Setelah berbulan-bulan menghadapi berbagai perlakuan kejam Angel, Cecilia terlatih untuk tidak bereaksi terhadap apapun yang dilontarkan Angel kepadanya. Bagi Cecilia, diam seperti batang kayu adalah cara bertahan hidup. Cecilia tahu, semakin dilawan, Angel akan semakin sadis.
Cecilia pun menggunakan cara yang sama untuk menghadapi Marcus. Cecilia akan terus diam sampai Marcus bosan dan membuangnya.
Tapi Angel dan Marcus dua individu berbeda. Diamnya Cecilia pada Marcus pun memberikan efek yang berbeda.
Yang Angel inginkan adalah seluruh harta Cecilia, sementara yang Marcus inginkan adalah Cecilia sendiri.
Diamnya Cecilia membuat Marcus merasa tertantang. Marcus ingin membuat Cecilia bicara kepadanya. Tentu bukan bicara dengan marah seperti sekarang, melainkan dengan mesra.
***
“Jual Cecilia Song padaku.”
Waktu makan malam, kedua tuan muda Wong kembali bertatap muka di ruang makan.
“Haaah?!” Mendengar permintaan kakaknya, Travis terkejut sampai berdiri dari kursinya.
“Aku serius,” sahut Marcus kalem. “Biar kubeli gadis itu.”
Travis tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang begitu lucu. Marcus menyantap makanan dengan tenang, menunggu adiknya sampai puas tertawa.
Sifat kakak-adik itu memang sangat berbeda.
Marcus sangat tenang, namun bukan pendiam. Sebagai putra dan penerus Maggie Wong yang dijuluki ‘Ratu Mafia’, Marcus harus pandai bergaul dan bernegosiasi. Dan walaupun berasal dari keluarga mafia, Marcus berbisnis dengan bersih.
Dengan kemampuannya sendiri, Marcus membuat Wong Enterprise jadi perusahaan nomor satu di Asia dalam bidang membangun dan mengelola kasino elit.
Sebaliknya, sejak kecil Travis berjiwa bebas, tidak mau diatur. Travis mogok bersekolah ketika berusia 16 tahun, lantas beberapa kali masuk penjara remaja karena perkelahian antar gangster dan mengedarkan narkotik. Kini Travis berkarir sebagai bos lintah darat.
“Ternyata Kakak hanya laki-laki biasa.” Travis menyeka air di sudut mata. “Tak kusangka akal sehat Kakak bisa dilumpuhkan oleh kecantikan seorang perempuan.”
Rupanya itu yang membuat Travis tergelak sampai suaranya serak.
“Kakak lupa sudah punya tunangan?” tanya Travis. “Tunangan Kakak bukan perempuan biasa! Nona Krystal Li adalah CEO Li & Associates, firma pengacara terpandang di negeri ini! Kakak sungguh akan mengkhianati Nona Krystal demi pelacur yang Kakak tiduri semalam?”
Marcus memesan segelas wine pada pelayan, lantas dia menatap Travis.
“Itu bukan urusanmu, Travis.”
Travis mendesis sebal menanggapi sikap sok keren kakaknya.
‘Dasar budak kapitalis,’ umpat Travis dalam hati. ‘Kau tak ubahnya kerbau yang dicocok hidung.’
Diam-diam Travis tak pernah menyukai Marcus.
Sejak dulu, ibu kakak-beradik itu selalu menganggap Marcus contoh baik, dan ibu mereka selalu menuntut Travis untuk jadi seperti kakaknya.
Tentu saja Travis si pemberontak tidak sudi mencontoh Marcus. Marcus membiarkan hidupnya dikendalikan oleh sang ibu, dan berjuang keras memenuhi ambisi ibunya yang narsisistik.
Sekarang pun demikian. Orang-orang mengelu-elukan Marcus sebagai ‘Tuan Muda Wong yang Sukses’, dan sebaliknya, mereka menyebut Travis ‘Tuan Muda Wong yang Bermasalah’.
Padahal, menurut Travis, yang bermasalah adalah Marcus. Travis pikir, kesuksesan Marcus hanyalah pajangan, sebab kesuksesan itu tidak memberikan Marcus kebebasan.
Awalnya Travis tidak peduli, namun lambat-laun, Travis jadi tertantang untuk membalik keadaan. Dia ingin membuat orang-orang yang menyanjung Marcus berbalik menghina Marcus.
Sebuah ide cemerlang pun melintas di benak Travis.
‘Sepertinya aku bisa menggunakan Cecilia untuk merusak reputasi Marcus ….’ Travis bertopang dagu. ‘Perselingkuhan Marcus dengan Cecilia bisa jadi berita viral yang mengundang banyak hujatan orang ….’
Travis memperbaiki posisi duduknya.
“Sayangnya, Kak, aku hanya bisa meminjamkan Cecilia padamu,” katanya. “Aku tidak akan menjualnya.”
“Kalau begitu, aku ingin Cecilia bersamaku secara eksklusif.”
Beberapa jam kemudian, perundingan Travis dan Marcus di ruang makan berujung sebuah kontrak. Travis menyewakan Cecilia sebagai teman tidur Marcus selama 30 hari.
Setelah kontrak itu selesai ditandatangani, Marcus pergi mandi.
Diam-diam Travis pun menemui Cecilia.
“Nona Song, camkan kata-kataku,” bisik Travis tergesa. “Mulai malam ini, selama sebulan, kau gundik kakakku.”
“Tapi jangan sampai kau jatuh cinta padanya.” Travis memperingatkan keras. “Dia bukan kekasihmu. Dia membayarku untuk menikmati tubuhmu.”
Travis mencengkeram kedua lengan Cecilia.
“Seluruh gerak-gerikmu pasti selalu kuawasi. Jangan coba-coba mengkhianatiku, Nona Song. Jika kau macam-macam, aku tak akan segan membunuhmu.”
Lantas Travis pergi sebelum Marcus keluar dari kamar mandi.
Marcus mengamati Cecilia. Matanya menggelap bersemangat. Ini akan jadi malam pertama mereka bersama.
Marcus sungguh berusaha menciptakan suasana yang pas. Setiap sentuhan Marcus merayu Cecilia.
Marcus mengimpit Cecilia ke dinding, kemudian mencumbunya perlahan. Marcus menyilangkan kedua lengan Cecilia di atas kepala, menahannya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain meraba lembut bagian yang menimbulkan gairah.
Gadis itu menerimanya—diam dan dingin—seperti benda mati.
“Haaah ….”
Marcus berhenti, mendesah panjang. Dia frustrasi. Apapun yang Marcus lakukan, Cecilia tidak akan tergerak.
Marcus melepas tangan Cecilia sambil tertawa. Dia menertawakan gadis pasif di kamarnya yang begitu menarik, sekaligus menertawakan diri yang begitu sabar menghadapi gadis itu.
Tentu biasanya, jika perempuan yang dia kencani tidak mau melakukannya, Marcus akan langsung cari yang lain. Namun kali ini, melakukan itu tidak lagi penting.
Marcus sudah merasa terhibur meski hanya melihat Cecilia. Menonton emosi gadis itu sejenak muncul di wajahnya, tetapi gadis itu bergegas memendamnya kembali, sejujurnya mengesankan buat Marcus.
Normalnya, seorang gadis perawan yang dipaksa melacur tentu akan menangis histeris. Sangat pantas apabila sekarang Cecilia memohon pada Marcus supaya dilepaskan.
“Kenapa kamu selalu menahan diri?” selidik Marcus. “Padahal, kalau kamu berisik, mungkin aku tak akan terlalu penasaran.”
“S-saya akan melakukannya.” Akhirnya Cecilia bersuara setelah membisu cukup lama.
“Oh ya?” sahut Marcus tidak antusias.
“T-tapi, sebelum kita lakukan, tolong matikan lampunya.”
“Untuk apa?” Marcus bangkit dari duduknya, menghampiri Cecilia. “Toh kau tak bisa melihatku.”
Cecilia menelan ludah gugup. “Terserah Anda saja,” ujarnya lirih.
Marcus kembali merapatkan diri. Dia menatap mata Cecilia. Bola mata gadis itu bergulir ke samping seolah menghindari tatapannya.
“Omong-omong ….” Tatapan Marcus terpaku pada mata Cecilia. “Apa kau benar-benar buta?”
[Akhir Bab 3]
Cecilia membeku. Otot-otot di wajahnya menegang karena dia menggigit geraham kuat-kuat.Marcus tersenyum. Jantung Marcus pun, seperti Cecilia, berdebar lebih cepat.Marcus merasa menggoda akal Cecilia jauh lebih menyenangkan daripada pemanasan sebelum bercinta.“Saya bisa membedakan gelap dan terang …” ucap Cecilia. “Dan terkadang saya bisa menangkap beberapa warna walaupun sangat samar ….”“Oh ya?”Cecilia tidak tahu apakah jawabannya meyakinkan Marcus atau tidak. Senyum Marcus yang ringan dan misterius tidak berubah. Sorot matanya yang tajam pun tidak beralih dari mata Cecilia.Cecilia menahan napas, hampir terserang panik. Cecilia ingin meronta, tapi dia terus mengingatkan diri. Jangan lepas kendali, itu hanya akan memperburuk keadaan.Marcus meninggalkan kecurigaannya, dan kembali mencumbu Cecilia.“Karena kau buta, indra perabamu pasti lebih sensitif.”Marcus menggerakkan tangan Cecilia untuk menyentuh tubuh pria itu.“Kau boleh menyentuhku di manapun kau suka, Cecilia.”***Hamp
“Tumben kau menelepon,” ujar Krystal yang masih sibuk di kantor.“Apa kau tahu bahwa Marcus menyewa pelacur?” tanya Travis dengan nada menyindir.“Oh ya?” Krystal terdengar oke. “Lalu kenapa?”“Marcus menyewa pelacur itu untuk melayaninya secara eksklusif selama sebulan.”“Kurasa itu lebih baik daripada Marcus tidur dengan perempuan berbeda setiap malam.”“Bagaimana kalau kakakku jatuh cinta pada pelacur itu?”Krystal tidak menjawab. Travis mendengus tertawa. Rupanya Krystal pun merasakan cemburu.“Kau calon Nyonya Wong, sebaiknya kau lakukan sesuatu untuk mempertahankan statusmu di rumah ini sebelum seorang pelacur mencurinya,” hasut Travis. “Sejujurnya, Cecilia Song sangat cantik. Sepertinya dia juga hebat di ranjang. Kakakku sudah bolos dua hari menemani pelacur itu.”Tanpa menanggapi Travis, Krystal memutuskan sambungan.***Ketika Marcus kembali ke kantor, sekretarisnya menyambutnya dengan setumpuk tugas. Dalam tiga hari, setidaknya ada sepuluh janji temu yang harus dijadwalkan u
Setelah Krystal menciumnya, wajah Marcus berubah suram seketika. Sambil memalingkan pandangan, Marcus melepaskan jasnya untuk menutupi tubuh Krystal. “Untuk apa kau di sini?” tanya Marcus sambil memunggungi Krystal. “Kenapa kau tidur dengan pelacur?” balas Krystal murka. “Kenapa kau tidak pernah menyentuhku?” Marcus tidak menjawab. Amarah Krystal pun semakin menjadi. “Marcus, aku tunanganmu! Aku juga sahabatmu sejak SMA! Lebih dari sepuluh tahun aku mendampingimu … kau tahu aku mencintaimu … tapi kau ….” Krystal menjerit dan tangisnya pecah. Marcus memejamkan mata, memijat pangkal hidung. Dia ingin pergi, tapi perbuatan itu hanya akan membuat Krystal semakin histeris. Krystal mulai melempar barang-barang di sekitarnya ke arah Marcus. Begitulah Krystal apabila mengamuk, tidak terkendali. Jika Marcus meninggalkannya, Krystal pasti akan melampiaskan emosinya pada pelayan. Setelah membuat ranjang porak-poranda dan membanting semua barang dari atas nakas, Krystal menampar Marcus.
“Jadi seperti ini rupanya pelacur yang berani menggoda tunanganku! Astaga! Kau terlihat murahan!”Wanita yang menyebut Cecilia pelacur itu berkacak pinggang. Dia kurus dan jangkung seperti model, dan hak stilettonya membuat wanita itu sangat menjulang. Wanita itu memiliki wajah yang tidak asing, kemungkinan besar hasil bedah kecantikan di Gangnam.Wanita itu mulai bersumpah-serapah dan menyerang Cecilia dengan membabi-buta.Perlahan, rupa wanita yang mengaku sebagai tunangan Marcus itu berubah menjadi wajah Angel. Dan Cecilia kembali berada di rumah ayahnya, menerima siksa dari ibu tirinya. Cecilia tidak bisa bergerak ataupun bersuara, namun dia dapat mendengar hatinya berteriak.‘Bangunlah, Cecilia! Ini bukan waktumu mati! Kau masih harus membalaskan dendam ayahmu!’Telinga Cecilia berdengung nyaring ketika dia terbangun. Semua yang dilihatnya seolah berputar.Marcus di sisi ranjangnya. Marcus tampak kacau, dengan rambut berantakan dan kantong mata hitam yang kentara.Cecilia hampir
“Marcus! Kenapa pukul segini kau masih belum ada di kantor?! Jangan lupa kau harus menjamu Tuan Richard Ng dari Macao sebelum makan siang!”Itu bukan suara gagak, ataupun omelan ibu mertua. Itu suara Kevin Lau, wakil CEO Wong Enterprise. Kevin menelepon Marcus saat mobil Marcus masih di tengah jalan.“Bibi Susan bilang semalam kau tidak pulang dan Hana bilang kau sempat ditahan polisi! Apa yang sebenarnya terjadi?! Kenapa aku selalu jadi orang terakhir yang tahu?!”Karena audio ponsel Marcus disambungkan ke perangkat audio mobil, Cecilia dapat menyimak omelan Kevin.“Sebentar lagi aku sampai di kantor,” sahut Marcus. “Suruh Hana menyiapkan pakaianku.”“Heeei, kau belum menjawab pertanyaan—”Tap. Marcus menekan sebuah tombol di setir dan memutus sambungan. Pria itu menghela napas berat.Saat itu gedung pencakar langit yang dia tuju sudah tampak seratus meter di hadapan. Cecilia melirik Marcus. Cecilia merasa tidak nyaman karena Marcus membawanya ke kantor, tapi tak ada yang dapat dia k
Matahari sudah terbenam ketika Cecilia terbangun. Lehernya pegal akibat beberapa jam bersandar miring ke bahu Marcus. Cecilia menegakkan duduknya, lalu menoleh, memperhatikan Marcus yang masih pulas di sisinya. Setelah kesadarannya terkumpul penuh, Cecilia beranjak ke arah sebidang jendela besar di balik meja kerja Marcus. Panorama kota yang Cecilia saksikan dari lantai 63 begitu mempesona. Gedung-gedung pencakar langit bahu-membahu, seumpama barisan tombak-tombak raksasa yang menghunjam awan kelabu. Jendela-jendela yang menyala tampak bagaikan gemintang. Baru kali ini Cecilia melihat pemandangan seindah itu seumur hidup. ‘Apa seperti ini rasanya naik pesawat?’ Cecilia belum pernah sekali pun naik pesawat. Sejak lahir, karena ayahnya sangat sibuk dan Cecilia tinggal dengan bibi pengasuh yang sudah renta, Cecilia selalu mendekam di rumah. Setelah ayah Cecilia menikah dengan Angel pun, Cecilia tidak pernah diajak kalau sang ayah pergi bersama Angel, sebab Angel tidak mau diganggu.
Akhirnya, Marcus menggeram, mendekap Cecilia erat-erat.Cecilia berguncang mencapai pelepasannya lagi. Marcus tetap memeluk Cecilia sampai guncangan itu berhenti dan tubuh tegang Cecilia lemas dalam pelukan Marcus. Kemudian, setelah mengatur napas, Marcus mengecup kening Cecilia.Cairan kental melimpah, mengalir di paha Cecilia saat Marcus mencabut diri dari celah Cecilia.“Kau mengantuk lagi?” tanya Marcus lembut.“Gaunku jadi kusut dan lembap karena aku berkeringat,” gerutu Cecilia sambil menyandarkan kepalanya di bahu Marcus.Marcus tertawa ringan.“Tuan terlalu gegabah.” Cecilia sedikit mengomel. “Aku tak pernah minum pil kontrasepsi.”Susah-payah Cecilia menggerakkan tubuhnya yang lunglai untuk mengambil tisu dan menyeka pahanya.“Tuan pun tak pernah menggunakan pengaman selama berhubungan denganku. Tuan juga selalu keluar di dalam. Apa Tuan tidak tahu risikonya?”“Terus kenapa kalau kau hamil?” Marcus membersihkan dirinya sendiri. “Aku akan bertanggungjawab.”Cecilia terdiam mem
Krystal memiliki banyak mata-mata yang dia susupkan di kantor dan rumah Marcus untuk mengawasi sang tunangan. Salah satu mata-matanya di kantor adalah sekretaris Kevin. Kabar tentang Marcus membawa si pelacur buta ke kantor pun sampai ke telinga Krystal.“Tuan Marcus juga menyuruh sekretarisnya membeli pakaian dan sepatu untuk Nona Song, serta memesan tempat untuk makan malam di Restoran Le Caprice,” lapor Dona, sekretaris Kevin itu, melalui telepon.“Mereka makan malam berdua di restoran itu?”“Benar, Nona.”“Baiklah. Terima kasih telah memberitahuku, Dona. Aku akan menghubungimu lagi lain waktu.”Usai memutus sambungan, Krystal tertawa lantang, meski hatinya terluka.Tunangan yang selama ini begitu dingin kepadanya, sekarang bersikap begitu romantis pada perempuan lain.Bagi Krystal itu sebuah penghinaan besar yang dilakukan Marcus terhadapnya dan juga terhadap Keluarga Li.Walaupun Krystal dan Marcus hanyalah tunangan di atas kertas, namun Marcus tidak pantas berkencan di hadapan o