Share

Bab 124

Penulis: skybby
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-27 19:38:08

Kara menolak saat Vano mengajaknya ke kamarnya untuk beristirahat. Tubuh mungilnya gemetar, matanya kosong, jelas sekali kejadian mengerikan tadi masih menghantuinya. Vano mengerutkan kening, kebingungan harus bagaimana. Ia tahu dirinya tidak pandai menangani trauma seperti ini, apalagi terhadap seorang perempuan seperti Kara.

Kalau saja Bi Ina atau salah satu pembantu perempuan lainnya masih di sini, mereka pasti tahu harus berbuat apa. Sayangnya, tadi pagi Anton memutuskan untuk memulangkan semua staf rumah tangga, agar mereka terhindar dari kemungkinan bahaya. Keputusan yang benar di satu sisi, namun membuat mereka kehilangan sosok-sosok yang biasanya bisa menenangkan Kara.

"Yaudah, Kara mau di mana?" tanya Vano dengan suara yang dibuat selembut mungkin, berusaha agar gadis itu merasa aman.

Kara tidak menjawab. Ia hanya memeluk lututnya sendiri sambil menunduk. Napasnya pendek-pendek, seolah-olah ia berusaha keras menahan ketakutan yang menyeruak dari dalam dirinya.

Vano menunggu d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 125

    "Berkas tadi, yang kuserahkan begitu saja pada Dodi, itu adalah berkas palsu."Leo menatapnya tak percaya, menahan napas sejenak seolah memastikan apa ia tak salah dengar. Malam itu udara terasa dingin menusuk kulit, dan bayangan pepohonan yang bergerak di bawah cahaya bulan menambah suasana mencekam."Sungguh?" tanyanya dengan suara pelan, nyaris seperti bisikan.Anton mengangguk pasti. Tatapannya kembali lurus ke depan, seolah menembus gelapnya malam. Dua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, berusaha menahan dingin yang menggigit. Pohon-pohon di sekitar mereka bergerak pelan mengikuti irama angin, berdesir lembut namun menghadirkan suasana muram."Aku tidak akan pernah menyerahkan apapun yang ku punya pada orang lain. Yang menjadi milikku akan selamanya menjadi milikku," ucap Anton tegas, suaranya berat namun penuh keteguhan.Leo tertawa pelan, nada tawanya lebih mirip helaan napas lega bercampur kekaguman. Anton tetap Anton yang dulu, pikir Leo. Pria yang keras kepala namu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-27
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 1

    "Pah, bodyguard yang ini terlalu tua! Ga nyambung kalau diajak ngobrol."Anton memijat kepalanya pusing. Sudah 3 kali dalam seminggu ini ia harus mencari bodyguard yang cocok untuk anaknya. Seperti sekarang, gadis itu berdiri di pintu ruang kerjanya sambil memeluk boneka panda. "Kara mau yang kayak gimana lagi? "tanya Anton. Kara berpikir sejenak. Ia masuk ke ruang kerja ayahnya lalu duduk disofa."Yang muda, jangan terlalu tua,"Anton menaikkan alis nya sebelah. "Itu aja? "Kara mengangguk. Ia melihat ke sekeliling ruang kerja Anton. Rak-rak yang penuh dengan buku, karena dia gemar membaca. Mata Kara tertuju pada sebuah buku bersampul hitam. Ia berdiri lalu mengambilnya. Itu adalah buku tentang misteri dunia. "Kara pinjam ini ya, Pah? "tanya Kara yang dibalas anggukan oleh Anton. Ia memeluk buku dan boneka panda sekaligus lalu berjalan keluar. Tepat di pintu, Kara berhenti lalu menoleh ke arah ayahnya. "Inget ya, jangan yang tua. Kara gak suka!"Anton tersenyum simpul dan meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 2

    "Saya Kaisar, bodyguard anda mulai sekarang, Nona Kara. "Kara menatap lelaki di hadapannya ini. Muda, tinggi, dan berperawakan gagah.Kara akui jika ia terpesona dengan lelaki yang menjadi bodyguardnya ini. Anton memegang bahu Kara. "Sesuai kan sama yang kamu mau?" Kara mengangguk. Kara memuji kecepatan Anton dalam mencari pengganti Dante yang sesuai dengan kriteria yang ia inginkan. Baru kemarin ia mengatakan keinginannya dan siang ini hal itu sudah terjadi. "Kaisar juga bisa jadi teman kamu, kan? "tanya Anton sambil menoleh ke Kaisar. Kaisar mengangguk. "Tentu, Pak. "Anton lalu pergi meninggalkan Kara dan Kaisar berdua karena akan melanjutkan pekerjaannya di kantor. Suasana menjadi hening dan canggung seketika. Keduanya tidak ada yang memulai percakapan. Kara tidak suka suasana seperti ini tapi lelaki dihadapannya benar-benar membuatnya gugup. "Uhm, Kaisar mau main masak-masakan gak? "***Disinilah Kara dan Kaisar berada, duduk lesehan di halaman belakang yang asri. Kara b

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 3

    Setelah mengantar Kara ke kamarnya, Kaisar juga bergegas menuju kamarnya untuk beristirahat. Setelah membersihkan tubuh, Kaisar menuju ke kasur untuk mengistirahatkan tubuhnya. Baru saja ia hendak menutup mata, ponsel nya berbunyi. Ada telepon yang masuk. "Hm? " Kaisar menjawab dengan malas. "Kamu udah selesai kerja?"Itu Grita, pacar Kaisar. "Udah," "Langsung istirahat, jangan begadang. "Kaisar membalas dengan deheman. Lelaki itu mengantuk. "Kita bisa ketemu kapan, Kai?""Ga tau. Ga ada cuti."Terdengar helaan nafas dari Grita. "Segitunya? Kamu kerja apa sih?"Kaisar memang tidak memberitahukan pekerjaannya kepada siapapun, termasuk Grita. Ia hanya mengatakan bahwa ia bekerja di luar kota. Itu saja dan Grita sudah percaya. "Ga perlu tau. Udah dulu, gue mau tidur, " ucap Kaisar malas. "Iya. Good night, Kai. " Kaisar mematikan telepon. Ia meletakkan ponsel ke atas nakas. Pikirannya masih tertuju pada ucapan tadi saat bersama Kara. Tentang ia yang mengajukan diri untuk menemani

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 4

    "Abang Kai! "Kaisar menoleh ke sumber suara. Ia melihat Kara tengah tersenyum lebar dan berjalan ke arahnya. Kaisar terkejut, masih tak percaya dengan ucapan Kara. "Ya, nona? ""Nanti ikut aku ke suatu tempat, mau ya?"ajak Kara. "Kemana?"tanya Kaisar. "Ada deh. Nanti juga tahu, " ucap Kara. Kaisar tidak langsung mengiyakan permintaan gadis itu. "Tuan Anton tidak mengijinkan Nona pergi keluar rumah, "ucap Kaisar tegas. Kara menghela nafas kasar. "Nanti aku bujuk papah, "ucap Kara. "Tidak bisa. Tetap di rumah, ini demi keselamatan Nona, " ucap Kaisar tegas. Ia sebisa mungkin bekerja secara profesional. Anton pernah mengatakan padanya bahwa sebisa mungkin untuk memastikan Kara untuk tetap di dalam rumah. Walaupun sudah punya bodyguard yang bisa menjaga Kara, Anton tetap tidak mengijinkan gadis itu pergi dari rumah. Hanya tadi pagi Kara keluar rumah untuk jogging. Itu pun tanpa persetujuan dari Anton. Karena Kara tahu jika ia meminta ijin, Anton tidak akan memperbolehkannya. Kai

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 5

    Grita berdecak kesal. Kaisar tidak menjawab telepon darinya, tidak seperti biasanya. "Apa Kaisar udah kerja ya? "Grita memaklumi, mungkin saja Kaisar sudah bekerja dan tidak membawa ponsel.Gadis itu sudah siap untuk pergi bekerja. Setelah sarapan roti dan susu, Grita pergi menggunakan ojek online menuju kantornya. Perusahaan tempat Grita bekerja letaknya tidak terlalu jauh dari apartementnya. Hanya memakan waktu 10 menit. Seperti biasa Grita akan tersenyum dan menyapa orang-orang di kantor. Entah ia mengenalnya atau tidak, yang terpenting adalah menjadi pribadi yang ramah. "Pagi, Ta."Perempuan berambut pendek sebahu muncul dan menyapa Grita. Itu adalah Luna, rekan kerja Grita. Grita tersenyum. "Pagi. Nanti makan siang di luar lagi ya, Lun? " Luna setuju. Mereka lalu berpisah karena ruang kerja mereka berbeda. Ruang kerja Luna ada di lantai dasar sedangkan Grita ada di lantai 3, itu artinya Grita harus menaiki lift untuk sampai di ruang kerjanya. Grita menunggu lift turun. Tiba

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-06
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 6

    Kara kesepian, sungguh. Cuma dia satu satunya perempuan muda di rumah ini. Kara ingin merasakan punya banyak teman, bermain bersama, dan melakukan apapun bersama teman juga. Kara pasti punya banyak teman andaikan dia bersekolah. Ramah, murah senyum, pintar dan cantik siapa memangnya yang tidak mau berteman dengan Kara? Dia pasti menjadi primadona sekolah, andaikan saja. "Non, jangan ngelamun. Nanti kesambet setan lho!"Entah darimana datangnya, tiba-tiba saja Bi Ina sudah ada di samping Kara. Mereka berada di ruang keluarga, Kara duduk di sofa sementara Bi Ina duduk di bawah. Gadis itu sudah berulang kali meminta wanita itu untuk duduk diatas, tapi Bi Ina mengatakan bahwa itu tidak pantas dilakukannya karena ia hanya seorang pembantu. "Mikirin apa, Non cantik? "tanya Bi Ina. Kara tersenyum. Ia mau menceritakan semua keluh kesahnya ke Bi Ina. Karena hanya dia lah satu-satunya orang yang bisa ia ajak mengobrol dan curhat di rumah ini."Kara bingung. Kenapa papah gak ngebolehin aku bu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-11
  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 7

    Sepertinya tak ada pekerjaan yang lebih menyenangkan selain pekerjaan Kaisar. Saat Heru menawarkan pekerjaan ini kepada Kaisar, terlintas di pikirannya bahwa bekerja sebagai bodyguard identik dengan berkelahi dengan musuh, kehidupan yang gelap, serta ancaman musuh. Tapi prediksi Kaisar salah, ia dipekerjakan untuk menjadi teman bermain. Ya, teman bermain. Di satu sisi Kaisar merasa senang karena pekerjaan nya mudah tapi gajinya besar. Tapi di lain sisi ia merasa aneh dan kurang nyaman jika bermain seperti anak kecil dengan Kara. Dia sudah dewasa, 25 tahun sudah tidak cocok untuk bermain masak-masakan dan monopoli, 'kan? Bodyguard juga identik dengan jas hitam serta kacamata hitam. Tapi Kaisar hanya memakai kaos biasa. Lelaki itu tidak terlihat seperti sedang bekerja, ia nampak seperti orang biasa yang kerjaannya cuma di rumah saja. Memang dari awal Anton mengatakan padanya untuk bersikap seperti orang biasa saja atau berpura-pura menjadi bagian dari keluarganya. Alasannya adalah unt

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17

Bab terbaru

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 125

    "Berkas tadi, yang kuserahkan begitu saja pada Dodi, itu adalah berkas palsu."Leo menatapnya tak percaya, menahan napas sejenak seolah memastikan apa ia tak salah dengar. Malam itu udara terasa dingin menusuk kulit, dan bayangan pepohonan yang bergerak di bawah cahaya bulan menambah suasana mencekam."Sungguh?" tanyanya dengan suara pelan, nyaris seperti bisikan.Anton mengangguk pasti. Tatapannya kembali lurus ke depan, seolah menembus gelapnya malam. Dua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, berusaha menahan dingin yang menggigit. Pohon-pohon di sekitar mereka bergerak pelan mengikuti irama angin, berdesir lembut namun menghadirkan suasana muram."Aku tidak akan pernah menyerahkan apapun yang ku punya pada orang lain. Yang menjadi milikku akan selamanya menjadi milikku," ucap Anton tegas, suaranya berat namun penuh keteguhan.Leo tertawa pelan, nada tawanya lebih mirip helaan napas lega bercampur kekaguman. Anton tetap Anton yang dulu, pikir Leo. Pria yang keras kepala namu

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 124

    Kara menolak saat Vano mengajaknya ke kamarnya untuk beristirahat. Tubuh mungilnya gemetar, matanya kosong, jelas sekali kejadian mengerikan tadi masih menghantuinya. Vano mengerutkan kening, kebingungan harus bagaimana. Ia tahu dirinya tidak pandai menangani trauma seperti ini, apalagi terhadap seorang perempuan seperti Kara.Kalau saja Bi Ina atau salah satu pembantu perempuan lainnya masih di sini, mereka pasti tahu harus berbuat apa. Sayangnya, tadi pagi Anton memutuskan untuk memulangkan semua staf rumah tangga, agar mereka terhindar dari kemungkinan bahaya. Keputusan yang benar di satu sisi, namun membuat mereka kehilangan sosok-sosok yang biasanya bisa menenangkan Kara."Yaudah, Kara mau di mana?" tanya Vano dengan suara yang dibuat selembut mungkin, berusaha agar gadis itu merasa aman.Kara tidak menjawab. Ia hanya memeluk lututnya sendiri sambil menunduk. Napasnya pendek-pendek, seolah-olah ia berusaha keras menahan ketakutan yang menyeruak dari dalam dirinya.Vano menunggu d

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 123

    Anton menghela napasnya kasar, ia menoleh pada Raven.”Bawakan berkas di laci mejaku.”Leo menatapnya tak percaya, ia menyentuh bahu Anton."Kau yakin?" tanya Leo."Aku harus menyelamatkan mereka," jawab Anton. Ia lalu kembali menatap Raven, pria itu lalu masuk ke dalam rumah tanpa berkata apa-apa. Detik-detik berlalu terasa begitu lambat. Jantung Anton berdegup keras, seakan menghantam dadanya dari dalam. Ia mengepalkan tangannya erat, menahan emosi yang berkecamuk hebat.Dodi tertawa puas. Akhirnya setelah sekian lama, berkas itu akan menjadi miliknya, dan Anton akan jatuh sejatuh-jatuhnya. Mata Dodi bersinar-sinar, bibirnya terus menyunggingkan senyum kemenangan. Tak lama, Raven muncul dari dalam rumah, membawa sebuah berkas di tangannya, lalu menyerahkannya pada Anton.Anton menatap berkas itu sejenak, hanya karena tumpukan kertas ini ia harus mengorbankan orang-orang yang disayanginya. Luka di hatinya yang lama pun kembali menganga. Ia tak mau kehilangan lagi, cukup istri dan ana

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 122

    Suara kaca pecah dari arah dalam rumah terdengar jelas di tengah dialog menegangkan. Vano dan Kaisar saling berpandangan cepat, insting mereka menyatu dalam keputusan yang tak perlu diucapkan. Tanpa menunggu aba-aba, keduanya langsung berlari masuk ke dalam rumah melalui pintu utama.“Dari atas!” seru Vano sambil menunjuk ke arah tangga.Kaisar mengangguk dan berlari lebih cepat. Di tangga menuju lantai dua, lima orang terlihat menyusup dengan senjata di tangan. Salah satu dari mereka menoleh dan berteriak, “Mereka di dalam!”“Mereka ke kamar Kara!” teriak Vano.Kaisar mengangguk dan menerobos ke atas tangga. Empat dari lima orang itu kini berdiri di depan kamar Kara, menghalangi jalan mereka. Mereka tidak menembak, tapi malah menyerang secara fisik.Salah satu pria mengayunkan besi panjang ke arah Kaisar. Dengan refleks terlatih, Kaisar menghindar dan membalas dengan tendangan ke arah dada penyerangnya, membuat pria itu terdorong mundur. Sementara Vano sudah beradu pukul dengan dua p

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 121

    Langit malam gelap tanpa diterangi bulan atau bintang. Awan hitam menggantung rendah, menutup seluruh penjuru langit. Suasana sepi dan udara menusuk. Angin malam menderu pelan, menyentuh kulit. Dodi berdiri diam di tengah bayangan pohon besar yang menjulang di luar pagar rumah Anton. Cabang-cabangnya bergerak ringan tertiup angin.Di sekeliling Dodi, dua puluh sembilan anak buahnya tersebar dengan posisi siaga, tersembunyi di balik semak, kendaraan, dan sudut-sudut gelap yang tak terjangkau cahaya jalan. Mereka mengenakan pakaian gelap, wajah sebagian tertutup masker, senjata dalam genggaman. Hanya sorot mata mereka yang terlihat dingin, fokus, siap. Masing-masing sudah tahu tugasnya, sudah hafal betul sinyal yang akan Dodi berikan.Tim mereka terbagi tiga: sepuluh orang menjaga keadaan sekitar rumah, berjaga agar tak ada yang masuk atau keluar. Delapan orang lainnya menyelinap masuk lewat sisi timur, menargetkan satu sasaran penting yakni Kara. Dan dua belas sisanya termasuk Sean dan

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 120

    "Aku tidak takut pada ancaman itu, apapun yang terjadi aku tak akan menyerahkan berkas yang dia mau."Leo menatapnya, "Kau yakin pelakunya 'dia'?"Anton mengangguk yakin, "Yakin, 100 persen yakin."Daniel menghela nafas kasar, "Dia tidak mudah menyerah ya?""Dia tak akan menyerah sebelum mendapat yang dia mau, bahkan dengan mengorbankan orang lain," ucap Anton.Leo menatapnya dengan tatapan tak bisa diartikan. Dia tahu apa yang menimpa sahabatnya itu, yang merenggut nyawa istri dan anaknya. Kejadian itu, salah satu kejadian yang membuat Daniel dan Leo cukup trauma. "Dia bilang dalam 48 jam, dia akan melakukan dengan caranya sendiri. Maksudnya dia akan menyerang kita?" tanya Daniel.Leo mengangguk, "Yap, kau pasti sudah tahu.""Lalu sekarang apa?" tanya Raven.Anton dan Leo saling pandang, seolah keduanya berbicara lewat mata. Tak ada satu pun dari mereka yang benar-benar asing terhadap ancaman. Tapi kali ini terasa berbeda, lebih pribadi, lebih mematikan.“Kita harus bersiap,” kata A

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 119

    "Aku tidak menemukan mereka, sepertinya mereka disembunyikan di suatu tempat," ucap Sean sambil melepas jaketnya.Suasana ruangan itu seperti biasa: remang, penuh asap rokok, dan beberapa berkas yang berserakan di meja besar di tengah ruangan. Dodi duduk di sana, tangannya memegang cangkir kopi yang isinya sudah setengah dingin. Beberapa anak buah mereka duduk di sekeliling, beberapa sibuk sendiri, dan yang lainnya hanya mendengarkan.Sepulang dari rumah Kara, Sean langsung menuju markas. Menceritakan tentang apa yang terjadi di rumah itu."Bahkan sesuatu yang mencurigakan sedikit pun kau tidak menjumpainya?" tanya Dodi, matanya tak lepas dari wajah Sean.Sean menggeleng, lalu menatap lantai. Ia berpikir sejenak, mengingat kembali saat ia di rumah itu."Aku pergi ke ruang bawah tanah, namun pintunya terkunci. Kupikir mereka pasti disekap di sana. Tapi setelah itu, Kaisar menemukanku.""Lalu?" desak Dodi."Dia mencurigaiku, lalu mengusirku. Namun sebelum pergi, aku mendengar sesuatu da

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 118

    Daniel kembali ke mobilnya dan duduk di balik kemudi. Disampingnya Raven duduk dengan tenang dengan pandangan fokus ke depan. Mesin menyala, Daniel menginjak pedal lalu mobilnya meluncur keluar dari kawasan rumah Anton. Lokasi pembuangan telah disepakati sebelumnya: sebuah tempat pembakaran ilegal di ujung kawasan industri tua, jauh dari pemukiman, tempat orang-orang seperti mereka menghilangkan jejak.Di dalam mobil, mayat itu tergeletak kaku di dalam bungkus plastik, terikat rapi seperti paket yang hendak dikirim jauh, bedanya, paket ini tak akan pernah diterima siapa pun.Selama perjalanan, Daniel tidak menyalakan radio ataupun sekedar berbincang dengan Raven. Ia hanya berkonsentrasi pada jalanan, namun pikirannya melayang jauh. Berapa banyak orang yang harus mati seperti ini? Berapa banyak rahasia yang harus dikubur bersama tubuh-tubuh yang dibakar hingga tak bersisa?Sekitar tiga puluh menit kemudian, mereka tiba di lokasi. Bangunan itu tampak seperti pabrik tua, catnya mengelupa

  • Dalam Jeratan Bodyguard Tampan   Bab 117

    Daniel kembali datang ke kediaman Anton pada malam harinya. Langit di luar gelap pekat, hanya suara jangkrik dan sesekali lolongan anjing yang memecah keheningan. Malam ini, ia ditugaskan Anton untuk mengurus mayat yang ada di ruang bawah tanah. Selain itu, Anton ingin mendiskusikan langkah selanjutnya dalam menghadapi teror yang semakin menggila, yang mengintai mereka diam-diam.Daniel datang sendirian. Tidak bersama Rei. Gadis itu tak bisa datang karena pekerjaannya menumpuk.Begitu masuk ke area rumah, Daniel langsung menuju ruang tengah. Di sana, ia menemukan Leo sedang duduk santai di sofa dengan secangkir kopi panas yang masih mengepulkan asap."Dimana yang lain?" tanya Daniel tanpa basa-basi."Entah," jawab Leo singkat tanpa memalingkan wajah dari layar TV yang menyala.Daniel mengerutkan dahi, lalu menjatuhkan diri di sofa di sebelah Leo. Ia bersandar, menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa sambil mengembuskan napas panjang. Leo meliriknya sekilas, lalu bertanya,"Mana Rei?"

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status