“Jadi seperti ini rupanya pelacur yang berani menggoda tunanganku! Astaga! Kau terlihat murahan!”
Wanita yang menyebut Cecilia pelacur itu berkacak pinggang. Dia kurus dan jangkung seperti model, dan hak stilettonya membuat wanita itu sangat menjulang. Wanita itu memiliki wajah yang tidak asing, kemungkinan besar hasil bedah kecantikan di Gangnam.
Wanita itu mulai bersumpah-serapah dan menyerang Cecilia dengan membabi-buta.
Perlahan, rupa wanita yang mengaku sebagai tunangan Marcus itu berubah menjadi wajah Angel. Dan Cecilia kembali berada di rumah ayahnya, menerima siksa dari ibu tirinya. Cecilia tidak bisa bergerak ataupun bersuara, namun dia dapat mendengar hatinya berteriak.
‘Bangunlah, Cecilia! Ini bukan waktumu mati! Kau masih harus membalaskan dendam ayahmu!’
Telinga Cecilia berdengung nyaring ketika dia terbangun. Semua yang dilihatnya seolah berputar.
Marcus di sisi ranjangnya. Marcus tampak kacau, dengan rambut berantakan dan kantong mata hitam yang kentara.
Cecilia hampir tidak mengenali pria itu. Begitu melihat Cecilia siuman, Marcus segera memanggil dokter.
“Bagaimana perasaan Anda, Nona?” tanya dokter jaga yang didampingi seorang polisi.
“Pusing …” jawab Cecilia lirih. “Mual ….”
Dokter memeriksa Cecilia dengan cepat.
“Normal, Anda hanya pengar,” kata dokter. “Anda minum terlalu banyak semalam.”
“Apa semalam saya membuat masalah?” Cecilia bergumam serak.
“Itulah yang ingin kami tanyakan.” Polisi menyisipkan penyelidikan dalam percakapan ringan itu. “Anda ingat apa yang terjadi pada Anda?”
Cecilia mengangguk lemah. “Sedikit ….”
“Bisa Anda ceritakan, kenapa ada memar besar di wajah Anda?”
“Seorang perempuan memukuli saya …” jawab Cecilia. “Lalu, saya lari darinya, dan Tuan Travis membawa saya ke hotel ….”
“Siapa perempuan yang memukuli Anda?”
“Dia … mengaku sebagai … tunangan Tuan Marcus.”
Dokter dan polisi tampak terkejut berbarengan.
“Dan siapa Tuan Travis?”
“Adik Tuan Marcus.”
“Di mana lokasi Anda dan Tuan Marcus saat Anda dipukul?”
“Saya di rumah Keluarga Wong dan Tuan Marcus mungkin masih di kantor.”
“Lalu dari mana Anda dapatkan luka-luka Anda yang lain?” Dokter sedikit menyingkap pakaian Cecilia dan menunjuk bekas luka cambuk di pinggang. “Misalnya luka-luka ini.”
“Ibu tiri saya—” Cecilia tertegun sambil menatap polisi. “Apakah Anda polisi?”
“Benar.”
Cecilia tidak menyangka dia sedang bicara dengan polisi. Mungkin ini kesempatan untuk melaporkan kejahatan ibu tirinya. Mendadak Cecilia merasa gugup.
“Ibu tiri Cecilia kerap menyiksanya, karena itulah saya mengambil Cecilia dari rumahnya.”
Sebelum Cecilia sempat mengatakan sesuatu, Marcus segera mendahului.
“Saya lengah kemarin, tapi saya bersumpah, penganiayaan seperti ini tak akan terjadi lagi pada Cecilia. Perempuan yang kemarin menganiaya Cecilia memang pernah menjadi tunangan saya. Bagaimanapun, saya dan perempuan itu telah membuat kesepakatan, dia tidak akan datang ke rumah saya tanpa izin.”
“Apa Tuan Marcus pernah menyakiti Anda?” Polisi mengabaikan ucapan Marcus dan tetap menginterogasi Cecilia.
“T-tidak, tapi ibu tiri saya—”
“Sudahlah, Sayang, sekarang kau aman bersamaku.” Marcus memotong ucapan Cecilia seraya mendekapnya erat. “Ibu tirimu tak akan berani macam-macam selama kau bersamaku.”
Cecilia membeku kebingungan. Apa yang harus dia lakukan? Sakit kepala membuatnya tak dapat berpikir jernih.
“Jangan gegabah,” bisik Marcus di telinga Cecilia. “Aku tahu apa yang ingin kau lakukan. Tapi bukan sekarang. Biar aku yang membalas ibu tirimu.”
Dekapan Marcus semakin erat, menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka. “Keterlaluan. Berbuat mesum di rumah sakit. Ini bukan hotel.” Terdengar berbagai komentar tidak sedap dari berbagai arah.
“Ehm—baiklah.” Polisi menyudahi penyelidikan. “Karena Nona Song sudah mengkonfirmasi pernyataan Tuan bahwa bukan Tuan yang mengakibatkan luka-luka itu, Tuan boleh membawa Nona Song pulang.”
“Terima kasih.” Marcus mengangguk, kemudian merangkul pundak Cecilia. “Ayo, Sayang, kita pulang.
Cecilia bergeming.
“Cecilia,” desak Marcus. “Ayolah.”
“Pak Polisi, tolong saya! Setelah ibu tiri saya menyekap dan menyiksa saya di rumah selama berbulan-bulan, saya dijual kepada orang ini untuk melunasi utang! Dengan kata lain … orang ini … telah menyentuh saya di luar kemauan saya!” lapor Cecilia dengan suara gemetar.
Pak Polisi tertegun sejenak, lantas dengan cepat menyergap Marcus dan memborgol tangannya.
“Tuan Marcus Wong, Anda berhak untuk diam dan meminta pengacara!” kata polisi tersebut. “Namun untuk sekarang, Anda ditangkap atas dugaan perdagangan manusia dan pelecehan seksual!”
Sambil digiring keluar dari ruang UGD, Marcus menoleh dan menatap Cecilia. Cecilia tersentak ketika melihat Marcus. Anehnya, Marcus tidak tampak marah, dan malah tersenyum lembut kepada Cecilia.
***
Polisi yang menangkap Marcus hanyalah seorang petugas patroli baru.
Dia pun sangat terkejut ketika Komisaris Jenderal Polisi Gao mendatangi kantor sektor tempat Marcus ditahan.
Komjen Pol Gao tiba bersama Pengacara Chen dari firma hukum Li & Associates. Mereka berbincang akrab seperti sepasang sahabat. Kantor penegak hukum yang biasanya menegangkan kini terasa nyaman bagaikan rumah saudara.
“Buatkan minuman untuk Tuan Wong dan Tuan Chen!” Komjen Pol Gao memerintahkan anak buahnya, lantas dia bicara pada Marcus. “Tuan Wong, tumben sekali, Anda yang kena masalah kali ini!”
“Hanya sedikit kesalahpahaman,” ujar Marcus tenang. “Maaf karena sudah merepotkan Anda.”
“Tidak, kebetulan aku sedang punya waktu! Eh, sudah lama kita tidak main golf bersama! Aku punya klub baru sekarang!” ujar Komjen Pol Gao basa-basi. “Omong-omong, Tuan Wong, ada beberapa bisnis baru yang ingin aku tawarkan pada Anda … jadi … ehm.”
“Baiklah, mari main golf di klub Anda akhir pekan ini.”
“Ah-ha-ha, dengan senang hati!”
“Siapa perempuan yang melaporkanmu itu?” tanya Pengacara Chen sambil melirik Cecilia di sudut ruangan.
Marcus enggan menjawab.
“Aku tak menyangka, ternyata kau main perempuan juga,” bisik Pengacara Chen. “Kalau gadis itu memang hebat, kenalkan juga padaku.”
Marcus tidak menanggapi. Dia bangkit, lalu pamit. Marcus pun menarik lengan Cecilia sampai gadis itu berdiri, kemudian menggamit pinggang Cecilia dan membawanya pergi.
“Haaah …!”
Marcus buang napas keras-keras setelah dia dan Cecilia masuk mobil.
“Jangan lakukan hal bodoh itu lagi,” kata Marcus sambil menyalakan mesin mobil. “Terutama karena kau tak tahu apapun tentang aku. Tidak mudah untuk menjebloskanku ke penjara. Banyak petinggi di kepolisian menjadi klienku.”
Marcus melirik Cecilia yang tidak mengacuhkannya.
“Sudah kubilang, aku pasti bisa membantumu, Cecilia.”
“Aku tak perlu bantuanmu,” balas Cecilia ketus.
“Jangan sombong,” dengus Marcus. “Kau hanya akan menjilat ludahmu sendiri.”
“Kenapa harus aku?” tanya Cecilia frustrasi. “Padahal kau bisa tidur dengan ratusan perempuan yang lebih cantik dan lebih seksi daripada aku, tapi kenapa harus aku yang tidur denganmu?”
“Tak usah merasa kau istimewa, Nona,” jawab Marcus dingin. “Kalau aku sudah bosan main-main denganmu, kau juga akan kubuang.”
[Akhir Bab 7]
“Marcus! Kenapa pukul segini kau masih belum ada di kantor?! Jangan lupa kau harus menjamu Tuan Richard Ng dari Macao sebelum makan siang!”Itu bukan suara gagak, ataupun omelan ibu mertua. Itu suara Kevin Lau, wakil CEO Wong Enterprise. Kevin menelepon Marcus saat mobil Marcus masih di tengah jalan.“Bibi Susan bilang semalam kau tidak pulang dan Hana bilang kau sempat ditahan polisi! Apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa aku selalu jadi orang terakhir yang tahu?!”Karena audio ponsel Marcus disambungkan ke perangkat audio mobil, Cecilia dapat menyimak omelan Kevin.“Sebentar lagi aku sampai di kantor,” sahut Marcus. “Suruh Hana menyiapkan pakaianku.”“Heeei, kau belum menjawab pertanyaan—”Tap. Marcus menekan sebuah tombol di setir dan memutus sambungan. Pria itu menghela napas berat.Saat itu gedung pencakar langit yang dia tuju sudah tampak seratus meter di hadapan. Cecilia melirik Marcus. Cecilia merasa tidak nyaman karena Marcus membawanya ke kantor, tapi tak ada yang dapat dia k
Matahari sudah terbenam ketika Cecilia terbangun. Lehernya pegal akibat beberapa jam bersandar miring ke bahu Marcus. Cecilia menegakkan duduknya, lalu menoleh, memperhatikan Marcus yang masih pulas di sisinya. Setelah kesadarannya terkumpul penuh, Cecilia beranjak ke arah sebidang jendela besar di balik meja kerja Marcus. Panorama kota yang Cecilia saksikan dari lantai 63 begitu mempesona. Gedung-gedung pencakar langit bahu-membahu, seumpama barisan tombak-tombak raksasa yang menghunjam awan kelabu. Jendela-jendela yang menyala tampak bagaikan gemintang. Baru kali ini Cecilia melihat pemandangan seindah itu seumur hidup. ‘Apa seperti ini rasanya naik pesawat?’ Cecilia belum pernah sekali pun naik pesawat. Sejak lahir, karena ayahnya sangat sibuk dan Cecilia tinggal dengan bibi pengasuh yang sudah renta, Cecilia selalu mendekam di rumah. Setelah ayah Cecilia menikah dengan Angel pun, Cecilia tidak pernah diajak kalau sang ayah pergi bersama Angel, sebab Angel tidak mau diganggu.
Akhirnya, Marcus menggeram, mendekap Cecilia erat-erat.Cecilia berguncang mencapai pelepasannya lagi. Marcus tetap memeluk Cecilia sampai guncangan itu berhenti dan tubuh tegang Cecilia lemas dalam pelukan Marcus. Kemudian, setelah mengatur napas, Marcus mengecup kening Cecilia.Cairan kental melimpah, mengalir di paha Cecilia saat Marcus mencabut diri dari celah Cecilia.“Kau mengantuk lagi?” tanya Marcus lembut.“Gaunku jadi kusut dan lembap karena aku berkeringat,” gerutu Cecilia sambil menyandarkan kepalanya di bahu Marcus.Marcus tertawa ringan.“Tuan terlalu gegabah.” Cecilia sedikit mengomel. “Aku tak pernah minum pil kontrasepsi.”Susah-payah Cecilia menggerakkan tubuhnya yang lunglai untuk mengambil tisu dan menyeka pahanya.“Tuan pun tak pernah menggunakan pengaman selama berhubungan denganku. Tuan juga selalu keluar di dalam. Apa Tuan tidak tahu risikonya?”“Terus kenapa kalau kau hamil?” Marcus membersihkan dirinya sendiri. “Aku akan bertanggungjawab.”Cecilia terdiam mem
Krystal memiliki banyak mata-mata yang dia susupkan di kantor dan rumah Marcus untuk mengawasi sang tunangan. Salah satu mata-matanya di kantor adalah sekretaris Kevin. Kabar tentang Marcus membawa si pelacur buta ke kantor pun sampai ke telinga Krystal.“Tuan Marcus juga menyuruh sekretarisnya membeli pakaian dan sepatu untuk Nona Song, serta memesan tempat untuk makan malam di Restoran Le Caprice,” lapor Dona, sekretaris Kevin itu, melalui telepon.“Mereka makan malam berdua di restoran itu?”“Benar, Nona.”“Baiklah. Terima kasih telah memberitahuku, Dona. Aku akan menghubungimu lagi lain waktu.”Usai memutus sambungan, Krystal tertawa lantang, meski hatinya terluka.Tunangan yang selama ini begitu dingin kepadanya, sekarang bersikap begitu romantis pada perempuan lain.Bagi Krystal itu sebuah penghinaan besar yang dilakukan Marcus terhadapnya dan juga terhadap Keluarga Li.Walaupun Krystal dan Marcus hanyalah tunangan di atas kertas, namun Marcus tidak pantas berkencan di hadapan o
“Nama saya Jackson, pengawal pribadi Nona.” Jackson menatap Cecilia yang tidak berpaling ataupun menjawab perkenalan dirinya. Jackson membatin, ‘Jadi begini rupanya Si Buta Nakal yang digunjingkan orang-orang yang bekerja di rumah ini ….’ Jackson cukup terkejut karena aura Cecilia jauh dari kesan nakal. “Jika ada yang Nona perlukan, Nona katakan saja pada saya,” kata Jackson ramah. Namun Cecilia tetap membisu. Jackson menghela napas berat dan terdiam. Entah berapa menit berlalu dalam hening yang membosankan. Jackson mulai tersiksa oleh keheningan ini. Dalam hati Jackson agak menyesal, seharusnya dia tolak saja tawaran pekerjaan sebagai bodyguard dari Bibi Susan, bibinya sendiri. Kalau begini, lebih enak kerja serabutan, karena Jackson masih boleh bebas bergerak dan bicara ketika bekerja. Jackson kembali melirik Cecilia. Jackson bertanya-tanya apa yang ada di benak nona itu, sementara dia buta, dan tidak mau diajak bicara. “Apa Nona tidak merasa bosan?” Jackson kelepasan berta
“Kau … orang yang baik …” kata Cecilia. “Kamu seorang pemberani.”Pujian Cecilia membuat Jackson tercengang.“Untuk membela teman-temanmu di panti asuhan, kamu berani berbuat nekat, walaupun kamu pasti tahu, itu dapat membahayakan dirimu,” lanjut Cecilia. “Kalau aku jadi kamu, aku juga akan melakukan hal itu.”“Terima kasih ….” Jackson menundukkan kepala karena tersipu.Memiliki teman baru yang sefrekuensi di pengasingan ini membuat Cecilia merasa punya harapan. Jackson yang baik hati pasti akan berkenan membantu Cecilia kabur dari tempat ini. Mungkin kelak Cecilia akan minta bantuan Jackson untuk menyediakan tempat bersembunyi di pasar.“Di mana kau tinggal sekarang?” tanya Cecilia.“Di asrama pegawai Keluarga Wong. Lokasinya tidak jauh dari sini.”“Apa kau akan menemaniku setiap hari?”“Tentu saja.”Cecilia tersenyum lega. “Syukurlah, kalau begitu ….”Seorang pelayan datang ke paviliun itu.“Nona Song, Bibi Susan menawarkan, apakah Anda mau menyantap roti yang baru matang dan teh di
Dalam pelukan Marcus, Cecilia tidak dapat membendung air matanya lagi.Marcus masih tidak mengerti apa yang membuat Cecilia menangis, tapi Marcus membiarkan Cecilia mengungkapkan emosi yang lama dibendungnya.Marcus pun mengamati gadis itu. Marcus dapat membayangkan, dinding es yang gadis itu bangun untuk menyembunyikan siapa dia sebenarnya telah meleleh. Dan kini Cecilia tampak rapuh.Mata Cecilia yang berlinang pun bersorot lembut, bukan lagi mata pendendam yang selalu waspada. Raut wajahnya menunjukkan seluruh kepedihan yang tidak dia ceritakan kepada siapapun. Dan isaknya adalah melodi berbagai tragedi yang telah menimpanya sejak gadis itu masih begitu kecil.Marcus merasakan nyeri menggelenyar di dalam dada ketika dia saksikan Cecilia bangkit, duduk memunggungi Marcus untuk menyembunyikan tangisnya, seraya memeluk dirinya sendiri.Sekarang Marcus paham apa yang membuat Cecilia begitu menarik.Marcus bukan hanya terpikat oleh kecantikan yang tidak Cecilia sadari, namun juga oleh k
“Cecilia ….” Suara berbisik itu sehalus rayuan. “Ayo, bangunlah, kita harus makan ….”Perlahan Cecilia membuka matanya. Marcus mengusap pipi Cecilia.“Masakanku sudah matang. Ayo kita makan selagi hangat.”Marcus menggandeng tangan Cecilia, membawa gadis itu ke ruang makan. Ruangan itu hening dan temaram karena seluruh penerangan dipadamkan, dan satu-satunya sumber cahaya hanyalah lilin di tengah meja. Tidak ada pelayan atau penjaga, hanya mereka berdua.Marcus menarik kursi untuk Cecilia. Lantas Marcus juga menuangkan wine ke dalam gelas Cecilia. Sikap Marcus membuat jantung Cecilia berdebar keras.Setelah menempati kursi di seberang meja, Marcus menatap Cecilia dengan senyum tersungging di wajah tampannya. Penampilan rumahan Marcus–dengan t-shirt berlengan panjang dan celana piyama–membuat pria itu tampak seperti seorang suami.“Kau makan duluan.” Marcus menunggu Cecilia mencoba masakannya.Setelah mencicipi masakan Marcus, Cecilia berkomentar, “Lezat sekali.”“Syukurlah.” Marcus me