Share

Dalang Dibalik Kematian Kakakku
Dalang Dibalik Kematian Kakakku
Penulis: Heni Mulia

BAB 1

Satu map yang jatuh dari meja membuat fokus gadis itu terpecah-belah. Entah mengapa, perasaan tak enak langsung menyeruak cepat hingga ke relung hatinya. Perempuan bernama Alina itu berusaha untuk mengambil lagi map yang jatuh ke sela meja, tapi bersamaan dengan itu sebuah pesan masuk ke ponselnya.

[Balaskan dendam Kakak kepada Yuda dan siapa pun yang berkaitan dengannya. Tolong jaga Dani untuk Kakak, Lin.]

Pesan itu membuat Alina langsung berdiri tak berkutik dan seketika membuatnya panik attack. Ia segera menghubungi nomor Aira, tapi nomor itu sudah tidak aktif.

"Kak Aira, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba mengirim pesan seperti ini?" Alina berujar sembari berdiri dengan cemas. Baru saja hendak kembali menelepon kakaknya, ia kembali dikagetkan dengan panggilan masuk dari seseorang.

"Halo. Kenapa, Bu?"

"Lin! Kakakmu, Lin! Aira.. Aira meninggal!" Isak tangis ibunya di seberang telepon membuat tubuh Aira bergetar hebat, terguncang begitu keras.

Tanpa pikir panjang, ia langsung bergegas ke lokasi yang dikirimkan oleh ibunya meski jarak kantornya dan rumah Aira memakan dua jam perjalanan. Sesampainya di sana, Alina mendapati bahwa jenazah Aira sudah dikebumikan tanpa menunggu pihak keluarga datang. 

Tindakan itu jelas membuat Alina sangat marah dan diselimuti emosi luar biasa. Bagaimana bisa kakak iparnya berperilaku demikian kepada keluarganya? Kepada Aira?

"Kak Airaaaaaa!" Liana berteriak mengamuk di pemakaman. "Aku nggak percaya kalau yang meninggal ini Kak Aira, Bu." Alina menggaruk gundukan tanah yang masih basah, sedangkan  air matanya meleleh deras.

"Lin, sudah. Ikhlaskan Kakak kamu. Dia sudah tenang," ucap ibunya. Air mata juga mengalir deras di kedua mata wanita paruh baya itu hingga membuatnya kesulitan untuk berdiri.

"Sampai mati aku tidak akan mengikhlaskan Kak Aira pergi." ujar Liana sembari terbayang akan pesan yang dikirim oleh sang kakak beberapa jam lalu. "Kalau Kak Aira memang meninggal dengan kondisi baik-baik saja, kenapa jenazahnya langsung dikebumikan tanpa menunggu kita datang? Kenapa, Bu!!?"

Sang Ibu memegang pundaknya, "Aira meninggal karena jatuh dari kamar mandi. Begitu kata saksi, Lin."

Alina menggeleng keras. Meski jatuh dari kamar mandi, kenapa langsung dikubur seperti ini?

Rasa menggelora dalam dadanya membuat jiwa Alina bergejolak. Perempuan muda itu lantas menggenggam tanah yang menutup tubuh kakaknya dan mengambil satu tarikan napas sebelum kemudian berdiri. "Aku gak percaya kalau Kak Aira meninggal akibat jatuh dari kamar mandi," ucapnya.

"Namun, keterangan dari keluarga kakak iparmu seperti itu, Lin. Ibu juga curiga, tapi kita tidak punya bukti apa-apa untuk membuktikannya!"

"Di mana rumah Kak Yuda?" tanyanya kepada sang Ibu. "Jawab aku, Bu! Selama ini kita tidak tahu siapa keluarga mereka, bahkan saat Kak Aira menikah dengan lelaki itu pun kita tidak diundang! Itu kenapa sampai saat ini pun kita tak pernah melihat wajah suaminya."

"Lin, kamu tenangkan diri dulu. Jangan memutuskan sesuatu saat sedang marah." ujar Ibu Alina yang turut menyusul anaknya berdiri.

"Tidak, Bu. Sekarang aku sudah dewasa. Jangan melarang apa yang aku anggap benar. Kasih aku alamatnya."

Sorot mata perempuan setengah baya itu melemah, lalu mengambil ponsel Liana dan menulis lengkap alamat rumah Aira yang sejak dulu ingin ia datangi.

Setelah alamat rumah kakaknya sudah dikantongi, Alina segera mengantar ibunya pulang dan  segera bergegas ke lokasi. Beberapa menit kemudian, ia sudah sampai. Dengan sesak ia memandang rumah mewah bercat putih itu. Ternyata di sini kakaknya tinggal.

Ada begitu banyak pertanyaan yang tersimpan di rumah yang begitu mewah ini. Alina turun dan langsung menggedor pintu gerbang.

“Yuda! Keluaar!! Di mana kau, brengsek!?" teriakan Alina membuat seorang penjaga datang. "kamu siapa? Mau apa datang ke sini?"

"Tidak penting siapa saya. Saya hanya mau ketemu dengan Yuda! Dia sudah memanipulasi kematian Aira!  Saya harus bertemu dengannya! Cepat suruh dia keluar!" ucap Liana lantang. Bahkan dia tak segan untuk berusaha menerobos masuk.

"Tunggu, Bu. Jika Anda menerobos dengan paksa begini, saya akan bertindak kasar!"

"Kalau begitu, suruh majikan kamu menemui saya! Bahkan saat Istrinya, Aira, meninggal, dia tidak ikut ke pemakaman! Dasar manusia biadab!!"

"Tenang dulu, Bu! Di sini tidak ada namanya Aira. Jadi tolong jangan berbuat ribut."

Alina kembali termangu, enak sekali mereka bilang bahwa di rumah ini tidak ada yang namanya Aira!

"Bacot! Kalian menolak lupa? Lalu istri Yuda, siapa namanya kalau bukan Aira?"

"Maaf, Ibu. Istri Pak Yuda hanya satu, yaitu Bu Valen. Jadi saya mohon Ibu pergi dari sini, jangan berbuat keributan kalau tidak mau berurusan dengan hukum!" ujar pria berseragam itu sembari langsung masuk dan mengunci gerbang.

"Bohong kalian!! Cepat bukaa!! Dasar kejam!! Begini cara kalian memperlakukan Kak Aira selama ini? Bajingan kamu, Yuda!"

Liana terjatuh dan terkapar. Linangan air mata seakan hujan badai yang mengguyur tubuhnya. Ternyata, begitu cepat akses keberadaan Aira di rumah ini terkunci. Jika seperti ini terus, tak ada gunanya perang dengan kata-kata.

"Aku bersumpah," lirih Liana dengan kepala tertunduk. "Aku akan membalas kalian, demi Kak Aira aku akan membalas kalian!"

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status