Cecilia seraya mendekapnya erat. “Ibu tirimu tak akan berani macam-macam selama kau bersamaku.”

Cecilia membeku kebingungan. Apa yang harus dia lakukan? Sakit kepala membuatnya tak dapat berpikir jernih.

“Jangan gegabah,” bisik Marcus di telinga Cecilia. “Aku tahu apa yang ingin kau lakukan. Tapi bukan sekarang. Biar aku yang membalas ibu tirimu.”

Dekapan Marcus semakin erat, menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka. “Keterlaluan. Berbuat mesum di rumah sakit. Ini bukan hotel.” Terdengar berbagai komentar tidak sedap dari berbagai arah.

“Ehm—baiklah.” Polisi menyudahi penyelidikan. “Karena Nona Song sudah mengkonfirmasi pernyataan Tuan bahwa bukan Tuan yang mengakibatkan luka-luka itu, Tuan boleh membawa Nona Song pulang.”

“Terima kasih.” Marcus mengangguk, kemudian merangkul pundak Cecilia. “Ayo, Sayang, kita pulang.

Cecilia bergeming.

“Cecilia,” desak Marcus. “Ayolah.”

“Pak Polisi, tolong saya! Setelah ibu tiri saya menyekap dan menyiksa saya di rumah selama berbulan-bulan, saya dijual kepada orang ini untuk melunasi utang! Dengan kata lain … orang ini … telah menyentuh saya di luar kemauan saya!” lapor Cecilia dengan suara gemetar.

Pak Polisi tertegun sejenak, lantas dengan cepat menyergap Marcus dan memborgol tangannya.

“Tuan Marcus Wong, Anda berhak untuk diam dan meminta pengacara!” kata polisi tersebut. “Namun untuk sekarang, Anda ditangkap atas dugaan perdagangan manusia dan pelecehan seksual!”

Sambil digiring keluar dari ruang UGD, Marcus menoleh dan menatap Cecilia. Cecilia tersentak ketika melihat Marcus. Anehnya, Marcus tidak tampak marah, dan malah tersenyum lembut kepada Cecilia.

***

Polisi yang menangkap Marcus hanyalah seorang petugas patroli baru.

Dia pun sangat terkejut ketika Komisaris Jenderal Polisi Gao mendatangi kantor sektor tempat Marcus ditahan.

Komjen Pol Gao tiba bersama Pengacara Chen dari firma hukum Li & Associates. Mereka berbincang akrab seperti sepasang sahabat. Kantor penegak hukum yang biasanya menegangkan kini terasa nyaman bagaikan rumah saudara.

“Buatkan minuman untuk Tuan Wong dan Tuan Chen!” Komjen Pol Gao memerintahkan anak buahnya, lantas dia bicara pada Marcus. “Tuan Wong, tumben sekali, Anda yang kena masalah kali ini!”

“Hanya sedikit kesalahpahaman,” ujar Marcus tenang. “Maaf karena sudah merepotkan Anda.”

“Tidak, kebetulan aku sedang punya waktu! Eh, sudah lama kita tidak main golf bersama! Aku punya klub baru sekarang!” ujar Komjen Pol Gao basa-basi. “Omong-omong, Tuan Wong, ada beberapa bisnis baru yang ingin aku tawarkan pada Anda … jadi … ehm.”

“Baiklah, mari main golf di klub Anda akhir pekan ini.”

“Ah-ha-ha, dengan senang hati!”

“Siapa perempuan yang melaporkanmu itu?” tanya Pengacara Chen sambil melirik Cecilia di sudut ruangan.

Marcus enggan menjawab.

“Aku tak menyangka, ternyata kau main perempuan juga,” bisik Pengacara Chen. “Kalau gadis itu memang hebat, kenalkan juga padaku.”

Marcus tidak menanggapi. Dia bangkit, lalu pamit. Marcus pun menarik lengan Cecilia sampai gadis itu berdiri, kemudian menggamit pinggang Cecilia dan membawanya pergi.

“Haaah …!”

Marcus buang napas keras-keras setelah dia dan Cecilia masuk mobil.

“Jangan lakukan hal bodoh itu lagi,” kata Marcus sambil menyalakan mesin mobil. “Terutama karena kau tak tahu apapun tentang aku. Tidak mudah untuk menjebloskanku ke penjara. Banyak petinggi di kepolisian menjadi klienku.”

Marcus melirik Cecilia yang tidak mengacuhkannya.

“Sudah kubilang, aku pasti bisa membantumu, Cecilia.”

“Aku tak perlu bantuanmu,” balas Cecilia ketus.

“Jangan sombong,” dengus Marcus. “Kau hanya akan menjilat ludahmu sendiri.”

“Kenapa harus aku?” tanya Cecilia frustrasi. “Padahal kau bisa tidur dengan ratusan perempuan yang lebih cantik dan lebih seksi daripada aku, tapi kenapa harus aku yang tidur denganmu?”

“Tak usah merasa kau istimewa, Nona,” jawab Marcus dingin. “Kalau aku sudah bosan main-main denganmu, kau juga akan kubuang.”

[Akhir Bab 7]

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status