Share

Bab 3. Keraguan

“Mama telah mengundang seseorang untuk makan malam bersama kita,” ucap Ibu Arinia sambil menata beberapa peralatan piring di atas meja.

Gariel dan Natalia yang baru saja tiba, saling berpandang dengan wajah kebingungan. 

“Siapa yang akan makan malam bersama kita, Ma?” 

“Seorang yang akan aku perkenalkan pada kalian berdua.

“Oh ya? Apakah aku kenal orangnya?” tanya Natalia ikut nimbrung sambil meraih sebuah gelas dan mengisinya dengan air putih. Lalu dengan santai, dia duduk dan mulai meneguk air putih dalam gelasnya.

“Tidak, kalian tidak mengenalnya sama sekali, tapi orang yang mama undang, akan membawa perubahan dalam keluarga kita.”

Gabriel mengangkat alisnya mengharapkan penjelasan yang lebih lagi, tapi kata-kata yang keluar dari bibir Ibu Ariani, sang mama, membuat Gabriel dan Natalia langsung terdiam.

“Mama dan papa sudah sangat merindukan cucu, dan kami tidak tahu sampai kapan kalian membuat mama dan papa menunggu kedatangan cucu dalam keluarga ini.”

Pak Ronald, papa dari Gabriel, ikut memandang mereka berdua dengan pandangan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

“Natalia,” bisik Gabriel sambil ikut duduk di samping istrinya menyenggol kaki sang istri dari bawah meja.

Natalia hanya memandang Gabriel dengan sinar mata masa bodoh. Baginya, ucapan ibu Ariani seperti angin lalu saja.

“Apa yang sebenarnya kalian tunggu?” cecar mama geram.

“Natalia masih ingin mengejar mimpi dan cita-citanya, Ma,” terang Gabriel mencoba untuk santai. 

Entah sudah berapa kali dia menggunakan alasan itu setiap kali mama dan papanya menanyakan hal itu kepadanya.

Natalia, istri Gabriel adalah seorang wanita yang cantik, modis dan memiliki tubuh yang indah. Dia juga adalah seorang perancang gaun pengantin dan gaun-gaun trendi masa kini. 

Karirnya sedang naik daun. Dia memang sudah mewanti-wanti Gabriel dari sejak awal pria itu melamarnya. 

Baginya, anak bukanlah tujuan utama dalam sebuah pernikahan. Karir dan mimpinya adalah hal yang terpenting baginya saat ini.

“Karir dan cita-cita bisa kalian kejar kapan saja, tapi anak tidak bisa kalian dapatkan kapan saja.”

Natalia tetap terdiam sambil menatap piring kosong di depannya

“Natalia, kamu jawab dong pertanyaan mama,” desak Gabriel.

Natalia memutar bola matanya dan melengos. Sepertinya dia sengaja melakukan hal itu karena itu adalah topik yang paling dia benci. 

“Kami akan mencoba lagi, Ma,” ucap Gabriel dengan setengah senyum.

“Sampai berapa lama kalian akan mencoba? Sampai mama dan papa sudah tidak eksis lagi di dunia ini?”

“Ma!” sentak Gabriel sedikit emosi.

 Tentu saja dia tidak mau kehilangan mereka sebelum bisa membahagiakan mereka.

Gabriel dan Natalia sudah menikah selama lima tahun, dan bukan masalah mereka tidak mencoba selama ini, atau pun alat-alat reproduksi mereka tidak berfungsi.

Natalia sendiri pun tidak mau membahas masalah ini. Setiap kali Gabriel mencoba mengungkit topik ini, maka akan berakhir dengan pertengkaran di antara mereka. 

Dia selalu mengatakan kalau tubuhnya terlalu indah dan berharga untuk dirusak oleh kehamilan dan persalinan. Setelah melahirkan, tentu ia akan mengalami perubahan kadar hormon yang cukup drastis sehingga akan mempengaruhi fisiknya. 

Belum lagi harus terbangun tengah malam karena rengekan bayi. Baginya, anak-anak adalah makhluk mengerikan yang bisa menyedot seluruh energinya seketika dan bla, bla, bla. Itu semua adalah alasan Natalia selama ini.

Selain itu, Natalia sangat menjaga bentuk tubuhnya. Dia bahkan menjadi model untuk gaun-gaun pengantin rancangannya sendiri. Beberapa bulan yang lalu, dia memenangkan sebuah perlombaan rancangan gaun pengantin terbaik. Tapi Natalia belum puas.

Sebelum rancangannya diakui oleh dunia internasional, maka perjalanan karirnya belum sukses. Ambisi dan tekadnya sangat tinggi. Overdosis malah.

“Mama sudah kasih kalian waktu selama dua tahun penuh. DUA TAHUN,” ulang mama.

“Tapi apa yang kalian berikan? Hanyalah janji kosong.”

Glek! Dengan susah payah Gabriel menelan salivanya. 

Dia sangat mencintai Natalia dan dia tidak ingin memaksakan kehendaknya pada wanita yang sangat dicintai itu.

“Gabriel, Natalia! Mama dan papa sudah tidak mau menunggu lagi. Jalan satu-satunya adalah dengan meminta wanita lain untuk memberikan cucu bagi keluarga ini.”

“Hah? Apa, Pa?” tanya Gabriel kaget seakan-akan ucapan papa tidak jelas baginya.

Dia menoleh ke arah Natalia, dan anehnya tidak bereaksi sama sekali, seakan-akan ucapan Papa hanya sebuah iklan susu bayi di layar televisi. Iklan televisi yang paling dibenci Natalia karena itu hanya mengingatkan dia akan tuntutan dari kedua orang tua Gabriel.

“Apa kurang jelas apa yang papa ucapkan tadi?”

Baru saja Gabriel hendak menjawab, Natalia akhirnya buka suara juga.

“Sudah sangat jelas, Pa. Kami akan pikirkan hal itu.”

Gabriel menatap Natalia dengan pandangan aneh. Biasanya seorang istri akan meraung-raung dan tidak terima kalau akan diduakan. Tapi kenapa dia malah menanggapinya seperti itu adalah masalah sepele?

“Lihat tuh, Gabriel! Sepertinya Natalia sudah setuju tentang hal ini,” cetus mama dengan senyum sumringah.

“Tidak! Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah menduakan Natalia,” ucap Gabriel tegas.

Natalia tersenyum miring melihat reaksi Gabriel. Dia seakan menikmati drama keluarga yang terjadi saat itu.

Dengan anggun, dia meraih kembali gelas yang berisi air dingin di depannya dan meneguknya pelan.

Tentu saja dia tetap bersikap tenang. Natalia tahu bahwa Gabriel sangat mencintainya.

“Kalian setuju atau tidak, mama dan papa sudah mempersiapkan seorang wanita untuk menggantikan tugas Natalia. Dia yang akan memberikan cucu di keluarga ini.”

Gabriel mencoba menahan diri untuk tidak loncat dari tempat duduknya. 

“Mama dan papa tidak bisa bertindak tanpa persetujuan aku dan Natalia.”

Tangan Gabriel gemetar karena hawa panas yang mendidih di rongga dadanya. Sampai mati pun, dia tidak akan pernah mengkhianati Natalia.

“Terlambat! Wanita itu sedang dalam perjalanan ke sini. Mama mengundangnya untuk makan malam bersama kita. Sebentar lagi dia akan tiba.”

Ucapan mama membuat emosi Gabriel semakin memuncak.

Dia mengatupkan mulutnya agar tidak mengeluarkan kata-kata kotor pada kedua orang yang sangat dihormatinya.

“Natalia dan aku tidak setuju.”

Gabriel memandang Natalia untuk mendapatkan sedikit dukungan. Namun, dia malah menunduk dan menghindari tatapan Gabriel.

‘Kenapa hari ini semua orang-orang seperti tidak berpihak kepadaku?’

“Ayo pulang!” ujar Gabriel sambil mengulurkan tangan ke arah Natalia.

‘Dari pada aku marah lalu menyakiti hati mama dan papa, mending aku pergi sini dan menenangkan hatiku yang panas,’ batin Gabriel.

Natalia menyambut uluran tangan suaminya dan berdiri. Tubuhnya yang indah mengikuti langkah kaki panjang Gabriel

“Maaf, Ma, Pa. Kami menolak semua rencana ini.”

Dengan tergesa-gesa, Gabriel menarik Natalia dari hadapan mereka.

“Baiklah! Kalau kalian keras kepala, maka semua fasilitas dan perusahaan yang kalian kelola selama ini, akan mama tarik semua.”

Kata-kata mama, sontak menghentikan langkah kaki mereka berdua. 

Natalia menatap suaminya dengan kening berkerut. Dia berpura-pura merapatkan gandengan tangannya di lengan Gabriel dan berbisik pelan.

‘Katakan sesuatu yang bisa membuat mereka tenang.’

Seperti kerbau dicucuk hidung, Gabriel menuruti perintah Natalia.

“Beri kami waktu, Ma. Lagi pula kami berdua masih muda dan masih mempunyai banyak kesemp…”

“Kalian berdua memang masih muda, tapi kami berdua yang sudah tidak muda lagi,” potong mama sarkas.

Gabriel melonggarkan dasinya yang sekarang terasa seperti mencekik lehernya. Sehari-hari bekerja sebagai CEO menuntutnya untuk selalu berpakaian rapi. Natalia selalu memilihkan pakaian dan dasi yang cocok untuknya.. 

Wanita itu sangat mengutamakan penampilan. Baginya, penilaian orang akan penampilan dan pakaian yang mereka kenakan adalah segala-galanya.

Ting-tong!

Bunyi bel pintu depan seakan menghentikan putaran waktu. 

“Akhirnya orang yang mama tunggu datang juga.”

Mama bergegas menuju pintu depan dan membukakan pintu untuk tamu yang tak diundang.

“Ayo, masuk!” Terdengar suara mama yang begitu riang seolah yang datang adalah tamu agung atau seorang putri raja.

Gabriel berdiri dengan gelisah dan dia bisa rasakan ketegangan Natalia dalam genggaman tangannya.

Mereka berdua berdiri sambil memandang pada satu titik yang sama. Koridor masuk.

***

Kukuatkan hatiku untuk menerima undangan makan malam dari keluarga Angkasa. Hari ini aku akan dikenalkan pada pasangan suami istri yang mana aku akan menhasilkan anak untuk mereka.

'Hah! Kesialan apa yang telah menimpaku sehingga aku terjebak dalam situasi ini?'

Kutekan bel pintu di depanku dan menunggu seseorang yang akan membukakan pintu bagiku. Namun, seandainya aku punya pilihan lain, maka aku memilih untuk kabur dari situasi ini.

"Hello, Nona Grace!" sapa Ibu Ariani dengan senyuman lebar. Terlihat sekali wanita paruh baya itu begitu senang dengan kedatanganku.

"Hello, Ibu Ariani!" sapaku seadanya.

"Ayo masuk."

Aku mengangguk singgat dan berjalan di sampingnya.

Dari ruang tamu, Aku bisa melihat dua pasang mata yang menatapku tajam seakan ingin mengusirku dari hadapan mereka.

Aku ragu, tapi akhiirnya kembali kuputuskan untuk mengikuti langkah kaki Ibu Ariani ke dalam ruang tamu yang sangat mewah.

“Hello semua,” sapaku pelan.

Pria di depanku, menatapku sinis dan merangkul mesra wanita cantik yang ada di samping. Dengan sengaja dia menunjukkan padaku kemesraan mereka berdua.

‘Apakah mereka pasangan suami istri yang akan diperkenalkan padaku?’

“Gabriel, Natalia! Perkenalkan, ini Grace Anjelita. Dia wanita yang mama maksud tadi.”

Bersambung…

Komen (44)
goodnovel comment avatar
fhᥱrrᥲ7
.inti masalahnya Natalie nih yg takut hamil,takut ini itu ck kan jdi Grace yg kebawa2
goodnovel comment avatar
Hestibae
ada ya wanita yang nggak mau hamil karena mau mempertahankan tubuh cantiknya, padahal begitu indahnya menjadi seorang ibu
goodnovel comment avatar
Su Windah
istrinya Gabriel bener bener egois Gabriel juga cinta buta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status