“Tumben kau menelepon,” ujar Krystal yang masih sibuk di kantor.
“Apa kau tahu bahwa Marcus menyewa pelacur?” tanya Travis dengan nada menyindir.
“Oh ya?” Krystal terdengar oke. “Lalu kenapa?”
“Marcus menyewa pelacur itu untuk melayaninya secara eksklusif selama sebulan.”
“Kurasa itu lebih baik daripada Marcus tidur dengan perempuan berbeda setiap malam.”
“Bagaimana kalau kakakku jatuh cinta pada pelacur itu?”
Krystal tidak menjawab. Travis mendengus tertawa. Rupanya Krystal pun merasakan cemburu.
“Kau calon Nyonya Wong, sebaiknya kau lakukan sesuatu untuk mempertahankan statusmu di rumah ini sebelum seorang pelacur mencurinya,” hasut Travis. “Sejujurnya, Cecilia Song sangat cantik. Sepertinya dia juga hebat di ranjang. Kakakku sudah bolos dua hari menemani pelacur itu.”
Tanpa menanggapi Travis, Krystal memutuskan sambungan.
***
Ketika Marcus kembali ke kantor, sekretarisnya menyambutnya dengan setumpuk tugas. Dalam tiga hari, setidaknya ada sepuluh janji temu yang harus dijadwalkan ulang. Hana, sekretaris Marcus, tampak sangat lelah dan tertekan.
Baru selesai Hana membacakan agenda bosnya hari ini, yang sangat padat sampai pukul 10 malam nanti, Kevin Lau, wakil CEO Wong Enterprise, masuk ke ruangan Marcus.
Wajah Kevin merah padam terpanggang amarah. Selama tiga hari dia menahan emosinya. Karena selama itu pula Marcus selalu mengabaikan panggilannya.
“Kau sudah gila?!” Kevin mengamuk. “Kau meninggalkan pekerjaanmu demi seorang wanita penghibur?!”
Marcus melirik Kevin. “Bagaimana kau tahu?”
“Karena kau susah sekali dihubungi, aku bertanya pada Travis apa yang kau lakukan!” Kevin menggebrak meja. “Adikmu bilang kau terus berada di kamar bersama seorang pelacur buta!”
“Sudahlah. Aku tahu aku salah. Maafkan aku,” ucap Marcus ringan. “Jadi, selama kau aku tinggalkan, apa ada berita bagus?”
Sambil lipat tangan di atas dada, Kevin menatap Marcus, mengutuk dengan matanya.
“Apa kau benar-benar merasa bersalah?” cecar Kevin.
“Haruskah aku minta maaf sambil berlutut?” balas Marcus.
Kevin berdeham.
“Untungnya ada berita bagus. Soal pelelangan yang dibuka untuk kelola sistem automasi pembayaran dan keamanan baru di Genting Casino, kita berhasil mengalahkan Wudang Group. Jangka waktu kerjasama mencapai tiga puluh tahun,” jawab Kevin.
Kevin melirik Marcus. Sang CEO hanya tersenyum simpul. Begitulah Marcus kalau hatinya senang, hanya tersenyum simpul.
“Kudengar kau menawarkan sesuatu pada Bos Besar pemilik kasino itu,” lanjut Kevin.
“Putranya yang berbisnis di Las Vegas memerlukan seorang pengacara. Aku hanya mempertemukannya dengan pengacara rekan Krystal di Amerika. Sepertinya pertemuan itu berjalan lancar,” jawab Marcus.
“Makanya, berhentilah main perempuan, dan lebih baik kau segera menikah dengan Nona Li.” Kevin mulai sok tahu.
Marcus tidak berkomentar. Ekspresi wajahnya juga tidak berubah mendengar nama tunangannya sendiri. Kevin curiga mereka sudah tidak bersama.
“Kau dan Nona Li masih akur kan?”
Marcus mendengus tertawa. “Jangan ikut campur.”
Kevin mengitari meja kerja Marcus, lantas memegang kedua bahu Marcus. “Kau tak boleh meninggalkan Krystal Li! Bahkan walaupun kau tak mencintainya! Li & Associates bukan hanya penasihat hukum kita, tapi juga informan yang sangat lihai!”
Marcus masih membisu.
“Jawab aku, Marcus Wong!” Kevin mengguncang bahu Marcus yang bidang dan kekar. “Jika kau meninggalkan Krystal Li, kau menelantarkan tugasmu sebagai pemimpin Wong Enterprise! Kau diangkat menjadi CEO Wong Enterprise selama dua periode karena kau calon menantu Keluarga Li! Utang budimu sangatlah besar pada Keluarga Li!”
“Kau benar-benar cerewet, lebih cerewet daripada ibu mertua.” Marcus berdecak.
Sekretaris Kevin datang menghadap.
“Tuan-tuan, para tamu dari Genting sudah tiba,” kata sekretaris Kevin itu.
Marcus bangkit dari kursinya, sejenak merapikan jas dan dasi, kemudian berangkat ke ruang rapat bersama Kevin.
Ketika Marcus melangkah memasuki ruang rapat, semua kepala yang ada di ruangan itu langsung menoleh kepadanya.
Ketampanan pria itu, matanya yang tajam dan auranya yang terasa misterius segera mencuri perhatian banyak orang.
Matanya yang cokelat terang kontras dengan kulit yang agak gelap, khas lelaki Hong Kong. Wajah oblongnya bagaikan karya seni agung yang dipahat secara khusus. Dia memiliki tulang pipi yang tinggi, hidung besar yang mancung, serta lesung pada dagunya yang kotak.
Segala benda yang melekat di tubuh pria itu menunjukkan status sosialnya sebagai miliarder. Setelan jas hitam dan sepatunya yang dibuat secara khusus di Italia, jam tangan yang dia kenakan, bahkan penjepit dasinya yang terbuat dari platina. Penampilan Marcus membuat orang yang melihatnya akan merasa terintimidasi.
“Selamat datang, Madam.”
Suara berat itu membuat Madam Tan, tamu dari Malaysia, terkesima. Pemilik kasino besar itu sengaja berkunjung demi menyaksikan dengan matanya sendiri ketampanan CEO Wong Enterprise. Konon sang CEO lebih tampan dari aktor-aktor pujaannya.
“Saya harap Madam tidak menunggu terlalu lama,” kata Marcus sambil menempati kursi di seberang Madam Tan.
“Oh ya, sangat menyenangkan.” Tampaknya cukup sulit bagi Madam Tan untuk berkonsentrasi. “Oh, maksudku, tidak. Jangan khawatir, Tuan Wong. Aku tidak menunggu lama.”
“Senang mendengarnya.” Marcus mengangguk. “Ini Henry Ng, kepala divisi teknik Wong Enterprise. Dialah yang akan menjelaskan tentang sistem pembayaran dan keamanan baru di kasino Madam. Silakan, Henry.”
Henry maju dan memulai presentasi. Sesekali Madam Tan mencuri pandang ke arah Marcus. Sungguh sulit dipercaya, bagaimana seorang lelaki di dunia nyata bisa terlihat lebih tampan daripada lukisan?
Sementara itu diam-diam Marcus juga sedang memikirkan perkara lain. Benak Marcus dipenuhi sosok gadis pendiam yang dia tinggalkan di kamarnya.
Ketika Marcus terbangun pagi ini, dia mendapati gadis itu tidur lelap seperti bayi dalam pelukan Marcus. Mengingat hal itu membuat Marcus tersenyum.
Gadis itu terus menempel erat pada Marcus. Karena Cecilia tidak suka dingin, tanpa sadar tubuhnya mencari kehangatan. Itu kebiasaan tidur yang sangat menggemaskan.
Di balik meja rapat, Kevin mencubit pinggang Marcus.
“Fokuslah,” tegur Kevin sambil berbisik. “Kulihat kau sama sekali tidak memperhatikan presentasi Henry.”
Marcus mengubah posisi duduknya. Rapat siang ini terasa lebih panjang dari biasanya. Marcus ingin segera pulang.
“Tuan, sepertinya Anda terganggu oleh sesuatu,” komentar Hana seusai rapat, ketika menemani Marcus kembali ke ruangannya. “Apa yang dapat saya bantu?”
Sejenak Marcus membaca agenda di dalam tablet elektroniknya. Acara nanti malam adalah pertemuan di luar kantor. Seorang klien Wong Enterprise mengundang Marcus mengunjungi club malam barunya.
“Batalkan semua acaraku setelah pukul 9,” perintah Marcus. “Aku ingin cepat pulang hari ini.”
“Karena alasan apa?” tanya Hana bingung.
“Kerjakan saja, tak usah banyak tanya,” jawab Marcus ketus.
“Baik, Tuan.” Hana membungkuk. “Maafkan saya.”
Sekretaris Marcus itu merasa heran. Baru kali ini Hana lihat wajah kusut Marcus. Sang bos juga terus mengesah seperti orang bosan.
Sekitar pukul setengah sembilan malam, ketika agenda terakhir di kantor selesai dikerjakan, Marcus bergegas pulang.
Empat puluh lima menit kemudian, Marcus tiba di rumah. Pria itu berlari menaiki tangga, menuju kamarnya. Dia membuka pintu dengan semringah.
“Cecil—”
Wanita yang menyambutnya bukanlah Cecilia.
“Oh, halo, Marc ….” Krystal, mengenakan lingerie yang sangat terbuka, menghampiri dan mengecup bibir Marcus. “Kau tidak merindukanku?”
[Akhir Bab 5]
Setelah Krystal menciumnya, wajah Marcus berubah suram seketika. Sambil memalingkan pandangan, Marcus melepaskan jasnya untuk menutupi tubuh Krystal. “Untuk apa kau di sini?” tanya Marcus sambil memunggungi Krystal. “Kenapa kau tidur dengan pelacur?” balas Krystal murka. “Kenapa kau tidak pernah menyentuhku?” Marcus tidak menjawab. Amarah Krystal pun semakin menjadi. “Marcus, aku tunanganmu! Aku juga sahabatmu sejak SMA! Lebih dari sepuluh tahun aku mendampingimu … kau tahu aku mencintaimu … tapi kau ….” Krystal menjerit dan tangisnya pecah. Marcus memejamkan mata, memijat pangkal hidung. Dia ingin pergi, tapi perbuatan itu hanya akan membuat Krystal semakin histeris. Krystal mulai melempar barang-barang di sekitarnya ke arah Marcus. Begitulah Krystal apabila mengamuk, tidak terkendali. Jika Marcus meninggalkannya, Krystal pasti akan melampiaskan emosinya pada pelayan. Setelah membuat ranjang porak-poranda dan membanting semua barang dari atas nakas, Krystal menampar Marcus.
“Jadi seperti ini rupanya pelacur yang berani menggoda tunanganku! Astaga! Kau terlihat murahan!”Wanita yang menyebut Cecilia pelacur itu berkacak pinggang. Dia kurus dan jangkung seperti model, dan hak stilettonya membuat wanita itu sangat menjulang. Wanita itu memiliki wajah yang tidak asing, kemungkinan besar hasil bedah kecantikan di Gangnam.Wanita itu mulai bersumpah-serapah dan menyerang Cecilia dengan membabi-buta.Perlahan, rupa wanita yang mengaku sebagai tunangan Marcus itu berubah menjadi wajah Angel. Dan Cecilia kembali berada di rumah ayahnya, menerima siksa dari ibu tirinya. Cecilia tidak bisa bergerak ataupun bersuara, namun dia dapat mendengar hatinya berteriak.‘Bangunlah, Cecilia! Ini bukan waktumu mati! Kau masih harus membalaskan dendam ayahmu!’Telinga Cecilia berdengung nyaring ketika dia terbangun. Semua yang dilihatnya seolah berputar.Marcus di sisi ranjangnya. Marcus tampak kacau, dengan rambut berantakan dan kantong mata hitam yang kentara.Cecilia hampir
“Marcus! Kenapa pukul segini kau masih belum ada di kantor?! Jangan lupa kau harus menjamu Tuan Richard Ng dari Macao sebelum makan siang!”Itu bukan suara gagak, ataupun omelan ibu mertua. Itu suara Kevin Lau, wakil CEO Wong Enterprise. Kevin menelepon Marcus saat mobil Marcus masih di tengah jalan.“Bibi Susan bilang semalam kau tidak pulang dan Hana bilang kau sempat ditahan polisi! Apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa aku selalu jadi orang terakhir yang tahu?!”Karena audio ponsel Marcus disambungkan ke perangkat audio mobil, Cecilia dapat menyimak omelan Kevin.“Sebentar lagi aku sampai di kantor,” sahut Marcus. “Suruh Hana menyiapkan pakaianku.”“Heeei, kau belum menjawab pertanyaan—”Tap. Marcus menekan sebuah tombol di setir dan memutus sambungan. Pria itu menghela napas berat.Saat itu gedung pencakar langit yang dia tuju sudah tampak seratus meter di hadapan. Cecilia melirik Marcus. Cecilia merasa tidak nyaman karena Marcus membawanya ke kantor, tapi tak ada yang dapat dia k
Matahari sudah terbenam ketika Cecilia terbangun. Lehernya pegal akibat beberapa jam bersandar miring ke bahu Marcus. Cecilia menegakkan duduknya, lalu menoleh, memperhatikan Marcus yang masih pulas di sisinya. Setelah kesadarannya terkumpul penuh, Cecilia beranjak ke arah sebidang jendela besar di balik meja kerja Marcus. Panorama kota yang Cecilia saksikan dari lantai 63 begitu mempesona. Gedung-gedung pencakar langit bahu-membahu, seumpama barisan tombak-tombak raksasa yang menghunjam awan kelabu. Jendela-jendela yang menyala tampak bagaikan gemintang. Baru kali ini Cecilia melihat pemandangan seindah itu seumur hidup. ‘Apa seperti ini rasanya naik pesawat?’ Cecilia belum pernah sekali pun naik pesawat. Sejak lahir, karena ayahnya sangat sibuk dan Cecilia tinggal dengan bibi pengasuh yang sudah renta, Cecilia selalu mendekam di rumah. Setelah ayah Cecilia menikah dengan Angel pun, Cecilia tidak pernah diajak kalau sang ayah pergi bersama Angel, sebab Angel tidak mau diganggu.
Akhirnya, Marcus menggeram, mendekap Cecilia erat-erat.Cecilia berguncang mencapai pelepasannya lagi. Marcus tetap memeluk Cecilia sampai guncangan itu berhenti dan tubuh tegang Cecilia lemas dalam pelukan Marcus. Kemudian, setelah mengatur napas, Marcus mengecup kening Cecilia.Cairan kental melimpah, mengalir di paha Cecilia saat Marcus mencabut diri dari celah Cecilia.“Kau mengantuk lagi?” tanya Marcus lembut.“Gaunku jadi kusut dan lembap karena aku berkeringat,” gerutu Cecilia sambil menyandarkan kepalanya di bahu Marcus.Marcus tertawa ringan.“Tuan terlalu gegabah.” Cecilia sedikit mengomel. “Aku tak pernah minum pil kontrasepsi.”Susah-payah Cecilia menggerakkan tubuhnya yang lunglai untuk mengambil tisu dan menyeka pahanya.“Tuan pun tak pernah menggunakan pengaman selama berhubungan denganku. Tuan juga selalu keluar di dalam. Apa Tuan tidak tahu risikonya?”“Terus kenapa kalau kau hamil?” Marcus membersihkan dirinya sendiri. “Aku akan bertanggungjawab.”Cecilia terdiam mem
Krystal memiliki banyak mata-mata yang dia susupkan di kantor dan rumah Marcus untuk mengawasi sang tunangan. Salah satu mata-matanya di kantor adalah sekretaris Kevin. Kabar tentang Marcus membawa si pelacur buta ke kantor pun sampai ke telinga Krystal.“Tuan Marcus juga menyuruh sekretarisnya membeli pakaian dan sepatu untuk Nona Song, serta memesan tempat untuk makan malam di Restoran Le Caprice,” lapor Dona, sekretaris Kevin itu, melalui telepon.“Mereka makan malam berdua di restoran itu?”“Benar, Nona.”“Baiklah. Terima kasih telah memberitahuku, Dona. Aku akan menghubungimu lagi lain waktu.”Usai memutus sambungan, Krystal tertawa lantang, meski hatinya terluka.Tunangan yang selama ini begitu dingin kepadanya, sekarang bersikap begitu romantis pada perempuan lain.Bagi Krystal itu sebuah penghinaan besar yang dilakukan Marcus terhadapnya dan juga terhadap Keluarga Li.Walaupun Krystal dan Marcus hanyalah tunangan di atas kertas, namun Marcus tidak pantas berkencan di hadapan o
“Nama saya Jackson, pengawal pribadi Nona.” Jackson menatap Cecilia yang tidak berpaling ataupun menjawab perkenalan dirinya. Jackson membatin, ‘Jadi begini rupanya Si Buta Nakal yang digunjingkan orang-orang yang bekerja di rumah ini ….’ Jackson cukup terkejut karena aura Cecilia jauh dari kesan nakal. “Jika ada yang Nona perlukan, Nona katakan saja pada saya,” kata Jackson ramah. Namun Cecilia tetap membisu. Jackson menghela napas berat dan terdiam. Entah berapa menit berlalu dalam hening yang membosankan. Jackson mulai tersiksa oleh keheningan ini. Dalam hati Jackson agak menyesal, seharusnya dia tolak saja tawaran pekerjaan sebagai bodyguard dari Bibi Susan, bibinya sendiri. Kalau begini, lebih enak kerja serabutan, karena Jackson masih boleh bebas bergerak dan bicara ketika bekerja. Jackson kembali melirik Cecilia. Jackson bertanya-tanya apa yang ada di benak nona itu, sementara dia buta, dan tidak mau diajak bicara. “Apa Nona tidak merasa bosan?” Jackson kelepasan berta
“Kau … orang yang baik …” kata Cecilia. “Kamu seorang pemberani.”Pujian Cecilia membuat Jackson tercengang.“Untuk membela teman-temanmu di panti asuhan, kamu berani berbuat nekat, walaupun kamu pasti tahu, itu dapat membahayakan dirimu,” lanjut Cecilia. “Kalau aku jadi kamu, aku juga akan melakukan hal itu.”“Terima kasih ….” Jackson menundukkan kepala karena tersipu.Memiliki teman baru yang sefrekuensi di pengasingan ini membuat Cecilia merasa punya harapan. Jackson yang baik hati pasti akan berkenan membantu Cecilia kabur dari tempat ini. Mungkin kelak Cecilia akan minta bantuan Jackson untuk menyediakan tempat bersembunyi di pasar.“Di mana kau tinggal sekarang?” tanya Cecilia.“Di asrama pegawai Keluarga Wong. Lokasinya tidak jauh dari sini.”“Apa kau akan menemaniku setiap hari?”“Tentu saja.”Cecilia tersenyum lega. “Syukurlah, kalau begitu ….”Seorang pelayan datang ke paviliun itu.“Nona Song, Bibi Susan menawarkan, apakah Anda mau menyantap roti yang baru matang dan teh di