Empat hari kemudian.Tubuh Cecilia menggigil ketika ia melihat secarik kertas yang disodorkan Travis ke arahnya. Cecilia tahu isi kertas itu. Kertas itu adalah surat permohonan cerai yang harus dia tandatangani, syarat yang harus dipenuhi, jika dia ingin melihat persidangan Marcus.Travis menunggu dengan tidak sabar.Travis menggebrak meja. “Ayolah, Cecilia, berikan tanda tanganmu! Jangan buang-buang waktu! Sidangnya dimulai satu jam lagi!”Hari ini Travis juga harus hadir di persidangan itu sebagai saksi.“Kita tidak boleh terlambat datang, bukan?”“B-baiklah ….” Dengan tangan gemetar Cecilia meraih pulpen dan membubuhi kertas itu dengan tanda tangannya. “A-aku sudah melakukannya ….”“Jackson!” Travis memanggil Jackson, yang kini menjadi tangan kanannya. “Mari kita berangkat!”“Ya, Tuan.” Jackson membungkuk dan melirik Cecilia.Jackson menyaksikan bagaimana Travis meraih tangan Cecilia dengan kasar dan menyeret wanita itu ke mobil. Sejujurnya Jackson merasa sangat iba dan sangat bers
Bergeming di tempatnya berdiri, Marcus tertegun menyaksikan kericuhan di ruang sidang usai tuan hakim memutuskan dirinya tak bersalah dan bebas.Setelah polisi membawa Travis, Jerry dan Krystal pergi untuk penyelidikan, Cecilia bergegas menemui suaminya.Cecilia pun berlari ke dalam pelukan Marcus. Air mata wanita itu berderai. Mereka bercumbu singkat, lalu sambil memandang wajah istrinya, Marcus tampak kebingungan.“Cecilia … kau baik-baik saja? Mengapa kau datang bersama Travis? Dan … apa yang baru saja terjadi?” Marcus bertanya gugup.“Kebakaran di rumah kita terjadi karena Travis. Dia juga menculikku dan Olivia malam itu. Namun, selama Travis menyekap kami di rumahnya, aku menggunakan kesempatan itu untuk mengumpulkan bukti-bukti kejahatannya,” terang Cecilia tegas.Marcus terpana mendengarkan ucapan istrinya.Lantas Cecilia melanjutkan, “Pada saat Jackson menemuiku semalam, aku langsung menghubungi detektif pribadiku dengan menggunakan ponsel Jackson. Aku minta Jackson menjelaska
Pukul 10 malam, Marcus tiba di kamar tidurnya.Sejak Marcus memandangi wajah Cecilia yang terlelap di sofa, sebab tampaknya wanita itu tertidur kala sedang membaca buku sambil menunggu kedatangan suaminya.Dengan sangat hati-hati Marcus menggendong Cecilia, memindahkan wanita itu ke atas ranjang. Cecilia sedikit mengerang ketika Marcus meletakkannya. Dan tepat saat Marcus sedang menyelimutinya, mata wanita itu terbuka.“Sayang?” bisik Cecilia. “Kau sudah pulang?”Marcus tersenyum. “Apa aku membangunkanmu?”“Memang tadinya aku berniat untuk tidur sebentar.” Cecilia menguap. “Kau sudah makan?”“Tentu saja. Kau tampak lelah, Cecilia. Tidurlah kembali.” Marcus mengecup kening Cecilia dan mengusap pipinya.“Tapi aku belum makan,” keluh Cecilia. “Dan aku lapar.”“Oh.” Marcus tersentak kaget. “Mau kubuatkan sesuatu?”Cecilia meringis dan menganggukkan kepala.“Baiklah, ayo.” Marcus mengangkat ketiak Cecilia, menggendong sang istri di depan. Marcus berjalan ke arah pintu sambil mencumbui Ceci
“Cecilia, mulai sekarang kau ikut Tuan Wong.” Mendengar ucapan Angel, ibu tirinya, Cecilia hanya diam. Raut wajahnya datar seperti kolam beku. Gadis itu berusaha menguasai emosinya. Dari balik kacamata hitamnya, Cecilia menatap Travis Wong di seberang meja. Laki-laki yang duduk dengan kedua kaki terbuka lebar itu jelas-jelas orang yang berbahaya. Pria berambut pirang kusam itu bersikap urakan. Seluruh tubuhnya bertato. Secara keseluruhan dia memiliki aura yang terasa intimidatif. Para penjaga berbadan besar di tempat ini mematuhi Travis dan menyebutnya “Bos”. Beberapa menit lalu, ketika Cecilia tiba di sini, Travis Wong baru selesai menghajar dua orang pria dengan tangan kosong. Kedua pria itu terkapar telanjang, wajah mereka babak belur dihantam bogem mentah. Travis bangkit dari sofa, menghampiri Cecilia. Dilepasnya kacamata Cecilia, lantas dia amati kedua mata Cecilia baik-baik. “Eh, gadis manis, benarkah kau buta?” “Ya, dia buta, Tuan.” Pertanyaan Travis untuk Cecilia dijaw
Selama beberapa saat Marcus biarkan gadis itu merenung di ranjangnya. Lagipula, Marcus tidak dapat mengelak, gadis itu memang sangat sedap dilihat. Marcus ingin terus memandangnya. Duduk bersilang kaki, mata Marcus menelusuri wajah Cecilia yang merona. Butir-butir air mata yang berjatuhan dari manik zaitun Cecilia membasahi bibir yang kemerahan. Marcus harus mengakui, Cecilia adalah gadis tercantik yang pernah dia temui langsung. Marcus dapat melihat bekas-bekas cumbu di leher, bahu dan tulang selangka Cecilia. Tubuh ramping itu bertulang besar, berdada busung. Pinggulnya menyerupai gelas jam pasir. Tubuh yang pasti akan digemari kaum pria itu begitu kontras dengan wajah polos Cecilia yang kekanakan. Tubuh Marcus pun bereaksi. Marcus tidak bisa membedakan, apakah dia tergoda oleh kecantikan Cecilia, atau ini sisa efek minuman semalam. Tadi malam, Travis membuat Marcus mabuk, dan Travis telah pula meracuni minuman Marcus dengan obat perangsang. Akibatnya, Marcus tidak dapat berpi
Setelah berbulan-bulan menghadapi berbagai perlakuan kejam Angel, Cecilia terlatih untuk tidak bereaksi terhadap apapun yang dilontarkan Angel kepadanya. Bagi Cecilia, diam seperti batang kayu adalah cara bertahan hidup. Cecilia tahu, semakin dilawan, Angel akan semakin sadis.Cecilia pun menggunakan cara yang sama untuk menghadapi Marcus. Cecilia akan terus diam sampai Marcus bosan dan membuangnya.Tapi Angel dan Marcus dua individu berbeda. Diamnya Cecilia pada Marcus pun memberikan efek yang berbeda.Yang Angel inginkan adalah seluruh harta Cecilia, sementara yang Marcus inginkan adalah Cecilia sendiri.Diamnya Cecilia membuat Marcus merasa tertantang. Marcus ingin membuat Cecilia bicara kepadanya. Tentu bukan bicara dengan marah seperti sekarang, melainkan dengan mesra.***“Jual Cecilia Song padaku.”Waktu makan malam, kedua tuan muda Wong kembali bertatap muka di ruang makan.“Haaah?!” Mendengar permintaan kakaknya, Travis terkejut sampai berdiri dari kursinya.“Aku serius,” sah
Cecilia membeku. Otot-otot di wajahnya menegang karena dia menggigit geraham kuat-kuat.Marcus tersenyum. Jantung Marcus pun, seperti Cecilia, berdebar lebih cepat.Marcus merasa menggoda akal Cecilia jauh lebih menyenangkan daripada pemanasan sebelum bercinta.“Saya bisa membedakan gelap dan terang …” ucap Cecilia. “Dan terkadang saya bisa menangkap beberapa warna walaupun sangat samar ….”“Oh ya?”Cecilia tidak tahu apakah jawabannya meyakinkan Marcus atau tidak. Senyum Marcus yang ringan dan misterius tidak berubah. Sorot matanya yang tajam pun tidak beralih dari mata Cecilia.Cecilia menahan napas, hampir terserang panik. Cecilia ingin meronta, tapi dia terus mengingatkan diri. Jangan lepas kendali, itu hanya akan memperburuk keadaan.Marcus meninggalkan kecurigaannya, dan kembali mencumbu Cecilia.“Karena kau buta, indra perabamu pasti lebih sensitif.”Marcus menggerakkan tangan Cecilia untuk menyentuh tubuh pria itu.“Kau boleh menyentuhku di manapun kau suka, Cecilia.”***Hamp
“Tumben kau menelepon,” ujar Krystal yang masih sibuk di kantor.“Apa kau tahu bahwa Marcus menyewa pelacur?” tanya Travis dengan nada menyindir.“Oh ya?” Krystal terdengar oke. “Lalu kenapa?”“Marcus menyewa pelacur itu untuk melayaninya secara eksklusif selama sebulan.”“Kurasa itu lebih baik daripada Marcus tidur dengan perempuan berbeda setiap malam.”“Bagaimana kalau kakakku jatuh cinta pada pelacur itu?”Krystal tidak menjawab. Travis mendengus tertawa. Rupanya Krystal pun merasakan cemburu.“Kau calon Nyonya Wong, sebaiknya kau lakukan sesuatu untuk mempertahankan statusmu di rumah ini sebelum seorang pelacur mencurinya,” hasut Travis. “Sejujurnya, Cecilia Song sangat cantik. Sepertinya dia juga hebat di ranjang. Kakakku sudah bolos dua hari menemani pelacur itu.”Tanpa menanggapi Travis, Krystal memutuskan sambungan.***Ketika Marcus kembali ke kantor, sekretarisnya menyambutnya dengan setumpuk tugas. Dalam tiga hari, setidaknya ada sepuluh janji temu yang harus dijadwalkan u